Oleh:
Kelompok 5
1. Ni Putu Eka Novriyanti 171019
2. Sri Khalifatusopiah 171021
3. Ida I Dewa Agung Ayu Sri Purnadewi 171022
4. Kadek Intan Dwipayanti 171024
PENDAHULUAN
Infus adalah sediaan steril, dapat berupa larutan atau emulsi, bebas pirogen, sedapat
mungkin isotonis dengan darah, disuntikkan langsung ke dalam vena dalam volume yang
relatif besar. Infus intravena harus jernih dan praktis bebas partikel (The Departement of
Health, Social Service and Public Safety, 2002 – British Pharmacope 2009). Kecuali
dinyatakan lain, infus intravena tidak boleh mengandung bakterisida atau dapar (Lachman,
1993).
Persyaratan yang harus dipenuhi dalam pembuatan infus intravena, yaitu sediaan steril
berupa larutan atau emulsi, bebas pyrogen, sedapat mungkin dibuat isotonis dan isohidris
terhadap darah, infus intravena tidak mengandung bakterisida dan zat dapar. Larutan untuk
infus intravena harus jernih dan praktis bebas partikel. Volume netto/volume terukur tidak
kurang dari nilai yang ada pada etiket sediaan. Adapun penggolongan sediaan infus
berdasarkan komposisi dan kegunaan
1. Infus Elektrolit
Secara klinis, larutan digunakan untuk mengatasi perbedaan ion atau
penyimpangan jumlah normal elektolit dalam darah. Penyebab berkurangnya elektolit
plasma adalah kecelakaan, kebekaran, operasi atau perubahan patologis organ,
gastroenteritis, demam tinggi atau penyakit lain yang menyebabkan output dan input tidak
seimbang
2. Infus Karbohidrat
Infus karbohidrat adalah sediaan infus berisi larutan glukosa atau dekstrosa yang
cocok untuk donor kalori. Kita menggunakannya untuk memenuhi kebutuhan glikogen
otot kerangka, hipoglikemia dan lain-lain.
3. Infus Elektrolit dan Karbohidrat
4. Larutan Irigasi
Larutan irigasi adalah sediaan larutan steril dalam jumlah besar. Larutan tidak
disuntikkan ke dalam vena, tetapi digunakan diluar sistem peredaran dan umumnya
menggunakan jenis tutup yang diputar atau plastic yang dipatahkan sehingga
memungkinkan pengisian larutan dengan cepat
Natrium Klorida kira-kira memiliki komposisi berupa cairan ekstraseluler tubuh. Kira-
kira 0,9% larutan NaCl memiliki tekanan osmotik yang sama dengan cairan tubuh. Natrium
Klorida memberikan suplemen elektrolit. Natrium memberikan kation utama dalam cairan
ekstraseluler dan berfungsi mengatur distribusi air, keseimbangan cairan dan elektrolit dan
tekanan osmotic cairan tubuh. Natrium juga bekerjasama dengan klorida dan bikarbonat
dalam keseimbangan regulasi asam basa. Klorida merupakan anion utama dalam cairan
ekstraseluler, mengikuti disposisi fisiologik natrium dan mengubah keseimbangan asam basa
dalam tubuh dengan fisiologik natrium dan mengubah keseimbangan asam basa dalam tubuh
dengan cara mengubah konsentrasi serum klorida.
MONOGRAFI BAHAN
1. Natrium Klorida (NaCl)
BM NaCl : 58,44
Pemerian : Hablur bentuk kubus, tidak berwarna atau serbuk hablur putih; ras asin.
Kelarutan :Mudah larut dalam air ; sedikit lebih mudah larut dalam etanol air
mendidih ; larut dalam gliserin ; sukar larut dalam etanol. (Depkes RI.
2014: 917
3.1 PEMBAHASAN
Pada praktikum steril yang kami lakukan kali ini, dimana kami melakukan pembuatan
sediaan infusa NaCl isotonis 0,9% sebanyak 100mL. Perlu diketahui bahwa sediaan infusa itu
sendiri merupakan pemasukan suatu cairan atau obat ke dalam tubuh melalui rute intravena
dengan laju konstan selama periode waktu tertentu. Infuse dilakukan untuk seorang pasien
yang membutuhkan obat sangat cepat atau membutuhkan pemberian obat secara pelan tetapi
terus menerus. Adapun tujuan tentang farmakologi bahan obat itu sendiri yaitu :
1. Indikasi
Sebagai elektrolit tubuh yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan cairan tubuh.
2. Kontraindikasi
Pada penderita penyakit hati, edema pada paru-paru, menurunnya fungsi ginjal.
3. Efek samping
Hipernatriemia yang berlanjut pada dehidrasi otak (bila serius), nausea, vomiting, diare,
kram perut, takikardi, haus, mengantuk.
4. Kelarutan
1:2,8 dalam air, 1:2,7 dalam air hangat, 1:10 dalam gliserol, sedikit larut dalam alcohol,
1:26 dalam etanol.
5. Stabilitas
- Tidak stabil terhadap cahaya
- Stabil pada suhu dan pemanasan dan meningkatkan kelarutan
- Stabil pH 4,5-7,0
- Stabil terhadap udara.
6. OOT (INKOMPATIBILITAS)
Larutan NaCl korosit terhadap besi, bereaksi dengan Ag dan timah hitam, garam merkuri.
Adapun fungsi masing-masing bahan yang kami buat adalah : NaCl merupakan cairan
pengisotonis, kemudian ada norit dimana norit ini dalam sediaan infus berfungsi sebagai
antipirogent. Adapun hasil yang kami peroleh antara lain :
NaCl disana memiliki bobot yang diambil 918 mg dan volume aqua pro injeksi yaitu 102
ml. Setelah itu adapun cara kerja yang kami lakukan sesuai dengan cara kerja diatas yang telah
ditetapkan dan sesuai dengan struktur yang telah diarahkan.
Setelah kami lakukan praktikum pembuatan infusa kami melakukan sterilisasi infuse
NaCl menggunakan autoklaf dengan suhu 121⁰C. Sebelum itu infuse yang telah siap
disterilisasi kami bungkus terlebih dahulu dengan kertas, hal ini bertujuan agar uap tidak
langsung masuk kedalam sediaan. Setelahnya kami tunggu hingga suhu autoklaf mencapai
suhu yang diinginkan. Kemudian setelah suhu tercapai , sediaan yang telah dibungkus tadi
kami masukkan kedalam autoklaf. Didapatkan hasil pada masing-masing waktu yaitu sebagai
berikut :
Setelah selesai kami lakukan pengeluaran udara sebelum autoklaf dibuka. Setelah udara
keluar kami buka autoklaf dan kami lakukan pendinginan. Setelah selesai sediaan steril infuse
NaCl kami ambil. Adapun waktu yang diperoleh pada perlakuan ini yaitu :
Dari data diatas dapat diketahui bahwa sediaan steril infuse NaCl 100ml memerlukan
waktu sterilisasi selama 90 menit atau 1 jam 30 menit.
3.2 KESIMPULAN
Pada praktikum yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa sediaan infus NaCl
yang dibuat sebanyak 100 ml terdiri dari 2 bahan yang dilebihi sebanyak 2% yaitu NaCl
0,9% sebanyak 918 mg dan aqua pro injeksi sebanyak 102 ml. Setelah sediaan selesai dibuat
kemudian dilakukan sterilisasi akhir dengan pemanasan basah yaitu autoklaf pada suhu 121oC.
Dari sterlisasi akhir yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa sterilisasi infus NaCl
memerlukan waktu selama 90 menit atau 1 jam 30 menit untuk mendapatkan keadaan steril.
DAFTAR PUSTAKA
1. Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
2. Depkes RI. 2014. Farmakope Indonesia edisi V. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
3. Lachman, Leon.(1993) Pharmaceutical Dosage Forms: Parenteral Medications Volume
2, 2nd edition, New York: Marcell Dekker Inc. hal: 561.
4. Mc Evoy, G. K. (2005). AHFS Drug Information. Bethesda: American Society of Health
System Pharmacists.
5. The Department of Health, Social Service and Public Safety. British Pharmacopoeia
2002. London. Halaman 1889.