Disusun Oleh
Nama : 1. Shesa Rahma Nurinda I1C018084
2. Dhana Iswara I1C018086
3. Zulfanida Akmelati I1C018088
4. Zahrah Noor Rafyda I1C018090
Kelas/Kelompok : B/9
Tanggal Praktikum : Kamis, 19 November 2020
Dosen pembimbing : Dhadhang Wahyu K., M.Sc., Apt
Beti Pudyastuti, M.Sc., Apt
Dr. Tuti Sri Suhesti, M.Sc., Apt
Asisten Praktikum : Lusylia Wahyu Refasiani
2020
PERCOBAAN 8
PEMBUATAN DAN EVALUASI GEL EKSTRAK RIMPANG KENCUR
A. TUJUAN PRAKTIKUM
Alat :
- Alat
– alat Gelas
- Mortir
- Stamper
- Neraca Analitik
- Pot Salep
- Viskosimeter Brookfield DV-E
- pH meter
- Alat Uji Daya Lekat
- Alat Uji Daya Sebar
Bahan :
- Ekstrak Rimpang Kencur (PT Solonat)
- Na CMC
- Propilen glikol
- Metilparaben
- Propilparaben
- Aquades
C. SKEMA
CMC 3%, Propilen glikol 15%, Propil paraben 0.18%, Metil paraben 0.02%,
-- - Dimasukkan Na CMC sedikit demi sedikit ke dalam mortar yang sudah berisi
- - Dilarutkan Propil paraben dan Metil paraben dalam Propilen glikol dengan
sedikit demi sedikit sampai homogen dan terbentuk massa semi solid Na
CMC.
- Ditambahkan
Hasil Sediaan Gel Ekstrakekstrak
Rimpangrimpang
Kencur kencur tetes demi tetes ke dalam campuran
- Dimasukkan ke dalam pot sediaan gel tersebut, diberi etiket biru, disimpan
Uji sifat fisik sediaan gel dilakukan pada hari ke-1, 3, 5, 7, 14, 21, dan 28.
1) Uji Organoleptis
- Dilakukan pengamatan secara visual dari bentuk, warna, dan bau sediaan.
- Dicatat hasil pengamatannya pada lembar data pengamatan.
2) Uji Homogenitas
3) Uji pengukuran pH
1. Formulasi
Keterangan : selama penyimpanan, bau khas kencur dari gel semakin kuat.
Data stabilitas sediaan gel selama siklus freeze-thaw :
E. PEMBAHASAN
a. Pengertian
Rimpang kencur (Kaempferia galanga L.) merupakan tanaman herbal
yang memiliki khasiat obat yang hidup didaerah tropis dan subtropis.
Rimpang kencur sendiri apabila sudah diolah menjadi minuman seperti beras
kencur dapat meningkatkan daya tahan tubuh, mencegah dan menghilangkan
masuk angina hal ini dikarenakan didalam kencur terdapat beberapa senyawa
seperti minyak atsiri, saponin, flavonoid, polifenol yang diketahui memiliki
banyak manfaat. (Setyawan 2012).
b. Taksonomi
c. Morfologi
Morfologi kencur memiliki batang berbentuk basal yang
memiliki ukuran kurang lebih 20 cm yang tumbuh dalam rumpun.
Kemudian kencur memiliki daun berwarna hijau berbentuk tunggal
yang pinggir daunnya berwarna merah kecoklatan. Bentuk dari daun
kencur menjorong ada yang menjorong lebar dan ada juga yang
berbentuk bundar, untuk ukurannya daun kencur memiliki panjang 7-
15 cm, lebar 2-8 cm, dengan ujung daun runcing pangkai berkeluk dan
tepi daun rata. Untuk permukaan daun bagian atas tidak mempunyai
bulu tetapi pada bagian bawah memiliki bulu yang halus. Kemudian
untuk tangkai daun sedikit pendek memiliki ukuran berkisar antara 3-
10 cm yang terbenam didalam tanah, mempunyai panjang berkisar 2-4
cm yang memiliki warna putih. Jumlah daun pada kencur tidak lebih
dari 2-3 lembar dengan susunan yang saling berhadapan. (Haryudin
2016).
perih pada wajah dan mata, penampilan yang buruk pada kulit bila terkena
sinar matahari, alkohol akan menguap dengna cepat dan meninggalkan film
yang berpori atau pecah-pecah sehingga tidak semua area tertutupi atau kontak
Pada praktikum kali ini dilakukan pembuatan gel dengan ekstrak rimpang kencur,
gel dibuat sebanyak 10 formula. Untuk membuat 1 formula, pertama-tama, basis gel
Na CMC sebanyak 3gr dikembangkan sedikit demi sedikit dan diaduk sampai menjadi
massa semi solid menggunakan aquades hangat (80-90oC) sebanyak 70 mL, digunakan
aquadest hangat adalah untuk mempercepat kelarutan (Syamsuni, 2006). Setelah itu,
propil paraben sebanyak 0,18gr dan metil paraben sebanyak 0,02gr dilarutkan dalam
propilen glikol 15gr. Propil paraben dan metal paraben dilarutkan kedalam propilen
glikol terlebih daluhu karena propil dan metal paraben sukar larut dalam air (Rowe,
2006). Kemudian larutan propil dan metal paraben tadi dimasukkan sedikit demi sedikit
ke dalam massa semi solid Na CMC, aduk sampai homogen. Selanjutnya, ekstrak
rimpang kencur ditambahkan tetes demi tetes kemudian ditambahkan akuades sampai
volume 100 mL, aduk sampai homogen kemudian disimpan dalam pot dan diberi etiket
biru karena sediaan merupakan sediaan topical (Syamsuni, 2006). Setelah sediaan jadi,
sediaan dilakukan uji evaluasi terhadap organoleptis, pH, homogenitas, viskositas, daya
lekat, daya sebar, dan uji stabilitas fisik freeze-thaw.
3. Propilen Glikol
Propilenglikol digunakan sebagai humektan yang akan
mempertahankan kandungan air dalam sediaan sehingga sifat fisik dan stabilitas
sediaan selama penyimpanan dapat dipertahankan. Propilen glikol memiliki
stabilitas yang baik pada pH 3-6 (Allen, 2002). Oleh karena itu propilen glikol
dapat digunakan sebagai humektan dalam sediaan gel. Humektan akan menjaga
kestabilan sediaan gel dengan cara mengabsorbsi lembab dari lingkungan dan
mengurangi penguapan air dari sediaan. Selain menjaga kestabilan sediaan,
secara tidak langsung humektan juga dapat mempertahankan kelembaban kulit
sehingga kulit tidak kering (Andini & Yusriadi, 2017).
Propilen glikol memiliki kelarutan yang baik dalam air, etanol 95%,
aseton, dan kloroform, tidak bercampur dengan minyak lemak. Propilen glikol
memiliki stabilitas yang baik pada pH 3-6. Propilen glikol merupakan bahan
dengan viskositas tinggi sehingga dapat mempertahankan stabilitas gel. Gugus
OH pada molekul propilen glikol dapat berikatan dengan hidrogen dengan
rantai Na CMC membentuk molekul yang lebih besar sehingga meningkatkan
viskositas. cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, rasa khas (Depkes
RI, 2014).
4. Propil Paraben
Propil paraben berfungsi sebagai pengawet. Pengawet diperlukan dalam
formulasi gel mengingat bahwa tingginya kandungan air dalam sediaan gel yang
dapat menyebabkan terjadinya kontaminasi mikroba. Bahan pengawet
merupakan zat yang digunakan untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme
(Ansel, 1989). Kriteria pengawet yang digunakan antara lain, tidak toksik dan
tidak mengiritasi, lebih memiliki daya bakterisid dari pada bakteriostatik,
efektif pada konsentrasi rendah untuk spektrum luas, stabil pada kondisi
penyimpanan, tidak berbau dan tidak berasa, tidak mempengaruhi atau dapat
bercampur dengan bahan lain dalam formula, harganya murah. Metil paraben
dan propil paraben merupakan atimikroba spektrum luas dan dapat bekerja pada
rentang pH yang luas. Kombinasi dari keduanya dapat meningkatkan efektivitas
antimikrobanya (Anief, 2007). Propil paraben mengandung tidak kurang dari
99,0% dan tidak lebih dari 100,5% C10H12O3 dihitung terhadap zat yang telah
dikeringkan. Pemeriannya serbuk hablur putih, tidak berbau, tidak berasa.
Kelarutannhya sangat sukar larut dalam air, larut dalam 3,5 bagian etanol (95%)
P, dalam 3 bagian aseton P , dalam 140 bagian gliserol, 40 bagian mineral oil
(Depkes RI, 2014).
5. Metil Paraben
Metil paraben berfungsi sebagai pengawet. Metil paraben mengandung
tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 100.5% C8H8O3, dihitung
terhadap zat yang telah dikeringkan. Untuk pengawet sediaan topikal,
metilparaben yang biasa ditambahkan sebesar 0,02-0,3%. Efikasinya akan
meningkat jika ditambah dengan propilen glikol sebesar 2-5% atau
dikombinasikan dengan golongan paraben lain (Depkes RI, 2014). Penggunaan
basis gel derivat selulosa seperti Na CMC rentan terhadap degradasi enzimatik
oleh mikroorganisme yang dapat menyebabkan depolimerisasi sehingga
polimer gel menjadi rusak dan viskositas gel menjadi turun. Penambahan metil
paraben berguna untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme sehingga gel
bertahan lebih lama dalam keadaan stabil (Lieberman & Banker, 1989)
6. Akuades
Akuades berfungsi sebagai pelarut. Akuades digunakan sebagai pelarut
bahan-bahan kimia padatan atau serbuk yang akan dibuat menjadi larutan.
Hampir sebagian besar larutan dibuat menggunakan akuades. Hal ini
disebabkan akuades merupakan pelarut yang universal (umum) dan kebanyakan
bahan-bahan kimia padat atau serbuk larut dalam air sehingga sangat cocok
dengan akuades. Pemeriannya cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
mempunyai rasa. Kegunaan lainnya yaitu sebagai fase air (pembawa) (Depkes
RI, 2014)
Uji organoleptik dilakukan secara visual dan dilihat secara langsung bentuk,
warna, bau, dari gel yang di buat. Uji organoleptis gel dilakukan dengan mengamati
secara visual meliputi bentuk, warna dan bau dari gel (Astuti et al, 2017). Pada
pengamatan organoleptis gel ekstrak rimpang kencur, didapatkan warna gel berwarna
putih gading, berbau khas kencur, dan berbentuk gel. Hasil tersebut sesuai dengan
literature yang menyatakan bahwa gel biasanya jernih atau putih gading dengan
konsentrasi setengah padat (Ansel,1998). Pengamatan dilakukan pada hari ke-0
sampai hari ke-28. Namun, pada hari ke-28 bentuk gel sudah memiliki selapis air
diatas gel. Hal tersebut kemungkinan karena faktor suhu dan penyimpanan dapat
mempengaruhi bentuk dari sediaan (Astuti, 2017).
Uji daya lekat gel ini menunjukkan kemampuan sediaan dalam melekat pada
tempat aplikasinya. Semakin lama sediaan dapat melekat maka semakin lama zat aktif
dapat kontak dengan tempat aplikasi sehingga diharapkan efek antibakterinya dapat
lebih optimal (Ismarani dkk, 2014). Uji daya lekat dilakukan dengan meletakkan 0,2
gram gel di atas kaca obyek kemudian ditutup dengan kaca obyek lainnya, dan diberi
beban beban 1 kg selama 5 menit. Penentuan daya lekat berupa waktu yang diperlukan
sampai kedua kaca obyek terlepas. Syarat daya lekat yaitu lebih dari 1 detik.
Berdasarkan hasil pengamatan yang terdapat pada data tabel uji daya lekat di atas
menunjukkan bahwa formula sudah memenuhi syarat dalam range uji daya lekat yaitu
lebih dari 1 detik (Yusuf dkk., 2017).
Uji viskositas dilakukan untuk mengetahui kekentalan dari gel. Gel yang tidak
terlalu cair maupun tidak terlalu kental merupakan ciri gel yang baik (Nurahmanto et
al, 2017). Uji viskositas merupakan pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk
mengalir, semakin tinggi viskositas maka semakin besar tahanannya (Sinko, 2011).
Pengukuran viskositas dilakukan menggunakan alat viskosimeter Brookfield DV-E
dengan menempatkan gel dalam viskometer hingga spindel terendam. Viskometer
brookfield DV-E dioperasikan dengan spindel dan kecepatan tertentu, kemudian
viskositas dari gel akan terbaca pada viskometer dalam skala cP hingga angka yang
konstan (Voight, 1995). Gel disimpan dan dilakukan uji viskositas pada sediaan gel
ekstrak rimpang kencur dilakukan selama 28 hari dan dilakukan pengukuran nilai
viskositas pada saat setelah selesai pembuatan atau hari ke-0 kemudian dilanjutkan
pengukuran pada hari ke-1, ke-3, ke-5, ke-7, ke-14, ke-21, dan ke-28. Sediaan gel
ekstrak rimpang kencur diuji sebanyak tiga kali replikasi. Berdasarkan hasil
pengukuran viskositas ketiga sediaan mengalami penurunan viskositas hingga hari ke-
28. Hasil pengukuran viskositas pada hari ke-0 pada masing-masing sediaan adalah
81600 cP, 80100 cP, dan 82500 cP; hari ke-1 81500 cP, 80100 cP, dan 82000 cP; hari
ke-3 80800 cP, 80000 cP, dan 82000 cP; hari ke-5 81000 cP, 79900 cP, dan 81800 cP;
hari ke-7 79500 cP, 79500 cP, dan 81300 cP; hari ke-14 78300 cP, 78000 cP, dan 80000
cP; hari ke-21 73300 cP, 74500 cP, dan 76800 cP; hari ke-28 70500 cP, 71400 cP, dan
73800 cP. Hal tersebut dapat disebabkan sediaan gel menunjukkan karakteristik yaitu
synersis yang merupakan proses keluarnya cairan yang terjerat dalam gel sehingga
memungkinkan cairan untuk bergerak menuju ke permukaan, oleh karena itu sediaan
mengalami penurunan viskositas (Astuti et al, 2017). Viskositas gel dipengaruhi oleh
konsentrasi Na CMC. Dalam sistem gel, Na CMC bertanggungjawab terhadap
terbentuknya matriks gel. Selama penyimpanan, Na CMC dapat mengalami kerusakan
yang menyebabkan perubahan viskositas gel. Hal ini dapat disebabkan oleh suhu dan
kemasan yang kurang kedap sehingga gel menyerap uap air dari luar dan menambah
volume air dalam gel. Penambahan bahan-bahan lain seperti propilen glikol yang
konsistensinya cair dapat menurunkan viskositas sediaan gel (Sayuti, 2015). Viskositas
gel yang baik berada pada rentang 20.000-40.000 cP sehingga viskositas sediaan gel
ekstrak rimpang kencur tidak sesuai dengan literatur karena nilainya jauh lebih besar
dari batas rentang maksimal (Garg et al, 2002).
Uji homogenitas dilakukan untuk melihat apakah bahan-bahan yang digunakan
dalam pembuatan sudah tercampur atau belum secara merata dan apakah sediaan yang
telah dibuat homogen atau tidak. Homogenitas ditunjukkan dengan tidak adanya
butiran kasar (Sayuti, 2015). Uji homogenitas gel dilakukan dengan alat kaca arloji
dengan cara mengambil 0,1 gr gel dari masing-masing formula lalu oleskan gel pada
kaca arloji, diraba dan saat digosokkan massa gel harus menunjukkan susunan homogen
yaitu tidak terasa adanya bahan padat pada kaca (Voight, 1995). Dari hasil pengujian
yang dilakukan diketahui bahwa formula memiliki homogenitas yang baik dibuktikan
pada hasil pengujian sebanyak tiga kali replikasi selama 28 hari kemudian dilakukan
pengecekan homogenitas sediaan pada saat setelah selesai pembuatan atau hari ke-0
kemudian dilanjutkan pengukuran pada hari ke-1, ke-3, ke-5, ke-7, ke-14, ke-21, dan
ke-28 menunjukkan hasil yang homogen.
Uji stabilitas fisik sediaan gel dapat dilakukan dengan uji freeze thaw. Uji
freeze-thaw dilakukan untuk mengetahui apakah sediaan mengalami pemisahan fase
setelah disimpan pada dua suhu yang berbeda yaitu pada suhu 4ºC dan 40ºC. Uji freeze
thaw dilakukan selama 96 jam dalam satu siklus terbagi menjadi dua tahap yaitu 48 jam
siklus awal sediaan ditempatkan di lemari pendingin pada suhu 4℃. Kemudian 48 jam
berikutnya sediaan ditempatkan di oven pada suhu 40℃. Setiap satu siklus selesai
diamati ada tidaknya pemisahan fase atau perubahan organoleptis. Pengamatan gel
ekstrak rimpang kencur dengan metode freeze-thaw dilakukan selama 3 siklus.
Berdasarkan hasil pengamatan terlihat bahwa pada siklus 1 dan siklus 2 sedian tidak
mengalami perubahan tampilan fisik baik dari bentuk yaitu bentuk gel, bau yaitu bau
khas kencur dan warna yaitu warna putih gading, serta tidak terjadi pemisahan fase baik
pada suhu 4℃ maupun suhu 40℃. Sedangkan pada siklus 3 hasil pengamatan sediaan
tidak mengalami perubahan tampilan fisik berupa bau yaitu bau khas kencur dan warna
yaitu warna putih gading namun terjadi pemisahan fase dan terdapat perubahan bentuk
gel yaitu adanya selapis air di atas gel. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh bahan yang
digunakan kurang mampu bercampur dengan baik dan sediaan pun kurang stabil baik
dalam penyimpanan suhu rendah, suhu kamar, maupun suhu tinggi (Yati et al, 2018).
1. Temperatur
Temperatur atau suhu akan berpengaruh pada kemampuan mengembang senyawa
polimer saat didispersikan kedalam air (Fardiaz, 1989).
2. Kecepatan dan lama pengadukan
Pengadukan yang terlalu kuat dan cepat dapat mengakibatkan adanya gelembung
udara yang terjebak dalam sistem polimer (Fardiaz, 1989).
3. pH
pH penting karena pH berpengaruh terhadap kestabilan warna yang dihasilkan
(Fardiaz, 1989).
4. Pelarut yang digunakan tidak bersifat melarutkan gelkarena apabila daya adhesi
antar pelarut dan gel lebih besar dari daya kohesi antar gel maka dapat merusak
sistem gel (Fardiaz, 1989).
5. Konsentrasi gelling agent
Komponen gelling agent merupakan faktor kritis yang dapat mempengaruhi sifat
fisika gel yang dihasilkan. Konsentrasi gel dibuat rendah agar daya sebar besar dan
sediaan menunjukkan kemampuan zat aktif untuk menyebar dan kontak dengan
kulit semakin luas (Yati & Lusi,2018)
F. KESIMPULAN
Pada praktikum kali ini dilakukan pembuatan gel. Gel didefinisikan sebagai
suatu sistem setengah padat yang terdiri dari suatu dispersi yang tersusun baik dari
partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar dan saling diresapi
cairan. Evaluasi dari pembuatan gel ini meliputi uji organoleptik dengan hasil
didapatkan warna gel berwarna putih gading, berbau khas kencur, dan berbentuk gel.
Hasil tersebut sesuai dengan literature yang menyatakan bahwa gel biasanya jernih atau
putih gading dengan konsentrasi setengah padat, uji homogenitas mendapatkan hasil
pada hari ke-0 kemudian dilanjutkan pengukuran pada hari ke-1, ke-3, ke-5, ke-7, ke-
14, ke-21, dan ke-28 menunjukkan hasil yang homogen, uji pengukuran pH dengan
hasil pengukuran pH sediaan yang diamati pada 4 minggu yaitu berada pada rentang
5,1 – 6,5., Uji Daya Lekat didapatkan hasil pengamatan menunjukkan bahwa formula
sudah memenuhi syarat dalam range uji daya lekat yaitu lebih dari 1 detik. Tetapi pada
Pengukuran Viskositas, Uji Daya Sebar dan Uji Stabilitas Fisika Freeze-Thaw di
dapatkan hasil tidak sesuai dengan literatur yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Allen, L. V. 2002. The Art, Science and Technology of Pharmaceutical Compounding, Second
Edition. Washington D.C. : American Pharmaceutical Association.
Andini, Tricia dan Yuliet Yusriadi. 2017. Optimasi Pembentuk Film Polivinil Alkohol dan
Humektan Propilen Glikol pada Formula Masker Gel Peel off Sari Buah Labu Kuning
(Cucurbita moschata Duchesne) sebagai Antioksidan. Jurnal Farmasi Galenika. 3(2):
165-173.
Anief, Moh. 2007. Ilmu meracik Obat. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Diterjemahkan oleh Farida Ibrahim,
Asmanizar, Iis Aisyah, Edisi keempat. Jakarta: UI Press.
Ansel, H. C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV. Jakarta: UI Press.
Ansel, H.C., 2008, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi: Beberapa Macam Preparat: Tinktur,
Ekstrak encer, Ekstrak Air, Amonia, Asam Encer, Spirtus, dan Radiofarmasi,Edisi 4,
Jakarta : UI Press, p. 607-608
Astuti, Dwi Puji Astuti, Patihul Husni, Kusdi Hartono. 201. Formulasi dan Uji Stabilitas Fisik
Sediaan Gel Antiseptik Tangan Minyak Atsiri Bunga Lavender (Lavandula angustifolia
Miller). Suplemen Farmaka. 15(1): 176-184.
Depkes RI. 2014. Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Haryudin, W., & Rostiana, O. (2016). Karakteristik Morfologi Bunga Kencur (Kaempferia
galanga L.). Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, 19(2), 109-116.
Hastuty, H. S. B., Purba, P. N., & Nurfadillah, E. (2018). Uji Stabilitas Fisik Formulasi Sediaan
Gel Ekstrak Daun Ketepeng Cina (Cassia Alata L.) Dengan Gelling Agent Cmc-Na
Terhadap Staphylococcus Aureus. Gema Kesehatan, 10(1), 22-27.
Ismarani, D., Pratiwi, L., dan Kusharyanti, I., 2014, Formulasi Gel Pacar Air (Impatiens
balsamina Linn.) terhadap Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis.
J Pharm. Sci. Res., 1 (1):30-45.
Kusuma, Tiara Mega Kusuma, Metty Azalea, Puspita Septie Dianita, Naily Syifa. 2018.
Pengaruh Variasi Jenis dan Konsentrasi Gelling Agent terhadap Sifat Fisik Gel
Hidrokortison. Jurnal Farmasi Sains dan Praktis. 4(1): 44-49.
Lieberman, Rieger & Banker. 1989. Pharmaceutical Dosage Form : Disperse System. New
York : Marcel Dekker Inc.
Lieberman, H. A., Rieger, M. M., dan Banker, G. S. 1996. Pharmaceutical Dosage Forms:
Dispers System, Vol. 2, Second Edition,. New York : Mariel Dekker, Inc.
Nurahmanto, D., Mahrifah I.R., Firda R., Imaniah N. dan Rosyidi V.A., 2017. Formulasi
Sediaan Gel Dispersi Padat Ibuprofen : Studi Gelling Agent dan Senyawa Peningkat.
Ilmiah Manuntung. 3(1): 96–105.
Paye, Marc, Andre O. Barel dah H.I, Maibach. 2006. Handbook of Cosmetic Science and
Technology, 2nd Edition. New York : CRC Press.
Rahim, F. & Nofiandi, D. 2014. Formulasi masker peel of ekstrak rimpang rumput teki
(Cyperus rotundus L.) sebagai snti jerawat. E-Jurnal Prosiding Seminar Nasional
dan Workshop “Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik IV, 64-73.
Rahmi, Annisa, Erfan Roebiakto, dan Leka Lutpiatina. 2016. Potensi Ekstrak Rimpang Kencur
(Kaempferia galanga L.) Menghambat Pertumbuhan Candida albicans. Medical
Laboratory Technology Journal. 2(2): 70-76.
Roroningtyas A., Mufrod and Setiyadi G. 2012. Formulasi Sediaan Gel Ekstrak Etanol Daun
Lidah Buaya (Aloe vera (L.) Webb) Dengan Gelling Agent Karbopol 934 Dan Aktivitas
Antibakterinya Terhadap Staphylococcus epidermidis. Fakultas Farmasi Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Rowe, R. C., Shesky, P. J., and Owen, S. C. (eds.). 2006. Handbook of Pharmaceutical
Excipients, Fifth Edition. UK: Pharmaceutical Press.
Setyawan, E,. Putratama, P., (2012) Optimasi Yield Etil P-Metoksisinamat pada Ekstrak
Oleoresin kencur (Kaemferia galangal) Menggunakan pelarut etanol. Jurnal Bahan
AlamTerbarukan, 1(2).
Shetu Hosne Jahan, Kaniz Taskina Trisha, Shishir Ahmed Sikta, Raihanatul Anwar, Sadman
Sakib Bin Rashed (2018). Pharmacological importance of Kaempferia galanga
(Zingiberaceae). International Journal of Research in Pharmacy and
PharmaceuticalSciences Volume 3; Issue 3; May 2018; Page No. 32-39
Sinko, Patrick J. 2011. Martin's Physical Pharmacy and Pharmaceutical Sciences Physical
Chemical and Biopharmaceutical Principles in the Pharmaceutical Sciences Sixth
Edition. Philadelphia : Wolters Kluwer.
Sri Wardiyah.2015. Perbandingan sifat fisik sediaan krim, gel, dan salep yang mengandung
etil p-metoksisinamat dari ekstrak rimpang kencur (kaempferia galanga linn.).UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.
Yusuf, A.L., Nurawaliah, E., dan Harun, N., 2017, Uji Efektivitas Gel Ekstrak Etanol Daun
Kelor (Moringa oleifera L.) sebagai Antijamur Malassezia furfur, Kartika: Jurnal
Ilmiah Farmasi, 5 (2):62-67.