Anda di halaman 1dari 23

PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI II

PEMBUATAN DAN EVALUASI GEL EKSTRAK RIMPANG KENCUR

Disusun Oleh
Nama : 1. Shesa Rahma Nurinda I1C018084
2. Dhana Iswara I1C018086
3. Zulfanida Akmelati I1C018088
4. Zahrah Noor Rafyda I1C018090
Kelas/Kelompok : B/9
Tanggal Praktikum : Kamis, 19 November 2020
Dosen pembimbing : Dhadhang Wahyu K., M.Sc., Apt
Beti Pudyastuti, M.Sc., Apt
Dr. Tuti Sri Suhesti, M.Sc., Apt
Asisten Praktikum : Lusylia Wahyu Refasiani

LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO

2020
PERCOBAAN 8
PEMBUATAN DAN EVALUASI GEL EKSTRAK RIMPANG KENCUR

A. TUJUAN PRAKTIKUM

Mahasiswa mampu membuat sediaan semipadat gel dan mampu mengevaluasi

semipadat fisikokimia sediaan semipadat gel.

B. ALAT DAN BAHAN

Alat :
- Alat
– alat Gelas
- Mortir
- Stamper
- Neraca Analitik
- Pot Salep
- Viskosimeter Brookfield DV-E
- pH meter
- Alat Uji Daya Lekat
- Alat Uji Daya Sebar
Bahan :
- Ekstrak Rimpang Kencur (PT Solonat)

- Na CMC

- Propilen glikol

- Metilparaben

- Propilparaben

- Aquades
C. SKEMA

1. Pembuatan Sediaan Gel Ekstrak Rimpang Kencur

Bahan : Ekstrak Rimpang Kencur, Na CMC, Propilen glikol,


Propil paraben, Metil paraben, dan Aquades

- - Ditimbang masing-masing bahan yaitu Ekstrak Rimpang Kencur 0.5%, Na

CMC 3%, Propilen glikol 15%, Propil paraben 0.18%, Metil paraben 0.02%,

dan Aquades 100 mL.

-- - Dimasukkan Na CMC sedikit demi sedikit ke dalam mortar yang sudah berisi

aquades hangat (80-90°C) sebanyak 70mL, lalu aduk sampai terlarut.

- - Dilarutkan Propil paraben dan Metil paraben dalam Propilen glikol dengan

sedikit demi sedikit ke gelas kaca, lalu aduk hingga terlarut.

- - Dimasukkan campuran yang sudah terlarut kedalam campuran Na CMC

sedikit demi sedikit sampai homogen dan terbentuk massa semi solid Na

CMC.

- Ditambahkan
Hasil Sediaan Gel Ekstrakekstrak
Rimpangrimpang
Kencur kencur tetes demi tetes ke dalam campuran

tersebut, kemudian ditambahkan Aquades sampai volume 100 mL, lalu

diaduk hingga homogen dan terbentuk gel.

- Dimasukkan ke dalam pot sediaan gel tersebut, diberi etiket biru, disimpan

pada kemasan dan dibuat sebanyak 10 kali formula.


2. Evaluasi Sifat Fisik dan Stabilitas Sediaan Gel

a.) Uji Sifat Fisik Sediaan Gel

Uji sifat fisik sediaan gel dilakukan pada hari ke-1, 3, 5, 7, 14, 21, dan 28.

1) Uji Organoleptis

Sediaan Gel Ekstrak Rimpang Kencur

- Dilakukan pengamatan secara visual dari bentuk, warna, dan bau sediaan.
- Dicatat hasil pengamatannya pada lembar data pengamatan.

Hasil Data Pengamatan Uji Organoleptis

2) Uji Homogenitas

Sediaan Gel Ekstrak Rimpang Kencur

- Diambil sampel 0,1 gr sediaan gel dari masing-masing formula.


- Dioleskan sampel tersebut pada kaca arloji.
- Diraba dan digosokkan massa gel dan harus menunjukkan susunan homogen,
tidak terasa adanya bahan padat.
- Dicatat hasil uji homogenitas pada lembar data pengamatan.

Hasil Data Pengamatan Uji Homogenitas

3) Uji pengukuran pH

Sediaan Gel Ekstrak Rimpang Kencur

- Dilakukan dengan alat pH meter yang sudah dikalibrasi terlebih dahulu.


- Dilakukan dengan diambil 2 gram sediaan diencerkan dengan air suling
hingga 20 mL.
- Dicelupkan elektroda dalam wadah tersebut, kemudian dibiarkan angka
bergerak sampai posisi konstan.
- Ditunjukan angka oleh pH meter yang merupakan nilai pH sediaan gelnya.
- Dicatat hasil nilai pH pada lembar data pengamatan.
Hasil Data Pengamatan Uji Pengukuran pH

4) Uji pengukuran Viskositas

Sediaan Gel Ekstrak Rimpang Kencur

- Dilakukan pengukuran viskositas dengan alat viskosimeter Brookfield DV-E


dengan menempatkan gel dalam viskometer hingga spindle terendam.
- Dioperasikan dengan spindle dan kecepatan tertentu, kemudian viskositas
dari gel.
- Dibaca pada viscometer dalam skala cP hingga angka yang konstan.
- Dicatat hasil skala cP viskositasnya pada lembar data pengamatan.

Hasil Data Pengamatan Uji Pengukuran Viskositas

5) Uji Daya Lekat

Sediaan Gel Ekstrak Rimpang Kencur

- Dilakukan pengukuran daya lekat menggunakan dua alat plat kaca.


- Diambil gel sebanyak 0,2 gram, kemudian dioleskan pada salah satu di atas
plat kaca, lalu ditutup dengan plat kaca lainnya.
- Diatas plat kaca diberi beban seberat 1 kg dan dibiarkan selama 5 menit.
- Diambil dan dicatat waktunya setelah 5 menit hingga kedua plat kaca
terlepas.
- Dipasang pada alat uji saat plat kaca akan terlepas akibat gaya berat yang
ditimbulkan oleh beban 50 gram.
- Dicatat hasil waktu sampai kedua plat saling lepas pada lembar data
pengamatan.
Hasil Data Pengamatan Uji Daya Lekat
6) Uji Daya Sebar

Sediaan Gel Ekstrak Rimpang Kencur

- Dilakukan pengukuran daya sebar menggunakan kaca bulat berdiameter 15


cm dengan cara meletakkan sampel gel sebanyak 0,5 gram diatasnya.
- Ditutup dengan kaca bulat.
- Diletakkan beban seberat 150 gram diatas kaca penutupnya, dan dibiarkan
selama 1 menit.
- Diukur diameter daya sebarnya setelah 1 menit dengan mistar berskala secara
horizontal, vertical, dan diagonal.
- Dicatat hasil nilai daya sebar pada lembar data pengamatan.

Hasil Data Pengamatan Uji Daya Sebar

b.) Uji Stabilitas Fisik Freeze-Thaw

Sediaan Gel Ekstrak Rimpang Kencur

- Dilakukan pemeriksaan stabilitas fisik sediaan gel dengan uji freeze-thaw.


- Dilakukan selama 96 jam dalam satu siklus terbagi menjadi dua tahap yaitu
48 jam siklus awal ditempatkan di lemari pendingin pada suhu 4°C.
- Dilakukan 48 jam siklus berikutnya, sediaan ditempatkan di oven pada suhu
40°C.
- Diamati setiap satu siklus dengan dua tahap selesai, ada tidaknya pemisahan
fase atau perubahan organoleptis.
- Dilakukan uji hingga 3 siklus, dan dicatat hasilnya.

Hasil Data Pengamatan Uji Stabilitas Fisik Freeze-Thaw


D. PENYAJIAN DATA

1. Formulasi

R/ Ekstrak rimpang kencur 0,5


Na CMC 3
Propilen glikol 15
Propil paraben 0,18
Metil paraben 0,02
Akuades ad 100 ml

2. Data pembuatan gel ekstrak rimpang kencur

Hari Organoleptis Homogenitas pH Viskositas Daya lekat Daya


ke- (cP) (menit) sebar
(cm)
0 Warna putih Homogen 5,1 81600 5,5 6,5
gading, bau 5,1 80100 4,5 6
khas kencur, 5,2 82500 5 7
bentuk gel
1 Warna putih Homogen 6,2 81500 5,5 6,5
gading, bau 6,4 80100 4,5 6
khas kencur, 6,4 82000 5 7
bentuk gel
3 Warna putih Homogen 6,2 80800 5,5 6,5
gading, bau 6,1 80000 4,5 6
khas kencur, 6,2 82000 5 7
bentuk gel
5 Warna putih Homogen 6,4 81000 5,5 7
gading, bau 6,4 79900 5,5 7
khas kencur, 6,4 81800 5 6,5
bentuk gel
7 Warna putih Homogen 6,4 79500 6,5 7,5
gading, bau 6,5 79500 4,5 6
khas kencur, 6,4 81300 6 7
bentuk gel
14 Warna putih Homogen 6,2 78300 6 7,5
gading, bau 6,3 78000 5,5 7
khas kencur, 6,4 80000 6 7
bentuk gel
21 Warna putih Homogen 6,5 73300 7 8
gading, bau 6,4 74500 6,5 7,5
khas kencur, 6,5 76800 6,5 7
bentuk gel
28 Warna putih Homogen 6,5 70500 5,5 8,5
gading, bau 6,6 71400 6,5 8
khas kencur, 6,4 73800 5 7
bentuk gel
dengan selapis
air diatas gel

Keterangan : selama penyimpanan, bau khas kencur dari gel semakin kuat.
Data stabilitas sediaan gel selama siklus freeze-thaw :

Siklus Pemisahan fase Organoleptis


Siklus 1 Tidak terjadi pemisahan Warna putih gading, bau khas kencur, bentuk gel
fase
Siklus 2 Tidak terjadi pemisahan Warna putih gading, bau khas kencur, bentuk gel
fase
Siklus 3 Terjadi pemisahan fase Warna putih gading, bau khas kencur, bentuk gel
dengan selapis air diatas gel

E. PEMBAHASAN

Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L)

a. Pengertian
Rimpang kencur (Kaempferia galanga L.) merupakan tanaman herbal
yang memiliki khasiat obat yang hidup didaerah tropis dan subtropis.
Rimpang kencur sendiri apabila sudah diolah menjadi minuman seperti beras
kencur dapat meningkatkan daya tahan tubuh, mencegah dan menghilangkan
masuk angina hal ini dikarenakan didalam kencur terdapat beberapa senyawa
seperti minyak atsiri, saponin, flavonoid, polifenol yang diketahui memiliki
banyak manfaat. (Setyawan 2012).

b. Taksonomi

Dalam taksonomi tumbuhan, kencur dikelompokkan sebagai berikut


(Shetu et al, 2018) :
Kingdom : Plantae Sub
Kingdom : Phanerogamae
Division : Spermatophyta
Sub Division : Angiospermae
Class : Monocotyledonae
Order : Scitaminales
Family : Zingiberaceae
Genus : Kaempferia
Species : Kaemferia galanga L (Shetu et al, 2018)

Gambar. Rimpang Kencur (Kaemferia galanga L)

c. Morfologi
Morfologi kencur memiliki batang berbentuk basal yang
memiliki ukuran kurang lebih 20 cm yang tumbuh dalam rumpun.
Kemudian kencur memiliki daun berwarna hijau berbentuk tunggal
yang pinggir daunnya berwarna merah kecoklatan. Bentuk dari daun
kencur menjorong ada yang menjorong lebar dan ada juga yang
berbentuk bundar, untuk ukurannya daun kencur memiliki panjang 7-
15 cm, lebar 2-8 cm, dengan ujung daun runcing pangkai berkeluk dan
tepi daun rata. Untuk permukaan daun bagian atas tidak mempunyai
bulu tetapi pada bagian bawah memiliki bulu yang halus. Kemudian
untuk tangkai daun sedikit pendek memiliki ukuran berkisar antara 3-
10 cm yang terbenam didalam tanah, mempunyai panjang berkisar 2-4
cm yang memiliki warna putih. Jumlah daun pada kencur tidak lebih
dari 2-3 lembar dengan susunan yang saling berhadapan. (Haryudin
2016).

Rimpang kencur mempunyai bunga yang tunggak yang


berbentuk seperti terompet dengan panjang bunga 3-5 cm. Rimpang
kencur mempunyai benang sari berwarna kuning yang memiliki
panjang 4 mm, untuk putik kencur memiliki warna putih agak
keunguan. Kemudian untuk bunganya tersusun setengah duduk dengan
jumlah mahkota bunga 4-12 buah dengan warna yang dominan yaitu
warna putih. Rimpang kencur digunakan untuk mengatasi radang
lambung, radang anak telinga, influenza pada bayi, masuk angin, sakit
kepala, batuk, menghilangkan darah kotor, diare, memperlancar haid,
mata pegal, keseleo, lelah. Rimpang kencur mengancung pati (4,14%),
mineral (13,73%) dan minyak atsiri (0,02%) berupa sineol, asam metil
kanil, dan penta dekaan, asam cinnamic, ethil ester, asam sinamic,
borneol, kamphene, paraeumarin, asam anisic, alkaliod, dan gom
(Widyaningrum, 2011).

Kaempferia galanga Linn merupakan tanaman yang termasuk suku Zingiberaceae


yang mengandung minyak atsiri, yang terdiri atas etil pmetoksisinamat (EPMS)
30%.EPMS merupakan komponen terbesar dari rimpang kencur yang memiliki
aktivitas sebagai antiinflamasi.EPMS diformulasikan dalam bentuk sediaan setengah
padat, yaitu krim, gel, dan salep.Rimpang kencur merupakan simplisia yang
mengandung flavonoid yang mana mempunyai efektivitas sebagai antiinflamasi.(Sri
Wardiyah, 2015)
Gel didefinisikan sebagai suatu sistem setengah padat yang terdiri dari suatu
dispersi yang tersusun baik dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik
yang besar dan saling diresapi cairan. Gel mempunyai sifat yang menyejukkan,
melembabkan, mudah penggunaannya, dan mudah terpenetrasi pada kulit (Ansel,
2008).
Gel merupakan sistem setengah padat yang terdiri dari suatu disfersi yang tersusun
baik dan partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar dan saling
diresapi cairan. Makromolekul yang disebarkan ke seluruh cairan sampai tidak terlihat
ada batas di antaranya, cairain ini disebut dengan gel satu fase. Sedangkan, massa gel
yang terdiri dari kelompok partikel kecil yang berbeda disebut denfan gel dua fase atau
biasa disebut dengan magma. Gel dan magma merupakan dispersi koloid karena
masing-masing mengandung partikel dengan ukuran koloid (Ansel, 2005). Sifat-sifat
gel yang diharapkan dalam sediaan gel topikal antara lain memiliki sifat aliran
tiksotropik, daya sebar baik, tidak berminyak, mudah dicuci, sebagai emolien, ringan
(khususnya untuk jaringan yang mengelupas), tidak meninggalkan noda, dapat
bercampur dengan bahan tambahan lain, dan larut air atau dapat bercampur dengan air
(Ofner dan Klech-Gellote, 2007 )
Menurut Ansel (2005), basis gel terbagi menjadi dua yaitu :
a. Basis gel hidrofilik
Terdiri dari molekul organik yang besar dan dapat dilarutkan dengan
molekul dari fase pendispersi. Bahan-bahan tersebar dengan cepat setela
ditambahkanfase pendispersi membentuk dispersi koloid. Sistem koloid
hidrofilik lebih mudah dibuat dan memiliki stabilitas yang lebih besar. Pada
basis hidrofilik, karena kandungan airnya besar (70%) sediaan dapat
mengalami kontaminasi mikroba. Sehingga dapat dihindari dengan
penambahan bahan pengawet (Ansel, 2005)
b. Basis gel hidrofobik
Pada basis hidrofobik, umumnya terdiri dari partikel-partikel anorganik.
Jika ditambahkan kedalam fase pendispersi hanya sedikit seklai terjadi
interaksi antara kedua fase. Berbeda dengan basis hidrofilik, basis
hidrofobik tidak secara spontan menyebar, tetapi harus dirancang denngan
prosedur khusus. Penambahan kedalam medium pendispersi tidak begitu
berpengaruh terhadap viskositas dari cairan pembawa (Ansel, 2005).
Bentuk gel mempunyai beberapa kelebihan diantaranya tidak lengket. Gel
mempunyai aliran tiksotropik dan pseudoplastik yaitu gel berbentuk padat apabila
disimpan dan akan segera mencair bila dikocok. Konsentrasi bahan pembentuk gel
yang dibutuhkan hanya sedikit untuk membentuk massa gel yang baik. Viskositas gel
tidak mengalami perubahan yang berarti pada suhu penyimpanan. Gel harus
menunjukkan perubahan viskositas yang kecil di bawah variasi suhu normal pada saat
penggunaan dan penyimpanan. Gel topikal tidak boleh berlendir (Lieberman dkk.,
1996).
Kelebihan lain gel menurut Voight (1994) :
a. Memiliki daya sebar pada kulit baik
b. Efek dingin yang disebabkan akibat lambatnya air pada kulit
c. Tidak menghambat fungsi fisiologis kulit, khususnya respiration sensibilis,
oleh karena tidak melapisi permukaan kulit secara kedap dan tidak menyumbat
pori-pori
d. Tampak putih dan bersifat lembut
e. Pelepasan dari obat baik
Adapun kekurangan gel menurut Lachman (2008) yaitu :
a. Untuk hidrogel harus menggunakan zat aktif yang larut di dalam air sehingga
diperlukan penggunaan peningkat kelarutan speerti surfatkan agar gel tetep
jernih pada berbagai perubahan temperatur, tetapi gel tersebut mudah dicuci
atau hilang ketika berkeringat. Kandungan surfaktan yang tinggi dapat
menyebabkan iritasi dan harga lebih mahal
b. Penggunaan emolien golongan ester harus diminimalkan atau dihilangkan
untuk mencapai kejernihan yang tinggi
c. Gel dengan kandungan alkohol yang tinggi dapat menyebabkan pedih dan

perih pada wajah dan mata, penampilan yang buruk pada kulit bila terkena

sinar matahari, alkohol akan menguap dengna cepat dan meninggalkan film

yang berpori atau pecah-pecah sehingga tidak semua area tertutupi atau kontak

dengan zat aktif.

Pada praktikum kali ini dilakukan pembuatan gel dengan ekstrak rimpang kencur,
gel dibuat sebanyak 10 formula. Untuk membuat 1 formula, pertama-tama, basis gel
Na CMC sebanyak 3gr dikembangkan sedikit demi sedikit dan diaduk sampai menjadi
massa semi solid menggunakan aquades hangat (80-90oC) sebanyak 70 mL, digunakan
aquadest hangat adalah untuk mempercepat kelarutan (Syamsuni, 2006). Setelah itu,
propil paraben sebanyak 0,18gr dan metil paraben sebanyak 0,02gr dilarutkan dalam
propilen glikol 15gr. Propil paraben dan metal paraben dilarutkan kedalam propilen
glikol terlebih daluhu karena propil dan metal paraben sukar larut dalam air (Rowe,
2006). Kemudian larutan propil dan metal paraben tadi dimasukkan sedikit demi sedikit
ke dalam massa semi solid Na CMC, aduk sampai homogen. Selanjutnya, ekstrak
rimpang kencur ditambahkan tetes demi tetes kemudian ditambahkan akuades sampai
volume 100 mL, aduk sampai homogen kemudian disimpan dalam pot dan diberi etiket
biru karena sediaan merupakan sediaan topical (Syamsuni, 2006). Setelah sediaan jadi,
sediaan dilakukan uji evaluasi terhadap organoleptis, pH, homogenitas, viskositas, daya
lekat, daya sebar, dan uji stabilitas fisik freeze-thaw.

Pemerian dan Fungsi Bahan :

1. Ekstrak Rimpang Kencur


Ekstrak rimpang kencur berfungsi sebagai zat aktif yang dapat bekerja sebagai
antijamur pada kulit (Rahmi et al, 2016).
2. Na CMC
Na CMC merupakan gelling agent dari derivat selulosa. Na CMC sering
digunakan karena menghasilkan gel yang bersifat netral dan viskositas yang
stabil. Namun, kerugian dari penggunaan derivat selulosa adalah rentan
terhadap degradasi enzimatik yang dihasilkan dari organisme yang dapat
mengakibatkan penurunan viskositas. Sehingga dalam penelitian ini, formula
gel perlu ditambahkan dengan pengawet seperti metil paraben (Kusuma et al,
2018). Gelling agent merupakan salah satu bahan yang dapat menambah
kekentalan sediaan melalui mekanisme pengikatan molekul solven ke dalam
jaringan polimer, sehingga mengurangi pergerakan dan menghasilkan
viskositas sistem yang lebih tinggi (Paye et al, 2006). Pemeriannya serbuk
granular; putih atau hampir putih; tidak berbau. Kelarutannya raktis tidak larut
dalam aseton, etanol (95%), eter, dan toluen; mudah terdispersi dalam air pada
berbagai suhu membentuk larutan koloid jernih. Stabilitasnya tabil, meskipun
higroskopis. Dalam kondis yang tingkat kelembaban tinggi, CMC Na dapat
mengabsorbsi air sdalam jumlah yang besar(50%). Larutan CMC Na stabil pada
pH 2-10, Pengendapan dapat terjadi pada pH dibawah 2 dan pengurangan
viskositas secara cepat terjadi dibawah pH 10. Harus disimpan dalam wadah
tertutup baik pada tempat yang sejuk dan kering (Rowe et al, 2006).

3. Propilen Glikol
Propilenglikol digunakan sebagai humektan yang akan
mempertahankan kandungan air dalam sediaan sehingga sifat fisik dan stabilitas
sediaan selama penyimpanan dapat dipertahankan. Propilen glikol memiliki
stabilitas yang baik pada pH 3-6 (Allen, 2002). Oleh karena itu propilen glikol
dapat digunakan sebagai humektan dalam sediaan gel. Humektan akan menjaga
kestabilan sediaan gel dengan cara mengabsorbsi lembab dari lingkungan dan
mengurangi penguapan air dari sediaan. Selain menjaga kestabilan sediaan,
secara tidak langsung humektan juga dapat mempertahankan kelembaban kulit
sehingga kulit tidak kering (Andini & Yusriadi, 2017).
Propilen glikol memiliki kelarutan yang baik dalam air, etanol 95%,
aseton, dan kloroform, tidak bercampur dengan minyak lemak. Propilen glikol
memiliki stabilitas yang baik pada pH 3-6. Propilen glikol merupakan bahan
dengan viskositas tinggi sehingga dapat mempertahankan stabilitas gel. Gugus
OH pada molekul propilen glikol dapat berikatan dengan hidrogen dengan
rantai Na CMC membentuk molekul yang lebih besar sehingga meningkatkan
viskositas. cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, rasa khas (Depkes
RI, 2014).
4. Propil Paraben
Propil paraben berfungsi sebagai pengawet. Pengawet diperlukan dalam
formulasi gel mengingat bahwa tingginya kandungan air dalam sediaan gel yang
dapat menyebabkan terjadinya kontaminasi mikroba. Bahan pengawet
merupakan zat yang digunakan untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme
(Ansel, 1989). Kriteria pengawet yang digunakan antara lain, tidak toksik dan
tidak mengiritasi, lebih memiliki daya bakterisid dari pada bakteriostatik,
efektif pada konsentrasi rendah untuk spektrum luas, stabil pada kondisi
penyimpanan, tidak berbau dan tidak berasa, tidak mempengaruhi atau dapat
bercampur dengan bahan lain dalam formula, harganya murah. Metil paraben
dan propil paraben merupakan atimikroba spektrum luas dan dapat bekerja pada
rentang pH yang luas. Kombinasi dari keduanya dapat meningkatkan efektivitas
antimikrobanya (Anief, 2007). Propil paraben mengandung tidak kurang dari
99,0% dan tidak lebih dari 100,5% C10H12O3 dihitung terhadap zat yang telah
dikeringkan. Pemeriannya serbuk hablur putih, tidak berbau, tidak berasa.
Kelarutannhya sangat sukar larut dalam air, larut dalam 3,5 bagian etanol (95%)
P, dalam 3 bagian aseton P , dalam 140 bagian gliserol, 40 bagian mineral oil
(Depkes RI, 2014).
5. Metil Paraben
Metil paraben berfungsi sebagai pengawet. Metil paraben mengandung
tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 100.5% C8H8O3, dihitung
terhadap zat yang telah dikeringkan. Untuk pengawet sediaan topikal,
metilparaben yang biasa ditambahkan sebesar 0,02-0,3%. Efikasinya akan
meningkat jika ditambah dengan propilen glikol sebesar 2-5% atau
dikombinasikan dengan golongan paraben lain (Depkes RI, 2014). Penggunaan
basis gel derivat selulosa seperti Na CMC rentan terhadap degradasi enzimatik
oleh mikroorganisme yang dapat menyebabkan depolimerisasi sehingga
polimer gel menjadi rusak dan viskositas gel menjadi turun. Penambahan metil
paraben berguna untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme sehingga gel
bertahan lebih lama dalam keadaan stabil (Lieberman & Banker, 1989)
6. Akuades
Akuades berfungsi sebagai pelarut. Akuades digunakan sebagai pelarut
bahan-bahan kimia padatan atau serbuk yang akan dibuat menjadi larutan.
Hampir sebagian besar larutan dibuat menggunakan akuades. Hal ini
disebabkan akuades merupakan pelarut yang universal (umum) dan kebanyakan
bahan-bahan kimia padat atau serbuk larut dalam air sehingga sangat cocok
dengan akuades. Pemeriannya cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
mempunyai rasa. Kegunaan lainnya yaitu sebagai fase air (pembawa) (Depkes
RI, 2014)

Uji organoleptik dilakukan secara visual dan dilihat secara langsung bentuk,
warna, bau, dari gel yang di buat. Uji organoleptis gel dilakukan dengan mengamati
secara visual meliputi bentuk, warna dan bau dari gel (Astuti et al, 2017). Pada
pengamatan organoleptis gel ekstrak rimpang kencur, didapatkan warna gel berwarna
putih gading, berbau khas kencur, dan berbentuk gel. Hasil tersebut sesuai dengan
literature yang menyatakan bahwa gel biasanya jernih atau putih gading dengan
konsentrasi setengah padat (Ansel,1998). Pengamatan dilakukan pada hari ke-0
sampai hari ke-28. Namun, pada hari ke-28 bentuk gel sudah memiliki selapis air
diatas gel. Hal tersebut kemungkinan karena faktor suhu dan penyimpanan dapat
mempengaruhi bentuk dari sediaan (Astuti, 2017).

Uji pH dilakukan dengan cara mencelupkan elektrode pH meter ke dalam setiap


sediaan gel. Setelah elektrode tercelup, nyalakan pH meter kemudian didiamkan hingga
layar pada pH meter menunjukkan angka yang stabil (Danimayostu, 2017). Uji pH yang
dilakukan bertujuan untuk mengetahui sifat dari gel dalam mengiritasi kulit. Uji pH
dapat pula dilakukan dengan menggunakan kertas pH. Kulit normal berkisar antara pH
4,5- 6,5. Nilai pH yang melampaui 7 dikhawatirkan dapat menyebabkan iritasi kulit
(Sweetman et al, 2009). Hasil pengukuran pH sediaan yang diamati pada 4 minggu
yaitu berada pada rentang 5,1 – 6,5. Peningkatan pH terjadi pada sediaan namun masih
berada pada rentang pH kulit 4,5-6,5 (Rahim & Nofiandi, 2014), sehingga apabila
digunakan aman dan tidak mengiritasi kulit. Jika sediaan memiliki pH yang terlalu basa
maka dapat menyebabkan kulit menjadi kering. Sedangkan jika pH terlalu asam akan
menimbulkan iritasi kulit (Febriani, 2020).
Uji daya sebar dilakukan dengan sebanyak 0,5 gram gel diletakkan diatas kaca
bulat diameter 15 cm lalu ditutup menggunakan kaca bulat lainnya. Setelah itu,
diberikan beban seberat 150 gram diletakkan di atas kaca penutup dan dibiarkan selama
1 menit. Setelah 1 menit diukur diameter daya sebar menggunakan mistar berskala
secara vertikal, horizontal, dan diagonal (Voight, 1995). Uji daya sebar bertujuan untuk
mengetahui luas area gel dapat menyebar dan merata saat digunakan dan untuk
mengetahui seberapa besar kemampuan gel dapat menyebar pada kulit sehingga
optimal saat digunakan. Sediaan gel dikatakan baik apabila dapat menyebar dengan
mudah dan merata di tempat aksi sehingga efektifitasnya dalam penyembuhan semakin
optimal (Roroningtyas, 2012). Pada praktikum ini, diperoleh hasil di hari 0 sampai 3
gel memiliki daya sebar 6,5, 6, dan 7. Pada hari ke-5 mengalami kenaikan yaitu 7,7,
dan 6,5. Di hari ke-14 diperoleh hasil 7,5, 7, dan ,7 hingga hari ke 28 mengalami
kenaikan hingga 8,5. Hasil yang diperoleh hari ke 0 hingga 3 memiliki daya sebar yang
baik namun di hari ke 5 hingga 28 mengalami kenaikan, hal tersebut tidak sesuai dengan
literatur, syarat daya sebar yang baik berkisar 5-7 cm .Lama penyimpanan akan
mempengaruhi daya sebar gel, semakin lama penyimpanan maka daya sebar semakin
kecil dikarenakan kandungan air dalam sediaan menguap sehingga sediaan semakin
kental (Hastuty, et al 2018). Bila diameter daya sebar kuang dari 5 cm maka gel
tergolong dalam sediaan semikaku, namun jika diameter 5-7 maka gel termasuk dalam
sediaan semisolid (Garg et al, 2002).

Uji daya lekat gel ini menunjukkan kemampuan sediaan dalam melekat pada
tempat aplikasinya. Semakin lama sediaan dapat melekat maka semakin lama zat aktif
dapat kontak dengan tempat aplikasi sehingga diharapkan efek antibakterinya dapat
lebih optimal (Ismarani dkk, 2014). Uji daya lekat dilakukan dengan meletakkan 0,2
gram gel di atas kaca obyek kemudian ditutup dengan kaca obyek lainnya, dan diberi
beban beban 1 kg selama 5 menit. Penentuan daya lekat berupa waktu yang diperlukan
sampai kedua kaca obyek terlepas. Syarat daya lekat yaitu lebih dari 1 detik.
Berdasarkan hasil pengamatan yang terdapat pada data tabel uji daya lekat di atas
menunjukkan bahwa formula sudah memenuhi syarat dalam range uji daya lekat yaitu
lebih dari 1 detik (Yusuf dkk., 2017).

Uji viskositas dilakukan untuk mengetahui kekentalan dari gel. Gel yang tidak
terlalu cair maupun tidak terlalu kental merupakan ciri gel yang baik (Nurahmanto et
al, 2017). Uji viskositas merupakan pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk
mengalir, semakin tinggi viskositas maka semakin besar tahanannya (Sinko, 2011).
Pengukuran viskositas dilakukan menggunakan alat viskosimeter Brookfield DV-E
dengan menempatkan gel dalam viskometer hingga spindel terendam. Viskometer
brookfield DV-E dioperasikan dengan spindel dan kecepatan tertentu, kemudian
viskositas dari gel akan terbaca pada viskometer dalam skala cP hingga angka yang
konstan (Voight, 1995). Gel disimpan dan dilakukan uji viskositas pada sediaan gel
ekstrak rimpang kencur dilakukan selama 28 hari dan dilakukan pengukuran nilai
viskositas pada saat setelah selesai pembuatan atau hari ke-0 kemudian dilanjutkan
pengukuran pada hari ke-1, ke-3, ke-5, ke-7, ke-14, ke-21, dan ke-28. Sediaan gel
ekstrak rimpang kencur diuji sebanyak tiga kali replikasi. Berdasarkan hasil
pengukuran viskositas ketiga sediaan mengalami penurunan viskositas hingga hari ke-
28. Hasil pengukuran viskositas pada hari ke-0 pada masing-masing sediaan adalah
81600 cP, 80100 cP, dan 82500 cP; hari ke-1 81500 cP, 80100 cP, dan 82000 cP; hari
ke-3 80800 cP, 80000 cP, dan 82000 cP; hari ke-5 81000 cP, 79900 cP, dan 81800 cP;
hari ke-7 79500 cP, 79500 cP, dan 81300 cP; hari ke-14 78300 cP, 78000 cP, dan 80000
cP; hari ke-21 73300 cP, 74500 cP, dan 76800 cP; hari ke-28 70500 cP, 71400 cP, dan
73800 cP. Hal tersebut dapat disebabkan sediaan gel menunjukkan karakteristik yaitu
synersis yang merupakan proses keluarnya cairan yang terjerat dalam gel sehingga
memungkinkan cairan untuk bergerak menuju ke permukaan, oleh karena itu sediaan
mengalami penurunan viskositas (Astuti et al, 2017). Viskositas gel dipengaruhi oleh
konsentrasi Na CMC. Dalam sistem gel, Na CMC bertanggungjawab terhadap
terbentuknya matriks gel. Selama penyimpanan, Na CMC dapat mengalami kerusakan
yang menyebabkan perubahan viskositas gel. Hal ini dapat disebabkan oleh suhu dan
kemasan yang kurang kedap sehingga gel menyerap uap air dari luar dan menambah
volume air dalam gel. Penambahan bahan-bahan lain seperti propilen glikol yang
konsistensinya cair dapat menurunkan viskositas sediaan gel (Sayuti, 2015). Viskositas
gel yang baik berada pada rentang 20.000-40.000 cP sehingga viskositas sediaan gel
ekstrak rimpang kencur tidak sesuai dengan literatur karena nilainya jauh lebih besar
dari batas rentang maksimal (Garg et al, 2002).
Uji homogenitas dilakukan untuk melihat apakah bahan-bahan yang digunakan
dalam pembuatan sudah tercampur atau belum secara merata dan apakah sediaan yang
telah dibuat homogen atau tidak. Homogenitas ditunjukkan dengan tidak adanya
butiran kasar (Sayuti, 2015). Uji homogenitas gel dilakukan dengan alat kaca arloji
dengan cara mengambil 0,1 gr gel dari masing-masing formula lalu oleskan gel pada
kaca arloji, diraba dan saat digosokkan massa gel harus menunjukkan susunan homogen
yaitu tidak terasa adanya bahan padat pada kaca (Voight, 1995). Dari hasil pengujian
yang dilakukan diketahui bahwa formula memiliki homogenitas yang baik dibuktikan
pada hasil pengujian sebanyak tiga kali replikasi selama 28 hari kemudian dilakukan
pengecekan homogenitas sediaan pada saat setelah selesai pembuatan atau hari ke-0
kemudian dilanjutkan pengukuran pada hari ke-1, ke-3, ke-5, ke-7, ke-14, ke-21, dan
ke-28 menunjukkan hasil yang homogen.

Uji stabilitas fisik sediaan gel dapat dilakukan dengan uji freeze thaw. Uji
freeze-thaw dilakukan untuk mengetahui apakah sediaan mengalami pemisahan fase
setelah disimpan pada dua suhu yang berbeda yaitu pada suhu 4ºC dan 40ºC. Uji freeze
thaw dilakukan selama 96 jam dalam satu siklus terbagi menjadi dua tahap yaitu 48 jam
siklus awal sediaan ditempatkan di lemari pendingin pada suhu 4℃. Kemudian 48 jam
berikutnya sediaan ditempatkan di oven pada suhu 40℃. Setiap satu siklus selesai
diamati ada tidaknya pemisahan fase atau perubahan organoleptis. Pengamatan gel
ekstrak rimpang kencur dengan metode freeze-thaw dilakukan selama 3 siklus.
Berdasarkan hasil pengamatan terlihat bahwa pada siklus 1 dan siklus 2 sedian tidak
mengalami perubahan tampilan fisik baik dari bentuk yaitu bentuk gel, bau yaitu bau
khas kencur dan warna yaitu warna putih gading, serta tidak terjadi pemisahan fase baik
pada suhu 4℃ maupun suhu 40℃. Sedangkan pada siklus 3 hasil pengamatan sediaan
tidak mengalami perubahan tampilan fisik berupa bau yaitu bau khas kencur dan warna
yaitu warna putih gading namun terjadi pemisahan fase dan terdapat perubahan bentuk
gel yaitu adanya selapis air di atas gel. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh bahan yang
digunakan kurang mampu bercampur dengan baik dan sediaan pun kurang stabil baik
dalam penyimpanan suhu rendah, suhu kamar, maupun suhu tinggi (Yati et al, 2018).

Adapun parameter kritis dalam proses pembentukan gel adalah

1. Temperatur
Temperatur atau suhu akan berpengaruh pada kemampuan mengembang senyawa
polimer saat didispersikan kedalam air (Fardiaz, 1989).
2. Kecepatan dan lama pengadukan
Pengadukan yang terlalu kuat dan cepat dapat mengakibatkan adanya gelembung
udara yang terjebak dalam sistem polimer (Fardiaz, 1989).
3. pH
pH penting karena pH berpengaruh terhadap kestabilan warna yang dihasilkan
(Fardiaz, 1989).
4. Pelarut yang digunakan tidak bersifat melarutkan gelkarena apabila daya adhesi
antar pelarut dan gel lebih besar dari daya kohesi antar gel maka dapat merusak
sistem gel (Fardiaz, 1989).
5. Konsentrasi gelling agent
Komponen gelling agent merupakan faktor kritis yang dapat mempengaruhi sifat
fisika gel yang dihasilkan. Konsentrasi gel dibuat rendah agar daya sebar besar dan
sediaan menunjukkan kemampuan zat aktif untuk menyebar dan kontak dengan
kulit semakin luas (Yati & Lusi,2018)

F. KESIMPULAN

Pada praktikum kali ini dilakukan pembuatan gel. Gel didefinisikan sebagai
suatu sistem setengah padat yang terdiri dari suatu dispersi yang tersusun baik dari
partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar dan saling diresapi
cairan. Evaluasi dari pembuatan gel ini meliputi uji organoleptik dengan hasil
didapatkan warna gel berwarna putih gading, berbau khas kencur, dan berbentuk gel.
Hasil tersebut sesuai dengan literature yang menyatakan bahwa gel biasanya jernih atau
putih gading dengan konsentrasi setengah padat, uji homogenitas mendapatkan hasil
pada hari ke-0 kemudian dilanjutkan pengukuran pada hari ke-1, ke-3, ke-5, ke-7, ke-
14, ke-21, dan ke-28 menunjukkan hasil yang homogen, uji pengukuran pH dengan
hasil pengukuran pH sediaan yang diamati pada 4 minggu yaitu berada pada rentang
5,1 – 6,5., Uji Daya Lekat didapatkan hasil pengamatan menunjukkan bahwa formula
sudah memenuhi syarat dalam range uji daya lekat yaitu lebih dari 1 detik. Tetapi pada
Pengukuran Viskositas, Uji Daya Sebar dan Uji Stabilitas Fisika Freeze-Thaw di
dapatkan hasil tidak sesuai dengan literatur yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

Allen, L. V. 2002. The Art, Science and Technology of Pharmaceutical Compounding, Second
Edition. Washington D.C. : American Pharmaceutical Association.

Andini, Tricia dan Yuliet Yusriadi. 2017. Optimasi Pembentuk Film Polivinil Alkohol dan
Humektan Propilen Glikol pada Formula Masker Gel Peel off Sari Buah Labu Kuning
(Cucurbita moschata Duchesne) sebagai Antioksidan. Jurnal Farmasi Galenika. 3(2):
165-173.

Anief, Moh. 2007. Ilmu meracik Obat. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Diterjemahkan oleh Farida Ibrahim,
Asmanizar, Iis Aisyah, Edisi keempat. Jakarta: UI Press.

Ansel, H. C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV. Jakarta: UI Press.

Ansel, H.C., 2008, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi: Beberapa Macam Preparat: Tinktur,
Ekstrak encer, Ekstrak Air, Amonia, Asam Encer, Spirtus, dan Radiofarmasi,Edisi 4,
Jakarta : UI Press, p. 607-608

Astuti, Dwi Puji Astuti, Patihul Husni, Kusdi Hartono. 201. Formulasi dan Uji Stabilitas Fisik
Sediaan Gel Antiseptik Tangan Minyak Atsiri Bunga Lavender (Lavandula angustifolia
Miller). Suplemen Farmaka. 15(1): 176-184.

Danimayostu, A. A. 2017. Pengaruh Penggunaan Pati Kentang (Solanum tuberosum)


Termodifikasi Asetilasi-Oksidasi Sebagai Gelling Agent Terhadap Stabilitas Gel
Natrium Diklofenak. Pharmaceutical Journal of Indonesia. 3(1), 25-32.

Depkes RI. 2014. Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.

Fardiaz, S. 1989. Petunjuk Laboratorium Analisis Mikrobiologi Pangan. Bogor : Penerbit


IPB.
Febriani, A., Maruya, I., & Sulistyaningsih, F. 2020. Formulasi dan Uji Iritasi Sediaan Gel
Kombinasi Ekstrak Etanol Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L.) dan Ekstrak
Etanol Herba Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban). Jurnal Sainstech Farma.
13(1), 45-54.
Garg, A., D. Aggarwal, S. Garg, dan A. K. Sigla. 2002. Spreading of Semisolid Formulation.
USA: Pharmaceutical Technology.

Haryudin, W., & Rostiana, O. (2016). Karakteristik Morfologi Bunga Kencur (Kaempferia
galanga L.). Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, 19(2), 109-116.

Hastuty, H. S. B., Purba, P. N., & Nurfadillah, E. (2018). Uji Stabilitas Fisik Formulasi Sediaan
Gel Ekstrak Daun Ketepeng Cina (Cassia Alata L.) Dengan Gelling Agent Cmc-Na
Terhadap Staphylococcus Aureus. Gema Kesehatan, 10(1), 22-27.

Ismarani, D., Pratiwi, L., dan Kusharyanti, I., 2014, Formulasi Gel Pacar Air (Impatiens
balsamina Linn.) terhadap Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis.
J Pharm. Sci. Res., 1 (1):30-45.

Kusuma, Tiara Mega Kusuma, Metty Azalea, Puspita Septie Dianita, Naily Syifa. 2018.
Pengaruh Variasi Jenis dan Konsentrasi Gelling Agent terhadap Sifat Fisik Gel
Hidrokortison. Jurnal Farmasi Sains dan Praktis. 4(1): 44-49.

Lieberman, Rieger & Banker. 1989. Pharmaceutical Dosage Form : Disperse System. New
York : Marcel Dekker Inc.

Lieberman, H. A., Rieger, M. M., dan Banker, G. S. 1996. Pharmaceutical Dosage Forms:
Dispers System, Vol. 2, Second Edition,. New York : Mariel Dekker, Inc.

Nurahmanto, D., Mahrifah I.R., Firda R., Imaniah N. dan Rosyidi V.A., 2017. Formulasi
Sediaan Gel Dispersi Padat Ibuprofen : Studi Gelling Agent dan Senyawa Peningkat.
Ilmiah Manuntung. 3(1): 96–105.

Ofner, C. M. dan Klech-Gelotte, C. M. 2007. Encyclopedia of Pharmaceutical Technology.


USA : Informa Healthcare Inc.

Paye, Marc, Andre O. Barel dah H.I, Maibach. 2006. Handbook of Cosmetic Science and
Technology, 2nd Edition. New York : CRC Press.

Rahim, F. & Nofiandi, D. 2014. Formulasi masker peel of ekstrak rimpang rumput teki
(Cyperus rotundus L.) sebagai snti jerawat. E-Jurnal Prosiding Seminar Nasional
dan Workshop “Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik IV, 64-73.
Rahmi, Annisa, Erfan Roebiakto, dan Leka Lutpiatina. 2016. Potensi Ekstrak Rimpang Kencur
(Kaempferia galanga L.) Menghambat Pertumbuhan Candida albicans. Medical
Laboratory Technology Journal. 2(2): 70-76.

Roroningtyas A., Mufrod and Setiyadi G. 2012. Formulasi Sediaan Gel Ekstrak Etanol Daun
Lidah Buaya (Aloe vera (L.) Webb) Dengan Gelling Agent Karbopol 934 Dan Aktivitas
Antibakterinya Terhadap Staphylococcus epidermidis. Fakultas Farmasi Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Rowe, R. C., Shesky, P. J., and Owen, S. C. (eds.). 2006. Handbook of Pharmaceutical
Excipients, Fifth Edition. UK: Pharmaceutical Press.

Rowe, R. C. 2009. Handbook Of Pharmaceutical Excipients, 6th Edition. London: The


Pharmaceutical Press.
Sayuti, Nutrisia Aquariushinta. 2015. Formulasi dan Uji Stabilitas Fisik Sediaan Gel Ekstrak
Daun Ketepeng Cina (Cassia alata L.). jurnal Kefarmasian Indonesia. 5(2): 74-82.

Setyawan, E,. Putratama, P., (2012) Optimasi Yield Etil P-Metoksisinamat pada Ekstrak
Oleoresin kencur (Kaemferia galangal) Menggunakan pelarut etanol. Jurnal Bahan
AlamTerbarukan, 1(2).

Shetu Hosne Jahan, Kaniz Taskina Trisha, Shishir Ahmed Sikta, Raihanatul Anwar, Sadman
Sakib Bin Rashed (2018). Pharmacological importance of Kaempferia galanga
(Zingiberaceae). International Journal of Research in Pharmacy and
PharmaceuticalSciences Volume 3; Issue 3; May 2018; Page No. 32-39

Sinko, Patrick J. 2011. Martin's Physical Pharmacy and Pharmaceutical Sciences Physical
Chemical and Biopharmaceutical Principles in the Pharmaceutical Sciences Sixth
Edition. Philadelphia : Wolters Kluwer.

Sri Wardiyah.2015. Perbandingan sifat fisik sediaan krim, gel, dan salep yang mengandung
etil p-metoksisinamat dari ekstrak rimpang kencur (kaempferia galanga linn.).UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.

Syamsuni. 2006. Ilmu Resep. Jakarta: EGC.


Sweetman, Sean C, dkk. 2002. Martindale The Complete Drug Reference Thirty-third
Edition. London: Pharmaceutical Press.
Voigt, T. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi V. Yogyakarta : Universitas Gajah
Mada Press
Widyaningrum, H. 2011. Kitab Tanaman Obat. MedPress : Yogyakarta.
Yati, Kori, Mahdi Jufri, Misri Gozan, Mardiastuti, dan Lusi Putri Dwita. 2018. Pengaruh
Variasi Konsentrasi Hidroxy Propyl Methyl Cellulose (HPMC) terhadap Stabilitas
Fisik Gel Ekstrak Tembakau (Nicotiana tabaccum L.) dan Aktivitasnya terhadap
Streptococcus mutans. Pharmaceutical Sciences and Research (PSR). 5(3): 133-141.

Yusuf, A.L., Nurawaliah, E., dan Harun, N., 2017, Uji Efektivitas Gel Ekstrak Etanol Daun
Kelor (Moringa oleifera L.) sebagai Antijamur Malassezia furfur, Kartika: Jurnal
Ilmiah Farmasi, 5 (2):62-67.

Anda mungkin juga menyukai