Nomor Kelompok : F7
A. Prosedur asli
Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Fase gerak Buat campuran air-metanol P - asam asetat glasial P (69:28:3), saring dan
awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti yang
tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan baku internal Timbang saksama sejumlah asam benzoat P, larutkan dan encerkan
dengan metanol P hingga kadar lebih kurang 6 mg per mL.
Larutan uji Timbang dan serbuk haluskan tidak kurang dari 20 tablet. Timbang saksama
sejumlah serbuk tablet setara dengan lebih kurang 250 mg paracetamol, masukkan ke
dalam labu tentukur 100,0 mL, tambahkan lebih kurang 75 mL Pengencer, kocok selama
30 menit menggunakan pengocok mekanik, sonikasi selama 5 menit. Encerkan dengan
Pengencer sampai tanda, kocok. Pipet 2 mL larutan ke dalam labu tentukur 50,0 mL,
tambahkan 3 mL Larutan baku internal, encerkan dengan Pengencer sampai tanda, kocok.
Sistem kromatografi Kromatografi cair kinerja tinggi dilengkapi dengan detektor 275 nm
dan kolom 4,6 mm x 10 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel 5 μm.
o
Pertahankan suhu kolom pada 45 ± 1 . Laju alir lebih kurang 2,0 mL per menit. Lakukan
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam kromatogram, dan ukur respons puncak sperti
tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak analit dan baku internal tidak kurang dari
1,4; faktor ikutan tidak lebih dari 1,2; dan simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang
tidak lebih dari 2,0%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume sama (lebih kurang 10 μL) Larutan
baku dan Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam kromatogram dan ukur respons
piuncak utama. Waktu retensi relatif parasetamol, kofein, dan asam benzoat berturut-tururt
adalah 0,3; 0,5; dan 1,0. Hitung jumlah dalam mg, parasetamol, C 8H9NO2, dan kofein,
C8H10N4O2, dalam tablet yang digunakan dengan rumus:
B. Rencana kerja
Prinsip Kerja
● Larutan pengencer
● Untuk baku induk = 50,0 mL = 50 mL
● Untuk baku antara = 1 x 5 mL = 5 mL
● Untuk baku kerja = 5 x 2 mL = 10 mL
● Untuk penetapan kadar = 3 x 10 mL = 30 mL
● Total = 95 mL dibulatkan jadi 100 mL
● Metanol 95 / 100 x 100 mL = 95 mL
● Asam asetat glasial 5 / 100 x 100 mL = 5 mL
Diketahui informasi pada etiket bahwa setiap tablet obat sakit kepala “X” mengandung
500 mg parasetamol.
Diketahui bobot rerata yang diperoleh dari penimbangan 1 tablet obat sakit kepala “X”
adalah 650,5 mg.
Maka, 500 mg / 650,5 mg x 100% = 76,86%. Setiap 1 tablet obat sakit kepala “X”
mengandung 76,86% parasetamol.
Jika kadar sampel yang akan dibuat adalah 50 bpj (parasetamol murni), maka kadar
sampel 100 / 76,86 x 50 bpj = 65 bpj → 65 mg/1000,0 mL = 6,5 mg/100,0 mL.
Karena penimbangan terlalu kecil, maka ditimbang 65 mg baku lalu dilarutkan dalam
50,0 mL dalam labu ukur. Setelah itu dilakukan pengenceran 20x sehingga :
65 mg/50,0 mL = 1300 bpj, kemudian diambil 100,0 µL dan dilarutkan dalam 2,0 mL
sehingga menghasilkan 65 bpj.
E. Prosedur Kerja
a. Pembuatan Baku Induk
i. Disiapkan timbangan analitik, kemudian bubble point pada timbangan analitik
diseimbangkan.
ii. Ditimbang botol timbang kosong dengan timbangan analitik kemudian ditara.
iii. Dimasukkan ke dalam botol timbang, lalu ditimbang paracetamol 50,6 mg
dengan timbangan analitik.
iv. Dilarutkan dengan metanol - asam asetat glasial dalam botol timbang
kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 50,0 mL dengan dibantu corong
yang disangga dengan perkamen pada mulut labu ukur.
v. Dilakukan pembilasan dengan pelarut pengencer pada botol timbang agar
tidak ada paracetamol yang tertinggal. Lalu ditambah pelarut hingga batas
meniskus bawah pada labu ukur.
vi. Ditutup labu ukur lalu dihomogenkan.
b. Pembuatan Baku Antara
i. Dipipet larutan baku induk menggunakan mikropipet sebanyak 500 µL dan
dimasukkan ke dalam vial.
ii. Ditambahkan pelarut pengencer 4500 µL.
c. Pembuatan Baku Kerja
i. Dipipet baku antara dengan menggunakan mikropipet dan diambil 200 µL;
400 µL; 600 µL; 800 µL; dan 1000 µL. Masing masing ditambahkan pelarut
ad 5,0 mL.
ii. Disaring sebagian larutan dengan kertas saring whatman 41 lalu dilakukan
penyaringan holder dengan porositas 0,45 µm lalu ditampung dalam vial.
iii. Masing-masing baku kerja disuntikkan dalam HPLC.
iv. Diamati area pada λ 275 nm dan waktu retensi (Rt) sesuai pustaka.
d. Penetapan Kadar Parasetamol
i. Disiapkan timbangan analitik, kemudian bubble point pada timbangan analitik
diseimbangkan.
ii. Diambil 20 tablet, kemudian ditimbang dengan kaca arloji yang sudah ditara
lalu didapat bobot rata-rata 650,5 mg.
iii. Kemudian digerus dengan stamper di dalam mortir sampai halus dan
homogen.
iv. Ditimbang botol timbang dengan timbangan analitik kemudian ditara.
v. Setelah itu dimasukkan sampel ke dalam botol timbang yang sudah ditara
sebanyak 65 mg.
vi. Dilarutkan dengan metanol - asam asetat glasial dalam botol timbang,
kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 50,0 mL.
vii. Dipindahkan ke labu ukur dengan dibantu corong yang disangga dengan
perkamen pada mulut labu ukur.
viii. Dilakukan pengenceran dengan memipet larutan sampel sebanyak 100,0 µL
dan dilarutakan dalam 2,0 mL, lalu dimasukkan ke dalam vial dan
ditambahkan pelarut sebanyak 1900 µL, kemudian dihomogenkan.
ix. Larutan disaring dengan kertas saring whatman 41 lalu dilakukan penyaringan
menggunakan membran filter holder dengan porositas 0,45 µm lalu
ditampung dalam vial.
x. Sampel diinjeksikan melalui injektor atau auto sampler sebanyak 50,0 µL,
xi. Direkam kromatogram dan diukur respons puncak.
xii. Langkah di atas (langkah ix sampai xiii) diulangi untuk replikasi sampel II,
dan III.
F. Perhitungan
Baku induk :
Baku yang ditimbang 50,6 mg/50,0 mL = 1012 bpj.
Baku antara :
Baku kerja :
Volume baku kerja (µl) Volume pelarut yang Konsentrasi baku (bpj)
ditambahkan (µl)
a = 680
b = 1031,6
r = 0,9977
Replikasi I
y = 680 + 1031,6x
Replikasi II
y = 680 + 1031,6x
x = 38,1155 bpj
Replikasi III
y = 680 + 1031,6x
x = 39,1334 bpj
SD = 0,6251%
KV → SD / rata-rata x 100%
G. Pembahasan
Metode yang digunakan untuk penetapan kadar parsetamol pada praktikum adalah
metode HPLC atau Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT). Terdapat fase gerak pada
penetapan kadar menggunakan metode tersebut, fase gerak yang digunakan sesuai yang
tertera pada Farmakope Indonesia adalah campuran air-metanol-asam asetat glasial
dengan perbandingan (69:28:3) dan pengencernya adalah campuran metanol-asam asetat
glasial dengan perbandingan (95:5).
Sistem Kromatografi cair kinerja tinggi dilengkapi dengan detektor 275 nm dan kolom
4,6 mm x 10 cm berisi bahan L1 dengan ukuran partikel 5 μm. Pertahankan suhu kolom
o
pada 45 ± 1 . Laju alir lebih kurang 2,0 mL per menit.
(Alasan kenapa pakai mikroliter, satuan kenapa mikroliter, kenapa max pengenceran 2,0
mL, kenapa digunakan kertas sharing whatman 41, dll)
H. Kesimpulan