Anda di halaman 1dari 4

Hasil dan Pembahasan

Hasil

C. Uji 3 (Pengaruh pH)

Ph awal NaOH = 13

Ph NaOH + paracetamol awal = 11

pH NaOH + paracetamol di stirrer hingga jenuh = 10

berat paracetamol awal = 1034,4 mg

Sisa dari yang tidak larut = 223,4 mg

Paracetamol yang larut = 881 mg


Paracetamol larut
Kelarutan =
volume NaOH
811 mg
= = 40,55 mg/ml = 0,4055 g/ml
20 𝑚𝑙
D. Uji 4 ( Pengaruh suhu)

Berat methyl paraben = 250 mg

Aquadest = 20 ml

Suhu awal 27˚C, suhu dipanaskan 150˚C, suhu akhir 68˚C

No Percobaan Kondisi larutan


1 Methyl paraben + air (suhu ruang 27˚C) Tidak larut
2 Methyl paraben + air dipanaskan pada suhu 150˚C Zat larut
3 Methyl paraben + air didinginkan pada suhu 77˚C Kristalisasi

E. Uji 5 ( Peran Pelarut campuran)

Pelarut Berat awal teofilin (mg) Teofilin terlarut (mg)


1 405,5 104,7
2 402,8 154,6
3 401,7 238,7
4 413,9 178
5 421,6 265,9

Konstanta dielektrik pelarut campur

Pelarut Air (ml) Etanol Konstanta dielektrik


1 20 0 78,5
2 15 5 64,95
3 10 10 51,4
4 5 15 37,85
5 0 20 24,3

KURVA KELARUTAN
300
Jumlah teofilin terlarut (mg)

250

200

150
Series1
100

50

0
0 20 40 60 80 100
Konstanta Dielektrik

Perhitungan liat di ls 

Pembahasan

Adapun pembahasan pada praktikum kelarutan adalah untuk menentukan kelarutan suatu zat
secara kuantitatif, menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat, dan membedakan
larutan jenuh, tak jenuh dan lewat jenuh. Larutan adalah campuran homogen antara zat pelarut dan zat
terlarut. Kelarutan adalah kemampuan suatu zat terlarut dalam pelarut tertentu. Larutan pada umumnya
dibagi menjadi tiga yaitu larutan jenuh adalah larutan yang zat terlarutnya dapat melarut dalam zat
pelarutnya dalam konsentrasi yang maksimal. Larutan lewat jenuh terjadi pada saat zat terlarut sudah
melewati batas maksimal zat pelarut untuk melarutkannya yang biasanya ditandai dengan terbentuknya
endapan. Lautan tak jenuh terjadi saat zat terlarut belum mencapai batas maksimal zat pelarut untuk
melarutkannya.Kelarutan dalam besaran kuantitatif didefinisikan sebagai konsentrasi zat terlarut dalam
larutan jenuh pada temperatur tertentu sedangkan secara kualitatif didefinisikan sebagai interaksi
spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk dispersi molekuler homogen. Menurut
U.S.Pharmacopeia dan National formulary definisi kelarutan obat adalah jumlah ml pelarut di mana akan
larut / gram zat terlarut. Proses kelarutan diatur oleh tiga faktor. faktor pertama adalah gaya kohesi zat
terlarut. faktor kedua adalah gaya kohesi pelarut dan yang ketiga adalah hasil interaksi antara zat terlarut
yang terdisolusi dan molekul pelarut setelah pemutusan. (Dapus )

Pada praktikum ini, kami melakukan lima percobaan yaitu pembuatan larutan jenuh, tak jenuh,
dan lewat jenuh; penetapan kelaturan parasetamol dalam dapar fosfat ph 5,8; peran ph dalam kelarutan;
peran suhu dalam kelarutan; dan peran pelarut camputan dalam kelarutan.

Pada pembuatan larutan jenuh, tak jenu dna lewat jenuh........(bagian ebril)
Pada penetapan kelarutan parasetamol dalam dapar fosfat ph 5,8...... (bagian ebril))

Pada pengaruh pH terhadap kelarutan.Zat organic yang bersifat asam lemah/basa lemah adalah
zat aktif yang sering digunakan dalam dunia pengobatan . Kelarutannya dipengaruhi pH, yakni untuk dapat
larut zat organik yang bersifat asam lemah diberikan atau dicampurkan dulu dengan larutan basa agar
terbentuk garam organik yang mudah larut dalam air, demikian selanjutnya. pH awal NaOH yang telah
diperiksa dengan indikator pp didapat pH 13. pH naoh saat ditambah parasetamol sebelum distirer adalah
11 dan setelah distirer hingga jenuh mengalami penurunan ph yaitu 10. Berat paracetamol yang ditimbang
1034,4 mg atau 1,034 gram. Sisa parasetamol yang tidak larut adalah 223, 4 mg dan berat parasetamol
yang larut adalah 881 mg. Kelarutan parasetamol dapat dihitung dengan berat parasetamol yang larut
berbanding terbalik dengan volume naOH. Kelarutan parasetamol yang kami dapat adalah 40,55 mg/ml
atau 0.040 g/ml

Pada pengaruh suhu dalam kelarutan. Ada tiga pernyataan tentang kelarutan yang
dipengaruhi oleh suhu yaitu pertama, bila suhu dinaikkan, kelarutan akan meningkat, namun bila
didinginkan dia akan mengendap. Kedua, bila suhu dinaikkan, kelarutan akan meningkat, ketiga, bila suhu
dinaikkan, kelarutan akan kecil. Pada percobaan ini, kami menggunakan bahan methyl paraben sebanyak
250 mg dan aquadest 20 ml. Kami menggunakan suhu 27'c, 150 'c dan 77'c. Pada methyl paraben yang
ditambah air pada suhu ruang yaitu 27'c, larutan tidak larut berarti menunjukkan larutan yang tak jenuh.
Kemudian suhu dinaikkan sampai 150'c, kondisi larutan adalah zat larut, hal ini menujukkan larutan jenuh.
Suhu diturunkan sampai zat terdapat endapan (membentuk kristal), hal ini menujukkan larutan lewat
jenuh.

pada pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan teofilin. Pada percobaan ini kami memiliki lima
perlakuan pada masing-masing pelarut. Pada pelarut 1, berat awal teofilin 405,5 mg, ditambahkan 20 ml
air dan 0 ml etanol mg, berat teofilin yang terlarut 104,7 mg, dan konstanta eliktrik yang didapat adalab
78.5. Pada pelarut 2, berat awal 402, 8 mg, ditambahkan 15 ml air, 5 ml etanol, berat teofilin yang terlarut
154.6 mg, dan konstanta dieliktrik yang didapat 64.95. Pada pelarut 3, berat awal 401. 7 mg, ditambahkan
10 ml air, 10 ml etanol, berat teofilin yang terlarut 238.7 mg, dan konstanta dieliktrik yang didapat 51.4.
Pada pelarut 4, berat awal 413.9 mg, ditambahkan 5 ml air, 15 ml etanol, berat teofilin yang terlarut 178
mg, dan konstanta dieliktrik yang didapat 37.85. Pada pelarut 5 , berat awal 4012. 6 mg, ditambahkan 0
ml air, 20 ml etanol, berat teofilin yang terlarut 265.9 mg, dan konstanta dieliktrik yang didapat 24.3.
Untuk melihat kurva kelarutan, data yang diinput sebagai sumbu x adalah konstanta dieliktrim dan sumbu
y adalah jumlah teofilin yang terlarut, satuan mg. Pada kurva, (dijelasin kurva ) . Semakin tinggi konstanta
dialektrik, semakin rendah kelarutannya.

Data kelarutan suatu zat dalam air sangat penting untuk diketahui dalam pembuatan sediaan
farmasi. Sediaan farmasi seperti cairan, sirup, eliksir, obat tetes mata, injeksi dan lain-lain dibuat dengan
menggunakan pembawa air. Bahkan untuk bentuk sediaan obat lainnya seperti suspense, tablet atau
kapsul yang diberikan secara oral, data ini tetap diperlukan karena dalam saluran cerna obat harus dapat
melarut dalam cairan saluran cerna yang komponen utamanya adalah air agar dapat diabsorbsi.

Pada umumnya obat baru diabsorbsi dari saluran cerna dalam keadaan terlarut kecuali jika
transport obat melalui mekanisme pinositosis. Oleh karena itu salah satu cara untuk meningkatkan
ketersediaan hayati suatu sediaan adalah dengan menaikkan kelarutan zat aktifnya di dalam air.

Anda mungkin juga menyukai