2018
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/12213
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
TESIS
OLEH :
AINIL FITHRI PULUNGAN
NIM 167014002
TESIS
OLEH :
AINIL FITHRI PULUNGAN
NIM 167014002
Telah diuji dan dinyatakan LULUS di depan TIM Penguji pada hari Senin tanggal Lima Belas
Mengesahkan :
Dengan ini menyatakan bahwa tesis yang saya buat adalah asli karya saya sendiri, bukan
plagiat dan apabila dikemudian hari diketahui tesis saya tersebut plagiat karena kesalahan
saya sendiri maka saya bersedia diberi sanksi apapun oleh Program Studi Magister Farmasi
Fakultas Farmasi USU. Saya tidak akan menuntut pihak manapun atas perbuatan saya
tersebut.
Demikian surat pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya dan dalam keadaan
sehat.
Bismillahirrahmanirrahim,
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan
Utama dan Rasio Absorbansi”. Shalawat dan salam untuk Rasulullah Muhammad
mendapatkan bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, baik moril maupun
kepada :
1. Bapak Rektor Prof. Dr. Runtung, S.H., M.Hum., selaku Rektor Universitas
2. Ibu Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi
Fakultas Farmasi.
3. Bapak Prof. Dr. Urip Harahap, Apt., Selaku Ketua Program Studi Magister
Farmasi dan Ibu Prof. Dr. Rosidah, M.Sc., Apt., selaku Sekretaris Program
vi
Siti Morin Sinaga, M.Sc., Apt., selaku ketua dan anggota komisi
5. Ibu Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt., dan Bapak Prof. Dr. Muchlisyam, M.Si,
Apt., selaku ketua dan anggota penguji yang telah banyak memberikan
6. Bapak dan Ibu staf pengajar Program Studi Magister Farmasi atas
7. Orang tua tercinta, Ayahanda Drs. Harmen Pulungan dan Ibunda Dra.
sejak kecil, serta memberikan doa, motivasi dan kasih sayang kepada
penulis.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangan dan perlu
mendapatkan masukan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis berharap
vii
ABSTRAK
viii
ABSTRACT
ix
Halaman
JUDUL ..................................................................................................... i
xi
xii
xiii
Tabel Halaman
xiv
Gambar Halaman
xv
Lampiran Halaman
2. Alat ................................................................................................. 61
xvi
xvii
xviii
PENDAHULUAN
Obat yang beredar sebagian besar adalah kombinasi dari beberapa bahan aktif,
dapat meningkatkan efek analgesik PCT dan KOF secara sinergis, manfaat dari
kombinasi obat ini dapat mengurangi sakit kepala, nyeri otot, neuralgia, sakit
punggung, nyeri sendi, nyeri rematik, migrain, sakit gigi dan nyeri haid.
Kombinasi ini juga terbukti efektif untuk penyakit demam yang berasal dari
infeksi bakteri atau virus, dengan efek samping yang terbatas dan kombinasi ini
Dalam industri farmasi, proses penjaminan mutu yang cepat dan handal mutlak
diperlukan. Oleh karena itu, kebutuhan metode suatu analisis yang cepat dan
tersebut sangat tinggi. Pemeriksaan mutu suatu sediaan obat meliputi penetapan
kadar zat berkhasiat yang diperlukan untuk menjamin bahwa sediaan obat
mengandung bahan dengan mutu dan jumlah yang telah ditetapkan dan mengikuti
19
merupakan bagian yang penting seperti yang dilakukan Badan Pengawas Obat dan
Makanan dan industri obat, oleh karena itu diperlukan metode analisis dengan alat
dan biaya operasional yang relatif lebih murah dan lebih mudah dalam
pelaksanaannya namun dapat memberikan hasil dengan akurasi dan presisi yang
lazim digunakan dalam laboratorium industri farmasi untuk analisis suatu sediaan.
Banyak metode yang telah digunakan untuk penetapan kadar PCT, PRO dan
KOF. Salah satunya adalah metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)
yang diteliti oleh Soponar et al, (2013) dan Adupa et al, (2014).
Penelitian yang dilakukan oleh Aktas (2014), telah melakukan analisis PCT dan
Penelitian yang dilakukan oleh Saraan (2015), dengan menggunakan metode zero
20
bahwa metode tersebut dapat digunakan dalam menentukan kadar zat aktif secara
multivariat dapat digunakan dalam menentukan kadar zat aktif secara simultan
obat yang terdiri dari dua atau tiga komponen obat atau lebih dan mempunyai
kuantitatif berbagai jenis campuran obat (Muchlisyam dan Pardede, 2016). Bila
tahapan yang lebih mudah dilakukan dalam penelitian, serta alat yang digunakan
memiliki biaya operasional yang relatif lebih murah dan waktu untuk menentukan
21
absorbansi pada dua panjang gelombang yaitu titik iso-absorptif dan panjang
untuk menetapkan kadar obat secara simultan, seperti yang dilakukan oleh
gelombang yang dihasil kan pada titik iso absorptif dan panjang gelombang
Penelitian yang dilakukan oleh Pandey (2013) telah menetapkan kadar lamivudin
(ICH).
Berdasarkan uraian diatas, dalam penelitian ini akan dilakukan analisis metode
untuk penetapan kadar PCT, PRO dan KOF dalam sediaan tablet tanpa adanya
tahap pemisahan, sehingga metode ini diharapkan dapat diaplikasikan secara rutin
22
spektrum untuk mendapatkan panjang gelombang analisis PCT, PRO dan KOF.
dan KOF. Secara ringkasnya kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1.1
a. Apakah pelarut dapar posfat pH 7,2 merupakan jenis pelarut yang lebih
7,2 dan metanol dengan perbandingan (90:10; 70:30; 50:50; 30:70; 10:90)
untuk menetapkan kadar PCT, PRO dan KOF pada sediaan tablet ?
23
1.4 Hipotesis
a. Pelarut dapar posfat pH 7,2 merupakan jenis pelarut yang lebih baik jika
pada pelarut metanol, dapar posfat pH 7,2, campuran dapar posfat pH 7,2
pada penetapan kadar PCT, PRO dan KOF pada sediaan tablet.
validasi metode.
Diharapkan metode hasil pengembangan dari penelitian ini dapat menjadi salah
satu metode yang dapat diaplikasikan oleh instansi terkait untuk menentukan
24
TINJAUAN PUSTAKA
dalam penanganan rasa nyeri (analgetika) dan demam (antipiretika). KOF sering
gangguan lambung, kerusakan darah, kerusakan hati dan ginjal, juga reaksi alergi
kulit. Efek samping ini terjadi pada penggunaan dalam jangka waktu yang lama
atau penggunaan dalam dosis yang tinggi. Oleh karena itu penggunaan analgetika
2.1.1 Parasetamol
molekul C8H9NO2 serta berat molekulnya 151,16. PCT mengandung tidak kurang
dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0% C8H9NO2 dihitung terhadap zat anhidrat
(Depkes RI, 1995). Struktur PCT dapat dilihat pada Gambar 2.1
25
pahit. Larut dalam air mendidih, dalam natrium hidroksida 1N, mudah larut dalam
disekitar 245 nm dengan nilai A1%1cm = 668a, pada larutan alkali 257 nm dengan
nilai A1%1cm = 715b (Moffat et al., 2004). Penetapan kadar PCT dalam tablet
2.1.2 Propifenazon
230,3. Pemeriannya berupa kristal putih atau serbuk kristal putih. Senyawa ini
sangat mudah larut dalam etanol dan kloroform, larut dalam eter, larut dalam 400
maksimum 245 nm, 265 nm mempunyai nilai A1%1cm = 385b (Moffat et al, 2004).
induknya fenazon (Tjay dan Rahardja, 2007). Struktur PRO dapat dilihat pada
Gambar 2.2
26
C9H10N4O2 serta berat molekul 194,19. Kofein berbentuk anhidrat atau hidrat
yang mengandung satu molekul air. Mengandung tidak kurang dari 98,5% dan
tidak lebih dari 101,0% C9H10N4O2, dihitung terhadap zat anhidrat (Depkes RI,
Pemerian KOF adalah serbuk putih atau bentuk jarum mengkilat putih; biasanya
menggumpal; tidak berbau; rasa pahit; larutan bersifat netral terhadap kertas
lakmus. Bentuk hidratnya mekar diudara. Kelarutan KOF adalah agak sukar larut
dalam etanol; mudah larut dalam kloroform; sukar larut dalam eter. Penetapan
kadar dilakukan dengan menitrasi dengan 1 ml asam perklorat 0,1 N, dimana titik
akhir titrasi ditetapkan secara potensiometrik (Depkes RI, 1979). Dalam larutan
504a dan tidak memiliki panjang gelombang maksimum pada larutan basa
serapan berbanding lurus terhadap ketebalan sel yang disinari, sedangkan menurut
27
serapan berbanding lurus terhadap konsentrasi dan ketebalan sel, yang dapat
A adalah serapan pada panjang gelombang; A (1% 1cm) adalah serapan jenis pada
adalah kadar zat terlarut yang menyerap, dinyatakan dalam persen b/v (Depkes RI,
0,4343, atau dibuat absorbansi berada pada daerah 0,2-0,8. Hal ini dikarenakan
jika analit diukur pada daerah tersebut nilai kesalahan fotometriknya kecil atau
Teknik spektrofotometri adalah suatu teknik analisis fisika kimia yang mengamati
satu atau dua dari tiga kejadian yang mungkin terjadi. Ketiga macam kejadian
emisi (emision) radiasi elektromagnetik oleh atom atau molekul yang diamati
Penyerapan (absorpsi) sinar UV dan sinar tampak pada umumnya dihasilkan oleh
mengabsorpsi dapat dihubungkan dengan ikatan yang mungkin ada dalam suatu
molekul. Ada tiga macam proses penyerapan energi ultraviolet dan sinar tampak
yaitu : (1) penyerapan oleh transisi elektron ikatan dan elektron anti ikatan; (2)
28
Gambar 2.4.
Keterangan :
= kesalahan fotometrik
Absorbansi = 2- log %T
% T = antilog (2-A)
29
yang dikenal sebagai orbital elektron “anti- bonding” (Mulja dan Suharman,
1995).
untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang
pengukuran suatu interaksi antara radiasi elektromagnetik dan molekul atau atom
Spektrofotometer ialah alat yang menghasilkan sinar dari spektrum dan panjang
cahaya yang ditransmisikan atau yang diserapan. Jadi spektrofotometer adalah alat
yang digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut
panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih terseleksi dan ini diperoleh dengan
30
bahwa sinar dengan panjang gelombang yang diinginkan harus diperoleh dengan
berbagai filter dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi filter melewatkan
kontinyu, monokromator, sel untuk wadah penyerapan sinar dari larutan sampel
atau blanko dan suatu alat detektor untuk mengukur perbedaan serapan antara
penggabungan dari dua fungsi alat yang terdiri dari spektrofotometer yang
fotometer sebagai alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang
diserapan (Rohman, 2007). Pada saat ini alat spektrofotometer telah mempunyai
2011).
elektromagnetik dan molekul atau atom dari suatu zat kimia. Teknik yang sering
31
sampai ke inframerah (Depkes RI, 1995). Penyerapan radiasi ultraviolet dan sinar
tampak dibatasi oleh sejumlah gugus fungsional (yang disebut dengan kromofor)
yang mengandung elektron valensi dengan tingkat energi eksitasi yang relatif
halogen kuarsa atau lampu tungsten digunakan untuk daerah sinar tampak
monokromtis
kompartemen.
d. Detektor adalah alat yang terdapat dalam alat menerima sinyal dalam
et al, 2004)
perubahan fitokimia, efek fotolistrik dan efek termolistrik. Secara umum, detektor
fotolistrik digunakan dalam daerah tampak dan ultraviolet dan detektor yang
32
1998).
konsentrasi dari sampel. Konsentrasi dari sampel didalam larutan dapat ditentukan
ketebalan sel yang disinari maka dengan bertmabahnya sel, maka serapan akan
bertambah.
A = k.b
monokromatis berlaku dalam larutan yang sangat encer. Serapan berbanding lurus
A = k.c
a. Cahaya akan diserap jika energi cahaya tersebut sesuai dengan energi
konsentrasi
33
terendah.
Nilai tetapan (k) dalam hukum Lambert Beer tergantung pada konsentrasi mana
yang digunakan. Bila c dalam gram per liter, tetapan disebut dengan absorptivitas
(a) dan bila dalam mol per liter, tetapan tersebut adalah absorptivitas molar (ε).
Kedua persamaan ini digabungkan dalam Hukum Lambert Beer, maka dapat
A = a.b.c
Keterangan :
c = adalah kadar zat terlarut yang meyerap, dinyatakan dalam persen b/v
(g/100mL)
2.4 Kemometrik
dengan data kimia dan bagaimana mendapatkan informasi dari data tersebut
34
kuantitatif pada analisis spektral yang berdekatan sangat penting dalam kualiti
kontrol kadar komponen obat didalam campuran obat pada sediaan obat yang
terdiri dari 2 atau 3 komponen obat atau lebih, dan mempunyai panjang
teknik ini bisa berhasil diterapkan pada semua analisis dalam spektrofotometri.
Pada dasarnya dalam memberikan hasil yang akurat maka data kimia
Pada saat ini maka dilakukan pengolahan datanya menggunakan berbagai model
kemometrik untuk mendapatkan hasil data yang lebih baik yang diperoleh dalam
matematika tertentu dengan analisis kimia dan masalah pengolahan data. Bidang
kemometrik mulai tumbuh sekitar tahun tujuh puluhan dan telah banyak
35
jenis campuran obat. Pada penetapan kadar campuran obat, perlu dilakukan
analisis univariat agar didapatkan informasi yang lebih banyak dan lebih dalam
tidak tepat dan terbuang sia-sia, sedangkan metoda multivariat memiliki banyak
satu karena beberapa pengukuran yang dilakukan pada sampel yang diperiksa,
36
Kalibrasi model ini sebenarnya adalah perpanjangan dari metode regresi linier
biasa, yang mana sebagai prediktor adalah konsentrasi, sementara respons adalah
metode kalibrasi ini lebih dari satu, sehingga jenis model kalibrasi ini juga
Bentuk ini sering tersedia dalam bebagai perangkat lunak statisika. Prosedur ini
sebelumnya.
37
kovariansi dalam variabel independen atau bila matriks yang dikondisikan buruk
linieritas bersama. Metode RKU akan melakukan dekomposisi data hanya dengan
menggunakan variabel asal. Dengan demikian, pada RKU sebagai prediktor tidak
komponen utama. Metode ini bekerja dengan baik ketika antar variabel prediktor
(absorbansi) terjadi korelasi, maka metode ini juga mensyaratkan bahwa jumlah
(Rohman, 2014).
menggunakan metode kemometrik RKTS dan RKU. Pada penelitian ini nilai
absorbansi pada spektrum UV diukur pada 101 titik panjang gelombang (210-310
nm) didaerah spektral 200-400 nm dengan interval 1 nm. Rentang kalibrasi yang
digunakan 0,5 – 2,5 µg/mL untuk etoricoxib dan 4 – 20 µg/mL untuk parasetamol.
RKTS dan ANN, hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ketiga teknik
38
simultan. Teknik kemometrik yang diusulkan dapat diterapkan untuk analisis rutin
obat dalam formulasi sediaan tablet tanpa tahap pemisahan yang memakan waktu
Üstűndağ et al, (2015) telah melakukan aplikasi komparatif dari RKTS dan
RKU untuk penentuan secara simultan zidovudin dan lamivudin dalam sediaan
tablet. Pada penelitian ini menunjukkan spektrum serapan UV obat zidovudin dan
lamivudin dan campurannya dicatat pada panjang gelombang 210 – 320 nm, hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa kedua metode kemometrik ini dapat dilakukan
untuk penetapan kadar zidovudin dan lamivudin dan memenuhi syarat validasi.
kemometrik yang digunakan meliputi Kuadrat Terkecil Klasik, RKU dan RKTS,
interval 0,2 nm. Keempat metode yang diusulkan berhasil diterapkan pada analisis
ketiga campuran obat dalam sediaan tablet dengan nilai recovery yang baik pada
kisaran 98 – 102% dan nilai presisi <1%, keempat metode yang dilakukan
menunjukkan hasil yang akurat sehingga dapat digunakan untuk analisis rutin
39
merupakan nilai konstan yang independen dari konsentrasi dan panjang lintasan
dua panjang gelombang. Konstanta ini disebut sebagai “Hufner’s Quotient” atau
gelombang, satu adalah λ max dari salah satu komponen (λ2) dan yang lainnya
adalah panjang gelombang absorptivitas yang sama dari kedua komponen (λ1),
Keterangan :
dan 5- asam amino salisilat (5-ASA) dalam bentuk sediaan tablet menggunakan
ASA menunjukkan titik isoabsorptif 283 nm dalam HCl 0,1 N dan panjang
gelombang yang digunakan 302 nm yang merupakan λmax 5- ASA dalam HCl
40
sediaan farmasi karena tidak ada gangguan eksipien diantara keduanya dan
pada 272 nm dan titik isoabsorptif dari kedua obat pada 246 nm dan konsentrasi
yang digunakan untuk kedua obat berkisar 5 – 30 µg/mL. Pada peneletian ini
menunjukkan bahwa metode analisis ini telah divalidasi sesuai pedoman dari ICH,
metode ini merupakan metode yang sederhana, tepat, akurat, cepat dan ekonomis
diklofenak memenuhi hukum Lambert Beer yang berada pada kisaran konsentrasi
247 nm dan panjang gelombang maksimum untuk natrium diklofenak 276 nm dan
titik isoabsorptif dari kedua obat pada 265 nm. Hasil validasi dari penelitian ini
menunjukkan nilai akurasi dan presisi yang baik sesuai menurut ketentuan ICH.
Metode ini tidak memerlukan tahap pemisahan dan oleh karena itu dapat
41
untuk menjamin bahwa metode analisis akurat, spesifik, reprodusibel, dan tahan
42
Menurut USP, ada 8 langkah dalam validasi metode analisis yaitu : presisi,
itu ICH (2005) membagi karakteristik validasi metode yang sedikit berbeda
dengan USP yaitu : presisi, akurasi, batas deteksi, batas kuantifikasi, spesifisitas,
i. Ketepatan (akurasi)
hasil analis dengan kadar analit yang sebenarnya. Range nilai % recovery analit
tergantung dari kondisi analit yang diperiksa, jumlah sampel dan kondisi
ii. Presisi
antara hasil uji individual, diukur melalui penyebaran hasil individual dari rata-
rata jika prosedur diterapkan secara berulang pada sampel – sampel yang diambil
dari campuran yang homogen. Presisi biasanya dinyatakan dalam koefisien variasi
(KV). Suatu metode dapat dinyatakan memiliki presisi yang baik apabila memiliki
43
iii. Spesifisitas
Spesifisitas adalah kemampuan untuk mengukur analit yang dituju secara tepat
spesifisitas metode dapat diperoleh dengan 2 jalan. Yang pertama adalah dengan
secara bersama-sama
Batas deteksi didefinisikan sebagai konsentrasi analit terndah dalam sampel yang
masih dapat dideteksi. LOD yang paling umum digunakan dalam kimia analisis
adalah bahwa LOD merupakan kadar analit yang memberikan respon sebesar
respon blanko (yb) ditambah dengan 3 simpangan baku blanko (3Sb). LOD juga
dapat dihitung berdasarkan pada standar deviasi (SD) respon dan kemiringan
(slope, S) kurva baku pada level yang mendekati LOD sesuai dengan rumus, LOD
= 3,3 (SD/S).
Standar deviasi respon dapat ditentukan berdasarkan pada standar deviasi blanko,
pada standar deviasi residual dari garis regresi, atau standar deviasi intersep y
44
yang dapat ditentukan dengan presisi dan akurasi yang dapat diterima pada
kondisi operasional metode yang digunakan. ICH juga menggunakan dua metode
pilihan lain untuk menentukan LOQ yaitu : metode non instrumental visual dan
(SD) dan slope (S) kurva baku sesuai dengan rumus LOQ = 10 (SD/S).
Standar deviasi respon dapat ditentukan berdasarkan standar deviasi blanko pada
standar deviasi residual garis regresi linier atau dengan standar deviasi intersep-y
vi. Linieritas
uji yang secara langsung proporsional dengan konsentrasi analit pada kisaran yang
yang mana suatu metode analisis menunjukkan akurasi, presisi, dan linieritas yang
45
diharapkan. Suatu strategi yang baik adalah mengukur baku dengan kisaran 25,
50, 75, 100, 125, dan 150% dari konsentrasi analit yang diharapkan.
Suatu praktek yang baik untuk mengevaluasi ketahanan suatu metode adalah
Sebelum melakukan analisis setiap hari, seorang analis harus memastikan bahwa
sistem dan prosedur yang digunakan harus mampu memberikan data yang dapat
diterima. Hal ini dapat dilakukan dengan percobaan kesesuaian sistem yang
46
METODE PENELITIAN
Penelitian ini bersifat eksperimental yang akan dilakukan pada bulan Maret 2018
Sumatera Utara.
3.1.1 Alat-alat
Computer (PC) yang dilengkapi dengan software UV-Probe 2.34, Microsoft Excel
dan Minitab 2017, kuvet 1 cm, alat-alat gelas (Oberoi), lumpang dan alu, neraca
3.1.2 Bahan-bahan
lain. PCT (Anqiu Lu’an Pharmaceutical Co. Ltd), PRO (Shandong Xinhua
47
PRO dan KOF dalam metanol, dapar fosfat pH 7,2, campuran dapar posfat pH
7,2 dan metanol dengan perbandingan 90:10; 70:30; 50:50; 30:70; 10:90.
dalam labu ukur 100 mL, dicukupkan volumenya dengan pelarut sampai garis
tanda (500µg/mL)(LIB I), kemudian dipipet 5 mL dari LIB I kedalam labu ukur
100 mL dan ditambah pelarut hingga garis tanda (25µg/mL) (LIB II).
dalam labu ukur 100 mL, dicukupkan volumenya dengan pelarut sampai garis
tanda (500µg/mL)(LIB I), kemudian dipipet 5 mL dari LIB I kedalam labu ukur
100 mL dan ditambah pelarut hingga garis tanda (25µg/mL) (LIB II).
labu ukur 100 mL, dicukupkan volumenya dengan pelarut sampai garis tanda
(500µg/mL)(LIB I), kemudian dipipet 5 mL dari LIB I kedalam labu ukur 100 mL
48
sampai garis tanda untuk mendapatkan larutan PCT konsentrasi 3; 4,5; 6; 7,5; 9;
serapannya.
Dipipet masing-masing 5; 7,5; 10; 12,5; 15; 17,5 mL dari LIB II kedalam
sampai garis tanda untuk mendapatkan larutan PRO konsentrasi 5; 7,5; 10; 12,5;
15; 17,5 µg/mL secara berturut-turut. Dari larutan tersebut dibuat spektrum
serapannya.
sampai garis tanda untuk mendapatkan larutan KOF konsentrasi 4,5; 6,5; 8,5;
10,5; 12,5; 13 µg/mL secara berturut-turut. Dari larutan tersebut dibuat spektrum
serapannya.
Dibuat larutan campuran PCT, PRO dan KOF dengan cara dipipet 6 mL LIB II
PCT, 10 mL LIB II PRO dan 8,5 mL LIB II KOF kedalam labu ukur 25 mL,
49
spektrum KOF 8,5 µg/ml. Pembagian spektrum PRO dibagi dengan spektrum
PCT 6 µg/ml dan spektrum KOF 8,5 µg/ml. Pembagian spektrum KOF dibagi
dengan spektrum PCT 6 µg/ml dan PRO 10 µg/ml. Dilakukan pembagian dengan
kalibrasi dan validasi dengan nilai kisaran 3 – 10,5 µg/mL untuk PCT, 5 – 17,5
µg/mL untuk PRO dan 4,5 – 13 µg/mL untuk KOF yang diukur pada 200 - 400
nm.
PRO 150 mg dan KOF 50 mg. Timbang seksama sejumlah serbuk setara 50 mg
PCT, dimasukkan kedalam labu ukur 50 mL, dilarutkan dengan pelarut kurang
sampai garis tanda. Saring larutan dengan kertas saring Whatman® no.42, buang
10 mL filtrat pertama. Pipet 0,16 mL filtrat kedalam labu ukur 25 mL, kemudian
50
RA.
harus diolah dengan pengolahan data secara analisis multivariat. Data analisis
berupa absorbansi pada panjang gelombang 200 – 400 nm dengan berbagai variasi
konsentrasi dibentuk dalam sebuah matriks data. Matriks data diuji normalitasnya
dengan uji normalitas kemudian diolah dengan metode pengolahan data secara
Minitab 2017.
Dipipet masing-masing 5; 7,5; 10; 12,5; 15; 17,5 mL dari (25µg/mL) (LIB
II) PRO kedalam labu ukur 10 mL, kemudian dicukupkan volumenya dengan
(LIB II) KOF kedalam labu ukur 10 mL, kemudian dicukupkan volumenya
51
y = a + bx
dan LOQ.
2
Y Yi
SD = n2
3,3 x SD
LOD =
slope
10 x SD
LOQ =
slope
Keterangan :
SD = Standard Deviation
Slope = b (y=ax+b).
kembali pada tiga rentang spesifik, yakni : 80%, 100% dan 120%. Dimana pada
52
yang dianalisis dan 30% berasal dari baku yang ditambahkan. Kemudian
campuran sampel (tablet) dan baku dianalisis dengan prosedur yang sama seperti
Y= x 100%
Keterangan:
SD
RSD = x 100%
X
Keterangan:
53
̅
thitung =
√
menggunakan rumus :
µ = ̅ ± t(1 dk x
√
Keterangan :
54
ini, dimana tujuan dari optimalisasi pelarut adalah untuk mengetahui kelarutan
suatu zat (PCT, PRO, KOF) dalam pelarut yang akan digunakan dalam analisis,
apakah zat yang dilarutkan dengan pelarut tersebut larut secara sempurna, sukar
larut atau tidak larut. Pada penelitian ini, pelarut yang dioptimalisasi adalah
pelarut metanol, dapar posfat pH 7,2, campuran dapar posfat dan metanol dengan
Pelarut yang paling optimal untuk digunakan dalam penelitian ini dipilih
nilai maksimal yang dihasilkan oleh masing-masing zat pada pelarut tersebut.
Pelarut yang digunakan dalam penelitian ini adalah pelarut yang memiliki
kesalahan fotometrik terkecil yaitu 2,7185 ketika mengukur zat tersebut pada
absorbansi 0,4343. Absorbansi PCT, PRO dan KOF serta % transmitan dapat
dilihat pada Tabel 4.1 sedangkan nilai persen kesalahan fotometrik dapat dilihat
55
Absorbansi % Transmitan
Jenis Pelarut
PCT PRO KOF PCT PRO KOF
DPM (90:10), pH 6,9 2,7186 2,8275 2,7553 0,0012 0,1090 0,0371 0,1473
DPM (70:30), pH 6,6 2,7195 2,7804 2,7402 0,0010 0,0619 0,0217 0,0846
DPM (50:50), pH 5,8 2,7522 2,7184 2,8219 0,0337 0,0005 0,1013 0,1366
DPM (30:70), pH 5,4 2,7273 2,7195 2,8005 0,0880 0,0100 0,0820 0,1800
DPM (10:90), pH 5,1 2,7229 2,7461 2,7195 0,0925 0,0783 0,0100 0,1808
56
30:70; 10:90 merupakan jenis pelarut yang akan dioptimalisasi. PCT, PRO dan
dipilih jenis pelarut yang akan digunakan untuk analisis selanjutnya berdasarkan
pada jumlah kesalahan fotometrik dari serapan yang terukur pada konsentrasi
didapatkan ketika mengukur zat tersebut pada absorbansi 0,4343 yaitu 2,7185.
spektrofotometer hendaknya pada 0,2 sampai 0,8 atau 15% sampai 70% jika
sehingga pelarut yang paling optimal untuk digunakan dalam penelitian ini dipilih
maksimal/ paling besar yang dihasilkan oleh masing-masing zat pada pelarut
dari zat dalam jenis pelarut lebih jelasnya dapat dibandingkan satu sama lain
57
fotometrik terkecil dimiliki oleh DPM (70:30) sehingga pelarut yang digunakan
dalam penelitian ini adalah DPM (70:30). Hasil ini menunjukkan persamaan dari
hasil penelitian yang dilakukan oleh Sianipar (2014), dimana pada penelitian
tersebut pelarut yang optimal untuk penetapan kadar PCT, PRO dan KOF adalah
DPM (7:3). Akan tetapi, terdapat perbedaan pada penelitian yang dilakukan oleh
Saraan (2015), dimana pada penelitian tersebut pelarut optimal untuk penetapan
kadar PCT, ibuprofen dan KOF adalah DP pH 7,2. Sedangkan pada penelitian ini
diperoleh pelarut yang optimal untuk penentuan kadar PCT, PRO dan KOF adalah
DPM (70:30). Hal tersebut disebabkan karena PRO lebih mudah larut dalam
pelarut air dibandingkan dengan ibuprofen sehingga dengan adanya metanol akan
58
Spektrum serapan tunggal PCT, PRO dan KOF dan tumpang tindih
campuran PCT, PRO dan KOF dapat dilihat pada Gambar 4.2
A A. A B.
b b
s s
C. D
A A
.
b b
A E F
Gambar 4.2 Spektrum serapan (A) PCT, (B) PRO, (C) KOF, (D) Campuran PCT,
PRO, KOF (E) Tumpang tindih PCT,PRO (F) Tumpang tindih PRO, KOF.
59
menggunakan pelarut DPM (70:30) baik PCT, PRO, maupun KOF stabil. Akan
tetapi, terdapat dua spektrum yang terbentuk pada penentuan spektrum serapan
PRO yang dapat dilihat pada Gambar 4.2 dan pemilihan spektrum yang digunakan
dipilih berdasarkan pada panjang gelombang maksimum PRO yaitu 265 nm yang
Spektrum campuran PCT, PRO dan KOF akan menghasilkan spektrum yang
berbeda dengan spektrum masing-masing dari PCT, PRO dan KOF. Hal ini di
menyusunnya.
masing-masing zat menggunakan pelarut DPM (70:30) adalah 245 nm untuk PCT,
265 nm untuk PRO dan 273 nm untuk KOF. Penentuan panjang gelombang
pada konsentrasi 7,5 µg/ml, 10 µg/ml dan 8,5 µg/ml. Setelah dilakukan overlay
tumpang tindih antara PCT, PRO dan KOF. Akan tetapi, pada penelitian yang
dilakukan oleh Simanjuntak (2018), juga terdapat spektrum yang saling tumpang
tindih antara PCT dan KOF, namun bentuk dari spektrum dari parasetamol nya
sedikit berbeda, hal ini terjadi karena perbedaan pelarut yang digunakan pada saat
60
PRO maupun KOF dalam campuran, karena spektrum PCT, PRO dan KOF saling
berdekatan, sehingga absorbansi pada λ spektrum campuran PCT, PRO dan KOF
tidak dapat dilakukan analisis penetapan kadar untuk sampel yang mengandung
memungkinkan untuk menetapkan kadar suatu zat dalam campuran zat tersebut
dilakukan. Tumpang tindih spektrum serapan PCT, PRO, dan KOF dengan
spektrum serapan campuran PCT, PRO dan KOF dengan menggunakan pelarut
Spektrum rasio PCT dibagi menggunakan PRO 10 µg/ml dan KOF 8,5
µg/ml , spektrum rasio PRO dibagi dengan spektrum PCT 7,5 µg/ml dan KOF 8,6
µg/ml, dan KOF dibagi dengan spektrum PCT 7,5 µg/ml dan PRO 10 µg/ml.
Spektrum RA titik iso-absorptif pada masing-masing zat PCT, PRO dan KOF
61
B
1 2 3
A
62
dari dua komponen dengan konsentrasi yang sama dalam tiga campuran yang
sama, seperti yang dilakukan dalam penelitian ini, atau dengan mempersiapkan
larutan campuran dari dua komponen yang sama konsentrasinya (Abdelwahab dan
Abdelaleem, 2012).
Konsentrasi pembagi PCT yang digunakan dalam penelitian ini adalah PRO
dan KOF (10 dan 8,5 µg/ml), konsentrasi pembagi PRO adalah PCT dan KOF
(7,5 dan 8,5 µg/ml), konsentrasi pembagi KOF adalah PRO dan PCT (10 dan 7,5
dimana pada penelitian ini untuk menentukan PCT, yang digunakan sebagai
pembagi adalah PRO dan KOF. PRO ditentukan kadar nya dengan menggunakan
PCT dan KOF sebagai pembagi sedangkan KOF ditentukan kadarnya dengan
menggunakan PRO dan PCT sebagai pembagi. Setelah spektrum dibagi dengan
PRO dan KOF adalah 3,0054 µg/ml : 2,9803 µg/ml : 0,9019 µg/ml, menunjukkan
bahwa selisih antara panjang gelombang maksimum dan panjang gelombang iso-
absorptif tidak jauh berbeda pada PCT dan PRO, namun jauh berbeda dengan
KOF. Hal ini terjadi karena panjang gelombang pada titik iso-absorptif yang
63
dengan spektrum serapan PRO dan KOF (10 dan 8,5 µg/ml) kemudian dipilih
panjang gelombang yang memberikan hasil yang paling baik. Begitu juga dengan
PRO dan KOF dimana pada penentuan panjang gelombang PRO, spektrum
serapan PRO dibagi dengan spektrum PCT dan KOF (7,5 dan 8,5 µg/ml)
sedangkan untuk KOF dibagi dengan spektrum PRO dan PCT (10 dan 7,5 µg/ml).
menggunakan pembagi ganda (double divisor) (jumlah dari dua spektrum) dan
pengukuran dapat dilakukan pada salah satu panjang dan dipilih panjang
gelombang yang memiliki hasil yang terbaik (Gohel, R. V., et. al., 2014).
baik) dengan nilai koefisien korelasi 0,99810. Pada penentuan PRO dipilih
panjang gelombang 265 nm dengan nilai koefisien korelasi 0,99838 dan panjang
korelasi 0,99740.
dimana pada metode RKU ini mampu memprediksi dengan cara yang baik ketika
64
respon. Ada tiga tahapan dalam analisis menggunakan metode RKU, yaitu :
PCT, PRO dan KOF dengan 6 kali pengulangan, kemudian dihitung nilai dari
kedalam software minitab, kemudian dihitung nilai dari RMSECV (root mean
square error of cross validation) dan nilai PRESS ( predicted residual error sum
absorbansi dari 5 campuran baku PCT, PRO dan KOF dengan 6 kali pengulangan,
panjang gelombang pada rentang 220 – 350 nm dengan interval 2 nm. Spektrum
campuran PCT, PRO dan KOF untuk kalibrasi dan validasi eksternal dapat dilihat
Data kalibrasi campuran PCT, PRO dan KOF, validasi internal dari campuran
PCT, PRO, KOF dan validasi eksternal campuran PCT, PRO, KOF dapat dilihat
65
Gambar 4.4 Spektrum campuran PCT, PRO, KOF (A) Kalibrasi (B) Validasi
Tabel 4.3 Data hasil kalibrasi, validasi internal dan validasi eksternal campuran
parasetamol, propifenazon, kofein.
No Parameter PCT PRO KOF
RMSEC 0,0387 0,4970 0,0200
2
R 0,9998 0,9988 0,9995
1
a 0,9985 0,9894 0,9991
b -0,0068 -0,0774 -0,0057
RMSECV 0,0151 0,4048 0,1158
2
R 0,9998 0,9987 0,9993
2 PRESS 0,2460 0,6840 1,7400
a 0,9984 1,0055 1,0033
b -0,0057 0,0259 0,0229
RMSEP 0,000052 0,006828 0,00591
2
R 0,99992 0,99964 0,99993
3
a 1,00005 1,00182 1,00018
b 0,00166 0,00327 0,00538
66
0,9998, PRO 0,9988, KOF 0,9995. Selanjutnya kalibrasi ini dilakukan validasi
Dari hasil data pada tabel 4.4 dapat dilihat bahwa nilai R 2 yang dihasilkan
RMSECV dan PRESS yang dihasilkan rendah (mendekati nol) maka kemampuan
sehingga jika nilai RMSEC nya semakin kecil maka model kalibrasi tersebut
dapat dikatakan semakin baik karena faktor kesalahannya semakin kecil. Dari data
parameter yang dihasilkan uji validasi silang dengan teknik leave-one out
(validasi internal) dan validasi eksternal yang sudah dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa model ini masih baik digunakan untuk penetapan kadar
sampel sediaan farmasi, karena nilai R2 > 0,9, RMSEP dan RMSECV nya kecil.
kemampuan model untuk memprediksi semakin baik. Dari data yang dihasilkan
yang ditetapkan.
67
4.5.1 Linieritas, akurasi, presisi, batas deteksi (Limit of Detection, LOD) dan
batas kuantitasi (Limit of Quantification, LOQ)
linieritas, akurasi, presisi serta LOD dan LOQ. Nilai linieritas yang digambarkan
angka satu yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan atau korelasi yang sangat
baik antara konsentrasi dengan absorbansi. Hal ini juga menandakan bahwa
Perhitungan linieritas PCT, PRO dan KOF dapat dilihat pada lampiran 6-11.
metode penambahan baku pada rentang tertentu pada sampel, kemudian keduanya
diukur, baku yang ditambahkan dihitung kembali kembaliannya, atau uji ini sering
disebut dengan uji perolehan kembali. Nilai akurasi pada Tabel 4.4 merupakan
nilai rata-rata nilai kembalian dari tiga rentang spesifik dengan tiga kali
pengulangan.
Dalam hal ini tiga rentang spesifik yang digunakan adalah 80%, 100% dan
120% dimana komposisinya terdiri dari 70% sampel dan 30% baku. Nilai akurasi
metode (syarat nilai akurasi adalah 98%-102%) (Ermer dan John, 2005). Contoh
perhitungan uji perolehan kembali dapat dilihat pada lampiran 36-37 sedangkan
nilai uji perolehan kembali dari 3 rentang spesifik dapat dilihat pada lampiran 38-
43.
68
bahwa metode tersebut memberikan hasil yang saling berdekatan walaupun diuji
dalam beberapa replikasi. Parameter presisi dicerminkan dari nilai RSD yang
dihasilkan, dari hasil yang didapatkan metode RA memenuhi syarat validasi (RSD
< 2%) (Harmita, 2004). Perhitungan RSD sebagai parameter presisi dapat dilihat
Batas deteksi dan batas kuantifikasi dihitung dari persamaan regresi yang
diperoleh dari kurva kalibrasi. Berdasarkan tabel 4.3, penentuan kadar PCT, PRO
dan KOF dengan konsentrasi 7,5 µg/ml, 10 µg/ml dan 8,5 µg/ml secara berurutan,
dapat dideteksi dan diukur menggunakan metode RA. Batas deteksi adalah
konsentrasi analit terendah dalam sampel yang masih dapat dideteksi, sedangkan
yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama. Contoh perhitungan
nilai LOD dan LOQ dapat dilihat pada lampiran 35. (Rohman, 2007).
4.5.2 Spektrum campuran PCT, PRO, KOF (A) tablet P (B) tablet S (C)
spektrum PCT, PRO, KOF berdasarkan komposisi tablet P (D) spektrum
PCT, PRO, KOF berdasarkan komposisi tablet S
A B
A A
b b
69
Gambar 4.5 Spektrum campuran PCT, PRO, KOF (A) Tablet P (B) Tablet S (C)
spektrum PCT, PRO, KOF berdasarkan komposisi tablet P (D) spektrum PCT,
PRO, KOF berdasarkan komposisi tablet S
4.5.3 Penetapan kadar PCT, PRO dan KOF pada sediaan tablet P dan S
Penetapan kadar PCT, PRO dan KOF dalam sediaan tablet yang beredar
dipasaran mengandung masing-masing PCT 250 mg, PRO 150 mg dan KOF 50
mg. Pemilihan konsentrasi larutan PCT, PRO dan KOF dapat dilakukan
berdasarkan pada nilai A11 dan komposisi dari sediaan tablet. Pengukuran PCT,
PRO dan KOF yang dilakukan berdasarkan pada nilai A11 memiliki konsentrasi
PCT 6 µg/ml, PRO 10 µg/ml dan KOF 8,5 µg/ml sedangkan pengukuran PCT,
memiliki konsentrasi PCT 17,5 µg/ml, PRO 10,5 µg/ml dan KOF 3,5 µg/ml. Pada
penelitian ini pemilihan konsentrasi larutan dipilih berdasarkan pada nilai A 11 dari
PCT, PRO dan KOF, karena konsentrasi yang dihasilkan dengan menggunakan
perhitungan nilai A11 memiliki konsentrasi yang hampir berdekatan pada ketiga
70
penetapan kadar dari PCT, PRO dan KOF pada tablet P dan tablet S. Spektrum
campuran PCT, PRO, KOF pada tablet P dan S dapat dilihat pada lampiran 18.
campuran PCT, PRO dan KOF pada tablet P memiliki kemiripan dengan
spektrum campuran PCT, PRO dan KOF pada baku, sedangkan spektrum
campuran PCT, PRO dan KOF pada tablet S memiliki spektrum yang berbeda
dengan spektrum campuran PCT, PRO dan KOF pada baku, hal ini dimungkinkan
terjadi karena adanya pengaruh bahan tambahan pengisi pada tablet sehingga
spektrum yang dihasilkan tidak sama dengan spektrum campuran PCT, PRO dan
KOF pada baku. Namun, kadar yang dihasilkan pada penetapan kadar tablet S
masih berada pada rentang persyaratan dan tidak dipengaruhi oleh adanya bahan
tambahan yang terdapat dalam tablet S. Kadar PCT, PRO dan KOF dalam tablet
P dan S yang diperiksa dapat dilihat pada Tabel 4.5 dan 4.6
Panjang
Panjang Gelombang (nm) RKU
No. Zat RA (%) Gelombang
(%)
(nm)
1 PCT Maksimum 245 100,47 220-350 99,74
iso-absorptif 248,6 100,58
2 PRO Maksimum 265 101,86 220-350 103
iso-absorptif 268,2 99,96
3 KOF Maksimum 273 100,22 220-350 99,12
iso-absorptif 264,2 100,16
71
Panjang
Panjang Gelombang (nm) RKU
No. Zat RA (%) Gelombang
(%)
(nm)
1 PCT Maksimum 245 100,11 220-350 99,30
iso-absorptif 248,6 100,42
2 PRO Maksimum 265 101,45 220-350 102
iso-absorptif 268,2 99,98
Maksimum 273 99,99
3 KOF 220-350 99
iso-absorptif 264,2 99,84
Berdasarkan tabel diatas, penentuan kadar PCT, PRO dan KOF dengan
masing-masing zat. Pada metode RA, hasil penentuan kadar yang ditentukan
dengan λ maksimum dan λ iso-absorptif tidak jauh berbeda, baik pada tablet P
ditentukan, dimana kadar zat berada dalam rentang 90-110%, sedangkan dengan
menggunakan metode RKU, penentuan kadar PCT, PRO dan KOF pada tablet P
dan S dilakukan pada λ 220- 350 nm dengan interval 2 nm. Pada metode RKU,
kadar yang dihasilkan tidak jauh berbeda dengan hasil kadar yang ditentukan
dengan metode RA. Perhitungan kadar dapat dilihat pada lampiran 18 dan hasil
perhitungan kadar PCT, PRO, KOF pada tablet P dan S dengan metode RA dapat
dilihat pada lampiran 19, sedangkan hasil perhitungan kadar kadar PCT, PRO,
KOF pada tablet P dan S dengan menggunakan metode RKU dapat dilihat pada
lampiran 32-34.
Hasil yang diberikan oleh metode RKU dan metode RA, baik dari segi nilai
yang dihasilkan dalam uji validasi maupun hasil yang diberikan untuk analisis
sampel tablet P dan S yang terdapat dipasaran menunjukkan bahwa metode ini
72
metode ini mudah dalam pengerjaanya terkhusus untuk analisis rutin dan tidak
Kedua metode yang dicobakan dalam penelitian ini memiliki kelebihan dan
RKU merupakan suatu metode yang mudah dalam mengatur konsentrasi larutan
dalam analisis dan memiliki kelemahan karena data yang dihasilkan relatif lebih
banyak, namun dengan menggunakan metode RKU, semua tahap pengolahan data
73
5.1 Kesimpulan
dibandingkan dengan jenis pelarut dapar posfat pH 7,2, metanol, campuran dapar
posfat dan metanol dengan perbandingan 90:10; 50:50; 30:70; 10:90 untuk
menetapkan kadar tiga campuran obat PCT, PRO dan KOF dalam sediaan tablet.
5.2 Saran
lebih dari tiga campuran zat dengan menggunakan metode RKU dan RA.
74
Abdel-Hay, M., Azza, A. G., Ekran, M.H., and Tarek, S.B. (2008). Derivative and
Derivative Ratio Spectrophotometric Analysis of Antihypertensive Ternary
Mixture of Amiloride Hydrochloride, Hydrochlorthiazide and Timolol Maleate.
Journal of The Chinese Chemical Society. Vol 55 (01): 971.
Adupa, S., Adupa, Sr., Simhadri, H., and Kalidindi, S.V. (2014). Simultaneous
Estimation of Paracetamol, Caffeine and Propyphenazone in Bulk and
Pharmaceutical Dosage Form by RP-HPLC. Journal of Pharmacy Research. Vol.
8(3): 331 – 335.
Appasaheb, H.S., Subhash, K.P., Atmaram, D.V., and Shankar, D.P. (2013).
Simultaneous Estimation and Validation of Paracetamol, Chlorpheniramine
Maleate and Phenylephrine Hydrochloride in Bulk and Tabalet Dosage Form By
Using Different Spectrophotometric Method. International Research Journal of
Pharmacy. Vol 4(10): 39-43.
Day, R.A., and Underwood, A.L (1998) Quantitative Analysis. Sixth Edition.
Penerjemah: Sopyan, I. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Keenam. Jakarta:
Penerbit Erlangga. Hal. 396,399.
Delvadiya, K., Kimbahune, R., Kabra, P., Sunil, K., and Patel, P (2011)
Spectrophotomeric Simultaneous Analysis of Paracetamol, Propyphenazone and
Caffeine in Tablet Dosage Forms. International Journal of Pharmacy and
Pharmaceutical Science. Vol. 3 (3): 170- 174.
75
Ganesh, K. D., Chimkode, R. M., Gaurav, K., Yogesh, K., Rohini, K., Anita, G.,
and Ashwini, K. (2015). Development and Validation of UV- Visible
Spectrophotometric Methods For the Estimation of Paracetamol and Diclofenac
Sodium in Bulk and Tablet Dosage Form. International journal of pharmaceutical
research and education. Vol. 5 :52.
Gohel, R. V., Parmar, S. J., and Patel, B. A. (2014). Development and Validation
of Double Divisor Ratio Spectra Derivative Spectrophotometric Method for
Simultaneous Estimation of Olmesartan Medoxomil, Amlodipin Besylate and
Hydrochlortiazide in Tablet Dosage Form. International Journal of Pharm Tech
Research. 06 (05): 1518-1525.
Moffat, A.C., Osselton, M.D and Widdop, B. (2011). Clarke’s Analysis of Drugs
and Poisons. Fourth Edition. London: Pharmaceutical Press. Hal. 1337, 2138.
76
Naid, T., Kasim, S. dan Pakaya, M. (2011), Penetapan Kadar Parasetamol dalam
Tablet Kombinasi Parasetamol dengan Kafein Secara Spektrofotometri
Ultraviolet sunar tampak. Majalah Farmasi dan Farmakologi. Vol. 15 : 77 – 82.
Prajapati, P.R., Rathod, D. N., Modi, V. S., and Basuri, T.(2016). Chemometric
and its Applications in UV Spectrophotometry. International Journal of
Pharmaceutical Chemistry and Analysis. Vol. 3(1), 43-48.
Saraan, S.M.D., Sinaga, S.M., and Muchlisyam (2015). Development Method for
Determination of Ternary Mixture of Paracetamol, Ibuprofen and Caffeine in
Tablet Dosage Form Using Zero-crossing Derivative Spectrophotometric.
International Journal of PharmTech Research. Vol. 7. No. 2, 349-353.
Satiadarma, K., Mulja, H.M., Tjahjono, D.H.,dan Kartasasmita, R.E. (2004). Asas
Pengembangaan Prosedur Analisis. Edisi Pertama. Surabaya: Airlangga
University Press. Hal. 46-47.
Simanjuntak, H.L dan Putra, E.D.L. Penetapan Kadar Simultan Binary Mixture
Parasetamol dan Kofein dalam Sediaan Tablet secara Spektrofotometri
Ultraviolet dengan Metode Mean Centering of Ratio Spectra (MCR). Medan.
Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Hal. 64.
Singh, G., Kumar, D., Sharma, D., Singh, M and Kaur, S. (2012). Q- Absorbance
Ratio Spectrophotometric Method for the Simultaneous Estimation of
Prednisolone and 5- Amino Salicylic Acid in Tablet Dosage Form. Journal of
Applied Pharmaceutical Science. Vol. 02(06) : 222 – 226.
77
78
Spesifikasi sampel
Nama : Paramex
Nomor Batch : 18A59
Tanggal kadaluarsa : April 2020
Komposisi : Parasetamol 250 mg
Propifenazon 150 mg
Kofein 50 mg
Spesifikasi sampel
Nama : Saridon
Nomor Bacth : 49288
Tanggal kadaluarsa : April 2020
Komposisi : Parasetamol 250 mg
Propifenazon 150 mg
Kofein 50 mg
79
UV Probe
80
b 245 nm = 0,423
Absorbansi = 0,423
% transmitan = antilog (2-A)
= antilog (2- 0,423)
= 37,7572
Transmitan = 37,7572100
= 0,3775
Maka kesalahan fotometrik PCT dalam pelarut DPM 70:30
dc 0,4343 dc 0,4343
dt 1% = 2,7195
c T (log T ) c 0,3775log 0,3775
= 2,7195 % - 2,7185 %
= 0,001
81
A. PCT
A
A B. PRO
A
C. KOF
b
82
A.PCT
A B.PRO
C.KOF
83
0.9
0.8
0.7
0.6
A 0.5
b 0.4
0.3
s
0.2
0.1
0
0 2 4 6 8 10 12
Konsentrasi (µg/ml)
No X Y XY X2 Y2
1 0,0 0,000 0,0000 0,0000 0,0000
2 3,0 0,220 0,6600 9,0000 0,04840
3 4,5 0,344 1,5480 20,2500 0,1183
4 6,0 0,443 2,6580 36,0000 0,1962
5 7,5 0,606 4,5450 56,2500 0,3672
6 9,0 0,734 6,6240 81,0000 0,5416
7 10,5 0,818 8,5890 110,2500 0,6691
Jumlah 40,5 3,167 24,6240 312,7500 1,9410
Rata-rata 5,7857 0,4524 44,67857 0,27729
∑ ∑ ∑
a=
∑ – ∑
84
̅ = a ̅+ b
b = ̅- a ̅
= 0,45243 – (0,08034)(5,78571)
= -0,01239
∑ ∑ ∑
r=
√ ∑ ∑ ∑ ∑
=
√
= 0,99799
85
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 2 4 6 8 10 12
No X Y XY X Y
∑ ∑ ∑
a=
∑ – ∑
86
= 0,07807
̅ = a ̅+ b
b = ̅- a ̅
= 0,44 – (0,07807)(5,78571)
= -0,01169
∑ ∑ ∑
r=
√ ∑ ∑ ∑ ∑
=
√
= 0,99810
87
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 5 10 15 20
No X Y XY X2 Y2
∑ ∑ ∑
a=
∑ – ∑
88
= 0,04264
̅ = a ̅+ b
b = ̅- a ̅
= 0,42957 – (0,04264)(9,64286)
= 0,0184
∑ ∑ ∑
r=
√ ∑ ∑ ∑ ∑
=
√
= 0,99838
89
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 2 4 6 8 10 12 14
No X Y XY X2 Y2
∑ ∑ ∑
a=
∑ – ∑
90
= 0,04381
̅ = a ̅+ b
b = ̅- a ̅
= 0,44014 – (0,04381)(9,64286)
= 0,01765
∑ ∑ ∑
r=
√ ∑ ∑ ∑ ∑
=
√
= 0,99869
91
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 2 4 6 8 10 12 14
No X Y XY X2 Y2
∑ ∑ ∑
a=
∑ – ∑
92
= 0,05805
̅ = a ̅+ b
b = ̅- a ̅
= 0,47671 – (0,05806)(7,92857)
= 0,01638
∑ ∑ ∑
r=
√ ∑ ∑ ∑ ∑
=
√
= 0,99865
93
0.8
0.7
0.6
A 0.5
b 0.4
s
0.3
0.2
0.1
0
0 2 4 6 8 10 12 14
No X Y XY X2 Y2
∑ ∑ ∑
a=
∑ – ∑
94
= 0,04973
̅ = a ̅+ b
b = ̅- a ̅
= 0,415 – (0,04973)(7,92857)
= 0,02072
∑ ∑ ∑
r=
√ ∑ ∑ ∑ ∑
=
√
= 0,99740
95
96
Ca(Parasetamol) : x
Cb(Propifenazon) : x
Cc(Kofein) : X
Sampel :
Sampel x (PCT)
Sampel y (PRO)
Sampel z (KOF)
Ca(Parasetamol) : x dimana :
Qm =
= = 0,9234
Qx =
= = 1,0207
Qy =
= = 0,9936
97
Maka :
Ca(Parasetamol) =
= 3,005 µg/ml
Cb(Propifenazon) : x dimana :
Qm =
= = 1,0875
Qx =
= = 0,9109
Qy =
= = 0,9765
Maka :
Cb(Propifenazon) =
= 2,9803 µg/ml
98
Qm =
= = 1,0021
Qx =
= = 1,1276
Qz =
= = 0,3909
Maka :
Cc(Kofein) =
= 0,9019 µg/ml
99
100
101
102
103
104
105
Ditimbang analit setara dengan 50 mg PCT, maka jumlah analit yang ditimbang
adalah
= x 14747,2 mg
= 147,472 mg
= x (20x150 mg)
= 30 mg
= x (20x50mg)
=10 mg
Dilarutkan 147,472 mg sampel dengan DPM 70:30 dalam labu tentukur sampai 50
ml sampai garis tanda. Larutan kemudian dihomogenkan dengan sonicator selama
15 menit. Larutan kemudian disaring, lebih kurang 10 ml filtrat pertama dibuang.
Filtrat selanjutnya ditampung (larutan A).
106
Kemudian dari larutan A, dipipet 0,16 ml dan dimasukkan kedalam labu tentukur
25 ml dan diencerkan dengan DPM 70:30 hingga garis tanda (larutan B)
Untuk membuat LIB II PRO 600 µg/ml, maka ditimbang 50 mg PRO dilarutkan
dengan DPM 70:30 dalam labu tentukur 50 ml (konsentrasi LIB I = 1000 µg/ml).
Dari LIB I dipipet sebanyak 6 ml dimasukkan dalam labu tentukur 10 ml dan
dicukupkan dengan DPM 70:30 sampai garis tanda (konsentrasi LIB II = 600
µg/ml)
107
= 0,16 ml +0,26 ml
= 0,42 ml
Konsentrasi analisis untuk KOF adalah 8,5 µg/ml, sedangkan konsentrasi dalam
larutan B adalah 1,28 µg/ml. Maka untuk mendapatkan konsentrasi analisis
dilakukan penambahan baku untuk metode adisi. Penambahan baku dilakukan
dengan pembuatan LIB konsentrasi 200 µg/ml.
Konsentrasi yang dibutuhkan untuk adisi = 8,5 µg/ml – 1,28 ml = 7,22 µg/ml
Untuk membuat LIB II KOF 200 µg/ml, maka ditimbang 50 mg kofein dilarutkan
dengan DPM 70:30 dalam labu tentukur 50 ml (konsentrasi LIB I kofein = 1000
µg/ml). Dari LIB I dipipet sebanyak 2 ml dimasukkan kedalam labu tentukur 10
ml dan dicukupkan dengan DPM 70:30 sampai garis tanda (konsentrasi LIB II
KOF = 200 µg/ml).
= 0,16 ml + 0,9 ml
= 1,06 ml
108
ii. Contoh perhitungan kadar PCT, PRO dan KOF dalam tablet P
Berat serbuk yang ditimbang adalah 148,2 mg. Maka terlebih dahulu dihitung
kesetaraan PCT, PRO dan KOF.
109
PCT dihitung dari persamaan regresi pada panjang gelombang analisis PCT,
Y = 0,08034 X – 0,01239
X = 6,45245 µg/ml
Absorbansi PRO pada panjang gelombang 265 nm adalah 0,459. Kadar PRO
Y = 0,04264 X + 0,0184
X = 10,33302 µg/ml
Absorbansi KOF pada panjang gelombang 273 nm adalah 0,513. Kadar PRO
Y = 0,05806 X + 0,01638
X = 8,55356 µg/ml
110
111
Tablet
Konsentrasi
Berat sampel konsentrasi
Absorbansi sesuai label kadar (%)
(mg) hitung (µg/ml)
(µg/ml)
148,2 0,506 6,43159 6,45245 100,31
147,2 0,502 6,38819 6,40266 100,21
147,2 0,505 6,38819 6,40004 100,81
148,3 0,507 6,43593 6,46489 100,44
147,3 0,506 6,39253 6,45245 100,92
147,0 0,501 6,37951 6,39021 100,15
Konsentrasi
Berat sampel konsentrasi
Absorbansi sesuai label Kadar (%)
(mg) hitung (µg/ml)
(µg/ml)
148,2 0,493 6,43159 6,46458 100,50
147,2 0,488 6,38819 6,40054 100,18
147,2 0,492 6,38819 6,45508 101,00
148,3 0,503 6,43593 6,59605 102,00
147,3 0,489 6,39253 6,41663 100,30
147,0 0,484 6,37951 6,35255 99,50
Konsentrasi
Berat sampel konsentrasi
Absorbansi sesuai label kadar (%)
(mg) hitung (µg/ml)
(µg/ml)
148,2 0,459 10,12976 10,33302 101,00
147,2 0,452 10,06141 10,16886 100,80
147,2 0,454 10,06141 10,21575 101,30
148,3 0,477 10,12976 10,75515 105,00
147,3 0,464 10,06824 10,45028 103,50
147,0 0,446 10,04773 10,02814 99,60
112
Konsentrasi
Berat sampel konsentrasi
Absorbansi sesuai label kadar (%)
(mg) hitung (µg/ml)
(µg/ml)
148,2 0,464 10,12976 10,18738 100,36
147,2 0,458 10,06141 10,05044 99,69
147,2 0,459 10,06141 10,07326 99,92
148,3 0,462 10,12976 10,14173 99,91
147,3 0,461 10,06824 10,11891 100,30
147,0 0,457 10,04773 10,02761 99,60
Konsentrasi
Berat sampel konsentrasi
Absorbansi sesuai label kadar (%)
(mg) hitung (µg/ml)
(µg/ml)
148,2 0,513 8,52186 8,55356 100,45
147,2 0,507 8,46435 8,45022 99,91
147,2 0,508 8,46435 8,46744 100,11
148,3 0,514 8,5276 8,57078 100,58
147,3 0,512 8,47005 8,53634 100,86
147,0 0,504 8,45285 8,39855 99,43
Konsentrasi
Berat sampel konsentrasi
Absorbansi sesuai label kadar (%)
(mg) hitung (µg/ml)
(µg/ml)
148,2 0,445 8,52186 8,53167 100,19
113
Konsentrasi
Berat sampel konsentrasi
Absorbansi sesuai label kadar (%)
(mg) hitung (µg/ml)
(µg/ml)
132,8 0,501 6,42443 6,39022 99,95
132,9 0,500 6,42926 6,37776 99,19
133,0 0,504 6,43410 6,42755 99,88
133,2 0,508 6,44378 6,47734 100,51
133,4 0,509 6,45345 6,48979 100,55
133,6 0,510 6,46313 6,50224 100,59
Konsentrasi
Berat sampel konsentrasi
Absorbansi sesuai label kadar (%)
(mg) hitung (µg/ml)
(µg/ml)
132,8 0,491 6,42443 6,43846 100,21
132,9 0,493 6,42926 6,46458 100,50
133,0 0,492 6,43410 6,45177 100,20
133,2 0,494 6,44378 6,47739 100,51
133,4 0,495 6,45345 6,4902 100,55
133,6 0,496 6,46313 6,50301 100,60
Konsentrasi
Berat sampel konsentrasi
Absorbansi sesuai label kadar (%)
(mg) hitung (µg/ml)
(µg/ml)
132,8 0,449 10,11847 10,09849 99,60
132,9 0,454 10,12609 10,21575 100,60
133,0 0,453 10,13371 10,1923 100,30
133,2 0,457 10,14895 10,28611 101,10
133,4 0,455 10,16419 10,23921 100,53
133,6 0,456 10,17943 10,26266 100,61
114
Konsentrasi
Berat sampel konsentrasi
Absorbansi sesuai label kadar (%)
(mg) hitung (µg/ml)
(µg/ml)
132,8 0,459 10,11847 10,07326 99,35
132,9 0,462 10,12609 10,14173 99,95
133,0 0,461 10,13371 10,11891 99,65
133,2 0,463 10,14895 10,16455 99,95
133,4 0,465 10,16419 10,21021 100,25
133,6 0,468 10,17943 10,27867 100,77
Konsentrasi
Berat sampel konsentrasi
Absorbansi sesuai label kadar (%)
(mg) hitung (µg/ml)
(µg/ml)
132,8 0,507 8,51237 8,45022 99,34
132,9 0,510 8,51878 8,50189 99,84
133,0 0,511 8,52518 8,51911 100,00
133,2 0,512 8,53800 8,53634 100,06
133,4 0,514 8,55082 8,57078 100,31
133,6 0,515 8,50364 8,588012 100,36
Konsentrasi
Berat sampel konsentrasi
Absorbansi sesuai label kadar (%)
(mg) hitung (µg/ml)
(µg/ml)
132,8 0,441 8,51237 8,45123 99,36
132,9 0,442 8,51878 8,47134 99,52
133,0 0,444 8,52518 8,51156 99,92
133,2 0,445 8,53800 8,53167 100,00
133,4 0,446 8,55082 8,55177 100,09
133,6 0,447 8,50364 8,57188 100,17
115
∑
SD = √ =√ = 0,3207
Jika taraf kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01; n =6; dk =5, dari daftar tabel
distribusi t diperoleh nilai t tabel = 4,0321
T hitung =
√
µ = X ± t tabel x
√
= 100,473 ± (4,0321 x )
100,473 ± 0,528
116
Jika taraf kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01; n =6; dk =5, dari daftar tabel
distribusi t diperoleh nilai t tabel = 4,0321
T hitung =
√
µ = X ± t tabel x
√
= 100,58 ± (4,0321 x )
100,58 ± 1,37
117
∑
√ =√ = 1,9916
Jika taraf kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01; n =6; dk =5, dari daftar tabel
distribusi t diperoleh nilai t tabel = 4,0321
T hitung =
√
µ = X ± t tabel x
√
= 101,86 ± (4,0321 x )
= 101,86 ± 3,27
118
∑
SD = √ =√ = 0,3105
Jika taraf kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01; n =6; dk =5, dari daftar tabel
distribusi t diperoleh nilai t tabel = 4,0321
T hitung =
√
µ = X ± t tabel x
√
= 99,69 ± (4,0321 x )
= 99,69 ± 0,511
119
∑
SD = √ =√ = 0,5146
Jika taraf kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01; n =6; dk =5, dari daftar tabel
distribusi t diperoleh nilai t tabel = 4,0321
T hitung =
√
µ = X ± t tabel x
√
= 100,22 ± (4,0321 x )
= 100,22 ± 0,847
120
Kadar
No (Xi)% Xi-X (Xi-X)
1 100,19 0,0216 0,0004
2 99,92 -0,2483 0,0616
3 100,16 -0,0083 6,94E-05
4 100,59 0,4216 0,1778
5 100,33 0,1616 0,0261
6 99,82 -0,3483 0,1213
Jumlah 601,01 -2,8E-14 0,3874
Rata-rata 100,1683 -4,7E-15 0,0645
∑
SD = √ =√ = 0,2783
Jika taraf kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01; n =6; dk =5, dari daftar tabel
distribusi t diperoleh nilai t tabel = 4,0321
T hitung =
√
µ = X ± t tabel x
√
= 100,16 ± (4,0321 x )
= 100,16 ± 0,458
121
∑
SD = √ =√ = 0,5493
Jika taraf kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01; n =6; dk =5, dari daftar tabel
distribusi t diperoleh nilai t tabel = 4,0321
T hitung =
√
Karena tabel x semua data diterima, maka kadar sebenarnya terletak antara :
√
µ=X±t
= 100,11 ± (4,0321 x )
= 100,11 ± 0,904
122
∑
SD = √ =√ = 0,1765
Jika taraf kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01; n =6; dk =5, dari daftar tabel
distribusi t diperoleh nilai t tabel = 4,0321
T hitung =
√
µ = X ± t tabel x
√
= 100,42 ± (4,0321 x )
= 100,42 ± 0,290
123
∑
SD = √ =√ = 0,4943
Jika taraf kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01; n =6; dk =5, dari daftar tabel
distribusi t diperoleh nilai t tabel = 4,0321
T hitung =
√
µ = X ± t tabel x
√
= 100,45 ± (4,0321 x )
= 100,45 ± 0,813
124
∑
SD = √ =√ = 0,4907
Jika taraf kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01; n =6; dk =5, dari daftar tabel
distribusi t diperoleh nilai t tabel = 4,0321
T hitung =
√
µ = X ± t tabel x
√
= 99,98 ± (4,0321 x )
= 99,98 ± 0,861
125
∑
SD = √ =√ = 0,3684
Jika taraf kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01; n =6; dk =5, dari daftar tabel
distribusi t diperoleh nilai t tabel = 4,0321
T hitung =
√
µ = X ± t tabel x
√
= 99,99 ± (4,0321 x )
= 99,99 ± 0,606
126
∑
SD = √ =√ = 0,3274
Jika taraf kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01; n =6; dk =5, dari daftar tabel
distribusi t diperoleh nilai t tabel = 4,0321
T hitung =
√
µ = X ± t tabel x
√
= 99,84 ± (4,0321 x )
= 99,84 ± 0,53
127
= 227,957 mg
= 246,062 mg
= 226,105 mg
= 257,971 mg
= 206,971 mg
= 240, 309 mg
128
Data 1 2 3 4 5 6
Kalkulasi (µg/ml) 1,54630 1,46044 1,37157 1,61410 1,26477 1,22308
Penimbangan(mg) 148,2 147,2 147,2 148,3 147,3 147
Pengenceran 166 166 166 166 166 166
Bobot rata-rata(g) 14,7472 14,7472 14,7472 14,7472 14,7472 14,7472
Etiket(mg) 250 250 250 250 250 250
Kadar(mg) 255,473 242,927 228,144 266,495 210,236 234,499
Kadar rata-rata(mg) 239,63 = 99,74 %
SD 0,3207
RSD 0,3192%
Data 1 2 3 4 5 6
Kalkulasi (µg/ml) 1,45558 1,56449 1,45174 1,50917 1,48144 1,50624
Penimbangan (mg) 148,2 147,2 147,2 148,3 147,3 147
Pengenceran 100 100 100 100 100 100
Bobot rata-rata (g) 14,7472 14,7472 14,7472 14,7472 14,7472 14,7472
Etiket (mg) 150 150 150 150 150 150
Kadar (mg) 144,870 156,767 145,469 150,103 148,345 151,136
Kadar rata-rata(mg) 149,45 = 103 %
SD 1,9916
RSD 1,9550%
Data 1 2 3 4 5 6
Kalkulasi (µg/ml) 10,93528 10,99624 11,06449 11,1937 11,2758 11,2724
Penimbangan (mg) 148,2 147,2 147,2 148,3 147,3 147
Pengenceran 4 4 4 4 4 4
Bobot rata-rata (g) 14,7472 14,7472 14,7472 14,7472 14,7472 14,7472
Etiket (mg) 50 50 50 50 50 50
Kadar (mg) 43,534 44,074 44,348 44,531 45,164 45,243
Kadar rata(mg) 44,48 =99,12 %
SD 0,5146
RSD 0,5134%
Lampiran 34. Kadar PCT, PRO dan KOF dalam tablet S dengan metode RKU
129
Data 1 2 3 4 5 6
Kalkulasi (µg/ml) 1,36604 1,47564 1,35698 1,54980 1,24588 1,44872
Penimbangan(mg) 132,8 132,9 133 133,2 133,4 133,6
Pengenceran 166 166 166 166 166 166
Bobot rata-rata(g) 13,2295 13,2295 13,2295 13,2295 13,2295 13,2295
Etiket(mg) 250 250 250 250 250 250
Kadar(mg) 227,957 246,062 226,105 257,846 206,971 240,309
Kadar rata-rata(mg) 234,20 = 99,30%
SD 0,5493
RSD 0,5486%
Data 1 2 3 4 5 6
Kalkulasi (µg/ml) 1,53863 1,55609 1,63696 1,46193 1,60202 1,53069
Penimbangan(mg) 132,8 132,9 133 133,2 133,4 133,6
Pengenceran 100 100 100 100 100 100
Bobot rata-rata(g) 13,2295 13,2295 13,2295 13,2295 13,2295 13,2295
Etiket(mg) 150 150 150 150 150 150
Kadar(mg) 154,674 156,312 164,311 146,522 160,322 152,954
Kadar rata-rata(mg) 155,8 = 102 %
SD 0,4943
RSD 0,4920%
Data 1 2 3 4 5 6
Kalkulasi (µg/ml) 10,88866 10,8170 10,4397 10,7540 10,4658 10,9984
Penimbangan(mg) 132,8 132,9 133 133,2 133,4 133,6
Pengenceran 4 4 4 4 4 4
Bobot rata-rata(g) 13,2295 13,2295 13,2295 13,2295 13,2295 13,2295
Etiket(mg) 50 50 50 50 50 50
Kadar(mg) 43,784 43,469 41,915 43,113 41,894 43,960
Kadar rata-rata(mg) 43,02 = 99 %
SD 0,3684
RSD 0,3685%
Lampiran 35. Contoh perhitungan batas deteksi (LOD) dan batas kuntifikasi
(LOQ)
130
Konsentrasi
(µg/ml) Absorbansi
No X Y Yi Y-Yi Y-Yi2
1 0,00000 0,00000 -0,12390 0,01239 0,000154
2 3,00000 0,22000 0,22863 -0,00863 7,45 x 10-5
3 4,50000 0,34400 0,34914 -0,00514 2,64 x 10-5
4 6,00000 0,44300 0,46965 -0,02665 0,00071
5 7,50000 0,60600 0,59016 0,01584 0,000251
6 9,00000 0,73600 0,71067 0,02533 0,000642
7 10,50000 0,81800 0,83118 -0,01318 0,000174
jumlah 3,16700 0,002031
∑
SB =√
=√
= 0,02015
Batas deteksi =
= 0,82766
Batas kuantifikasi =
=2,50809
131
Perolehan 80%
PCT
= x 50 mg = 40 mg
40 mg PCT tersebut berasal dari 70% dari tablet dan 30% berasal dari baku PCT.
Maka sampel yang ditimbang setara dengan
= x 40 mg = 28 mg
= x 14747,2 mg = 82,58 mg
= x 40 mg = 12 mg
PRO
= x 150 mg x = 7,2 mg
KOF
= x 50 mg x = 2,4 mg
132
PCT
= x 50 mg = 50 mg
50 mg PCT tersebut berasal dari 70% dari tablet dan 30% berasal dari baku PCT.
Maka sampel yang ditimbang setara dengan
= x 50 mg = 35 mg
= x 14747,2 mg = 103,23 mg
= x 50 mg = 15 mg
PRO
= x 150 mg x = 9 mg
KOF
= x (20 x 50 mg) = 7 mg
= x 50 mg x = 3 mg
133
PCT
= x 50 mg = 60 mg
60 mg PCT tersebut berasal dari 70% dari tablet dan 30% berasal dari baku PCT.
Maka sampel yang ditimbang setara dengan
= x 60 mg = 42 mg
= x 14747,2 mg = 123,87 mg
= x 60 mg = 18 mg
PRO
= x 150 mg x = 10,8 mg
KOF
= x 50 mg x = 3,6 mg
134
Perolehan 80%
PCT
= x 50 mg = 40 mg
40 mg PCT tersebut berasal dari 70% dari tablet dan 30% berasal dari baku PCT.
Maka sampel yang ditimbang setara dengan
= x 40 mg = 28 mg
= x 13229,5 mg = 74 mg
= x 40 mg = 12 mg
PRO
= x 150 mg x = 7,2 mg
KOF
= x 50 mg x = 2,4 mg
135
PCT
= x 50 mg = 50 mg
50 mg PCT tersebut berasal dari 70% dari tablet dan 30% berasal dari baku PCT.
Maka sampel yang ditimbang setara dengan
= x 50 mg = 35 mg
= x 13229,5 mg = 92,6 mg
= x 50 mg = 15 mg
PRO
= x 150 mg x = 9 mg
KOF
= x 50 mg x = 3 mg
136
PCT
= x 50 mg = 60 mg
60 mg PCT tersebut berasal dari 70% dari tablet dan 30% berasal dari baku PCT.
Maka sampel yang ditimbang setara dengan
= x 60 mg = 42 mg
= x 13229,5 mg = 111 mg
= x 60 mg = 18 mg
PRO
= x 150 mg x = 10,8 mg
KOF
= x 50 mg x = 3,6 mg
137
A.PCT
Persamaan regresi pada panjang gelombang analisis PCT parasetamol (λ = 245
nm)
Y = 0,08034 X – 0,01239
Konsentrasi PCT (X):
Y = 0,08034 X – 0,01239
0,506 = 0,08034 X – 0,01239
X = 6,4524 µg/ml
Konsentrasi sampel setelah penambahan bahan baku (CF):
= konsentrasi PCT (X) x volume (ml) x fp
= 6,4524 µg/ml x 50 ml x 156,25
= 50,40 mg
CA = xBxC
Keterangan :
A = Berat sampel yang akan ditimbang setara dengan 28 mg serbuk PCT.
B = Serbuk PCT 70%
C = Kadar rata-rata sampel
CA = x 35 mg x100,47 % = 35,25 mg
138
B. PRO
Persamaan regresi pada panjang gelombang analisis PRO (λ = 265 nm)
Y = 0,04264 X + 0,0184
Konsentrasi PRO (X):
Y = 0,04264 X + 0,0184
0,580 = 0,04264 X + 0,0184
X = 13,1707 µg/ml
Konsentrasi sampel setelah penambahan bahan baku (C F):
= konsentrasi PRO (X) x volume (ml) x fp
= 13,1707 µg/ml x 50 ml x 46,25
= 30,45 mg
CA = xBxC
Keterangan :
A = Berat sampel yang akan ditimbang setara dengan 28 mg serbuk PRO.
B = Serbuk PRO 70%
C = Kadar rata-rata sampel
CA = x 21 mg x101,86 % = 21,44 mg
139
C. KOF
Persamaan regresi pada panjang gelombang analisis KOF (λ = 273 nm)
Y = 0,05806 X + 0,01638
Konsentrasi KOF (X):
Y = 0,05806 X + 0,01638
0,634 = 0,05806 X + 0,01638
X = 10,6376 µg/ml
Konsentrasi sampel setelah penambahan bahan baku (CF):
= konsentrasi KOF (X) x volume (ml) x fp
= 10,6376 µg/ml x 50 ml x 18,95
= 10,07 mg
CA = xBxC
Keterangan :
A = Berat sampel yang akan ditimbang setara dengan 28 mg serbuk KOF.
B = Serbuk KOF 70%
C = Kadar rata-rata sampel
CA = x 7 mg x100,22 % = 7,03 mg
140
141
PCT 80%
PRO 80%
KOF 80%
142
PRO100%
KOF 100%
No Wavelength (nm) Absorbance
1 273 0,634
2 273 0,632
3 273 0,630
A
143
PRO 120
KOF 120
No Wavelength (nm) Absorbance
1 273 0,758
2 273 0,755
3 273 0,753
A
144
PCT 80%
PRO 80%
KOF 80%
145
PRO 100%
KOF 100%
146
PRO 120%
No Wavelength (nm) Absorbance
1 265 0,685
2 265 0,683
3 265 0,680
A
KOF 120%
No Wavelength (nm) Absorbance
1 273 0,752
2 273 0,749
3 273 0,747
A
147
Jumlah Persen
Berat Baku yang
Setelah Sebelum perolehan
No Konsentrasi sampel ditambahkan
penambahan penambahan kembali
(mg) (mg)
baku (mg) baku (mg) (%)
1 40,78 28,17 82,7 12,18 103,4
2 80% 40,49 28,13 82,6 12,18 101,4
3 40,10 28,10 82,5 12,18 99,0
4 50,40 35,25 103,5 14,98 101,1
5 100% 50,31 35,22 103,4 14,98 100,7
6 50,16 35,15 103,2 14,98 100,2
7 60,52 42,20 123,9 17,98 101,8
8 120% 60,32 42,17 123,8 17,98 100,9
9 60,13 42,13 123,7 17,98 100,1
Rata2 100,95
Jumlah Persen
Berat Baku yang
Setelah Sebelum perolehan
No Konsentrasi sampel ditambahkan
penambahan penambahan kembali
(mg) (mg)
baku (mg) baku (mg) (%)
1 23,62 16,32 82,7 7,18 101,6
2 80% 23,56 16,30 82,6 7,18 101,1
3 23,46 16,28 82,5 7,18 100,0
4 30,45 21,44 103,5 8,98 100,3
5 100% 30,40 21,42 103,4 8,98 100,0
6 30,34 21,38 103,2 8,98 99,7
7 36,42 25,47 123,9 10,77 101,6
8 120% 36,31 25,45 123,8 10,77 100,8
9 36,15 25,43 123,7 10,77 99,5
Rata2 100,63
148
Jumlah Persen
Berat Baku yang
Setelah Sebelum perolehan
No Konsentrasi sampel ditambahkan
penambahan penambahan kembali
(mg) (mg)
baku (mg) baku (mg) (%)
1 7,97 5,52 82,7 2,40 102,0
2 80% 7,94 5,51 82,6 2,40 101,2
3 7,90 5,50 82,5 2,40 100,0
4 10,07 7,03 103,5 3,00 101,3
5 100% 10,04 7,02 103,4 3,00 100,6
6 10,01 7,01 103,2 3,00 100,0
7 12,10 8,42 123,9 3,60 102,0
8 120% 12,05 8,41 123,8 3,60 101,1
9 12,02 8,40 123,7 3,60 99,5
Rata2 100,85
149
Jumlah Persen
Berat Baku yang
Setelah Sebelum perolehan
No Konsentrasi sampel ditambahkan
penambahan penambahan kembali
(mg) (mg)
baku (mg) baku (mg) (%)
1 40,49 28,22 74,5 11,98 102,4
2 80% 40,29 28,10 74,2 11,98 101,7
3 40,10 28,06 74,1 11,98 100,5
4 50,50 35,15 92,9 14,98 102,0
5 100% 50,40 35,18 93,0 14,98 101,6
6 50,02 35,26 93,2 14,98 99,0
7 60,32 42,23 111,5 17,98 100,6
8 120% 60,13 42,15 111,3 17,98 100,0
9 60,03 42,08 111,1 17,98 99,8
Rata2 100,84
Jumlah Persen
Berat Baku yang
Setelah Sebelum perolehan
No Konsentrasi sampel ditambahkan
penambahan penambahan kembali
(mg) (mg)
baku (mg) baku (mg) (%)
1 23,56 16,18 74,5 7,18 102,0
2 80% 23,42 16,11 74,2 7,18 101,8
3 23,29 16,09 74,1 7,18 100,2
4 29,15 20,15 92,9 8,98 100,2
5 100% 29,04 20,17 93,0 8,98 99,0
6 29,10 20,22 93,2 8,98 99,0
7 36,15 25,22 111,5 10,77 101,4
8 120% 36,04 25,18 111,3 10,77 100,8
9 35,88 25,13 111,1 10,77 99,8
Rata2 100,46
150
Jumlah Persen
Berat Baku yang
Setelah Sebelum perolehan
No Konsentrasi sampel ditambahkan
penambahan penambahan kembali
(mg) (mg)
baku (mg) baku (mg) (%)
1 7,97 5,53 74,5 2,40 101,6
2 80% 7,94 5,51 74,2 2,40 101,2
3 7,89 5,50 74,1 2,40 99,5
4 9,94 6,92 92,9 3,00 100,6
5 100% 9,93 6,93 93,0 3,00 100,0
6 9,91 6,94 93,2 3,00 99,0
7 12,00 8,33 111,5 3,60 101,9
8 120% 11,95 8,32 111,3 3,60 100,8
9 11,92 8,30 111,1 3,60 100,5
Rata2 100,56
151
Jumlah Persen
Berat Baku yang
Setelah Sebelum perolehan
No Konsentrasi sampel ditambahkan
penambahan penambahan kembali
(mg) (mg)
baku (mg) baku (mg) (%)
1 40,78 28,17 82,7 12,18 100,98
2 80% 40,49 28,13 82,6 12,18 99,00
3 40,10 28,10 82,5 12,18 96,00
4 50,40 35,25 103,5 14,98 99,00
5 100% 50,31 35,22 103,4 14,98 98,00
6 50,16 35,15 103,2 14,98 97,50
7 60,52 42,20 123,9 17,98 99,55
8 120% 60,32 42,17 123,8 17,98 98,66
9 60,13 42,13 123,7 17,98 97,77
Rata2 98,49
Jumlah Persen
Berat Baku yang
Setelah Sebelum perolehan
No Konsentrasi sampel ditambahkan
penambahan penambahan kembali
(mg) (mg)
baku (mg) baku (mg) (%)
1 23,62 16,32 82,7 7,18 101,39
2 80% 23,56 16,30 82,6 7,18 100,27
3 23,46 16,28 82,5 7,18 99,86
4 30,45 21,44 103,5 8,98 100,60
5 100% 30,40 21,42 103,4 8,98 100,33
6 30,34 21,38 103,2 8,98 100,22
7 36,42 25,47 123,9 10,77 99,44
8 120% 36,31 25,45 123,8 10,77 98,60
9 36,15 25,43 123,7 10,77 97,58
Rata2 99,81
152
Jumlah Persen
Berat Baku yang
Setelah Sebelum perolehan
No Konsentrasi sampel ditambahkan
penambahan penambahan kembali
(mg) (mg)
baku (mg) baku (mg) (%)
1 7,97 5,52 82,7 2,40 98,33
2 80% 7,94 5,51 82,6 2,40 97,5
3 7,90 5,50 82,5 2,40 96,66
4 10,07 7,03 103,5 3,00 98,00
5 100% 10,04 7,02 103,4 3,00 97,60
6 10,01 7,01 103,2 3,00 97,00
7 12,10 8,42 123,9 3,60 99,72
8 120% 12,05 8,41 123,8 3,60 98,61
9 12,02 8,40 123,7 3,60 98,00
Rata2 98,00
153
Jumlah Persen
Berat Baku yang
Setelah Sebelum perolehan
No Konsentrasi sampel ditambahkan
penambahan penambahan kembali
(mg) (mg)
baku (mg) baku (mg) (%)
1 40,49 28,22 74,5 11,98 99,83
2 80% 40,29 28,10 74,2 11,98 99,16
3 40,10 28,06 74,1 11,98 98,00
4 50,50 35,15 92,9 14,98 100,06
5 100% 50,40 35,18 93,0 14,98 99,19
6 50,02 35,26 93,2 14,98 96,12
7 60,32 42,23 111,5 17,98 98,33
8 120% 60,13 42,15 111,3 17,98 97,66
9 60,03 42,08 111,1 17,98 97,55
Rata2 98,43
Jumlah Persen
Berat Baku yang
Setelah Sebelum perolehan
No Konsentrasi sampel ditambahkan
penambahan penambahan kembali
(mg) (mg)
baku (mg) baku (mg) (%)
1 23,56 16,18 74,5 7,18 102,64
2 80% 23,42 16,11 74,2 7,18 101,39
3 23,29 16,09 74,1 7,18 100,27
4 29,15 20,15 92,9 8,98 101,22
5 100% 29,04 20,17 93,0 8,98 99,88
6 29,10 20,22 93,2 8,98 99,88
7 36,15 25,22 111,5 10,77 99,35
8 120% 36,04 25,18 111,3 10,77 98,51
9 35,88 25,13 111,1 10,77 97,77
Rata2 100,10
154
Jumlah Persen
Berat Baku yang
Setelah Sebelum perolehan
No Konsentrasi sampel ditambahkan
penambahan penambahan kembali
(mg) (mg)
baku (mg) baku (mg) (%)
1 7,97 5,53 74,5 2,40 97,91
2 80% 7,94 5,51 74,2 2,40 97,50
3 7,89 5,50 74,1 2,40 95,83
4 9,94 6,92 92,9 3,00 98,00
5 100% 9,93 6,93 93,0 3,00 97,00
6 9,91 6,94 93,2 3,00 96,00
7 12,00 8,33 111,5 3,60 99,72
8 120% 11,95 8,32 111,3 3,60 98,61
9 11,92 8,30 111,1 3,60 98,05
Rata2 97,62
155
156
157
158
159