Anda di halaman 1dari 160

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Fakultas Farmasi Tesis Magister

2018

Analisis Campuran Parasetamol,


Propifenazon dan Kofein Secara
Spektrofotometri Ultraviolet Metode
Kemometrik dengan Regresi Komponen
Utama dan Rasio Absorbansi

Pulungan, Ainil Fithri


Universitas Sumatera Utara

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/12213
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
TESIS

ANALISIS CAMPURAN PARASETAMOL, PROPIFENAZON DAN


KOFEIN SECARA SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET
METODE KEMOMETRIK DENGAN
REGRESI KOMPONEN UTAMA
DAN RASIO ABSORBANSI

OLEH :
AINIL FITHRI PULUNGAN
NIM 167014002

PROGRAM STUDI MAGISTER FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

Universitas Sumatera Utara


ANALISIS CAMPURAN PARASETAMOL, PROPIFENAZON DAN
KOFEIN SECARA SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET
METODE KEMOMETRIK DENGAN
REGRESI KOMPONEN UTAMA
DAN RASIO ABSORBANSI

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh


Gelar Magister dalam Ilmu Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara

OLEH :
AINIL FITHRI PULUNGAN
NIM 167014002

PROGRAM STUDI MAGISTER FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
LEMBAR PENGESAHAN TESIS

Nama Mahasiswa : Ainil Fithri Pulungan

Nomor Induk Mahasiswa : 167014002

Program Studi : Magister Farmasi

Judul Tesis : Analisis Campuran Parasetamol, Propifenazon dan Kofein

Secara Spektrofotometri Ultraviolet Metode Kemometrik

dengan Regresi Komponen Utama dan Rasio Absorbansi

Telah diuji dan dinyatakan LULUS di depan TIM Penguji pada hari Senin tanggal Lima Belas

Oktober dua ribu delapan belas.

Mengesahkan :

Tim Penguji Tesis : Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt

Anggota Tim Penguji : Prof. Dr. Muchlisyam, M.Si., Apt

Prof. Dr. rer. Nat. E. De. Lux Putra, SU., Apt

Prof. Dr. Siti Morin Sinaga, M.Sc., Apt

Universitas Sumatera Utara


SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama Mahasiswa : Ainil Fithri Pulungan

Nomor Induk Mahasiswa : 167014002

Program Studi : Magister Farmasi

Judul Tesis : Analisis Campuran Parasetamol, Propifenazon dan Kofein

Secara Spektrofotometri Ultraviolet Metode Kemometrik

dengan Regresi Komponen Utama dan Rasio Absorbansi

Dengan ini menyatakan bahwa tesis yang saya buat adalah asli karya saya sendiri, bukan

plagiat dan apabila dikemudian hari diketahui tesis saya tersebut plagiat karena kesalahan

saya sendiri maka saya bersedia diberi sanksi apapun oleh Program Studi Magister Farmasi

Fakultas Farmasi USU. Saya tidak akan menuntut pihak manapun atas perbuatan saya

tersebut.

Demikian surat pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya dan dalam keadaan

sehat.

Medan 10 Desember 2018


Yang Membuat Pernyataan,

Ainil Fithri Pulungan


NIM. 167014002

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan

judul “Analisis Campuran Parasetamol, Propifenazon dan Kofein Secara

Spektrofotometri Ultraviolet Metode Kemometrik dengan Regresi Komoponen

Utama dan Rasio Absorbansi”. Shalawat dan salam untuk Rasulullah Muhammad

SAW sebagai suri tauladan dalam kehidupan.

Selama menyelesaikan penelitian dan tesis ini, penulis telah banyak

mendapatkan bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, baik moril maupun

materil. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya

kepada :

1. Bapak Rektor Prof. Dr. Runtung, S.H., M.Hum., selaku Rektor Universitas

Sumatera Utara, yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada

penulis untuk mengikuti Program Studi Magister.

2. Ibu Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara, yang telah menyediakan fasilitas kepada

penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan Program Studi Magister di

Fakultas Farmasi.

3. Bapak Prof. Dr. Urip Harahap, Apt., Selaku Ketua Program Studi Magister

Farmasi dan Ibu Prof. Dr. Rosidah, M.Sc., Apt., selaku Sekretaris Program

Studi Magister Farmasi yang telah banyak memberikan motivasi dan

bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan ini.

vi

Universitas Sumatera Utara


4. Bapak Prof. Dr. rer.nat. Effendy De Lux Putra, SU., Apt dan Ibu Prof. Dr.

Siti Morin Sinaga, M.Sc., Apt., selaku ketua dan anggota komisi

pembimbing yang telah banyak membantu memberikan saran, koreksi dan

bimbingan kepada penulis dalam meyelesaikan tesis ini.

5. Ibu Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt., dan Bapak Prof. Dr. Muchlisyam, M.Si,

Apt., selaku ketua dan anggota penguji yang telah banyak memberikan

saran dan koreksi kepada penulis dalam meyelesaikan tesis ini.

6. Bapak dan Ibu staf pengajar Program Studi Magister Farmasi atas

bimbingannya selama penulis menjalani pendidikan.

7. Orang tua tercinta, Ayahanda Drs. Harmen Pulungan dan Ibunda Dra.

Nurasiah M.Si yang telah membesarkan, merawat dan mendidik penulis

sejak kecil, serta memberikan doa, motivasi dan kasih sayang kepada

penulis.

8. Rekan-rekan Program Studi Magister Farmasi dan seluruh teman-teman

yang tidak penulis sebutkan satu persatu atas kerjasamanya dan

kekompakannya selama penulis menjalani pendidikan.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangan dan perlu

mendapatkan masukan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis berharap

adanya kritik dan saran membangun demi kesempurnaan tesis ini.

Medan, 15 oktober 2018


Penulis,

Ainil Fithri Pulungan


NIM 167014002

vii

Universitas Sumatera Utara


ANALISIS CAMPURAN PARASETAMOL, PROPIFENAZON DAN
KOFEIN SECARA SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET
METODE KEMOMETRIK DENGAN
REGRESI KOMPONEN UTAMA
DAN RASIO ABSORBANSI

ABSTRAK

Berbagai sediaan obat dipasaran mengkombinasikan dua atau lebih zat


aktif dalam satu sediaan, salah satunya adalah obat analgesik yang mengandung
parasetamol, propifenazon dan kofein dalam bentuk tiga campuran. Penelitian ini
bertujuan untuk melakukan analisis dengan menggunakan metode
spektrofotometri ultraviolet yang dikombinasikan dengan metode regresi
komponen utama dan metode rasio absorbansi untuk menetapkan kadar tiga
campuran dari parasetamol, propifenazon dan kofein pada sediaan tablet P dan S
yang beredar dipasaran, tanpa adanya tahap pemisahan dalam analisis campuran.
Penelitian ini dilakukan dengan mengoptimalisasi jenis pelarut yaitu dapar
posfat pH 7,2, metanol dan campuran dapar posfat pH 7,2 dengan metanol pada
perbandingan 90:10; 70:30; 50:50; 30:70; 10:90. Metode spektrofotometri teknik
regresi komponen utama dan rasio absorbansi kemudian diuji validitasnya
berdasarkan parameter validasi yaitu linieritas, akurasi, presisi, recovery, LOD
dan LOQ. Kemudian metode diaplikasikan untuk menetapkan kadar parasetamol,
propifenazon dan kofein dalam sediaan tablet.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa campuran dapar posfat pH 7,2 dan
metanol dengan perbandingan 70:30 (DPM 70:30) merupakan jenis pelarut yang
paling baik untuk digunakan dalam penelitian ini, karena memiliki kesalahan
fotometrik yang paling kecil diantara pelarut-pelarut yang lain yaitu sebesar
0,0846%. Aplikasi dengan teknik regresi komponen utama dilakukan penetapan
kadar parasetamol pada λ245 nm, propifenazon λ265 nm dan kofein λ273 nm
dengan nilai recovery 98,49%, 99,81% dan 98% untuk tablet P, dan 98,43%,
100,10% dan 98% untuk tablet S, sedangkan dengan menggunakan metode rasio
absorbansi dilakukan pada λ245 nm untuk panjang gelombang maksimum dan
λ248,6 nm pada titik iso- absorptif, untuk penetapan kadar propifenazon
dilakukan pada λ265 nm dan λ268,2 nm, sedangkan pada penetapan kadar kofein
dilakukan pada λ273 nm dan λ264,2 nm. Rata – rata nilai recovery dihasilkan
pada 100,95%, 100,63% dan 100,85% pada tablet P dan 100,84%, 100,46% dan
100,56% pada tablet S.
Metode ini berhasil diterapkan untuk analisis formulasi sediaan tablet,
tanpa gangguan dari eksipien seperti yang ditunjukkan oleh hasil recovery. Semua
parameter validasi berada dalam kisaran yang dapat diterima.

Kata kunci: Parasetamol, propifenazon, kofein, regresi komponen utama, rasio


absorbansi

viii

Universitas Sumatera Utara


ANALYSIS OF MIXTURE PARACETAMOL, PROPYPHENAZONE AND
CAFFEINE BY USING SPECTROPHOTOMETRIC ULTRAVIOLET
CHEMOMETRIC METHOD WITH PRINCIPAL COMPONENT
REGRESSION AND RATIO ABSORBANCE

ABSTRACT

Various preparations on the market combines by two or more active


ingredient in the preparation, which one is analgesic containing ternary mixtures
of paracetamol, propyphenazone and caffeine. The aims of this research to
analyze using ultraviolet spectrophotometry method combined with the principal
component regression method and absorbance ratio method the levels of
paracetamol, propyphenazone and caffeine in P and S tablets circulating in the
market, without any separation stage in mixed analysis.
Research carried out by optimizing the type of solvent, phosphate buffer
pH 7,2 : methanol and mixture of phosphate buffer pH 7,2 with methanol at ratio
90:10; 70:30; 50:50; 30:70; 10:90. Spectrophotometric method with principal
component regression tehnique and absorbance ratio tested its validity based on
linierity, accuracy, precision, recovey, LOD and LOQ. Then the method was
applied to determine the levels of paracetamol, propyphenazone and caffeine in
tablet.
The results showed that the mixture of phosphate buffer pH 7,2 with
methanol at ratio of 70:30 (DPM 70:30) was the best type of solvent to be used in
this study, because it has the most photometric error small among other solvent
which is 0,0846%. Application with the principal component regression tehnique
to determine paracetamol level at λ245 nm, propyphenaozone λ265 nm and
caffeine λ273 nm with recovery values of 98,49%, 99,81% and 98% for tablet P
and 98,43%, 100,10% and 98% for tablet S. Then, using absorbance ratio method
is carried out at λ245 nm for the maximum wavelength and λ248,6 nm at the iso-
absorptive point, for the determination of the levels of propyphenazone is carried
out at λ265 nm and λ268,2 nm, while the determination of caffeine levels is
carried out at λ273 nm and λ264 nm. The average recovery rate was 100,95%,
100,63% and 100,85% in tablet P and 100,84%, 100,46 and 100,56 in tablet S.
This method was succesfully applied for the analysis of tablet dosage
formulations, without interference from the excipient as indicated by the recovery
results all validation parameters are within the acceptable range.

Keywords : Paracetamol, propyphenazone, caffeine, principal component


regression, absorbance ratio.

ix

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ..................................................................................................... i

HALAMAN JUDUL ................................................................................ ii

LEMBAR PERSETUJUAN TESIS ......................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN TESIS .......................................................... iv

SURAT PERNYATAAN ......................................................................... v

KATA PENGANTAR ............................................................................. vi

ABSTRAK ............................................................................................... viii

DAFTAR ISI ............................................................................................ x

DAFTAR TABEL .................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xvi

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1

1.2 Kerangka Pikir Penelitian ........................................................ 5

1.3 Perumusan Masalah ................................................................. 5

1.4 Hipotesis .................................................................................. 6

1.5 Tujuan Penelitian ..................................................................... 6

1.6 Manfaat Penelitian ................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 7

2.1 Kombinasi Obat Pereda Nyeri ................................................. 7

2.1.1 Parasetamol ..................................................................... 7

2.1.2 Propifenazon ................................................................... 8

Universitas Sumatera Utara


2.1.3 Kofein ............................................................................ 9

2.2 Spektrofotometri Ultraviolet-Visibel (UV-Vis) ....................... 9

2.2.1 Komponen Spektrofotometer UV- Vis .......................... 13

2.3 Hukum Lambert-Beer .............................................................. 15

2.4 Kemometrik ............................................................................. 16

2.4.1 Metode Kemometrik dalam Spektrofotometri ............. 18

2.4.2 Metode Kemometrik Multivariat ................................. 18

2.4.3 Aplikasi Spektrofotometri Kemometrik Regresi


Komponen Utama dalam Sediaan Farmasi ................. 20

2.5 Rasio Absorbansi (Q- Absorbance Ratio) .............................. 22

2.5.1 Aplikasi Metode Rasio Absorbansi dalam Sedian


Farmasi ......................................................................... 22

2.6 Validasi Metode Analisis ......................................................... 24

BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 29

3.1 Alat dan Bahan ......................................................................... 29

3.1.1 Alat-alat .......................................................................... 29

3.1.2 Bahan-bahan ................................................................... 29

3.2 Prosedur Penelitian .................................................................. 29

3.2.1 Pembuatan pelarut kalium dihidrogenfosfat 0,2M ........ 29

3.2.2 Pembuatan pelarut natrium hidroksida 0,2N .................. 29

3.2.3 Pembuatan pelarut dapar fosfat pH 7,2 ......................... 30

3.3 Optimasi Pelarut ...................................................................... 30

3.3.1 Pembuatan larutan induk baku parasetamol .................. 30

3.3.2 Pembuatan larutan induk baku propifenazon ................ 30

3.3.3 Pembuatan larutan induk baku kofein ........................... 30

xi

Universitas Sumatera Utara


3.3.4 Pembuatan spektrum serapan parasetamol ..................... 31

3.3.5 Pembuatan spektrum serapan propifenazon .................. 31

3.3.6 Pembuatan spektrum serapan kofein ............................. 31

3.3.7 Pembuatan spektrum serapan campuran parasetamol,


propifenazon dan kofein ................................................ 31

3.3.8 Pembagian spektrum serapan parasetamol,


propifenazon dan kofein secara double divisor Rasio
Absorbansi ...................................................................... 32

3.3.9 Pembuatan larutan kalibrasi pada metode Regresi


Komponen Utama ....................................................... 32

3.4 Penetapan kadar campuran parasetamol, propifenazon, kofein


pada sediaan tablet P dan S....................................................... 32

3.4.1 Tahap pengolahan data dengan analisis multivariat


pada Regresi Komponen Utama .................................. 33

3.5 Validasi Metode ....................................................................... 33

3.5.1 Linieritas, batas deteksi (Limit of Detection, LOD) dan


batas kuantifikasi (Limit of Quantification, LOQ) .......... 33

3.5.2 Uji perolehan kembali ................................................... 34

3.5.3 Pengujian presisi ............................................................ 35

3.5.4 Analisis data statistik ..................................................... 35

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................. 36

4.1 Optimalisasi jenis pelarut ......................................................... 36

4.2 Spektrum serapan ..................................................................... 40

4.3 Metode Rasio Absorbansi ........................................................ 42

4.3.1 Spektrum rasio ................................................................ 42

4.3.2 Penentuan panjang gelombang analisis .......................... 45

4.4 Metode Regresi Komponen Utama (RKU) .............................. 45

4.5 Validasi metode ........................................................................ 49

xii

Universitas Sumatera Utara


4.5.1 Linieritas, akurasi,presisi, batas deteksi (Limit of
Detection, LOD) dan batas kuantifikasi (Limit of
Qunatifiction, LOQ) ..................................................... 49

4.5.2 Spektrum campuran parasetamol, propifenazon, kofein,


(A) tablet P (B) tablet S (C) spektrum parasetamol,
propifenazon dan kofein berdasarkan komposisi tablet
P (D) spektrum parasetamol, propifenazon dan kofein
berdasarkan komposisi tablet S..................................... 50

4.5.3 Penetapan kadar parasetamol, propifenazon, kofein,


pada sediaan tablet P dan S .......................................... 51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 55

5.1 Kesimpulan ............................................................................... 55

5.2 Saran ...................................................................................... 55

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 56

xiii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Aplikasi Spektrofotometri rasio absorbansi (RA) dan regresi


komponen utama/RKU (PCR) pada parasetamol, propifenazon,
kofein ............................................................................................. 24

4.1 Absorbansi dan % transmitan parasetamol, propifenazon, kofein 37

4.2 Kesalahan fotometrik ................................................................... 37

4.3 Data hasil kalibrasi, validasi internal dan validasi eksternal


campuran parasetamol, propifenazon, kofein................................ 47

4.4 Kadar parasetamol, propifenazon, kofein dalam tablet P ............. 52

4.5 Kadar parasetamol, propifenazon, kofein dalam tablet S ............. 53

xiv

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Kerangka pikir penelitan ................................................................ 5

2.1 Struktur parasetamol ...................................................................... 7

2.2 Struktur propifenazon .................................................................... 8

2.3 Struktur kofein ............................................................................... 9

2.4 Error (kesalahan) pembacaan terhadap %T (% transmitan) ........... 11

4.1 Grafik jumlah kesalahan fotometrik terhadap jenis pelarut ............ 39

4.2 Spektrum serapan (A) parasetamol, (B) propifenazon, (C) kofein,


(D) campuran parasetamol, propifenazon, kofein, (E) tumpang
tindih parasetamol dan propifenazon (F) tumpang tindih
propifenazon dan kofein .................................................................. 40

4.3 Spektrum double divisor Rasio Absorbansi pada (A) parasetamol,


(B) propifenazon, (C) kofein ......................................................... 43

4.4 Spektrum campuran parasetamol, propifenazon, kofein (A)


kalibrasi (B) validasi ..................................................................... 47

4.5 Spektrum campuran parasetamol, propifenazon, kofein (A) Tablet


P (B) Tablet S (C) Spektrum parasetamol, propifenazon, kofein
berdasarkan komposisi tablet P (D) Spektrum parasetamol,
propifenazon, kofein berdasarkan komposisi tablet S ................... 51

xv

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Sampel P dan S ................................................................................ 60

2. Alat ................................................................................................. 61

3. Contoh perhitungan % transmitan dan kesalahn fotometrik ........... 62

4. Spektrum serapan (A) parasetamol, (B) propifenazon, (C) kofein


pada panjang gelombang 200 - 400 nm .......................................... 63

5. Spektrum serapan double divisor metode Rasio Absorbansi (A)


parasetamol, (B) propifenazon, (C) kofein ..................................... 64

6. Kurva dan perhitungan kalibrasi parasetamol dengan


menggunakan metode Rasio Absorbansi pada λ 245 nm ................ 65

7. Kurva dan perhitungan kalibrasi parasetamol dengan


menggunakan metode Rasio Absorbansi pada λ 248,6 nm ............. 67

8. Kurva dan perhitungan kalibrasi propifenazon dengan


menggunakan metode Rasio Absorbansi pada λ 265 nm ............... 69

9. Kurva dan perhitungan kalibrasi propifenazon dengan


menggunakan metode Rasio Absorbansi pada λ 268,2 nm ............ 71

10. Kurva dan perhitungan kalibrasi kofein dengan menggunakan


metode Rasio Absorbansi pada λ 273 nm ....................................... 73

11. Kurva dan perhitungan kalibrasi kofein dengan menggunakan


metode Rasio Absorbansi pada λ 264,2 nm .................................... 75

12. Nilai R2 parasetamol, propifenazon, kofein pada λ maksimum dan


λ iso-absorptif ................................................................................. 77

13. Perhitungan metode Rasio Absorbansi ........................................... 78

14. Komposisi campuran baku parasetamol, propifenazon dan kofein


untuk kalibrasi Regresi Komponen Utama ................................... 81

15. Data kalibrasi campuran parasetamol, propifenazon dan kofein


pada Regresi Komponen Utama ..................................................... 82

16. Data validasi internal (Cross validation) campuran parasetamol,


propifenazon, kofein dengan metode Regresi Komponen Utama . 84

xvi

Universitas Sumatera Utara


17. Data validasi eksternal campuran parasetamol, propifenazon,
kofein dengan metode Regresi Komponen Utama ......................... 86

18. Contoh perhitungan kadar parasetamol, propifenazon, kofein


dalam tablet P ................................................................................. 87

19. Kadar parasetamol, propifenazon, kofein dalam tablet P dan S


dengan metode Rasio Absorbansi ................................................... 93

20. Perhitungan statistik kadar parasetamol, propifenazon, kofein


dalam tablet P pada λ 245 nm dengan metode Rasio Absorbansi .. 97

21. Perhitungan statistik kadar parasetamol, dalam tablet P pada λ


248,6 nm dengan metode Rasio Absorbansi ................................... 98

22. Perhitungan statistik kadar propifenazon, dalam tablet P pada λ


265 nm dengan metode Rasio Absorbansi ..................................... 99

23. Perhitungan statistik kadar propifenazon, dalam tablet P pada λ


268,2 nm dengan metode Rasio Absorbansi .................................. 100

24. Perhitungan statistik kadar kofein, dalam tablet P pada λ 273 nm


dengan metode Rasio Absorbansi ................................................... 101

25. Perhitungan statistik kadar Kofein, dalam tablet P pada λ 264,2 nm


dengan metode Rasio Absorbansi ................................................... 102

26. Perhitungan statistik kadar parasetamol, dalam tablet S pada λ 245


nm dengan metode Rasio Absorbansi ............................................. 103

27. Perhitungan statistik kadar parasetamol, dalam tablet S pada λ


248,6 nm dengan metode Rasio Absorbansi ................................... 104

28. Perhitungan statistik kadar propifenazon, dalam tablet S pada λ


265 nm dengan metode Rasio Absorbansi .................................... 105

29. Perhitungan statistik kadar propifenazon, dalam tablet S pada λ


268,2 nm dengan metode Rasio Absorbansi ................................... 106

30. Perhitungan statistik kadar kofein, dalam tablet S pada λ 273 nm


dengan metode Rasio Absorbansi ................................................... 107

31. Perhitungan statistik kadar kofein, dalam tablet S pada λ 264,2


nm dengan metode Rasio Absorbansi ............................................. 108

32. Contoh perhitungan kadar parasetamol dalam tablet S dengan


metode Regresi Komponen Utama ................................................. 109

xvii

Universitas Sumatera Utara


33. Kadar parasetamol, propifenazon, kofein dalam tablet P dengan
metode Regresi Komponen Utama ................................................. 110

34. Kadar parasetamol, propifenazon, kofein dalam tablet S dengan


metode Regresi Komponen Utama ................................................. 111

35. Contoh perhitungan batas deteksi (LOD) dan batas kuantifikasi


(LOQ) ............................................................................................. 112

36. Contoh perhitungan persentase recovery dalam tablet P ................ 113

37. Contoh perhitungan persetase recovery dalam tablet S .................. 116

38. Contoh perhitungan % perolehan kembali pada perolehan 100% .. 119

39. Spektrum uji recovery pada tablet P ............................................... 123

40. Spektrum uji recovery pada tablet S ............................................... 126

41. Data hasil % perolehan kembali prasetamol, propifenazon, kofein


dalam tablet P dengan metode Rasio Absorbansi ........................... 129

42. Data hasil % perolehan kembali parasetamol, propifenazon,


kofein dalam tablet S dengan metode Rasio Absorbansi ............... 131

43. Data hasil % perolehan kembali parasetamol, propifenazon,


kofein, PRO, KOF dalam tablet P dengan metode Regresi
Komponen Utama .......................................................................... 133

44. Data hasil % perolehan kembali parasetamol, propifenazon,


kofein dalam tablet S dengan metode Regresi Komponen Utama . 135

45. Tabel distribusi t ............................................................................. 137

46. Sertifikat analisis bahan baku parasetamol, propifenazon, kofein .. 138

xviii

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Obat yang beredar sebagian besar adalah kombinasi dari beberapa bahan aktif,

yang masing-masing bertujuan untuk meningkatkan efek terapi obat dan

kemudahan dalam pemakaiannya (Naid et al, 2011).

Tablet yang mengandung parasetamol (PCT), propifenazon (PRO) dan kofein

(KOF) merupakan kombinasi yang paling banyak digunakan untuk

menghilangkan rasa nyeri. PCT, PRO dan KOF dalam kombinasinya

menyebabkan pengurangan jumlah prostaglandin, sedangkan KOF juga diketahui

dapat meningkatkan efek analgesik PCT dan KOF secara sinergis, manfaat dari

kombinasi obat ini dapat mengurangi sakit kepala, nyeri otot, neuralgia, sakit

punggung, nyeri sendi, nyeri rematik, migrain, sakit gigi dan nyeri haid.

Kombinasi ini juga terbukti efektif untuk penyakit demam yang berasal dari

infeksi bakteri atau virus, dengan efek samping yang terbatas dan kombinasi ini

cocok untuk semua umur (Delvadiya et al, 2011).

Dalam industri farmasi, proses penjaminan mutu yang cepat dan handal mutlak

diperlukan. Oleh karena itu, kebutuhan metode suatu analisis yang cepat dan

memenuhi persyaratan keshahihan suatu metode yang dapat menunjang hal

tersebut sangat tinggi. Pemeriksaan mutu suatu sediaan obat meliputi penetapan

kadar zat berkhasiat yang diperlukan untuk menjamin bahwa sediaan obat

mengandung bahan dengan mutu dan jumlah yang telah ditetapkan dan mengikuti

prosedur analisis standar, sehingga menunjang efek terapetik yang diharapkan

19

Universitas Sumatera Utara


(Naid et al, 2011), penetapan kadar zat berkhasiat dalam berbagai sediaan obat

merupakan bagian yang penting seperti yang dilakukan Badan Pengawas Obat dan

Makanan dan industri obat, oleh karena itu diperlukan metode analisis dengan alat

dan biaya operasional yang relatif lebih murah dan lebih mudah dalam

pelaksanaannya namun dapat memberikan hasil dengan akurasi dan presisi yang

baik (Lotfy dan Sarah, 2016).

Spektrofotometer UV merupakan salah satu metode yang sederhana, cepat dan

lazim digunakan dalam laboratorium industri farmasi untuk analisis suatu sediaan.

Hanya saja spektrofotometri UV biasanya digunakan dalam analisis sediaan obat

dengan zat aktif tunggal. Penggunaan instrumen spektrofotmeter UV dalam

analisis sediaan obat multikomponen sangat sulit dilakukan, mengingat

permasalahan spektra yang tumpang tindih antar komponen.

Banyak metode yang telah digunakan untuk penetapan kadar PCT, PRO dan

KOF. Salah satunya adalah metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)

yang diteliti oleh Soponar et al, (2013) dan Adupa et al, (2014).

Penelitian yang dilakukan oleh Aktas (2014), telah melakukan analisis PCT dan

KOF dengan menggunakan metode kemometrik diantaranya metode Regresi

Kuadrat Terkecil Sebagian (Partial Least Square, PLS), Regresi Komponen

Utama (Principal Component Regression, PCR) dan Artificial Neural Network

(ANN), hasil penelitiannya menunjukkan bahwa metode spektrofotometri yang

dikombinasikan dengan kalibrasi multivariat mampu menetapkan kadar senyawa

multikomponen yang overlapping pada spektrum ultaviolet.

Penelitian yang dilakukan oleh Saraan (2015), dengan menggunakan metode zero

crossing derivatif spectrophotometric pada penetapan kadar PCT, IBU, KOF

20

Universitas Sumatera Utara


menggunakan pelarut dapar posfat pH 7,2, hasil dari penelitiannya menunjukkan

bahwa metode tersebut dapat digunakan dalam menentukan kadar zat aktif secara

simultan tanpa melakukan tahap pemisahan sebelumnya.

Penelitian yang dilakukan Dzulfianto (2015), dengan menggunakan metode

spektrofotometri ultraviolet kemometrika Regresi Kuadrat Terkecil Sebagian

(RKTS), hasil dari penelitiannya menunjukkan bahwa metode kalibrasi

multivariat dapat digunakan dalam menentukan kadar zat aktif secara simultan

tanpa melakukan tahap pemisahan.

Penelitian yang dilakukan oleh Sianipar (2017), dengan menggunakan metode

spektrofotometri ultraviolet dengan teknik zero-crossing, rasio zero-crossing dan

mean centering of ratio spectra, menunjukkan bahwa hasil dari penelitiannya

memenuhi syarat validasi metode dengan menggunakan pelarut campuran dapar

posfat pH 7,2 dan metanol dengan perbandingan 70:30.

Metode Spektrofotometri Kemometrik dapat diaplikasikan pada campuran sediaan

obat yang terdiri dari dua atau tiga komponen obat atau lebih dan mempunyai

panjang gelombang berdekatan ketika dilakukan tumpang tindih spektrumnya.

Metode Spektrofotometri Kemometrik menggunakan metode multivariat yang

menawarkan banyak keuntungan dalam melakukan analisis spektroskopi

kuantitatif berbagai jenis campuran obat (Muchlisyam dan Pardede, 2016). Bila

dibandingkan dengan KCKT, metode spektrofotometri kemometrik memiliki

tahapan yang lebih mudah dilakukan dalam penelitian, serta alat yang digunakan

memiliki biaya operasional yang relatif lebih murah dan waktu untuk menentukan

hasil analisisnya lebih efisien.

21

Universitas Sumatera Utara


Metode Rasio Absorbansi (Q-Absorbance Ratio) melibatkan pengukuran

absorbansi pada dua panjang gelombang yaitu titik iso-absorptif dan panjang

gelombang maksimum (Muchlisyam dan Pardede, 2016).

Penelitian yang dilakukan dengan menggunakan metode Rasio Absorbansi (RA)

untuk menetapkan kadar obat secara simultan, seperti yang dilakukan oleh

Chitlange et al, (2009) telah melakukan penetapan kadar dexibuprofen dan

parasetamol secara simultan dengan menggunakan metode RA, panjang

gelombang yang dihasil kan pada titik iso absorptif dan panjang gelombang

maksimum adalah 235,5 nm dan 249,5 nm.

Penelitian yang dilakukan oleh Pandey (2013) telah menetapkan kadar lamivudin

dan isoniazid dengan menggunakan metode RA dengan menggunakan dua

panjang gelombang diantaranya panjang gelombang maksimum 272 nm dan

panjang gelombang isoabsorpsi 246 nm dengan konsentrasi larutan 5-30 µg/mL

dan telah divalidasi sesuai pedoman International Conference on Harmonization

(ICH).

Berdasarkan uraian diatas, dalam penelitian ini akan dilakukan analisis metode

spektrofotometri Regresi Komponen Utama (RKU) dan Rasio Absorbansi (RA)

untuk penetapan kadar PCT, PRO dan KOF dalam sediaan tablet tanpa adanya

tahap pemisahan, sehingga metode ini diharapkan dapat diaplikasikan secara rutin

oleh pihak-pihak yang berkepentingan.

1.2 Kerangka Pikir Penelitian

22

Universitas Sumatera Utara


Penelitian ini meliputi optimasi pelarut yang digunakan, delta lamda dan rasio

spektrum untuk mendapatkan panjang gelombang analisis PCT, PRO dan KOF.

kemudian diaplikasikan terhadap tablet yang mengandung campuran PCT, PRO

dan KOF. Secara ringkasnya kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1.1

Variabel Bebas Variabel Terikat

Jenis Pelarut Absorbansi


(parameternya
Parasetamol - Metanol
adalah Kesalahan
Propifenazon - Dapar fosfat pH 7,2 Fotometrik)

- Campuran dapar posfat pH7,2:Metanol

Metode Regresi Komponen Metode Rasio Absorbansi


Utama (RKU) (RA)

Analisis Multivariat data Menggunakan panjang gelombang


kalibrasi dan data validasi maksimum dan panjang
gelombang iso-absorptif

λ analisis yang digunakan

Validasi Metode Diaplikasi pada sampel tablet


yang mengandung PCT,
Linearitas, LOD, LOQ,
Akurasi, Recovery, PRO dan KOF.

Gambar 1.1 Kerangka pikir penelitian

1.3 Perumusan Masalah

a. Apakah pelarut dapar posfat pH 7,2 merupakan jenis pelarut yang lebih

baik jika dibandingkan dengan pelarut metanol, campuran dapar posfat pH

7,2 dan metanol dengan perbandingan (90:10; 70:30; 50:50; 30:70; 10:90)

untuk menetapkan kadar PCT, PRO dan KOF pada sediaan tablet ?

23

Universitas Sumatera Utara


b. Apakah metode RKU dan RA yang dilakukan, dapat diaplikasikan untuk

menetapkan kadar PCT, PRO dan KOF pada sediaan tablet ?

c. Apakah metode RKU dan RA memenuhi syarat validasi metode ?

1.4 Hipotesis

a. Pelarut dapar posfat pH 7,2 merupakan jenis pelarut yang lebih baik jika

dibandingkan dengan pelarut metanol, campuran dapar posfat pH 7,2 dan

metanol dengan perbandingan (90:10; 70:30; 50:50; 30:70; 10:90) untuk

menetapkan kadar PCT, PRO dan KOF pada sediaan tablet.

b. Metode RKU dan RA dapat dilakukan dan dapat diaplikasikan untuk

menetapkan kadar PCT, PRO dan KOF pada sediaan tablet.

c. Metode RKU dan RA yang dilakukan memenuhi syarat validasi metode.

1.5 Tujuan Penelitian

a. Untuk dapat menentukan jenis pelarut terbaik dengan melakukan optimasi

pada pelarut metanol, dapar posfat pH 7,2, campuran dapar posfat pH 7,2

dan metanol dengan perbandingan (90:10; 70:30; 50:50; 30:70; 10:90)

pada penetapan kadar PCT, PRO dan KOF pada sediaan tablet.

b. Untuk dapat dapat mengaplikasikan metode RKU dan RA pada penetapan

kadar PCT, PRO dan KOF pada sediaan tablet.

c. Untuk dapat mengetahui apakah metode RKU dan RA memenuhi syarat

validasi metode.

1.6 Manfaat Penelitian

Diharapkan metode hasil pengembangan dari penelitian ini dapat menjadi salah

satu metode yang dapat diaplikasikan oleh instansi terkait untuk menentukan

kadar PCT, PRO dan KOF dalam sediaan tablet.

24

Universitas Sumatera Utara


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kombinasi Obat Pereda Nyeri

Parasetamol dan propifenazon merupakan obat yang secara luas digunakan

dalam penanganan rasa nyeri (analgetika) dan demam (antipiretika). KOF sering

dikombinasikan dengan PCT dan PRO untuk memperkuat efek analgetikanya

melalui mekanisme vasokontriktif guna untuk mengobati nyeri kepala. Karena

terjadi efek potensiasi, maka dosis masing-masing komponennya diturunkan

sehingga efek samping dapat dikurangi (Tjay dan Rahardja, 2007).

Efek samping yang paling umum dari penggunaan analgetika adalah

gangguan lambung, kerusakan darah, kerusakan hati dan ginjal, juga reaksi alergi

kulit. Efek samping ini terjadi pada penggunaan dalam jangka waktu yang lama

atau penggunaan dalam dosis yang tinggi. Oleh karena itu penggunaan analgetika

secara kontinu tidak dianjurkan (Tjay dan Rahardja, 2007).

2.1.1 Parasetamol

Nama kimia parasetamol adalah 4-Hidroksiasetanilida, dengan rumus

molekul C8H9NO2 serta berat molekulnya 151,16. PCT mengandung tidak kurang

dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0% C8H9NO2 dihitung terhadap zat anhidrat

(Depkes RI, 1995). Struktur PCT dapat dilihat pada Gambar 2.1

Gambar 2.1 Struktur Parasetamol

25

Universitas Sumatera Utara


Pemerian PCT adalah serbuk hablur; putih; tidak berbau; rasa sedikit

pahit. Larut dalam air mendidih, dalam natrium hidroksida 1N, mudah larut dalam

etanol. PCT adalah senyawa dimana kelarutannya cenderung tetap dengan

perubahan pH (1-8) yaitu sekitar 20.3 mg/mL.

Spektrum UV PCT pada larutan asam mempunyai panjang gelombang maksimal

disekitar 245 nm dengan nilai A1%1cm = 668a, pada larutan alkali 257 nm dengan

nilai A1%1cm = 715b (Moffat et al., 2004). Penetapan kadar PCT dalam tablet

menggunakan KCKT (Depkes RI, 1995).

2.1.2 Propifenazon

Propifenazon memiliki rumus molekul C14H18N2O dengan berat molekul

230,3. Pemeriannya berupa kristal putih atau serbuk kristal putih. Senyawa ini

sangat mudah larut dalam etanol dan kloroform, larut dalam eter, larut dalam 400

bagian air. Dalam larutan asam, panjang gelombang maksimum 240 nm

mempunyai nilai A1%1cm = 400a, dalam larutan basa panjang gelombang

maksimum 245 nm, 265 nm mempunyai nilai A1%1cm = 385b (Moffat et al, 2004).

Propifenazon tidak memiliki khasiat anti radang, memiliki waktu paruh

(t1/2) 90 menit, dan memiliki agranulositosis yang lebih rendah dibandingkan

induknya fenazon (Tjay dan Rahardja, 2007). Struktur PRO dapat dilihat pada

Gambar 2.2

Gambar 2.2 Struktur Propifenazon

26

Universitas Sumatera Utara


2.1.3 Kofein

Nama kimia kofein adalah 1,3,7-trimetil xantin, dengan rumus molekul

C9H10N4O2 serta berat molekul 194,19. Kofein berbentuk anhidrat atau hidrat

yang mengandung satu molekul air. Mengandung tidak kurang dari 98,5% dan

tidak lebih dari 101,0% C9H10N4O2, dihitung terhadap zat anhidrat (Depkes RI,

1995). Struktur KOF dapat dilihat pada Gambar 2.3

Gambar 2.3 Struktur Kofein

Pemerian KOF adalah serbuk putih atau bentuk jarum mengkilat putih; biasanya

menggumpal; tidak berbau; rasa pahit; larutan bersifat netral terhadap kertas

lakmus. Bentuk hidratnya mekar diudara. Kelarutan KOF adalah agak sukar larut

dalam etanol; mudah larut dalam kloroform; sukar larut dalam eter. Penetapan

kadar dilakukan dengan menitrasi dengan 1 ml asam perklorat 0,1 N, dimana titik

akhir titrasi ditetapkan secara potensiometrik (Depkes RI, 1979). Dalam larutan

asam mempunyai panjang gelombang maksimum 273 nm dengan nilai A1%1cm =

504a dan tidak memiliki panjang gelombang maksimum pada larutan basa

(Moffat et al, 2011).

2.2 Spektrofotometri Ultraviolet-Visibel (UV-Vis)

Dasar analisis kuantitatif senyawa obat dengan spektrofotometri UV-Vis adalah

Hukum Lambert-Beer (Gandjar dan Rohman, 2012). Menurut Hukum Lambert,

serapan berbanding lurus terhadap ketebalan sel yang disinari, sedangkan menurut

27

Universitas Sumatera Utara


Hukum Beer, serapan berbanding lurus dengan konsentrasi. Kedua pernyataan ini

dapat dijadikan satu dalam Hukum Lambert-Beer, sehingga diperoleh bahwa

serapan berbanding lurus terhadap konsentrasi dan ketebalan sel, yang dapat

ditulis dengan persamaan :

A = A (1%,1cm).b.c (g/100 mL)

A adalah serapan pada panjang gelombang; A (1% 1cm) adalah serapan jenis pada

panjang gelombang; b adalah ketebalan lapisan yang menyerap dalam cm; c

adalah kadar zat terlarut yang menyerap, dinyatakan dalam persen b/v (Depkes RI,

1995). Umumnya zat yang akan dianalisis dibuat absorbansinya mendekati

0,4343, atau dibuat absorbansi berada pada daerah 0,2-0,8. Hal ini dikarenakan

jika analit diukur pada daerah tersebut nilai kesalahan fotometriknya kecil atau

lebih kecil jika absorbansi analit diukur diluar daerah 0,2-0,8.

Teknik spektrofotometri adalah suatu teknik analisis fisika kimia yang mengamati

tentang interaksi atom atau molekul dengan radiasi elektromagnetik. Pada

prinsipnya interaksi radiasi elektromagnetik dengan molekul akan menghasilkan

satu atau dua dari tiga kejadian yang mungkin terjadi. Ketiga macam kejadian

yang mungkin terjadi adalah hamburan (scattering), absorpsi (absorption) dan

emisi (emision) radiasi elektromagnetik oleh atom atau molekul yang diamati

(Mulja dan Suharman, 1995).

Penyerapan (absorpsi) sinar UV dan sinar tampak pada umumnya dihasilkan oleh

eksitasi elektron-elektron ikatan, akibat nya panjang gelombang pita yang

mengabsorpsi dapat dihubungkan dengan ikatan yang mungkin ada dalam suatu

molekul. Ada tiga macam proses penyerapan energi ultraviolet dan sinar tampak

yaitu : (1) penyerapan oleh transisi elektron ikatan dan elektron anti ikatan; (2)

28

Universitas Sumatera Utara


penyerapan oleh transisi elektron d dan f dari molekul kompleks; dan (3)

penyerapan oleh perpindahan muatan (Rohman, 2007).

Plot error (kesalahan) pembacaan terhadap % Transmitan dapat dilihat pada

Gambar 2.4.

Gambar 2.4 Error (kesalahan) pembacaan terhadap % T (% transmitan)

Rumus kesalahan fotometrik :

Keterangan :

= kesalahan fotometrik

dt = kesalahan pembacaan (1%)

Absorbansi = 2- log %T

% T = antilog (2-A)

Jika A = 0,4343, maka memberikan %T = 36,3078

kesalahan fotometrik= 2,7185

Spektrofotmetri UV adalah anggota teknis analisis spektroskopik yang memakai

sumber radiasi elektromagnetik ultraviolet dekat (190-380 nm) dengan memakai

instrumen spektrofotometer. Apabila pada suatu molekul dikenakan radiasi

29

Universitas Sumatera Utara


elektromagnetik maka akan terjadi eksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi

yang dikenal sebagai orbital elektron “anti- bonding” (Mulja dan Suharman,

1995).

Spektrofotometer adalah instrumental elektronik yang terdiri dari

spektrofotometer dan fotometer. Sebuah spektrofotometer adalah suatu instrumen

untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang

gelombang, dapat pula dilakukan pengukuran terhadap sederetan sampel pada

suatu panjang gelombang tunggal. Spektrofotometri serapan merupakan

pengukuran suatu interaksi antara radiasi elektromagnetik dan molekul atau atom

dari suatu zat kimia (Day dan Underwood, 1998).

Teknik yang sering digunakan dalam analisis farmasi meliputi spektroskopi

serapan ultraviolet, cahaya tampak, inframerah, dan serapan atom. Jangkauan

panjang gelombang untuk pengukuran membentang dari panjang gelombang

pendek ultraviolet sampai ke inframerah (Depkes RI, 1995). Sinar ultraviolet

memiliki panjang gelombang antara 200-400 nm, sedangkan sinar tampak

memiliki panjang gelombang antara 400-800 nm (Dachriyanus, 2004).

Spektrofotometer terdiri dari spektrometer dan fotometer.

Spektrofotometer ialah alat yang menghasilkan sinar dari spektrum dan panjang

gelombang tertentu, sedangkan fotometer filter adalah alat pengukur intensitas

cahaya yang ditransmisikan atau yang diserapan. Jadi spektrofotometer adalah alat

yang digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut

ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang

gelombang. Kelebihan spektrometer dibandingkan fotometer filter adalah

panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih terseleksi dan ini diperoleh dengan

30

Universitas Sumatera Utara


alat pengurai seperti prisma, grating ataupun celah optis. Pada fotometer filter

bahwa sinar dengan panjang gelombang yang diinginkan harus diperoleh dengan

berbagai filter dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi filter melewatkan

trayek panjang gelombang tertentu.

Pada spektrofotometer filter, tidak mungkin diperoleh gelombang yang benar-

benar monokromatis, melainkan suatu trayek panjang gelombang 30-40 nm.

Sedangkan pada spektrometer, panjang gelombang yang benar-benar terseleksi

dapat diperoleh dengan bantuan alat pengurai cahaya seperti prisma.

Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang

kontinyu, monokromator, sel untuk wadah penyerapan sinar dari larutan sampel

atau blanko dan suatu alat detektor untuk mengukur perbedaan serapan antara

sampel dan blanko ataupun pembanding (Khopkar, 1990).

2.2.1 Komponen Spektrofotometer Ultraviolet- Sinar tampak

Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau serapan

suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Spektrofotometer merupakan

penggabungan dari dua fungsi alat yang terdiri dari spektrofotometer yang

menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan

fotometer sebagai alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang

diserapan (Rohman, 2007). Pada saat ini alat spektrofotometer telah mempunyai

perangkat lunak matematika untuk mengolah data yang dapat dioperasikan

melalui komputer yang telah terhubung dengan spektrofotometer (Moffat et al,

2011).

Spektrofotometer serapan merupakan pengukuran suatu interaksi antara radiasi

elektromagnetik dan molekul atau atom dari suatu zat kimia. Teknik yang sering

31

Universitas Sumatera Utara


digunakan dalam analisis farmasi meliputi spektroskopi serapan ultraviolet,

cahaya tampak, inframerah,dan serapan atom. Jangkauan panjang gelombang

untuk pengukuran membentang dari panjang gelombang pendek ultraviolet

sampai ke inframerah (Depkes RI, 1995). Penyerapan radiasi ultraviolet dan sinar

tampak dibatasi oleh sejumlah gugus fungsional (yang disebut dengan kromofor)

yang mengandung elektron valensi dengan tingkat energi eksitasi yang relatif

rendah (Rohman, 2007).

Menurut Rohman (2007), komponen Spektrofotometer ultraviolet- sinar tampak

adalah sebagai berikut :

a. Sumber-sumber lampu : lampu deiterium digunakan untuk daerah

ultraviolet pada panjang gelombang dari 200-400 nm, sementara lampu

halogen kuarsa atau lampu tungsten digunakan untuk daerah sinar tampak

pada panjang gelombang antara 400-800 nm.

b. Monokromator : digunakan untuk memperoleh sumber sinar yang

monokromtis

c. Optik-optik : dapat didesain untuk memecah sumber sinar melewati dua

kompartemen.

d. Detektor adalah alat yang terdapat dalam alat menerima sinyal dalam

bentuk radiasi elektromagnetik, mengubah, dan meneruskannya dalam

bentuk sinyal listrik ke rangkaian sistem penguat elektronika (Satiadarma

et al, 2004)

Macam-macam detektor yang telah digunakan paling meluas, didasarkan pada

perubahan fitokimia, efek fotolistrik dan efek termolistrik. Secara umum, detektor

fotolistrik digunakan dalam daerah tampak dan ultraviolet dan detektor yang

32

Universitas Sumatera Utara


didasarkan pada efek termal digunakan dalam inframerah (Day dan Underwood,

1998).

2.3 Hukum Lambert-Beer

Hukum Lambert-Beer adalah hubungan linearitas antara absorbansi dengan

konsentrasi dari sampel. Konsentrasi dari sampel didalam larutan dapat ditentukan

dengan mengukur absorbansi pada panjang gelombang tertentu.

Menurut hukum Lambert bahwa: serapan berbanding lurus terhadap

ketebalan sel yang disinari maka dengan bertmabahnya sel, maka serapan akan

bertambah.

A = k.b

Sedangkan menurut hukum Beer, yang berlaku untuk radiasi

monokromatis berlaku dalam larutan yang sangat encer. Serapan berbanding lurus

dengan konsentrasi maka :

A = k.c

Berdasarkan kedua pernyataan diatas maka hukum Lambert Beer berbunyi

dengan dasar sebagai berikut :

a. Cahaya akan diserap jika energi cahaya tersebut sesuai dengan energi

yang dibutuhkan untuk mengalami perubahan dalam molekul.

b. Absorbansi larutan bertamabah dengan pengurangan kekuatan sinar

c. Nilai Absorbansinya berbanding lurus dengan ketebalan dan

konsentrasi

d. Nilai Absorbansinya berbanding terbalik dengan transmitan

e. Jika konsentrasi bertambah, jumlah molekul yang dilalui berkas sinar

akan bertambah, sehingga serapan juga bertambah. Umumnya

33

Universitas Sumatera Utara


digunakan dua satuan c (konsentrasi zat yang penyerap) yang

berlainan, yaitu gram per liter atau mol per liter.

f. Energi maksimum yang diserap oleh larutan ditunjukkan pada panjang

gelombang yang memiliki nilai absorbansi tertinggi dan % Transmitan

terendah.

Nilai tetapan (k) dalam hukum Lambert Beer tergantung pada konsentrasi mana

yang digunakan. Bila c dalam gram per liter, tetapan disebut dengan absorptivitas

(a) dan bila dalam mol per liter, tetapan tersebut adalah absorptivitas molar (ε).

Kedua persamaan ini digabungkan dalam Hukum Lambert Beer, maka dapat

dinyatakan dalam rumus yang dapat ditulis dengan persamaan :

A = a.b.c

Keterangan :

A = adalah serapan pada panjang gelombang

a = adalah absorptivitas pada panjang gelombang

b = adalah ketebalan lapisan sel yang menyerap dalam cm

c = adalah kadar zat terlarut yang meyerap, dinyatakan dalam persen b/v

(g/100mL)

(Muchlisyam dan Pardede, 2016)

2.4 Kemometrik

Kemometrik adalah cabang utama yang dikembangkan secara luas

diberbagai bidang farmasi. Kemometrik merupakan istilah yang berhubungan

dengan data kimia dan bagaimana mendapatkan informasi dari data tersebut

dengan menggunakan model matematis yang harus selalu divalidasi sebelum

diterapkan. Percobaan dan observasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan

34

Universitas Sumatera Utara


dengan kemometrik, karena harus dilakukan sedemikian rupa, sehingga semua

variabel eksperimen bervariasi yang dapat dicapai dan diestimasi dengan

menggunakan desain eksperimental.

Analisis dari suatu observasi mutlak dilakukan dengan matematika, oleh

sebab itu pengembangan perangkat lunak tentang pengetahuan teori matematika

dengan sistem komputerisasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan analisis

kimia (Prajapati et al, 2016)

Teknik kemometrik yang diaplikasikan dalam pembuatan kurva kalibrasi

kuantitatif pada analisis spektral yang berdekatan sangat penting dalam kualiti

kontrol kadar komponen obat didalam campuran obat pada sediaan obat yang

terdiri dari 2 atau 3 komponen obat atau lebih, dan mempunyai panjang

gelombang berdekatan ketika dilakukan tumpang tindih spektrumnya. Selain itu,

teknik ini bisa berhasil diterapkan pada semua analisis dalam spektrofotometri.

Pada dasarnya dalam memberikan hasil yang akurat maka data kimia

dikombinasikan pengolahan data dengan perhitungan matematika dan statistik.

Pada saat ini maka dilakukan pengolahan datanya menggunakan berbagai model

matematis dan perangkat lunak. Perkembangan berbagai kompleksitas komputasi

seiring dengan pertumbuhan spektroskopi yang meluas telah digunakan

kemometrik untuk mendapatkan hasil data yang lebih baik yang diperoleh dalam

pengujian secara spektrofotometri (Kamal et al, 2016).

Kemometrik dapat digambarkan sebagai interaksi metoda statistik dan

matematika tertentu dengan analisis kimia dan masalah pengolahan data. Bidang

kemometrik mulai tumbuh sekitar tahun tujuh puluhan dan telah banyak

mempengaruhi bidang kimia bersama dengan kimia analitik.

35

Universitas Sumatera Utara


Berbagai parameter analisis kuantitatif yaitu penentuan kandungan obat,

dilakukan dengan menggunakan metoda univariat seperti deteksi pada panjang

gelombang tunggal. Kemometrik menggunakan metoda multivariat menawarkan

banyak keuntungan dalam melakukan analisis spektroskopi kuantitatif berbagai

jenis campuran obat. Pada penetapan kadar campuran obat, perlu dilakukan

pendekatan analisis data multivariat yang harus di implementasikan, dari pada

analisis univariat agar didapatkan informasi yang lebih banyak dan lebih dalam

serta akurat (Prajapati et al, 2016).

2.4.1 Metoda Kemometrik dalam Spektrofotometri

Pada penentuan konsentrasi komponen secara tradisional, dilakukan secara

univariat dengan mengisolasi satu vaiabel (misalnya panjang gelombang

maksimum di UV). Pendekatan tradisional terhadap analisis data ini terbatas,

tidak tepat dan terbuang sia-sia, sedangkan metoda multivariat memiliki banyak

keunggulan dibandingkan univariat yang mengurangi kebisingan dan juga

menghilangkan sinyal interfensi adalah masalah utama. Keunggulan ini telah

dicapai karena kekuatan komputer, efisiensi dan kompleksitas sedangkan data

mudah ditangani dengan paket perangkat lunak matematis umum (Muchlisyam

dan Pardede, 2016).

2.4.2 Metode Kemometrik Multivariat

Kemometrik dapat melaksanakan perhitungan lebih baik karena dapat

mengukur sinyal yang non selektif dan kemudian menggabungkannya dalam

model multivariat (analisis multivariat), dimana beberapa variabel

dipertimbangkan secara bersamaan. Pengukuran multivariat didefinisikan sebagai

satu karena beberapa pengukuran yang dilakukan pada sampel yang diperiksa,

36

Universitas Sumatera Utara


sehingga lebih dari satu variabel atau respon diukur untuk setiap sampel

(Muchlisyam dan Pardede, 2016).

Kalibrasi multivariat dibedakan menjadi beberapa bagian, diantaranya :

1. Metode Kuadrat Terkecil Klasik (Classical Least Square, CLS)

Kalibrasi model ini sebenarnya adalah perpanjangan dari metode regresi linier

biasa, yang mana sebagai prediktor adalah konsentrasi, sementara respons adalah

absorbansi. Yang membedakan adalah bahwa variabel yang digunakan pada

metode kalibrasi ini lebih dari satu, sehingga jenis model kalibrasi ini juga

termasuk kalibrasi multivariat.

2. Regresi Linier Ganda Bertahap (Stepwise Multiple Linear Regression,


SMLR)

Model regresi seleksi bertahap (stepwise) merupakan bentuk modifikasi teknik.

Bentuk ini sering tersedia dalam bebagai perangkat lunak statisika. Prosedur ini

meningkatkan jumlah variabel dalam persamaan setiap persamaan, akan tetapi

pada tiap tahap dimungkinkan untuk menghapus variabel yang ditambahkan

sebelumnya.

3. Regresi Kuadrat Terkecil Sebagian (Partial Least Squares, PLS)

Regresi PLS memberikan kelebihan berupa pembentukan komponen regresi PLS

yang dapat menggambarkan korelasi antara variabel x dan y. Setiap komponen

pada regresi PLS diperoleh dengan memaksimalkan kovarians antara variabel y

dengan setiap fungsi linier yang memungkinkan dari variabel x.

4. Regresi Komponen Utama (Principal Component Regression, PCR)

37

Universitas Sumatera Utara


Metode RKU banyak digunakan model untuk data yang memiliki tingkat

kovariansi dalam variabel independen atau bila matriks yang dikondisikan buruk

ada. Metode RKU menerapkan metode dekomposisi sebelum regresi informasi

konsentrasi. Vektor dengan skala kecil dihilangkan untuk menghindari masalah

linieritas bersama. Metode RKU akan melakukan dekomposisi data hanya dengan

menggunakan informasi spektral (Muchlisyam dan Pardede, 2016).

Dasar RKU adalah untuk mereduksi banyaknya variabel prediktor

dengan menggunakan beberapa komponen utamanya dibandingkan dengan

menggunakan variabel asal. Dengan demikian, pada RKU sebagai prediktor tidak

lagi absorbansi tetapi kombinasi absorbansi yang membentuk variabel baru

komponen utama. Metode ini bekerja dengan baik ketika antar variabel prediktor

(absorbansi) terjadi korelasi, maka metode ini juga mensyaratkan bahwa jumlah

sampel kalibrasi harus lebih banyak dibandingkan jumlah variabel prediktor

(Rohman, 2014).

2.4.3 Aplikasi Spektrofotometri Kemometrik Regresi Komponen Utama


(RKU) dalam Sediaan Farmasi

Vijayageetha et al, (2017) telah melakukan penetapan kadar etoricoxib dan

parasetamol secara simultan dalam sediaan tablet secara spektrofotometri

menggunakan metode kemometrik RKTS dan RKU. Pada penelitian ini nilai

absorbansi pada spektrum UV diukur pada 101 titik panjang gelombang (210-310

nm) didaerah spektral 200-400 nm dengan interval 1 nm. Rentang kalibrasi yang

digunakan 0,5 – 2,5 µg/mL untuk etoricoxib dan 4 – 20 µg/mL untuk parasetamol.

Aktas et al, (2014) telah melakukan penetapan kadar kofein dan

parasetamol secara spektrofotometri menggunakan metode kemometrik RKU,

RKTS dan ANN, hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ketiga teknik

38

Universitas Sumatera Utara


kemometrik dalam analisis spektrofotometri ini dapat digunakan untuk simulasi

simultan. Teknik kemometrik yang diusulkan dapat diterapkan untuk analisis rutin

obat dalam formulasi sediaan tablet tanpa tahap pemisahan yang memakan waktu

yang lebih lama.

Üstűndağ et al, (2015) telah melakukan aplikasi komparatif dari RKTS dan

RKU untuk penentuan secara simultan zidovudin dan lamivudin dalam sediaan

tablet. Pada penelitian ini menunjukkan spektrum serapan UV obat zidovudin dan

lamivudin dan campurannya dicatat pada panjang gelombang 210 – 320 nm, hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa kedua metode kemometrik ini dapat dilakukan

untuk penetapan kadar zidovudin dan lamivudin dan memenuhi syarat validasi.

Bagary et al, (2017) telah melakukan penentuan secara spektrofotometri

simultan untuk tiga campuran sodium diklofenak, parasetamol dan khlorzoxazon

menggunakan teknik kemometrik dan ANN. Pada penelitian ini, metode

kemometrik yang digunakan meliputi Kuadrat Terkecil Klasik, RKU dan RKTS,

absorbansi dari ketiga campuran obat sodium diklofenak, parasetamol dan

khlorzoxazon tersebut direkam pada panjang gelombang 267 - 295 nm dengan

interval 0,2 nm. Keempat metode yang diusulkan berhasil diterapkan pada analisis

ketiga campuran obat dalam sediaan tablet dengan nilai recovery yang baik pada

kisaran 98 – 102% dan nilai presisi <1%, keempat metode yang dilakukan

menunjukkan hasil yang akurat sehingga dapat digunakan untuk analisis rutin

obat-obatan dalam sediaan farmasi yang mengandung tiga campuran.

2.5 Rasio Absorbansi/RA ( Q-Absorbance Ratio)

39

Universitas Sumatera Utara


Metoda ini juga disebut “metoda rasio penyerapan” yang merupakan

modifikasi dari metoda persamaan simultan. Metoda RA menggunakan dua

panjang gelombang untuk suatu zat, yang mematuhi hukum Lambert-Beer,

merupakan nilai konstan yang independen dari konsentrasi dan panjang lintasan

dua panjang gelombang. Konstanta ini disebut sebagai “Hufner’s Quotient” atau

Q-value. Metoda ini melibatkan pengukuran absorbansi pada dua panjang

gelombang, satu adalah λ max dari salah satu komponen (λ2) dan yang lainnya

adalah panjang gelombang absorptivitas yang sama dari kedua komponen (λ1),

yang disebut titik iso-absorptif. Konsentrasi masing-masing komponen dapat

dihitung dengan persamaan matematis berikut :

Keterangan :

A adalah absorbens pada panjang gelombang isoabsorpsi

a1 dan a2 adalah absoptivitas x dan y pada panjang gelombang iso-absorpsi

(Muchlisyam dan Pardede, 2016).

2.5.1 Aplikasi Metode Rasio Absorbansi/RA dalam Sediaan Farmasi

Singh et al, (2012) telah melakukan penentuan estimasi pada prednisolon

dan 5- asam amino salisilat (5-ASA) dalam bentuk sediaan tablet menggunakan

metode spektrofotometri RA. Pada pengukuran absorbansi prednisolon dan 5-

ASA menunjukkan titik isoabsorptif 283 nm dalam HCl 0,1 N dan panjang

gelombang yang digunakan 302 nm yang merupakan λmax 5- ASA dalam HCl

0,1 N. Hasil linieritas yang diperoleh pada rentang konsentrasi 1 – 10 µg/mL

40

Universitas Sumatera Utara


untuk prednisolon dan 5- ASA. Metode ini dapat diterapkan dalam analisis bentuk

sediaan farmasi karena tidak ada gangguan eksipien diantara keduanya dan

hasilnya telah divalidasi dengan studi recovery.

Pandey et al, (2013) menuliskan dalam penelitiannya tentang

pengembangan dan validasi untuk estimasi secara simultan lamivudin dan

isoniazid dengan menggunakan metode RA. Metode analisis ini menggunakan

dua panjang gelombang dimana panjang gelombang maksimum dari lamivudine

pada 272 nm dan titik isoabsorptif dari kedua obat pada 246 nm dan konsentrasi

yang digunakan untuk kedua obat berkisar 5 – 30 µg/mL. Pada peneletian ini

menunjukkan bahwa metode analisis ini telah divalidasi sesuai pedoman dari ICH,

metode ini merupakan metode yang sederhana, tepat, akurat, cepat dan ekonomis

sehingga dapat digunakan dalam analisis sampel laboratorium untuk formulasi

yang dipasarkan yang mengandung dua bahan obat.

Ganesh et al, (2015) dalam penelitiannya yang berjudul pengembangan

dan validasi metode spektrofotometri UV-Vis untuk estimasi parasetamol dan

natrium diklofenak dalam bentuk sediaan tablet. Parasetamol dan natrium

diklofenak memenuhi hukum Lambert Beer yang berada pada kisaran konsentrasi

6 – 30 µg/ml. Panjang gelombang maksimum yang ditemukan untuk parasetamol

247 nm dan panjang gelombang maksimum untuk natrium diklofenak 276 nm dan

titik isoabsorptif dari kedua obat pada 265 nm. Hasil validasi dari penelitian ini

menunjukkan nilai akurasi dan presisi yang baik sesuai menurut ketentuan ICH.

Metode ini tidak memerlukan tahap pemisahan dan oleh karena itu dapat

digunakan untuk analisis rutin untuk kontrol kualitas di laboratorium.

Tabel 2.1 Aplikasi spektrofotometri Rasio absorbansi (RA) dan Regresi


Komponen Utama (RKU) pada parasetamol, propifenazon dan kofein.

41

Universitas Sumatera Utara


Senyawa Metode/ Teknik Pelarut Referensi

Parasetamol dan PLS, PCR, ANN Aktas et al,


HCl 0,1 N
Kofein/ tablet (2014)
Parasetamol dan Rasio Absorbansi Vichare et al,
Aquadest
Kofein/ tablet (2010)
Parasetamol,
Zero Crossing Derivatif Dapar fosfat Saraan et al,
Ibuprofen dan
Spectrofotometric pH 7,2 (2015)
Kofein/tablet
Parasetamol,
Metode Kemometrik Metanol : HCl Khoshayand et al,
Ibuprofen dan
PLS 0,1 N (3:1) (2007)
Kofein/tablet
Parasetamol, Dapar fosfat
MCR
Propifenazon dan pH 7,2 : Sianipar (2017)
Kofein/tablet metanol (7:3)
Parasetamol dan PLS dan PCR Vijaya et al,
Metanol
Etoricoxib/tablet (2017)
Parasetamol, Simultaneous Equation
Chlorpheniramine Method, Absorption Appasaheb et al,
Metanol
maleate, Ratio Method, Area (2013)
Phenylephrine Under Curve Method

2.6 Validasi Metode Analisis

Validasi metode menurut United State Pharmacopeia (USP) dilakukan

untuk menjamin bahwa metode analisis akurat, spesifik, reprodusibel, dan tahan

pada kisaran analit yang akan dianalisis.

Suatu metode analisis harus divalidasi untuk melakukan verifikasi bahwa

parameter-parameter kinerjanya cukup mampu untuk mengatasi problem analisis,

karenanya suatu metode harus divalidasi, ketika :

a. Metode baru dikembangkan untuk mengatasi problem analisis tertentu

b. Metode yang sudah baku direvisi untuk menyesuaikan perkembangan

c. Penjaminan mutu yang mengindikasikan bahwa metode baku telah

berubah seiring dengan berjalannya waktu

42

Universitas Sumatera Utara


d. Metode baku digunakan di laboratorium yang berbeda, dikerjakan dengan

analis dan alat yang berbeda

e. Untuk mendemonstrasikan kesetaraan antar 2 metode, seperti antara

metode baru dan metode baku.

Menurut USP, ada 8 langkah dalam validasi metode analisis yaitu : presisi,

akurasi, batas deteksi, batas kuantifikasi, spesifisitas, linieritas dan daerah,

kekerasan (Rudggedness), dan ketahanan (Robutness) (Rohman, 2007), sementara

itu ICH (2005) membagi karakteristik validasi metode yang sedikit berbeda

dengan USP yaitu : presisi, akurasi, batas deteksi, batas kuantifikasi, spesifisitas,

linieritas, kisaran (range), ketahanan (Robustness), dan kesesuaian sistem.

i. Ketepatan (akurasi)

Akurasi atau kecermatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan

hasil analis dengan kadar analit yang sebenarnya. Range nilai % recovery analit

yang dapat diterima adalah 90 – 110 %. Range tersebut bersifat fleksibel

tergantung dari kondisi analit yang diperiksa, jumlah sampel dan kondisi

laboratorium. Akurasi dinyatakan sebagai persen perolehan kembali (recovery)

analit yang ditambahkan.

ii. Presisi

Presisi atau keseksamaan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian

antara hasil uji individual, diukur melalui penyebaran hasil individual dari rata-

rata jika prosedur diterapkan secara berulang pada sampel – sampel yang diambil

dari campuran yang homogen. Presisi biasanya dinyatakan dalam koefisien variasi

(KV). Suatu metode dapat dinyatakan memiliki presisi yang baik apabila memiliki

43

Universitas Sumatera Utara


KV < 2 % tetapi kriteria ini fleksibel tergantung dari kondisi analit yang diperiksa,

jumlah sampel dan kondisi laboratorium.

iii. Spesifisitas

Spesifisitas adalah kemampuan untuk mengukur analit yang dituju secara tepat

dan spesifik dengan adanya komponen-komponen lain dalam matriks sampel

seperti ketidak murnian, produk degradasi dan komponen matriks. Penentuan

spesifisitas metode dapat diperoleh dengan 2 jalan. Yang pertama adalah dengan

melakukan optimasi sehingga diperoleh senyawa yang dituju terpisah secara

sempurna dari senyawa-senyawa lain. Cara kedua untuk memperoleh spesifisitas

adalah menggunakan detektor selektif, terutama untuk senyawa-senyawa terelusi

secara bersama-sama

iv. Batas deteksi (Limit of detection, LOD)

Batas deteksi didefinisikan sebagai konsentrasi analit terndah dalam sampel yang

masih dapat dideteksi. LOD yang paling umum digunakan dalam kimia analisis

adalah bahwa LOD merupakan kadar analit yang memberikan respon sebesar

respon blanko (yb) ditambah dengan 3 simpangan baku blanko (3Sb). LOD juga

dapat dihitung berdasarkan pada standar deviasi (SD) respon dan kemiringan

(slope, S) kurva baku pada level yang mendekati LOD sesuai dengan rumus, LOD

= 3,3 (SD/S).

Standar deviasi respon dapat ditentukan berdasarkan pada standar deviasi blanko,

pada standar deviasi residual dari garis regresi, atau standar deviasi intersep y

pada garis regresi.

44

Universitas Sumatera Utara


v. Batas kuantifikasi (Limit of quantification, LOQ)

Batas kuantifikasi didefinisikan sebagai konsentrasi analit terendah dalam sampel

yang dapat ditentukan dengan presisi dan akurasi yang dapat diterima pada

kondisi operasional metode yang digunakan. ICH juga menggunakan dua metode

pilihan lain untuk menentukan LOQ yaitu : metode non instrumental visual dan

metode perhitungan, metode perhitungan didasarkan pada standar deviasi respon

(SD) dan slope (S) kurva baku sesuai dengan rumus LOQ = 10 (SD/S).

Standar deviasi respon dapat ditentukan berdasarkan standar deviasi blanko pada

standar deviasi residual garis regresi linier atau dengan standar deviasi intersep-y

pada garis regresi.

vi. Linieritas

Linieritas merupakan kemampuan suatu metode untuk memperoleh hasil – hasil

uji yang secara langsung proporsional dengan konsentrasi analit pada kisaran yang

diberikan.Linieritas suatu metode merupakan ukuran seberapa baik kurva

kalibrasi yang menghubungkan antara respon (y) dengan konsentrasi (x).

Linieritas dapat diukur dengan melakukan pengukuran tunggal pada konsentrasi

yang berbeda-beda. Data yang diperoleh selanjutnya diproses dengan metode

kuadrat terkecil, untuk selanjutnya dapat ditentukan nilai kemiringan (slope),

intersep dan koefisien korelasinya

vii. Kisaran (Range)

Kisaran suatu metode didefinisikan sebagai konsentrasi terendah dan tertinggi

yang mana suatu metode analisis menunjukkan akurasi, presisi, dan linieritas yang

mencukupi. Kisaran-kisaran konsentrasi yang diuji tergantung pada jenis metode

dan kegunaannya. Untuk pengujian komponen utama (mayor), maka konsentrasi

45

Universitas Sumatera Utara


baku harus diukur didekat atau sama dengan konsentrasi kandungan analit yang

diharapkan. Suatu strategi yang baik adalah mengukur baku dengan kisaran 25,

50, 75, 100, 125, dan 150% dari konsentrasi analit yang diharapkan.

viii. Ketahanan (Robutness)

Ketahanan merupakan kapasitas metode untuk tetap tidak terpengaruh oleh

adanya variasi parameter metode yang kecil. Ketahanan dievaluasi dengan

melakukan variasi parameter-parameter metode seperti : persentase pelarut

organik, pH, kekuatan ionik, suhu dan sebagainya.

Suatu praktek yang baik untuk mengevaluasi ketahanan suatu metode adalah

dengan memvariasi parameter-parameter penting dalam suatu metode secara

sistematis lalu mengukur pengaruhnya pada pemisahan.

ix. Kesesuaian sistem

Sebelum melakukan analisis setiap hari, seorang analis harus memastikan bahwa

sistem dan prosedur yang digunakan harus mampu memberikan data yang dapat

diterima. Hal ini dapat dilakukan dengan percobaan kesesuaian sistem yang

didefinisikan sebagai serangkaian uji untuk menjamin bahwa metode tersebut

dapat menghasilkan akurasi dan presisi yang dapat diterima.

Persyaratan- persyratan kesesuain sistem biasanya dilakukan setelah dilakukan

pengembangan metode dan validasi metode (Guidline, 1994)

46

Universitas Sumatera Utara


BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini bersifat eksperimental yang akan dilakukan pada bulan Maret 2018

sampai Juni 2018 di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi Univesitas

Sumatera Utara.

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat-alat

Spektrofotometer UV-Vis 1800 (Shimadzu) serta seperangkat Personal

Computer (PC) yang dilengkapi dengan software UV-Probe 2.34, Microsoft Excel

dan Minitab 2017, kuvet 1 cm, alat-alat gelas (Oberoi), lumpang dan alu, neraca

analitik (Sartorius). Sonikator (Branson 1510).

3.1.2 Bahan-bahan

Semua pereaksi yang digunakan adalah grade analysis kecuali dinyatakan

lain. PCT (Anqiu Lu’an Pharmaceutical Co. Ltd), PRO (Shandong Xinhua

Pharmaceutical Co. Ltd), KOF (PT. Kimia Farma), metanol (E-Merck),

akuabidestilata (PT. Ika Pharmindo), kertas saring whatman no.42, tablet P

(PT. Konimex) dan tablet S (PT. Bayer Indonesia).

3.2 Prosedur Penelitian

3.2.1 Pembuatan pelarut kalium dihidrogenfosfat 0,2 M

Dilarutkan 27,218 g kalium dihidrogenfosfat dalam akuabidestilata,

dicukupkan volumenya hingga 1000 mL dengan akuabidestilata.

3.2.2 Pembuatan pelarut natrium hidroksida 0,2 N

47

Universitas Sumatera Utara


Dilarutkan 8 g natrium hidroksida dalam akuabidestilata, dicukupkan

volumenya hingga 1000 mL dengan akuabidestilata.

3.2.3 Pembuatan pelarut dapar posfat pH 7,2

Dicampurkan 50,0 mL kalium dihidrogenfosfat 0,2 M dengan 34,7 mL

natrium hidroksida 0,2 N, diencerkan dengan akuabidestilata hingga 200 mL

3.3 Optimasi pelarut

Dilakukan optimasi dengan mengukur serapan yang dihasilkan oleh PCT,

PRO dan KOF dalam metanol, dapar fosfat pH 7,2, campuran dapar posfat pH

7,2 dan metanol dengan perbandingan 90:10; 70:30; 50:50; 30:70; 10:90.

3.3.1 Pembuatan larutan induk baku parasetamol

Ditimbang dengan seksama 50 mg baku PCT kemudian dimasukkan ke

dalam labu ukur 100 mL, dicukupkan volumenya dengan pelarut sampai garis

tanda (500µg/mL)(LIB I), kemudian dipipet 5 mL dari LIB I kedalam labu ukur

100 mL dan ditambah pelarut hingga garis tanda (25µg/mL) (LIB II).

3.3.2 Pembuatan larutan induk baku propifenazon

Ditimbang dengan seksama 50 mg baku PRO kemudian dimasukkan ke

dalam labu ukur 100 mL, dicukupkan volumenya dengan pelarut sampai garis

tanda (500µg/mL)(LIB I), kemudian dipipet 5 mL dari LIB I kedalam labu ukur

100 mL dan ditambah pelarut hingga garis tanda (25µg/mL) (LIB II).

3.3.3 Pembuatan larutan induk baku kofein

Ditimbang denganseksama 50 mg baku KOF kemudian dimasukkan ke dalam

labu ukur 100 mL, dicukupkan volumenya dengan pelarut sampai garis tanda

(500µg/mL)(LIB I), kemudian dipipet 5 mL dari LIB I kedalam labu ukur 100 mL

dan ditambah pelarut hingga garis tanda (25µg/mL) (LIB II).

48

Universitas Sumatera Utara


3.3.4 Pembuatan spektrum serapan parasetamol

Dipipet masing-masing 3; 4,5; 6; 7,5; 9; 10,5 mL dari LIB II kedalam labu

ukur 25 mL, kemudian dicukupkan volumenya dengan menggunakan pelarut

sampai garis tanda untuk mendapatkan larutan PCT konsentrasi 3; 4,5; 6; 7,5; 9;

10,5 µg/mL secara berturut-turut. Dari larutan tersebut dibuat spektrum

serapannya.

3.3.5 Pembuatan spektrum serapan propifenazon

Dipipet masing-masing 5; 7,5; 10; 12,5; 15; 17,5 mL dari LIB II kedalam

labu ukur 25 mL, kemudian dicukupkan volumenya dengan menggunakan pelarut

sampai garis tanda untuk mendapatkan larutan PRO konsentrasi 5; 7,5; 10; 12,5;

15; 17,5 µg/mL secara berturut-turut. Dari larutan tersebut dibuat spektrum

serapannya.

3.3.6 Pembuatan spektrum serapan kofein

Dipipet masing-masing 4,5; 6,5; 8,5; 10,5; 12,5; 13 mL LIB II kedalam

labu ukur 25 mL, kemudian dicukupkan volumenya dengan menggunakan pelarut

sampai garis tanda untuk mendapatkan larutan KOF konsentrasi 4,5; 6,5; 8,5;

10,5; 12,5; 13 µg/mL secara berturut-turut. Dari larutan tersebut dibuat spektrum

serapannya.

3.3.7 Pembuatan spektrum serapan campuran parasetamol, propifenazon,


kofein

Dibuat larutan campuran PCT, PRO dan KOF dengan cara dipipet 6 mL LIB II

PCT, 10 mL LIB II PRO dan 8,5 mL LIB II KOF kedalam labu ukur 25 mL,

kemudian dicukupkan volumenya menggunakan pelarut sampai garis tanda. Dari

larutan tersebut dibuat spektrum serapannya.

49

Universitas Sumatera Utara


3.3.8 Pembagian spektrum serapan parasetamol, propifenazon dan kofein
secara double divisor (dua pembagi) pada metode rasio absorbansi

Pembagian spektrum PCT dibagi dengan spektrum PRO 10 µg/ml dan

spektrum KOF 8,5 µg/ml. Pembagian spektrum PRO dibagi dengan spektrum

PCT 6 µg/ml dan spektrum KOF 8,5 µg/ml. Pembagian spektrum KOF dibagi

dengan spektrum PCT 6 µg/ml dan PRO 10 µg/ml. Dilakukan pembagian dengan

menggunakan bantuan software UV-probe.

3.3.9 Pembuatan larutan kalibrasi pada metode regresi komponen utama

Dibuat larutan kalibrasi dengan memipet sejumlah tertentu larutan standar,

kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 10 mL, dilarutkan dengan pelarut

sampai garis tanda. Larutan standar digunakan untuk mengatur konsentrasi

kalibrasi dan validasi dengan nilai kisaran 3 – 10,5 µg/mL untuk PCT, 5 – 17,5

µg/mL untuk PRO dan 4,5 – 13 µg/mL untuk KOF yang diukur pada 200 - 400

nm.

3.4 Penetapan kadar campuran parasetamol, propifenazon dan kofein pada


sediaan tablet P dan tablet S

Ditimbang dan diserbukkan 20 tablet yang mengandung PCT 250 mg,

PRO 150 mg dan KOF 50 mg. Timbang seksama sejumlah serbuk setara 50 mg

PCT, dimasukkan kedalam labu ukur 50 mL, dilarutkan dengan pelarut kurang

lebih 25 mL, disonikasi selama 10 menit, kemudian ditambahkan dengan pelarut

sampai garis tanda. Saring larutan dengan kertas saring Whatman® no.42, buang

10 mL filtrat pertama. Pipet 0,16 mL filtrat kedalam labu ukur 25 mL, kemudian

ditambahkan dengan pelarut sampai garis tanda. Absorbansi kemudian diukur

50

Universitas Sumatera Utara


sesuai dengan prosedur hasil optimasi dengan menggunakan metode RKU dan

RA.

3.4.1 Tahap pengolahan data dengan analisis multivariat pada regresi


komponen utama

Spektrum yang dihasilkan menunjukkan spektrum yang saling tumpang

tindih, sehingga untuk memprediksi konsentrasi kandungan obat dalam campuran

harus diolah dengan pengolahan data secara analisis multivariat. Data analisis

berupa absorbansi pada panjang gelombang 200 – 400 nm dengan berbagai variasi

konsentrasi dibentuk dalam sebuah matriks data. Matriks data diuji normalitasnya

dengan uji normalitas kemudian diolah dengan metode pengolahan data secara

analisis multivariat yaitu Regresi Komponen Utama menggunakan software

Minitab 2017.

3.5 Validasi Metode

3.5.1 Linearitas, batas deteksi (Limit of Detection, LOD) dan batas


kuantifikasi (Limit of Quantification, LOQ)

Dipipet masing-masing 3; 4,5; 6; 7,5; 9; 10,5 mL dari (25µg/mL) (LIB II)

PCT kedalam labu ukur 10 mL, kemudian dicukupkan volumenya dengan

menggunakan pelarut sampai garis tanda untuk mendapatkan konsentrasi larutan

PCT 3; 4,5; 6; 7,5, 9; 10,5 µg/mL.

Dipipet masing-masing 5; 7,5; 10; 12,5; 15; 17,5 mL dari (25µg/mL) (LIB

II) PRO kedalam labu ukur 10 mL, kemudian dicukupkan volumenya dengan

menggunakan pelarut sampai garis tanda untuk mendapatkan konsentrasi larutan

PRO 5; 7,5; 10; 12,5; 15; 17,5 µg/mL.

Dipipet masing-masing 4,5; 6,5; 8,5; 10,5; 12,5; 13 mL dari (25µg/mL)

(LIB II) KOF kedalam labu ukur 10 mL, kemudian dicukupkan volumenya

51

Universitas Sumatera Utara


dengan menggunakan pelarut sampai garis tanda untuk mendapatkan konsentrasi

larutan KOF 4,5; 6,5; 8,5; 10,5; 12,5; 13 µg/mL.

Larutan –larutan diatas dilihat serapannya pada λ analisis masing-masing

zat yang telah ditentukan. Kemudian dilakukan analisis hubungan antara

konsentrsi dengan serapan untuk masing-masing zat, sehingga didapat persamaan

regresi linear dan juga nilai korelasinya.

y = a + bx

Berdasarkan absorbansi pada λ analisis dilakukan pula perhitungan LOD

dan LOQ.

2
  Y  Yi 
SD = n2

3,3 x SD
LOD =
slope

10 x SD
LOQ =
slope

Keterangan :

SD = Standard Deviation
Slope = b (y=ax+b).

3.5.2 Uji perolehan kembali

Uji perolehan kembali dilakukan dengan pengukuran persentase perolehan

kembali pada tiga rentang spesifik, yakni : 80%, 100% dan 120%. Dimana pada

52

Universitas Sumatera Utara


masing-masing rentang spesifik digunakan 70% sampel (PCT, PRO dan KOF)

yang dianalisis dan 30% berasal dari baku yang ditambahkan. Kemudian

campuran sampel (tablet) dan baku dianalisis dengan prosedur yang sama seperti

pada sampel. Persentase perolehan kembali dihitung menggunakan rumus :

Y= x 100%

Keterangan:

Y = Persentase perolehan kembali


CF = Jumlah analit yang terukur
CA = Jumlah analit dalam sampel (70% berasal dari sampel)

= Jumlah bahan baku yang ditambahkan (30% berasal dari baku)

3.5.3 Pengujian presisi

Presisi dinyatakan dengan SD atau RSD dari serangkaian data. Untuk

mencari RSD menggunakan rumus :

SD
RSD = x 100%
X

Keterangan:

RSD = Relative standard deviation


SD = Standard deviation
X = Data yang telah dirata-ratakan

3.5.4 Analisis data secara statistik

53

Universitas Sumatera Utara


Uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji t, menggunakan rumus :

̅
thitung =

kadar sebenarnya dengan taraf kepercayaan 99%, dihitung dengan

menggunakan rumus :

µ = ̅ ± t(1 dk x

Keterangan :

µ = interval kadar sebenarnya


̅ = kadar rata-rata sampel
X = kadar sampel
t = harga t tabel sesuai dengan dk = n-1
dk = derajat kebebasan (n-1)
α = tingkat kepecayaan
SD = standar deviasi
n = jumlah perlakuan

54

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Optimalisasi Jenis Pelarut

Optimalisasi pelarut merupakan tahap awal yang dilakukan dalam penelitian

ini, dimana tujuan dari optimalisasi pelarut adalah untuk mengetahui kelarutan

suatu zat (PCT, PRO, KOF) dalam pelarut yang akan digunakan dalam analisis,

apakah zat yang dilarutkan dengan pelarut tersebut larut secara sempurna, sukar

larut atau tidak larut. Pada penelitian ini, pelarut yang dioptimalisasi adalah

pelarut metanol, dapar posfat pH 7,2, campuran dapar posfat dan metanol dengan

perbandingan 90:10; 70:30; 50:50; 30:70; 10:90.

Pelarut yang paling optimal untuk digunakan dalam penelitian ini dipilih

bukanlah berdasarkan pada serapan pelarut yang memberikan absorbansi dengan

nilai maksimal yang dihasilkan oleh masing-masing zat pada pelarut tersebut.

Pemilihan pelarut dilakukan berdasarkan pada jumlah kesalahan fotometrik dari

serapan yang terukur pada konsentrasi tertentu.

Pelarut yang digunakan dalam penelitian ini adalah pelarut yang memiliki

nilai kesalahan fotometrik yang terkecil. Untuk mendapatkan nilai kesalahan

fotometrik yaitu dengan menyelisihkan nilai kesalahan fotometrik dengan nilai

kesalahan fotometrik terkecil yaitu 2,7185 ketika mengukur zat tersebut pada

absorbansi 0,4343. Absorbansi PCT, PRO dan KOF serta % transmitan dapat

dilihat pada Tabel 4.1 sedangkan nilai persen kesalahan fotometrik dapat dilihat

pada Tabel 4.2

55

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.1 Absorbansi dan % transmitan PCT, PRO dan KOF.

Absorbansi % Transmitan
Jenis Pelarut
PCT PRO KOF PCT PRO KOF

Metanol 0,647 0,447 0,481 22,5423 33,3426 33,0369

DP pH 7,2 0,436 0,410 0,509 36,6437 38,9045 30,9742

DPM (90:10), pH 6,9 0,428 0,324 0,510 37,2940 47,4219 30,9250

DPM (70:30), pH 6,6 0,423 0,349 0,491 37,7572 44,7713 32,2849

DPM (50:50), pH 5,8 0,507 0,437 0,564 31,1172 36,5595 27,2898

DPM (30:70), pH 5,4 0,400 0,441 0,549 39,8107 36,2243 28,2488

DPM (10:90), pH 5,1 0,458 0,499 0,426 34,8338 31,6957 37,4937

Tabel 4.2 Kesalahan Fotometrik

Kesalahan Fotometrik (%) Selisih dengan 2,7185 (%)


Jumlah
Jenis Pelarut
(%)
PCT PRO KOF PCT PRO KOF

Metanol 2,9787 2,7314 2,7331 0,2602 0,0129 0,0146 0,2877

DP pH 7,2 2,7189 2,723 2,7557 0,0040 0,0450 0,0372 0,0862

DPM (90:10), pH 6,9 2,7186 2,8275 2,7553 0,0012 0,1090 0,0371 0,1473

DPM (70:30), pH 6,6 2,7195 2,7804 2,7402 0,0010 0,0619 0,0217 0,0846

DPM (50:50), pH 5,8 2,7522 2,7184 2,8219 0,0337 0,0005 0,1013 0,1366

DPM (30:70), pH 5,4 2,7273 2,7195 2,8005 0,0880 0,0100 0,0820 0,1800

DPM (10:90), pH 5,1 2,7229 2,7461 2,7195 0,0925 0,0783 0,0100 0,1808

Ket. DP : Dapar posfat pH 7,2


DPM (90:10), pH 6,9 : Dapar posfat pH 7,2:Metanol (90:10)
DPM (70:30), pH 6,6 : Dapar posfat pH 7,2:Metanol (70:30)
DPM (50:50), pH 5,8 : Dapar posfat pH 7,2:Metanol (50:50)
DPM (30:70), pH 5,4 : Dapar posfat pH 7,2:Metanol (30:70)
DPM (10:90), pH 5,1 : Dapar posfat pH 7,2:Metanol (10:90)

56

Universitas Sumatera Utara


Pelarut metanol, DP pH 7,2, dan campuran DPM 90:10; 70:30; 50:50;

30:70; 10:90 merupakan jenis pelarut yang akan dioptimalisasi. PCT, PRO dan

KOF diukur serapannya pada λ 200-400 nm dalam pelarut tersebut kemudian

dipilih jenis pelarut yang akan digunakan untuk analisis selanjutnya berdasarkan

pada jumlah kesalahan fotometrik dari serapan yang terukur pada konsentrasi

tertentu. Perhitungan untuk mendapatkan % transmitan dan kesalahan fotometrik

dapat dilihat pada lampiran 3. Sebelum dijumlahkan, kesalahan fotometrik

terlebih dahulu diselisihkan dengan nilai kesalahan fotometrik terkecil yang

didapatkan ketika mengukur zat tersebut pada absorbansi 0,4343 yaitu 2,7185.

Menurut Gandjar dan Rohman (2012), absorbansi yang terbaca pada

spektrofotometer hendaknya pada 0,2 sampai 0,8 atau 15% sampai 70% jika

dibaca sebagai transmitan, karena kesalahan pembacaannya adalah 0,0005

(kesalahan fotometrik). Pernyataan diatas menunjukkan bahwa pengukuran

serapan dilakukan pada rentang tertentu yang kesalahan fotometriknya kecil,

sehingga pelarut yang paling optimal untuk digunakan dalam penelitian ini dipilih

bukanlah berdasarkan pada serapan yang memberikan absorbansi dengan nilai

maksimal/ paling besar yang dihasilkan oleh masing-masing zat pada pelarut

tersebut,namun berdasarkan pada jumlah kesalahan fotometrik yang paling kecil.

Penjumlahan kesalahan fotometrik didapatkan dari penjumlahan kesalahan

fotometrik masing-masing zat (PCT, PRO, KOF). Jumlah kesalahan fotometrik

dari zat dalam jenis pelarut lebih jelasnya dapat dibandingkan satu sama lain

dengan menggunakan grafik.

57

Universitas Sumatera Utara


Grafik jumlah kesalahan fotometrik terhadap jenis pelarut dapat dilihat pada
Gambar 4.1

Gambar 4.1 Grafik jumlah kesalahan fotometrik terhadap jenis pelarut

Gambar 4.1 menunjukkan bahwa pelarut dengan jumlah kesalahan

fotometrik terkecil dimiliki oleh DPM (70:30) sehingga pelarut yang digunakan

dalam penelitian ini adalah DPM (70:30). Hasil ini menunjukkan persamaan dari

hasil penelitian yang dilakukan oleh Sianipar (2014), dimana pada penelitian

tersebut pelarut yang optimal untuk penetapan kadar PCT, PRO dan KOF adalah

DPM (7:3). Akan tetapi, terdapat perbedaan pada penelitian yang dilakukan oleh

Saraan (2015), dimana pada penelitian tersebut pelarut optimal untuk penetapan

kadar PCT, ibuprofen dan KOF adalah DP pH 7,2. Sedangkan pada penelitian ini

diperoleh pelarut yang optimal untuk penentuan kadar PCT, PRO dan KOF adalah

DPM (70:30). Hal tersebut disebabkan karena PRO lebih mudah larut dalam

pelarut air dibandingkan dengan ibuprofen sehingga dengan adanya metanol akan

menambah kelarutan dari pada PRO.

58

Universitas Sumatera Utara


4.2 Spektrum serapan

Spektrum serapan tunggal PCT, PRO dan KOF dan tumpang tindih
campuran PCT, PRO dan KOF dapat dilihat pada Gambar 4.2

A A. A B.

b b

s s

C. D
A A
.
b b

A E F

Gambar 4.2 Spektrum serapan (A) PCT, (B) PRO, (C) KOF, (D) Campuran PCT,
PRO, KOF (E) Tumpang tindih PCT,PRO (F) Tumpang tindih PRO, KOF.

59

Universitas Sumatera Utara


Spektrum serapan PCT, PRO maupun KOF dengan berbagai konsentrasi

dalam DPM (70:30) menunjukkan bahwa konsentrasi tidak mengubah bentuk

spektrum dari masing-masing zat sehingga dapat disimpulkan dengan

menggunakan pelarut DPM (70:30) baik PCT, PRO, maupun KOF stabil. Akan

tetapi, terdapat dua spektrum yang terbentuk pada penentuan spektrum serapan

PRO yang dapat dilihat pada Gambar 4.2 dan pemilihan spektrum yang digunakan

dipilih berdasarkan pada panjang gelombang maksimum PRO yaitu 265 nm yang

terdapat sesuai literatur dan penentuan pada panjang gelombang maksimum.

Spektrum campuran PCT, PRO dan KOF akan menghasilkan spektrum yang

berbeda dengan spektrum masing-masing dari PCT, PRO dan KOF. Hal ini di

karenakan spektrum campuran merupakan kombinasi dari spektrum zat yang

menyusunnya.

Pada penelitian ini, panjang gelombang maksimum yang dihasilkan untuk

masing-masing zat menggunakan pelarut DPM (70:30) adalah 245 nm untuk PCT,

265 nm untuk PRO dan 273 nm untuk KOF. Penentuan panjang gelombang

maksimum dilakukan pada rentang panjang gelombang 200-400 nm.

Penentuan spektrum serapan maksimum PCT, PRO dan KOF dilakukan

pada konsentrasi 7,5 µg/ml, 10 µg/ml dan 8,5 µg/ml. Setelah dilakukan overlay

pada ketiga spektrum masing-masing zat ditemukan spektrum yang saling

tumpang tindih antara PCT, PRO dan KOF. Akan tetapi, pada penelitian yang

dilakukan oleh Simanjuntak (2018), juga terdapat spektrum yang saling tumpang

tindih antara PCT dan KOF, namun bentuk dari spektrum dari parasetamol nya

sedikit berbeda, hal ini terjadi karena perbedaan pelarut yang digunakan pada saat

60

Universitas Sumatera Utara


penelitian sehingga hasil spektrum yang dihasilkan berbeda, dimana pelarut yang

digunakan pada penelitian tersebut adalah HCl 0,1N.

Spektrofotometri biasa tidak dapat dilakukan untuk menetapkan kadar PCT,

PRO maupun KOF dalam campuran, karena spektrum PCT, PRO dan KOF saling

berdekatan, sehingga absorbansi pada λ spektrum campuran PCT, PRO dan KOF

tidak menggambarkan besar konsentrasi zat tersebut dalam campurannya dan

tidak dapat dilakukan analisis penetapan kadar untuk sampel yang mengandung

lebih dari satu campuran zat.

Berbeda dengan metode spektrofotometri biasa, metode RA dan RKU

memungkinkan untuk menetapkan kadar suatu zat dalam campuran zat tersebut

dengan zat lainnya, karena metode tersebut memungkinkan pemisahan spektrum

campuran sehingga penetapan kadar zat tunggal dalam campurannya dapat

dilakukan. Tumpang tindih spektrum serapan PCT, PRO, dan KOF dengan

spektrum serapan campuran PCT, PRO dan KOF dengan menggunakan pelarut

DPM 70:30 dapat dilihat pada Gambar 4.2.

4.3 Metode Rasio Absorbansi

4.3.1 Spektrum Rasio

Spektrum rasio PCT dibagi menggunakan PRO 10 µg/ml dan KOF 8,5

µg/ml , spektrum rasio PRO dibagi dengan spektrum PCT 7,5 µg/ml dan KOF 8,6

µg/ml, dan KOF dibagi dengan spektrum PCT 7,5 µg/ml dan PRO 10 µg/ml.

Spektrum RA titik iso-absorptif pada masing-masing zat PCT, PRO dan KOF

dapat dilihat pada Gambar 4.3.

61

Universitas Sumatera Utara


A
A 2
1
b

B
1 2 3
A

Gambar 4.3 Spektrum double divisor RA pada (A) parasetamol, (B)


propifenazon, (C) kofein

62

Universitas Sumatera Utara


Pembagi ganda yang dipilih diperoleh baik dengan jumlah spektrum serapan

dari dua komponen dengan konsentrasi yang sama dalam tiga campuran yang

sama, seperti yang dilakukan dalam penelitian ini, atau dengan mempersiapkan

larutan campuran dari dua komponen yang sama konsentrasinya (Abdelwahab dan

Abdelaleem, 2012).

Konsentrasi pembagi PCT yang digunakan dalam penelitian ini adalah PRO

dan KOF (10 dan 8,5 µg/ml), konsentrasi pembagi PRO adalah PCT dan KOF

(7,5 dan 8,5 µg/ml), konsentrasi pembagi KOF adalah PRO dan PCT (10 dan 7,5

µg/ml). Kemudian setiap spektrum yang didapatkan dibagi dengan pembaginya,

dimana pada penelitian ini untuk menentukan PCT, yang digunakan sebagai

pembagi adalah PRO dan KOF. PRO ditentukan kadar nya dengan menggunakan

PCT dan KOF sebagai pembagi sedangkan KOF ditentukan kadarnya dengan

menggunakan PRO dan PCT sebagai pembagi. Setelah spektrum dibagi dengan

pembaginya masing-masing, maka didapatkanlah spektrum rasio dan titik iso-

absorptif dari PCT, PRO dan KOF.

Hasil perhitungan metode RA menunjukkan bahwa perbandingan dari PCT,

PRO dan KOF adalah 3,0054 µg/ml : 2,9803 µg/ml : 0,9019 µg/ml, menunjukkan

bahwa selisih antara panjang gelombang maksimum dan panjang gelombang iso-

absorptif tidak jauh berbeda pada PCT dan PRO, namun jauh berbeda dengan

KOF. Hal ini terjadi karena panjang gelombang pada titik iso-absorptif yang

berbeda jauh dengan panjang gelombang maksimum KOF. Hasil perhitungan

perbandingan dengan menggunakan metode RA dapat dilihat pada lampiran 13.

63

Universitas Sumatera Utara


4.3.2 Penentuan panjang gelombang analisis

Pada penentuan panjang gelombang PCT, spektrum serapan PCT dibagi

dengan spektrum serapan PRO dan KOF (10 dan 8,5 µg/ml) kemudian dipilih

panjang gelombang yang memberikan hasil yang paling baik. Begitu juga dengan

PRO dan KOF dimana pada penentuan panjang gelombang PRO, spektrum

serapan PRO dibagi dengan spektrum PCT dan KOF (7,5 dan 8,5 µg/ml)

sedangkan untuk KOF dibagi dengan spektrum PRO dan PCT (10 dan 7,5 µg/ml).

Metode RA berdasarkan pada penggunaan spektrum rasio yang diperoleh dengan

menggunakan pembagi ganda (double divisor) (jumlah dari dua spektrum) dan

pengukuran dapat dilakukan pada salah satu panjang dan dipilih panjang

gelombang yang memiliki hasil yang terbaik (Gohel, R. V., et. al., 2014).

Pada penentuan PCT dipilih panjang gelombang 245 nm (pada panjang

gelombang maksimum) dengan nilai koefisien korelasi 0,99799 dan panjang

gelombang 248,60 nm (panjang gelombang pada titik iso-absorptif yang paling

baik) dengan nilai koefisien korelasi 0,99810. Pada penentuan PRO dipilih

panjang gelombang 265 nm dengan nilai koefisien korelasi 0,99838 dan panjang

gelombang 268,20 nm dengan nilai koefisien korelasi 0,99869, sedangkan pada

penentuan KOF dipilih panjang gelombang 273 nm dengan nilai koefisien

korelasi 0,99865 dan panjang gelombang 264,20 nm dengan nilai koefisien

korelasi 0,99740.

4.4 Metode Regresi Komponen Utama

Metode regresi komponen utama merupakan bagian dari kemometrik,

dimana pada metode RKU ini mampu memprediksi dengan cara yang baik ketika

64

Universitas Sumatera Utara


ada spektra yang saling tumpang tindih, dan lebih efektif dalam memprediksi

karena hanya menggunakan variabel yang paling berkorelasi terhadap variabel

respon. Ada tiga tahapan dalam analisis menggunakan metode RKU, yaitu :

melakukan kalibrasi, validasi (internal dan eksternal) dan analisis sampel.

Kalibrasi dilakukan dengan pengukuran absorbansi dari 10 campuran baku

PCT, PRO dan KOF dengan 6 kali pengulangan, kemudian dihitung nilai dari

RMSEC (root mean square error of calibration), validasi internal dengan

menggunakan teknik leave one out dengan mengkalkulasikan data kalibrasi

kedalam software minitab, kemudian dihitung nilai dari RMSECV (root mean

square error of cross validation) dan nilai PRESS ( predicted residual error sum

of squares), sedangkan validasi eksternal dilakukan dengan pengukuran

absorbansi dari 5 campuran baku PCT, PRO dan KOF dengan 6 kali pengulangan,

kemudian dihitung nilai RMSEP (root mean square error of prediction).

Masing-masing campuran PCT, PRO, KOF kemudian diukur pada 66 titik

panjang gelombang pada rentang 220 – 350 nm dengan interval 2 nm. Spektrum

campuran PCT, PRO dan KOF untuk kalibrasi dan validasi eksternal dapat dilihat

pada Gambar 4.4.

Dilakukan pemilihan panjang gelombang dengan cara data absorbansi

dimasukkan ke dalam program minitab, kemudian dilakukan pengolahan data.

Data kalibrasi campuran PCT, PRO dan KOF, validasi internal dari campuran

PCT, PRO, KOF dan validasi eksternal campuran PCT, PRO, KOF dapat dilihat

pada lampiran 15,16,17.

65

Universitas Sumatera Utara


A

Gambar 4.4 Spektrum campuran PCT, PRO, KOF (A) Kalibrasi (B) Validasi

Tabel 4.3 Data hasil kalibrasi, validasi internal dan validasi eksternal campuran
parasetamol, propifenazon, kofein.
No Parameter PCT PRO KOF
RMSEC 0,0387 0,4970 0,0200
2
R 0,9998 0,9988 0,9995
1
a 0,9985 0,9894 0,9991
b -0,0068 -0,0774 -0,0057
RMSECV 0,0151 0,4048 0,1158
2
R 0,9998 0,9987 0,9993
2 PRESS 0,2460 0,6840 1,7400
a 0,9984 1,0055 1,0033
b -0,0057 0,0259 0,0229
RMSEP 0,000052 0,006828 0,00591
2
R 0,99992 0,99964 0,99993
3
a 1,00005 1,00182 1,00018
b 0,00166 0,00327 0,00538

66

Universitas Sumatera Utara


Kalibrasi ketiga senyawa obat (PCT, PRO dan KOF) yang dihasilkan mampu

memberikan prediksi yang baik dengan nilai koefisien determinasi (R 2) PCT

0,9998, PRO 0,9988, KOF 0,9995. Selanjutnya kalibrasi ini dilakukan validasi

silang (cross validation) dengan menggunakan teknik leave-one out.

Dari hasil data pada tabel 4.4 dapat dilihat bahwa nilai R 2 yang dihasilkan

mendekati 1. Parameter nilai R2 mempunyai nilai 0 - 1, yang mana nilai R2

mendekati 1 menunjukkan bahwa kemampuan prediksi semakin baik. Nilai

RMSECV dan PRESS yang dihasilkan rendah (mendekati nol) maka kemampuan

model untuk memprediksi semakin baik. Parameter validasi pada analisis

multivariat adalah presisi dan akurasi. Presisi dideskripsikan dengan nilai

RMSEC, RMSECV dan PRESS.

Nilai RMSEC menunjukkan selisih nilai terhitung dengan nilai sebenarnya

sehingga jika nilai RMSEC nya semakin kecil maka model kalibrasi tersebut

dapat dikatakan semakin baik karena faktor kesalahannya semakin kecil. Dari data

parameter yang dihasilkan uji validasi silang dengan teknik leave-one out

(validasi internal) dan validasi eksternal yang sudah dilakukan maka dapat

disimpulkan bahwa model ini masih baik digunakan untuk penetapan kadar

sampel sediaan farmasi, karena nilai R2 > 0,9, RMSEP dan RMSECV nya kecil.

Nilai PRESS merupakan salah satu indikator kebaikan model yang

menggambarkan kemampuan prediksi. Semakin rendah nilai PRESS maka

kemampuan model untuk memprediksi semakin baik. Dari data yang dihasilkan

menunjukkan bahwa semua parameter yang dilakukan memenuhi persyaratan

yang ditetapkan.

67

Universitas Sumatera Utara


4.5 Validasi metode

4.5.1 Linieritas, akurasi, presisi, batas deteksi (Limit of Detection, LOD) dan
batas kuantitasi (Limit of Quantification, LOQ)

Metode rasio absorbansi memenuhi syarat validasi untuk parameter

linieritas, akurasi, presisi serta LOD dan LOQ. Nilai linieritas yang digambarkan

sebagai nilai koefisien korelasi untuk metode RA hampir seluruhnya mendekati

angka satu yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan atau korelasi yang sangat

baik antara konsentrasi dengan absorbansi. Hal ini juga menandakan bahwa

semakin meningkat konsentrasi maka nilai absorbansi pun akan meningkat.

Perhitungan linieritas PCT, PRO dan KOF dapat dilihat pada lampiran 6-11.

Akurasi merupakan parameter yang pengujiannya dilakukan dengan

metode penambahan baku pada rentang tertentu pada sampel, kemudian keduanya

diukur, baku yang ditambahkan dihitung kembali kembaliannya, atau uji ini sering

disebut dengan uji perolehan kembali. Nilai akurasi pada Tabel 4.4 merupakan

nilai rata-rata nilai kembalian dari tiga rentang spesifik dengan tiga kali

pengulangan.

Dalam hal ini tiga rentang spesifik yang digunakan adalah 80%, 100% dan

120% dimana komposisinya terdiri dari 70% sampel dan 30% baku. Nilai akurasi

yang didapatkan menunjukkan bahwa metode ini memenuhi syarat validasi

metode (syarat nilai akurasi adalah 98%-102%) (Ermer dan John, 2005). Contoh

perhitungan uji perolehan kembali dapat dilihat pada lampiran 36-37 sedangkan

nilai uji perolehan kembali dari 3 rentang spesifik dapat dilihat pada lampiran 38-

43.

68

Universitas Sumatera Utara


Presisi merupakan parameter yang menunjukkan keterdekatan hasil

analisis yang dilakukan dalam beberapa kali pengulangan. Presisi menunjukkan

bahwa metode tersebut memberikan hasil yang saling berdekatan walaupun diuji

dalam beberapa replikasi. Parameter presisi dicerminkan dari nilai RSD yang

dihasilkan, dari hasil yang didapatkan metode RA memenuhi syarat validasi (RSD

< 2%) (Harmita, 2004). Perhitungan RSD sebagai parameter presisi dapat dilihat

pada lampiran 20 -31.

Batas deteksi dan batas kuantifikasi dihitung dari persamaan regresi yang

diperoleh dari kurva kalibrasi. Berdasarkan tabel 4.3, penentuan kadar PCT, PRO

dan KOF dengan konsentrasi 7,5 µg/ml, 10 µg/ml dan 8,5 µg/ml secara berurutan,

dapat dideteksi dan diukur menggunakan metode RA. Batas deteksi adalah

konsentrasi analit terendah dalam sampel yang masih dapat dideteksi, sedangkan

batas kuantifikasi didefinisikan sebagai konsentrasi analit terendah dalam sampel

yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama. Contoh perhitungan

nilai LOD dan LOQ dapat dilihat pada lampiran 35. (Rohman, 2007).

4.5.2 Spektrum campuran PCT, PRO, KOF (A) tablet P (B) tablet S (C)
spektrum PCT, PRO, KOF berdasarkan komposisi tablet P (D) spektrum
PCT, PRO, KOF berdasarkan komposisi tablet S

A B
A A

b b

69

Universitas Sumatera Utara


C D
A A D
b b

Gambar 4.5 Spektrum campuran PCT, PRO, KOF (A) Tablet P (B) Tablet S (C)
spektrum PCT, PRO, KOF berdasarkan komposisi tablet P (D) spektrum PCT,
PRO, KOF berdasarkan komposisi tablet S

4.5.3 Penetapan kadar PCT, PRO dan KOF pada sediaan tablet P dan S

Penetapan kadar PCT, PRO dan KOF dalam sediaan tablet yang beredar

dipasaran mengandung masing-masing PCT 250 mg, PRO 150 mg dan KOF 50

mg. Pemilihan konsentrasi larutan PCT, PRO dan KOF dapat dilakukan

berdasarkan pada nilai A11 dan komposisi dari sediaan tablet. Pengukuran PCT,

PRO dan KOF yang dilakukan berdasarkan pada nilai A11 memiliki konsentrasi

PCT 6 µg/ml, PRO 10 µg/ml dan KOF 8,5 µg/ml sedangkan pengukuran PCT,

PRO dan KOF yang dilakukan berdasarkan perbandingan komposisi tablet

memiliki konsentrasi PCT 17,5 µg/ml, PRO 10,5 µg/ml dan KOF 3,5 µg/ml. Pada

penelitian ini pemilihan konsentrasi larutan dipilih berdasarkan pada nilai A 11 dari

PCT, PRO dan KOF, karena konsentrasi yang dihasilkan dengan menggunakan

perhitungan nilai A11 memiliki konsentrasi yang hampir berdekatan pada ketiga

zat tersebut (PCT, PRO, KOF) dibandingkan dengan menggunakan perhitungan

berdasarkan komposisi tablet, pemilihan konsentrasi larutan sangat berhubungan

70

Universitas Sumatera Utara


dalam pemilihan spektrum yang digunakan untuk double divisor dalam metode

RA untuk menentukan titik iso-absorptif pada masing-masing zat.

Penetapan kadar dari tablet P dan tablet S dilakukan dengan menggunakan

tahap awal yaitu pemilihan konsentrasi larutan kemudian diikuti dengan

penetapan kadar dari PCT, PRO dan KOF pada tablet P dan tablet S. Spektrum

campuran PCT, PRO, KOF pada tablet P dan S dapat dilihat pada lampiran 18.

Terdapat perbedaan spektrum antara tablet P dan tablet S, dimana spektrum

campuran PCT, PRO dan KOF pada tablet P memiliki kemiripan dengan

spektrum campuran PCT, PRO dan KOF pada baku, sedangkan spektrum

campuran PCT, PRO dan KOF pada tablet S memiliki spektrum yang berbeda

dengan spektrum campuran PCT, PRO dan KOF pada baku, hal ini dimungkinkan

terjadi karena adanya pengaruh bahan tambahan pengisi pada tablet sehingga

spektrum yang dihasilkan tidak sama dengan spektrum campuran PCT, PRO dan

KOF pada baku. Namun, kadar yang dihasilkan pada penetapan kadar tablet S

masih berada pada rentang persyaratan dan tidak dipengaruhi oleh adanya bahan

tambahan yang terdapat dalam tablet S. Kadar PCT, PRO dan KOF dalam tablet

P dan S yang diperiksa dapat dilihat pada Tabel 4.5 dan 4.6

Tabel 4.4 Kadar PCT, PRO dan KOF dalam tablet P

Panjang
Panjang Gelombang (nm) RKU
No. Zat RA (%) Gelombang
(%)
(nm)
1 PCT Maksimum 245 100,47 220-350 99,74
iso-absorptif 248,6 100,58
2 PRO Maksimum 265 101,86 220-350 103
iso-absorptif 268,2 99,96
3 KOF Maksimum 273 100,22 220-350 99,12
iso-absorptif 264,2 100,16

71

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.5 Kadar PCT, PRO dan KOF dalam tablet S

Panjang
Panjang Gelombang (nm) RKU
No. Zat RA (%) Gelombang
(%)
(nm)
1 PCT Maksimum 245 100,11 220-350 99,30
iso-absorptif 248,6 100,42
2 PRO Maksimum 265 101,45 220-350 102
iso-absorptif 268,2 99,98
Maksimum 273 99,99
3 KOF 220-350 99
iso-absorptif 264,2 99,84

Berdasarkan tabel diatas, penentuan kadar PCT, PRO dan KOF dengan

menggunakan metode RA dilakukan pada λ maksimum dan λ iso-absorptif pada

masing-masing zat. Pada metode RA, hasil penentuan kadar yang ditentukan

dengan λ maksimum dan λ iso-absorptif tidak jauh berbeda, baik pada tablet P

maupun tablet S. Kadar yang dihasilkan masih memenuhi persyaratan yang

ditentukan, dimana kadar zat berada dalam rentang 90-110%, sedangkan dengan

menggunakan metode RKU, penentuan kadar PCT, PRO dan KOF pada tablet P

dan S dilakukan pada λ 220- 350 nm dengan interval 2 nm. Pada metode RKU,

kadar yang dihasilkan tidak jauh berbeda dengan hasil kadar yang ditentukan

dengan metode RA. Perhitungan kadar dapat dilihat pada lampiran 18 dan hasil

perhitungan kadar PCT, PRO, KOF pada tablet P dan S dengan metode RA dapat

dilihat pada lampiran 19, sedangkan hasil perhitungan kadar kadar PCT, PRO,

KOF pada tablet P dan S dengan menggunakan metode RKU dapat dilihat pada

lampiran 32-34.

Hasil yang diberikan oleh metode RKU dan metode RA, baik dari segi nilai

yang dihasilkan dalam uji validasi maupun hasil yang diberikan untuk analisis

sampel tablet P dan S yang terdapat dipasaran menunjukkan bahwa metode ini

72

Universitas Sumatera Utara


merupakan metode yang potensial untuk digunakan dalam analisis rutin obat,

khususnya obat yang mengandung kombinasi beberapa campuran obat. Kedua

metode ini mudah dalam pengerjaanya terkhusus untuk analisis rutin dan tidak

memerlukan pengkondisian alat yang lama.

Kedua metode yang dicobakan dalam penelitian ini memiliki kelebihan dan

kekurangan masing-masing. RA merupakan metode yang mudah dalam hal

pengolahan spektrum serapan, namun memiliki kelemahan dimana dibutuhkan

pengolahan spektrum pada tahap awal, karena diperlukannya pembagian spektrum

tersebut dengan spektrum yang digunakan sebagai divisor untuk mendapatkan

titik iso-absorptif pada analisis dengan menggunakan metode rasio absorbansi.

RKU merupakan suatu metode yang mudah dalam mengatur konsentrasi larutan

dalam analisis dan memiliki kelemahan karena data yang dihasilkan relatif lebih

banyak, namun dengan menggunakan metode RKU, semua tahap pengolahan data

dilakukan dengan menggunakan software sehingga memudahkan penulis dalam

menganalisis kadar sampel dan mempersingkat waktu dalam penelitian.

73

Universitas Sumatera Utara


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

a. Dapar posfat : metanol (70:30) merupakan jenis pelarut terbaik jika

dibandingkan dengan jenis pelarut dapar posfat pH 7,2, metanol, campuran dapar

posfat dan metanol dengan perbandingan 90:10; 50:50; 30:70; 10:90 untuk

menetapkan kadar tiga campuran PCT, PRO dan KOF.

b. Metode RA dan metode RKU yang dilakukan dapat diaplikasikan untuk

menetapkan kadar tiga campuran obat PCT, PRO dan KOF dalam sediaan tablet.

c. Metode RA dan RKU yang dilakukan memenuhi syarat validasi metode.

5.2 Saran

Disarankan untuk melakukan penelitian terhadap sediaan tablet yang mengandung

lebih dari tiga campuran zat dengan menggunakan metode RKU dan RA.

74

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Abdel-Hay, M., Azza, A. G., Ekran, M.H., and Tarek, S.B. (2008). Derivative and
Derivative Ratio Spectrophotometric Analysis of Antihypertensive Ternary
Mixture of Amiloride Hydrochloride, Hydrochlorthiazide and Timolol Maleate.
Journal of The Chinese Chemical Society. Vol 55 (01): 971.

Adupa, S., Adupa, Sr., Simhadri, H., and Kalidindi, S.V. (2014). Simultaneous
Estimation of Paracetamol, Caffeine and Propyphenazone in Bulk and
Pharmaceutical Dosage Form by RP-HPLC. Journal of Pharmacy Research. Vol.
8(3): 331 – 335.

Aktas, A, H and Kitis, F. (2014). Spectrophotometric Simultaneous Determination


of Caffeine and Paracetamol Commercial Pharmaceutical by Principal Component
Regression, Partial Least Squares and Artificial Neural Networks Chemometric
Methods. Coartica Chemica Acta. Vol. 87(01) : 69 – 74.

Appasaheb, H.S., Subhash, K.P., Atmaram, D.V., and Shankar, D.P. (2013).
Simultaneous Estimation and Validation of Paracetamol, Chlorpheniramine
Maleate and Phenylephrine Hydrochloride in Bulk and Tabalet Dosage Form By
Using Different Spectrophotometric Method. International Research Journal of
Pharmacy. Vol 4(10): 39-43.

Bagary, R, I., Kady, E, F and Matari, A, A. (2017). Simultaneous


Spectrophotometric Determination of Diclofenac Sodium, Paracetamol and
Chlorzoxazone in Ternary Mixture Using Chemometric and Artificial Neural
Networks Techniques. Asian Journal Of Pharmaceutical Clinical Research. Vol.
10 (11) : 225 – 230.

Chitlange, S, S., Soni, R., Wankhede, S, B and Kulkarni, A, A (2009).


Spectrophotometric Methods for Simultaneous Estimation of Dexibuprofen and
Paracetamol. Asian J. Research Chem. Vol. 02(01) : 30 – 33.

Dachriyanus, (2004). Analisis Struktur Senyawa Organik Secara Spektroskopi,


Padang: Andalas University Press, Hal. 8-9.

Day, R.A., and Underwood, A.L (1998) Quantitative Analysis. Sixth Edition.
Penerjemah: Sopyan, I. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Keenam. Jakarta:
Penerbit Erlangga. Hal. 396,399.

Delvadiya, K., Kimbahune, R., Kabra, P., Sunil, K., and Patel, P (2011)
Spectrophotomeric Simultaneous Analysis of Paracetamol, Propyphenazone and
Caffeine in Tablet Dosage Forms. International Journal of Pharmacy and
Pharmaceutical Science. Vol. 3 (3): 170- 174.

75

Universitas Sumatera Utara


Depkes RI. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Hal. 254, 649, 1067.

Depkes RI. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen


Kesehatan Republik Indonesia. Hal. 742.

Dzulfianto, A. (2015). Analisis parasetamol, kofein dan propifenazon dengan


metode spektrofotometri UV dan kemometrika tanpa tahap pemisahan.
Yogyakarta. Skripsi. Universitas Sanata Dharma. Hal. 1.

Ermer, J and John, H. M. M. (2005). Methdod Validation in Pharmaceutical


Analysis. Weinheim: WILEY-VCH Verlag GmbH dan Co. KgaA. Hal 3-19

Gandjar, I. G ., dan Rohman, A. (2012). Analisis Obat secara Spektrofotometri


dan Kromtografi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 64, 92.

Ganesh, K. D., Chimkode, R. M., Gaurav, K., Yogesh, K., Rohini, K., Anita, G.,
and Ashwini, K. (2015). Development and Validation of UV- Visible
Spectrophotometric Methods For the Estimation of Paracetamol and Diclofenac
Sodium in Bulk and Tablet Dosage Form. International journal of pharmaceutical
research and education. Vol. 5 :52.

Gohel, R. V., Parmar, S. J., and Patel, B. A. (2014). Development and Validation
of Double Divisor Ratio Spectra Derivative Spectrophotometric Method for
Simultaneous Estimation of Olmesartan Medoxomil, Amlodipin Besylate and
Hydrochlortiazide in Tablet Dosage Form. International Journal of Pharm Tech
Research. 06 (05): 1518-1525.

Guidline, (2005). Validation of Analytical Procedures : Text and Methodology Q2


(R1). USA. Hal. 6-13

Kamal. A.H., El-Malla. S.F., and Hammad. S.F. (2016). A Review On UV


Spectrophotometric Methods For Simultaneous Multicomponent Analysis,
European journal pharmaceutical and medical research. Vol. 3(2), 348-360.

Khopkar, S.M (1990). Basic Concepts of Analytical Chemistry. Penerjemah:


Saptoraharjo, A., dan Nurhadi, A. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-
Press. Hal. 215.

Lotfy, H.M., and Saleh, S.S. (2016). Recent Development in Ultraviolet


Spectrophotometry Through The Last Decade (2006 – 2016): A Review.
International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences. Vol. 8(10): 232.

Moffat, A.C., Osselton,M.D and Widdop, B. (2004). Clarke’s Analysis of Drug


And Poisons. Thirth Edition. London: Pharmaceutical Press. Electronic version.
Hal. 686, 688.

Moffat, A.C., Osselton, M.D and Widdop, B. (2011). Clarke’s Analysis of Drugs
and Poisons. Fourth Edition. London: Pharmaceutical Press. Hal. 1337, 2138.

76

Universitas Sumatera Utara


Muchlisyam dan Pardede, T.R. (2016). Spektrofotometri dan Analisis
Multikomponen Obat. Medan: USU Press. Hal. 7, 8, 12, 29, 31, 32, 35, 36.

Mulja, M., dan Suharman. (1995). Analisis Instrumental. Surabaya: Airlangga


University Press. Hal. 34, 52.

Naid, T., Kasim, S. dan Pakaya, M. (2011), Penetapan Kadar Parasetamol dalam
Tablet Kombinasi Parasetamol dengan Kafein Secara Spektrofotometri
Ultraviolet sunar tampak. Majalah Farmasi dan Farmakologi. Vol. 15 : 77 – 82.

Pandey, G and Mishra, B. (2013). A New Analytical Q- Absorbance Ratio


Method Development and Validation fot Simultaneous Estimation of
Lamnivudine and Isoniazid. Hindawi. Vol. 2013.Hal. 1-5.

Prajapati, P.R., Rathod, D. N., Modi, V. S., and Basuri, T.(2016). Chemometric
and its Applications in UV Spectrophotometry. International Journal of
Pharmaceutical Chemistry and Analysis. Vol. 3(1), 43-48.

Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Cetakan Pertama. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar. Hal. 224-233, 240-243.

Rohman, A. (2014). Statistika dan Kemometrika Dasar Dalam Analisis Farmasi.


Cetakan Pertama. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Hal. 245.

Saraan, S.M.D., Sinaga, S.M., and Muchlisyam (2015). Development Method for
Determination of Ternary Mixture of Paracetamol, Ibuprofen and Caffeine in
Tablet Dosage Form Using Zero-crossing Derivative Spectrophotometric.
International Journal of PharmTech Research. Vol. 7. No. 2, 349-353.

Satiadarma, K., Mulja, H.M., Tjahjono, D.H.,dan Kartasasmita, R.E. (2004). Asas
Pengembangaan Prosedur Analisis. Edisi Pertama. Surabaya: Airlangga
University Press. Hal. 46-47.

Sianipar, A. Y. (2017). Aplikasi dan Validasi Metode Spektrofotometri Ultraviolet


Secara Spektrofotometri Derivatif dan Mean Centering of Ratio Spectra Terhadap
Ternary Mixture yang Mengandung Parasetamol, Propifenazon dan Kofein.
Medan. Tesis. Universitas Sumatera Utara. Hal. 1.

Simanjuntak, H.L dan Putra, E.D.L. Penetapan Kadar Simultan Binary Mixture
Parasetamol dan Kofein dalam Sediaan Tablet secara Spektrofotometri
Ultraviolet dengan Metode Mean Centering of Ratio Spectra (MCR). Medan.
Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Hal. 64.

Singh, G., Kumar, D., Sharma, D., Singh, M and Kaur, S. (2012). Q- Absorbance
Ratio Spectrophotometric Method for the Simultaneous Estimation of
Prednisolone and 5- Amino Salicylic Acid in Tablet Dosage Form. Journal of
Applied Pharmaceutical Science. Vol. 02(06) : 222 – 226.

77

Universitas Sumatera Utara


Soponar, F., Moise, G., Staniloae, D and David, V. (2013). Simultaneous
Determination Of Paracetamol, Propyphenazone and Caffeine From
Pharmaceutical Preparations in the Presence Of Related Substances Using a
Validated HPLC-DAD Method. Review Article. 58 (4-5): 433-440.

Tjay, T. H. dan Rahardja K. (2007). Obat-obat Penting. Edisi Keenam. Cetakan


Pertama. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. 664.

Üstűndag, O., Dinҫ, E., Özdemir, N and Tilkan, G. (2015). Comparative


Application of PLS and PCR Methods to Simultaneous Quantitative Estimation
and Simultaneous Dissolution Test of Zidovudine – Lamivudine Tablets. Acta
Chim Slov. Vol. 62 :437 – 444.

Vijayageetha, R and Shantha, A (2017). Simultaneous Spectrophotometric


Determination of Etoricoxib and Paracetamol in Tablets by Chemometric
Methods. European journal pharmaceutical and medical research. Vol. 04(06) :
159 – 164.

78

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1. Sampel P dan S

Sampel P produksi PT. Konimex

Spesifikasi sampel
Nama : Paramex
Nomor Batch : 18A59
Tanggal kadaluarsa : April 2020
Komposisi : Parasetamol 250 mg
Propifenazon 150 mg
Kofein 50 mg

Sampel S produksi PT. Bayer

Spesifikasi sampel
Nama : Saridon
Nomor Bacth : 49288
Tanggal kadaluarsa : April 2020
Komposisi : Parasetamol 250 mg
Propifenazon 150 mg
Kofein 50 mg

79

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 2. Alat

Spektrofotometer UV-Vis (Shimadzu 1800) dan Seperangkat PC dengan software

UV Probe

Timbangan (Sartorius) Sonicator (Branson)

80

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 3. Contoh spektrum PCT dalam pelarut DPM 70:30, perhitungan %
transmitan dan kesalahan fotometrik PCT dalam DPM 70:30

b 245 nm = 0,423

Absorbansi = 0,423
% transmitan = antilog (2-A)
= antilog (2- 0,423)
= 37,7572
Transmitan = 37,7572100
= 0,3775
Maka kesalahan fotometrik PCT dalam pelarut DPM 70:30

dc 0,4343 dc 0,4343
 dt  1% = 2,7195
c T (log T ) c 0,3775log 0,3775

Selisih persen kesalahan fotometrik PCT dalam pelarut DPM 70:30

= 2,7195 % - 2,7185 %

= 0,001

81

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 4. Spektrum serapan A (PCT), B (PRO), C (KOF), pada panjang
gelombang 200-400 nm dengan konsentrasi yang berbeda
menggunakan pelarut DPM 70:30

A. PCT
A

A B. PRO

A
C. KOF
b

82

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 5. Spektrum serapan double divisor metode RA (A) PCT, (B) PRO,
(C) KOF

A.PCT

A B.PRO

C.KOF

83

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 6. Kurva dan perhitungan kalibrasi PCT dengan menggunakan metode
RA pada λ 245 nm

0.9
0.8
0.7
0.6
A 0.5
b 0.4
0.3
s
0.2
0.1
0
0 2 4 6 8 10 12

Konsentrasi (µg/ml)

No X Y XY X2 Y2
1 0,0 0,000 0,0000 0,0000 0,0000
2 3,0 0,220 0,6600 9,0000 0,04840
3 4,5 0,344 1,5480 20,2500 0,1183
4 6,0 0,443 2,6580 36,0000 0,1962
5 7,5 0,606 4,5450 56,2500 0,3672
6 9,0 0,734 6,6240 81,0000 0,5416
7 10,5 0,818 8,5890 110,2500 0,6691
Jumlah 40,5 3,167 24,6240 312,7500 1,9410
Rata-rata 5,7857 0,4524 44,67857 0,27729

∑ ∑ ∑
a=
∑ – ∑

84

Universitas Sumatera Utara


= 0,08034

̅ = a ̅+ b

b = ̅- a ̅

= 0,45243 – (0,08034)(5,78571)

= -0,01239

Maka persamaan garis regresinya adalah Y= 0,08034X – 0,01239

∑ ∑ ∑
r=
√ ∑ ∑ ∑ ∑

=

= 0,99799

85

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 7. Kurva dan perhtiungan kalibrasi PCT dengan menggunakan metode
RA pada λ 248,6 nm

0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 2 4 6 8 10 12

No X Y XY X Y

1 0,0 0,000 0,00000 0,00000 0,00000

2 3,0 0,214 0,64200 9,0000 0,04579

3 4,5 0,333 1,49800 20,25000 0,11088

4 6,0 0,434 2,60400 36,00000 0,18835

5 7,5 0,589 4,41700 56,25000 0,34692

6 9,0 0,716 6,44400 81,00000 0,51265

7 10,5 0,794 8,33700 110,25000 0,63043

Jumlah 40,5 3,080 23,94300 312,75000 1,83505

Rata-rata 5,78571 0,44

∑ ∑ ∑
a=
∑ – ∑

86

Universitas Sumatera Utara


=

= 0,07807

̅ = a ̅+ b

b = ̅- a ̅

= 0,44 – (0,07807)(5,78571)

= -0,01169

Maka persamaan garis regresinya adalah Y= 0,07807X – 0,01169

∑ ∑ ∑
r=
√ ∑ ∑ ∑ ∑

=

= 0,99810

87

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 8. Kurva dan perhitungan kalibrasi PRO dengan menggunakan metode
RA pada λ 265 nm

0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 5 10 15 20

No X Y XY X2 Y2

1 0,0 0,000 0,00000 0,00000 0,00000

2 5,0 0,254 1,27000 25,00000 0,06451

3 7,5 0,331 2,48200 56,25000 0,10956

4 10,0 0,458 4,58000 100,00000 0,20976

5 12,5 0,559 6,98700 156,25000 0,31248

6 15,0 0,649 9,73500 225,00000 0,4212

7 17,5 0,756 13,23000 306,25000 0,57153

Jumlah 67,5 3,007 38,28500 868,75000 1,68906

Rata-rata 9,64286 0,42957 124,1071 0,24129

∑ ∑ ∑
a=
∑ – ∑

88

Universitas Sumatera Utara


=

= 0,04264

̅ = a ̅+ b

b = ̅- a ̅

= 0,42957 – (0,04264)(9,64286)

= 0,0184

Maka persamaan garis regresinya adalah Y= 0,04264X + 0,0184

∑ ∑ ∑
r=
√ ∑ ∑ ∑ ∑

=

= 0,99838

89

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 9. Kurva dan perhitungan kalibrasi PRO dengan menggunakan metode
RA pada λ 268,2 nm

0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 2 4 6 8 10 12 14

No X Y XY X2 Y2

1 0,0 0,000 0,00000 0,00000 0,00000

2 5,0 0,259 1,29500 25,00000 0,06708

3 7,5 0,338 2,53500 56,25000 0,11424

4 10,0 0,469 4,69000 100,00000 0,21996

5 12,5 0,572 7,15000 156,25000 0,32718

6 15,0 0,667 10,00500 225,00000 0,44488

7 17,5 0,776 13,5800 306,25000 0,60217

Jumlah 67,5 3,081 39,25500 868,75000 1,77554

Rata-rata 9,64286 0,44014

∑ ∑ ∑
a=
∑ – ∑

90

Universitas Sumatera Utara


=

= 0,04381

̅ = a ̅+ b

b = ̅- a ̅

= 0,44014 – (0,04381)(9,64286)

= 0,01765

Maka persamaan garis regresinya adalah Y= 0,04381X – 0,01765

∑ ∑ ∑
r=
√ ∑ ∑ ∑ ∑

=

= 0,99869

91

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 10. Kurva dan perhitungan kalibrasi KOF dengan menggunakan
metode RA pada λ 273 nm

0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 2 4 6 8 10 12 14

No X Y XY X2 Y2

1 0,0 0,000 0,00000 0,00000 0,00000

2 4,5 0,281 1,26400 20,25000 0,07896

3 6,5 0,414 2,69100 42,25000 0,17139

4 8,5 0,527 4,47900 72,25000 0,27772

5 10,5 0,618 6,48900 110,25000 0,38192

6 12,5 0,735 9,18700 156,25000 0,54022

7 13,0 0,762 9,90600 169,00000 0,58064

Jumlah 55,5 3,337 34,01700 570,25000 1,52937

Rata-rata 7,92857 0,47671 81,46429 0,21848

∑ ∑ ∑
a=
∑ – ∑

92

Universitas Sumatera Utara


=

= 0,05805

̅ = a ̅+ b

b = ̅- a ̅

= 0,47671 – (0,05806)(7,92857)

= 0,01638

Maka persamaan garis regresinya adalah Y= 0,05805X + 0,01638

∑ ∑ ∑
r=
√ ∑ ∑ ∑ ∑

=

= 0,99865

93

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 11. Kurva dan perhitungan kalibrasi KOF dengan menggunakan
metode RA pada λ 264,2 nm

0.8
0.7
0.6

A 0.5
b 0.4
s
0.3
0.2
0.1
0
0 2 4 6 8 10 12 14

No X Y XY X2 Y2

1 0,0 0,000 0,00000 0,00000 0,00000

2 4,5 0,251 1,12900 20,25000 0,06300

3 6,5 0,371 2,41200 42,25000 0,13764

4 8,5 0,458 3,89300 72,25000 0,20976

5 10,5 0,533 5,59700 110,25000 0,28408

6 12,5 0,635 7,93800 156,25000 0,40322

7 13,0 0,657 8,54100 169,00000 0,43164

Jumlah 55,5 2,905 29,50900 570,25000 1,52937

Rata-rata 7,92857 0,415 81,46429 0,21848

∑ ∑ ∑
a=
∑ – ∑

94

Universitas Sumatera Utara


=

= 0,04973

̅ = a ̅+ b

b = ̅- a ̅

= 0,415 – (0,04973)(7,92857)

= 0,02072

Maka persamaan garis regresinya adalah Y= 0,04973X + 0,02072

∑ ∑ ∑
r=
√ ∑ ∑ ∑ ∑

=

= 0,99740

95

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 12. Nilai R2 PCT, PRO dan KOF pada λ maksimum dan λ iso-
absorptif

Nilai R2 PCT pada λ maksimum dan λ iso-absorptif

No Panjang gelombang (nm) Nilai R

1 Maksimum 245 0,99799

2 Iso-absorptif 248,6 0,99810

Nilai R2 PRO pada λ maksimum dan λ iso-absorptif

No Panjang gelombang (nm) Nilai R

1 Maksimum 265 0,99838

2 Iso-absorptif 268,2 0,99869

Nilai R2 KOF pada λ maksimum dan λ iso-absorptif

No Panjang gelombang (nm) Nilai R

1 Maksimum 273 0,99865

2 Iso-absorptif 264,2 0,99740

96

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 13. Perhitungan Metode Rasio Absorbansi pada Titik Isoabsorptif

Perhitungan metode RA dapat dihitung dengan persamaan matematis :

Ca(Parasetamol) : x

Cb(Propifenazon) : x

Cc(Kofein) : X

Sampel :
Sampel x (PCT)
Sampel y (PRO)
Sampel z (KOF)

Ca(Parasetamol) : x dimana :

 Qm =

 = = 0,9234

 Qx =

 = = 1,0207

 Qy =

 = = 0,9936

97

Universitas Sumatera Utara


A= Absorbansi sampel pada titik isoabsorptif (0,503)

Maka :

Ca(Parasetamol) =

= 3,005 µg/ml

Cb(Propifenazon) : x dimana :

 Qm =

 = = 1,0875

 Qx =

 = = 0,9109

 Qy =

 = = 0,9765

A= Absorbansi sampel pada titik isoabsorptif (0,519)

Maka :

Cb(Propifenazon) =

= 2,9803 µg/ml

98

Universitas Sumatera Utara


Cc(Kofein) : x dimana :

 Qm =

 = = 1,0021

 Qx =

 = = 1,1276

 Qz =

 = = 0,3909

A= Absorbansi sampel pada titik isoabsorptif (0,519)

Maka :

Cc(Kofein) =

= 0,9019 µg/ml

99

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 14. Komposisi campuran baku PCT, PRO dan KOF untuk kalibrasi
RKU

PCT PRO KOF


No.
µg/ml µg/ml µg/ml
1 3,00 5,00 4,50
2 3,75 6,25 5,50
3 4,50 7,50 6,50
4 5,25 8,75 7,50
5 6,00 10,00 8,50
6 6,75 11,25 9,50
7 7,50 12,50 10,50
8 8,25 13,75 11,50
9 9,00 15,00 12,50
10 10,50 17,50 13,00

100

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 15. Data kalibrasi campuran PCT, PRO dan KOF dengan metode RKU

PCT (µg/ml) PRO (µg/ml) KOF (µg/ml)


No.
kalkulasi sebenarnya kalkulasi sebenarnya kalkulasi sebenarnya
1 2,9592 3,00 4,9320 5,00 4,6519 4,50
2 2,9831 3,00 4,9718 5,00 4,4773 4,50
3 2,9721 3,00 5,0146 5,00 4,4095 4,50
4 3,0263 3,00 5,0438 5,00 4,4677 4,50
5 3,0324 3,00 5,0540 5,00 4,4693 4,50
6 3,0321 3,00 5,0534 5,00 4,5603 4,50
7 3,6776 3,75 6,1293 6,25 5,5534 5,50
8 3,6840 3,75 6,1401 6,25 5,4622 5,50
9 3,7154 3,75 6,1923 6,25 5,4802 5,50
10 3,7338 3,75 6,2230 6,25 5,5260 5,50
11 3,6981 3,75 6,1635 6,25 5,4971 5,50
12 3,6743 3,75 6,1239 6,25 5,5142 5,50
13 4,4840 4,50 7,4733 7,50 6,5239 6,50
14 4,4450 4,50 7,4038 7,50 6,4090 6,50
15 4,5394 4,50 7,5107 7,50 6,4453 6,50
16 4,4910 4,50 7,4500 7,50 6,4908 6,50
17 4,5144 4,50 7,5240 7,50 6,5722 6,50
18 4,5529 4,50 7,5881 7,50 6,4898 6,50
19 5,3330 5,25 8,8884 8,75 7,5192 7,50
20 5,2896 5,25 8,8161 8,75 7,4391 7,50
21 5,2718 5,25 8,7864 8,75 7,3107 7,50
22 5,2693 5,25 8,7821 8,75 7,4954 7,50
23 5,2743 5,25 8,7905 8,75 7,5790 7,50
24 5,2819 5,25 8,8031 8,75 7,4870 7,50
25 5,9840 6,00 9,9733 10,00 8,5353 8,50
26 6,0128 6,00 10,0213 10,00 8,3731 8,50
27 6,0535 6,00 10,0891 10,00 8,5299 8,50
28 6,0523 6,00 10,0601 10,00 8,4201 8,50
29 6,0310 6,00 10,0516 10,00 8,4928 8,50
30 6,0679 6,00 10,1132 10,00 8,5172 8,50
31 6,7791 6,75 11,2985 11,25 9,4340 9,50
32 6,7088 6,75 11,1813 11,25 9,5624 9,50
33 6,6879 6,75 11,1465 11,25 9,6250 9,50
34 6,7300 6,75 11,2167 11,25 9,6009 9,50
35 6,7722 6,75 11,2870 11,25 9,5981 9,50
36 6,7684 6,75 11,2807 11,25 9,5091 9,50
37 7,5184 7,50 12,5307 12,50 10,5895 10,50
38 7,5415 7,50 12,5692 12,50 10,4625 10,50

101

Universitas Sumatera Utara


39 7,4801 7,50 12,4668 12,50 10,4085 10,50
40 7,4675 7,50 12,4458 12,50 10,5793 10,50
41 7,4971 7,50 12,4952 12,50 10,7180 10,50
42 7,5567 7,50 12,5944 12,50 10,4934 10,50
43 8,2415 8,25 13,7358 13,75 11,4880 11,50
44 8,2241 8,25 13,7354 13,75 11,5648 11,50
45 8,2671 8,25 13,7785 13,75 11,5296 11,50
46 8,2354 8,25 13,7321 13,75 11,4451 11,50
47 8,2234 8,25 13,7057 13,75 11,4800 11,50
48 8,2596 8,25 13,7660 13,75 11,3797 11,50
49 9,0010 9,00 15,0017 15,00 12,3501 12,50
50 8,9305 9,00 14,8841 15,00 12,4577 12,50
51 8,8201 9,00 14,9810 15,00 12,4442 12,50
52 9,0655 9,00 14,9792 15,00 12,2759 12,50
53 9,0150 9,00 5,0249 15,00 12,3808 12,50
54 9,0264 9,00 15,0440 15,00 12,4806 12,50
55 10,4889 10,50 17,4815 17,50 13,1526 13,00
56 10,5056 10,50 17,5094 17,50 13,1503 13,00
57 10,5023 10,50 17,4921 17,50 13,8865 13,00
58 10,4413 10,50 17,4021 17,50 13,9897 13,00
59 10,4593 10,50 17,4322 17,50 13,0595 13,00
60 10,4800 10,50 17,4667 17,50 13,0630 13,00
Persamaan Y= 0,9985X-0,0068 Y= 0,9894X-0,07748 Y= 0,9991X-0,0057
2
R 0,9998 0,9988 0,9995
RMSEC 0,0387 0,4970 0,0200

102

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 16. Data Validasi Internal (Cross Validation) campuran PCT, PRO dan
KOF dengan metode RKU

PCT (µg/ml) PRO (µg/ml) KOF (µg/ml)


No. kalkulasi Cross val kalkulasi Cross val kalkulasi Cross val
1 2,9592 2,9254 4,932 4,8757 4,6519 4,7346
2 2,9831 2,9542 4,9718 4,9246 4,4773 4,5041
3 2,9721 3,0046 5,0146 5,0076 4,4095 4,3774
4 3,0263 3,0256 5,0438 5,0427 4,4677 4,4701
5 3,0324 3,0269 5,054 5,0448 4,4693 4,4766
6 3,0321 3,0313 5,0534 5,0522 4,5603 4,5872
7 3,6776 3,6561 6,1293 6,0935 5,5534 5,5728
8 3,684 3,6498 6,1401 6,083 5,4622 5,4791
9 3,7154 3,6913 6,1923 6,1522 5,4802 5,4319
10 3,7338 3,7262 6,223 6,2103 5,526 5,574
11 3,6981 3,6729 6,1635 6,1215 5,4971 5,5279
12 3,6743 3,6517 6,1239 6,0862 5,5142 5,5253
13 4,484 4,4816 7,4733 7,4693 6,5239 6,531
14 4,445 4,4155 7,4038 7,3591 6,409 6,3549
15 4,5394 4,5367 7,5107 7,5612 6,4453 6,3527
16 4,491 4,4919 7,45 7,4865 6,4908 6,4078
17 4,5144 4,524 7,524 7,54 6,5722 6,5434
18 4,5529 4,5766 7,5881 7,6276 6,4898 6,4549
19 5,333 5,3919 8,8884 8,9862 7,5192 7,4938
20 5,2896 5,312 8,8161 8,8534 7,4391 7,4084
21 5,2718 5,2842 8,7864 8,8071 7,3107 7,2251
22 5,2693 5,2815 8,7821 8,8026 7,4954 7,4849
23 5,2743 5,2966 8,7905 8,8276 7,579 7,5876
24 5,2819 5,2939 8,8031 8,8232 7,487 7,4675
25 5,984 5,9695 9,9733 9,9492 8,5353 8,664
26 6,0128 6,0292 10,0213 10,0486 8,3731 8,3108
27 6,0535 6,0939 10,0891 10,1564 8,5299 8,5825
28 6,0523 6,0551 10,0601 10,0919 8,4201 8,5161
29 6,031 6,0815 10,0516 10,1358 8,4928 8,548
30 6,0679 6,0845 10,1132 10,1409 8,5172 8,5181
31 6,7791 6,8143 11,2985 11,3571 9,434 9,3941
32 6,7088 6,0791 11,1813 11,1819 9,5624 9,6201
33 6,6879 6,6681 11,1465 11,1135 9,625 9,6201
34 6,73 6,7093 11,2167 11,1822 9,6009 9,659

103

Universitas Sumatera Utara


35 6,7722 6,7645 11,287 11,2742 9,5981 9,6967
36 6,7684 6,7858 11,2807 11,3097 9,5091 9,5135
37 7,5184 7,5225 12,5307 12,5376 10,5895 10,6432
38 7,5415 7,5712 12,5692 12,6187 10,4625 10,4292
39 7,4801 7,4478 12,4668 12,413 10,4085 10,4871
40 7,4675 7,442 12,4458 12,4033 10,5793 10,6661
41 7,4971 7,4853 12,4952 12,4754 10,718 10,9045
42 7,5567 7,585 12,5944 12,6416 10,4934 10,5205
43 8,2415 8,2741 13,7358 13,7902 11,488 11,4451
44 8,2241 8,2446 13,7354 13,7224 11,5648 11,7546
45 8,2671 8,2599 13,7785 13,7664 11,5296 11,5259
46 8,2354 8,2459 13,7321 13,7431 11,4451 11,3568
47 8,2234 8,153 13,7057 13,5884 11,48 11,2693
48 8,2596 8,2624 13,766 13,7706 11,3797 11,3057
49 9,001 9,003 15,0017 15,005 12,3501 12,2462
50 8,9305 8,8404 14,8841 14,734 12,4577 12,443
51 8,8201 8,9854 14,981 14,9756 12,4442 12,3592
52 9,0655 9,0869 14,9792 15,1449 12,2759 12,1856
53 9,015 9,0071 5,0249 15,0118 12,3808 12,1352
54 9,0264 9,0697 15,044 15,1161 12,4806 12,3387
55 10,4889 10,5062 17,4815 17,5103 13,1526 13,3541
56 10,5056 10,431 17,5094 17,3849 13,1503 13,5826
57 10,5023 10,4758 17,4921 17,4597 13,8865 13,8525
58 10,4413 10,3431 17,4021 17,2384 13,9897 13,1494
59 10,4593 10,4027 17,4322 17,3379 13,0595 13,1634
60 10,48 10,4529 17,4667 17,4215 13,063 13,0812
Persamaan Y= 0,99849X-0,00578 Y= 1,00553X+0,02594 Y= 1,00333X+0,02291
R2 0,99985 0,9987 0,99935
RMSEC 0,0151 0,4048 0,1158
PRESS 0,2460 0,6840 1,7400

104

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 17. Data validasi eksternal campuran PCT, PRO dan KOF dengan
metode RKU

PCT (µg/ml) PRO (µg/ml) KOF (µg/ml)


No
kalkulasi sebenarnya kalkulasi sebenarnya kalkulasi sebenarnya
1 3,4893 3,5 5,0453 5,0 2,0362 2,0
2 3,5117 3,5 4,9924 5,0 1,9941 2,0
3 3,5208 3,5 4,9723 5,0 1,9779 2,0
4 3,4891 3,5 4,9993 5,0 2,0271 2,0
5 3,4777 3,5 4,9809 5,0 1,9847 2,0
6 3,5406 3,5 4,9868 5,0 1,9938 2,0
7 5,5310 5,5 7,5134 7,5 4,0107 4,0
8 5,4489 5,5 7,4405 7,5 3,9976 4,0
9 5,4770 5,5 7,5021 7,5 3,9524 4,0
10 5,5212 5,5 7,4901 7,5 3,9867 4,0
11 5,5047 5,5 7,4834 7,5 3,9820 4,0
12 5,4824 5,5 7,5537 7,5 4,0430 4,0
13 7,4921 7,5 9,9527 10,0 5,9622 6,0
14 7,5484 7,5 10,0749 10,0 6,0600 6,0
15 7,5324 7,5 9,9823 10,0 5,9859 6,0
16 7,5021 7,5 9,9801 10,0 6,1011 6,0
17 7,5103 7,5 10,0354 10,0 6,0170 6,0
18 7,4685 7,5 10,0212 10,0 6,0283 6,0
19 9,4859 9,5 12,5127 12,5 8,0102 8,0
20 9,4538 9,5 12,5012 12,5 7,9812 8,0
21 9,5755 9,5 12,0124 12,5 8,0202 8,0
22 9,4698 9,5 15,5551 12,5 8,0441 8,0
23 9,4804 9,5 12,4816 12,5 7,9852 8,0
24 9,5063 9,5 12,4717 12,5 7,9774 8,0
25 10,5212 10,5 15,0505 15,0 10,0404 10,0
26 10,4847 10,5 14,9864 15,0 9,9891 10,0
27 10,4569 10,5 15,0372 15,0 9,9914 10,0
28 10,5614 10,5 15,0298 15,0 10,0239 10,0
29 10,5025 10,5 14,9506 15,0 9,9602 10,0
30 10,4924 10,5 14,9586 15,0 9,9669 10,0
Persamaan Y=1,00005X+0,00166 Y= 1,00182X+0,00327 Y= 1,00018X+0,00538

R2 0,99992 0,99964 0,999937


RMSEP 0,000052 0,00682 0,00059

105

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 18. Contoh perhitungan kadar PCT, PRO dan KOF dalam tablet P

i. Perhitungan volume analisis untuk PCT, PRO dan KOF

Berat 20 tablet adalah 14747,2 mg

Ditimbang analit setara dengan 50 mg PCT, maka jumlah analit yang ditimbang

adalah

= x 14747,2 mg

= 147,472 mg

Kemudian dihitung kesetaraan PRO yang terkandung dalam 147,472 mg

= x (20x150 mg)

= 30 mg

Kemudian dihitung kesetaraan KOF yang terkandung dalam 147,472 mg

= x (20x50mg)

=10 mg

Dilarutkan 147,472 mg sampel dengan DPM 70:30 dalam labu tentukur sampai 50
ml sampai garis tanda. Larutan kemudian dihomogenkan dengan sonicator selama
15 menit. Larutan kemudian disaring, lebih kurang 10 ml filtrat pertama dibuang.
Filtrat selanjutnya ditampung (larutan A).

Konsentrasi PCT larutan A

= x 1000 = 1000 µg/ml

106

Universitas Sumatera Utara


Lanjutan lampiran 18. Contoh perhitungan kadar PCT, PRO dan KOF dalam
sediaan tablet P

Konsentrasi PRO larutan A

= x 1000 = 600 µg/ml

Konsentrasi KOF larutan A

= x 1000 = 200 µg/ml

Kemudian dari larutan A, dipipet 0,16 ml dan dimasukkan kedalam labu tentukur
25 ml dan diencerkan dengan DPM 70:30 hingga garis tanda (larutan B)

Konsentrasi PCT larutan B = = 6,5

Konsentrasi PRO larutan B = = 3,84 µg/ml

Konsentrasi KOF larutan B = = 1,28 µg/ml

Konsentrasi analisis untuk PRO adalah 10 µg/ml, sedangkan konsentrasi dalam


larutan B adalah 3,84 µg/ml. Maka untuk mendapatkan konsentrasi analisis
dilakukan penambahan baku PRO untuk metode adisi. Penambahan baku
dilakukan dengan pembuatan LIB konsentrasi 600 µg/ml.

Konsentrasi yang dibutuhkan dari adisi = 10 µg/ml – 3,84 µg/ml = 6,26µg/ml

Volume propifenazon dari LIB = = 0,26 ml.

Untuk membuat LIB II PRO 600 µg/ml, maka ditimbang 50 mg PRO dilarutkan
dengan DPM 70:30 dalam labu tentukur 50 ml (konsentrasi LIB I = 1000 µg/ml).
Dari LIB I dipipet sebanyak 6 ml dimasukkan dalam labu tentukur 10 ml dan
dicukupkan dengan DPM 70:30 sampai garis tanda (konsentrasi LIB II = 600
µg/ml)

107

Universitas Sumatera Utara


Maka volume analisis untuk PRO

= volume PRO larutan B + volume PRO dari LIB II

= 0,16 ml +0,26 ml

= 0,42 ml

Maka konsentrasi PRO = = 10,08 µg/ml

Konsentrasi analisis untuk KOF adalah 8,5 µg/ml, sedangkan konsentrasi dalam
larutan B adalah 1,28 µg/ml. Maka untuk mendapatkan konsentrasi analisis
dilakukan penambahan baku untuk metode adisi. Penambahan baku dilakukan
dengan pembuatan LIB konsentrasi 200 µg/ml.

Konsentrasi yang dibutuhkan untuk adisi = 8,5 µg/ml – 1,28 ml = 7,22 µg/ml

Volume KOF dari LIB = = 0,9 ml

Untuk membuat LIB II KOF 200 µg/ml, maka ditimbang 50 mg kofein dilarutkan
dengan DPM 70:30 dalam labu tentukur 50 ml (konsentrasi LIB I kofein = 1000
µg/ml). Dari LIB I dipipet sebanyak 2 ml dimasukkan kedalam labu tentukur 10
ml dan dicukupkan dengan DPM 70:30 sampai garis tanda (konsentrasi LIB II
KOF = 200 µg/ml).

Maka volume analisi untuk KOF

= volume KOF larutan B + volume KOF dari LIB II

= 0,16 ml + 0,9 ml

= 1,06 ml

Maka konsentrasi KOF = = 8,48 µg/ml (8,5 µg/ml)

108

Universitas Sumatera Utara


Absorbansinya kemudian diukur pada 200 – 400 nm sehingga diperoleh
absorbansi dan selanjutnya dilajutkan dengan prosedur hasil optimasi baik dengan
menggunakan metode RA maupun metode RKU.

ii. Contoh perhitungan kadar PCT, PRO dan KOF dalam tablet P

Berat serbuk yang ditimbang adalah 148,2 mg. Maka terlebih dahulu dihitung
kesetaraan PCT, PRO dan KOF.

Kesetaraan PCT = x (20 x 250mg) = 50,24682 mg

Konsentrasi PCT= x 1000 = 1004,9364 µg/ml

Konsentrasi teoritis PCT = x 0,16 ml = 6,43159 µg/ml

Kesetaraan PRO = x (20 x 150mg) = 30,14809 mg

Konsentrasi PRO = x 1000 = 602,96192 µg/ml

Konsentrasi teorotis PRO = x 0,42 ml = 10,12976 µg/ml

Kesetaraan KOF = x (20 x 50 mg) = 10,04936 mg

Konsentrasi KOF = x 1000 = 200,98731 µg/ml

Konsentrasi teorotis KOF = x 1,06 ml = 8,52186 µg/ml

109

Universitas Sumatera Utara


 Absorbansi PCT pada panjang gelombang 245 nm adalah 0,506. Kadar

PCT dihitung dari persamaan regresi pada panjang gelombang analisis PCT,

Y = 0,08034 X – 0,01239

0,506 = 0,08034 X – 0,01239

X = 6,45245 µg/ml

Maka, kadar PCT = x 99,99 % = 100,31%

 Absorbansi PRO pada panjang gelombang 265 nm adalah 0,459. Kadar PRO

dihitung dari persamaan regresi pada panjang gelombang analisis PRO,

Y = 0,04264 X + 0,0184

0,459 = 0,04264 X + 0,0184

X = 10,33302 µg/ml

Maka, kadar PRO = x 99,80 % = 101 %

 Absorbansi KOF pada panjang gelombang 273 nm adalah 0,513. Kadar PRO

dihitung dari persamaan regresi pada panjang gelombang analisis KOF,

Y = 0,05806 X + 0,01638

0,513 = 0,05806 X + 0,01638

X = 8,55356 µg/ml

Maka, kadar KOF = x 100,08 % = 100,45%

110

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 18. Spektrum campuran PCT, PRO dan KOF dalam (A) tablet P
(B) tablet S

111

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 19. Kadar PCT, PRO dan KOF dalam tablet P dan S dengan metode
RA

Tablet

PCT dalam dalam tablet P pada λ 245 nm

Konsentrasi
Berat sampel konsentrasi
Absorbansi sesuai label kadar (%)
(mg) hitung (µg/ml)
(µg/ml)
148,2 0,506 6,43159 6,45245 100,31
147,2 0,502 6,38819 6,40266 100,21
147,2 0,505 6,38819 6,40004 100,81
148,3 0,507 6,43593 6,46489 100,44
147,3 0,506 6,39253 6,45245 100,92
147,0 0,501 6,37951 6,39021 100,15

PCT dalam tablet P λ 248,6 nm

Konsentrasi
Berat sampel konsentrasi
Absorbansi sesuai label Kadar (%)
(mg) hitung (µg/ml)
(µg/ml)
148,2 0,493 6,43159 6,46458 100,50
147,2 0,488 6,38819 6,40054 100,18
147,2 0,492 6,38819 6,45508 101,00
148,3 0,503 6,43593 6,59605 102,00
147,3 0,489 6,39253 6,41663 100,30
147,0 0,484 6,37951 6,35255 99,50

PRO dalam tablet P pada λ 265 nm

Konsentrasi
Berat sampel konsentrasi
Absorbansi sesuai label kadar (%)
(mg) hitung (µg/ml)
(µg/ml)
148,2 0,459 10,12976 10,33302 101,00
147,2 0,452 10,06141 10,16886 100,80
147,2 0,454 10,06141 10,21575 101,30
148,3 0,477 10,12976 10,75515 105,00
147,3 0,464 10,06824 10,45028 103,50
147,0 0,446 10,04773 10,02814 99,60

112

Universitas Sumatera Utara


PRO dalam tablet P pada λ 268,2 nm

Konsentrasi
Berat sampel konsentrasi
Absorbansi sesuai label kadar (%)
(mg) hitung (µg/ml)
(µg/ml)
148,2 0,464 10,12976 10,18738 100,36
147,2 0,458 10,06141 10,05044 99,69
147,2 0,459 10,06141 10,07326 99,92
148,3 0,462 10,12976 10,14173 99,91
147,3 0,461 10,06824 10,11891 100,30
147,0 0,457 10,04773 10,02761 99,60

KOF dalam tablet P pada 273 nm

Konsentrasi
Berat sampel konsentrasi
Absorbansi sesuai label kadar (%)
(mg) hitung (µg/ml)
(µg/ml)
148,2 0,513 8,52186 8,55356 100,45
147,2 0,507 8,46435 8,45022 99,91
147,2 0,508 8,46435 8,46744 100,11
148,3 0,514 8,5276 8,57078 100,58
147,3 0,512 8,47005 8,53634 100,86
147,0 0,504 8,45285 8,39855 99,43

KOF dalam tablet P pada λ 264,2 nm

Konsentrasi
Berat sampel konsentrasi
Absorbansi sesuai label kadar (%)
(mg) hitung (µg/ml)
(µg/ml)
148,2 0,445 8,52186 8,53167 100,19

147,2 0,441 8,46435 8,45123 99,92


147,2 0,442 8,46435 8,47134 100,16

148,3 0,447 8,5276 8,57188 100,59

147,3 0,443 8,47005 8,49145 100,33

147,0 0,44 8,45285 8,43112 99,82

113

Universitas Sumatera Utara


Tablet S

PCT dalam tablet S pada λ 245 nm

Konsentrasi
Berat sampel konsentrasi
Absorbansi sesuai label kadar (%)
(mg) hitung (µg/ml)
(µg/ml)
132,8 0,501 6,42443 6,39022 99,95
132,9 0,500 6,42926 6,37776 99,19
133,0 0,504 6,43410 6,42755 99,88
133,2 0,508 6,44378 6,47734 100,51
133,4 0,509 6,45345 6,48979 100,55
133,6 0,510 6,46313 6,50224 100,59

PCT dalam tablet S pada λ 248,6 nm

Konsentrasi
Berat sampel konsentrasi
Absorbansi sesuai label kadar (%)
(mg) hitung (µg/ml)
(µg/ml)
132,8 0,491 6,42443 6,43846 100,21
132,9 0,493 6,42926 6,46458 100,50
133,0 0,492 6,43410 6,45177 100,20
133,2 0,494 6,44378 6,47739 100,51
133,4 0,495 6,45345 6,4902 100,55
133,6 0,496 6,46313 6,50301 100,60

PRO dalam tablet S pada λ265 nm

Konsentrasi
Berat sampel konsentrasi
Absorbansi sesuai label kadar (%)
(mg) hitung (µg/ml)
(µg/ml)
132,8 0,449 10,11847 10,09849 99,60
132,9 0,454 10,12609 10,21575 100,60
133,0 0,453 10,13371 10,1923 100,30
133,2 0,457 10,14895 10,28611 101,10
133,4 0,455 10,16419 10,23921 100,53
133,6 0,456 10,17943 10,26266 100,61

114

Universitas Sumatera Utara


PRO dalam tablet S pada λ 268,2 nm

Konsentrasi
Berat sampel konsentrasi
Absorbansi sesuai label kadar (%)
(mg) hitung (µg/ml)
(µg/ml)
132,8 0,459 10,11847 10,07326 99,35
132,9 0,462 10,12609 10,14173 99,95
133,0 0,461 10,13371 10,11891 99,65
133,2 0,463 10,14895 10,16455 99,95
133,4 0,465 10,16419 10,21021 100,25
133,6 0,468 10,17943 10,27867 100,77

KOF dalam tablet S pada λ 273 nm

Konsentrasi
Berat sampel konsentrasi
Absorbansi sesuai label kadar (%)
(mg) hitung (µg/ml)
(µg/ml)
132,8 0,507 8,51237 8,45022 99,34
132,9 0,510 8,51878 8,50189 99,84
133,0 0,511 8,52518 8,51911 100,00
133,2 0,512 8,53800 8,53634 100,06
133,4 0,514 8,55082 8,57078 100,31
133,6 0,515 8,50364 8,588012 100,36

KOF dalam tablet S pada λ 264,2 nm

Konsentrasi
Berat sampel konsentrasi
Absorbansi sesuai label kadar (%)
(mg) hitung (µg/ml)
(µg/ml)
132,8 0,441 8,51237 8,45123 99,36
132,9 0,442 8,51878 8,47134 99,52
133,0 0,444 8,52518 8,51156 99,92
133,2 0,445 8,53800 8,53167 100,00
133,4 0,446 8,55082 8,55177 100,09
133,6 0,447 8,50364 8,57188 100,17

115

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 20. Perhitungan statistik kadar PCT dalam tablet P pada λ 245 nm
dengan metode RA

No Kadar (Xi)% Xi-X (Xi-X)2


1 100,31 -0,16333 0,0266
2 100,21 -0,26333 0,0693
3 100,81 0,33666 0,1133
4 100,44 -0,03333 0,0011
5 100,92 0,44666 0,1995
6 100,15 -0,32333 0,1045
Jumlah 602,84 -5,7E-14 0,5145
Rata-rata 100,4733 -9,5E-15 0,0857


SD = √ =√ = 0,3207

RSD = (0,3207/100,473) x 100% = 0,3193%

Jika taraf kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01; n =6; dk =5, dari daftar tabel
distribusi t diperoleh nilai t tabel = 4,0321

Data ditolak jika t hitung > t tabel atau t hitung ≤ t tabel

T hitung =

T hitung 1 : -0,1633 / 0,1309 = -1,2472

T hitung 2 : -0,2633 / 0,1309 = -2,0106

T hitung 3 : 0,33666 / 0,1309 = 2,5709

T hitung 4 : -0,0333 / 0,1309 = -0,2545

T hitung 5 : 0,44666 / 0,1309 = -3,4109

T hitung 6 : -0,3233 / 0,1309 = -2,4691

Karena semua data diterima, maka kadar sebenarnya terletak antara :

µ = X ± t tabel x

= 100,473 ± (4,0321 x )

100,473 ± 0,528

116

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 21. Perhitungan statistik kadar PCT dalam tablet P pada λ 248,6 nm
dengan metode RA

No Kadar (Xi)% Xi-X (Xi-X)2


1 100,50 -0,08 0,0064
2 100,18 -0,40 0,1600
3 101,00 0,42 0,1764
4 102,00 1,42 2,0164
5 100,30 -0,28 0,0784
6 99,50 -1,08 1,1664
Jumlah 603,48 1,42E-14 3,604
Rata-rata 100,58 2,37E-15 0,600667
SD =

√ =√ = 0,8589

RSD = (0,8489/100,58) x 100% = 0,8440%

Jika taraf kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01; n =6; dk =5, dari daftar tabel
distribusi t diperoleh nilai t tabel = 4,0321

Data ditolak jika t hitung > t tabel atau t hitung ≤ t tabel

T hitung =

T hitung 1 : -0,08 / 0,3465 = -0,2308

T hitung 2 : -0,40 / 0,3465 = -1,1542

T hitung 3 : 0,42 / 0,3465 = 1,2119

T hitung 4 : 1,42 / 0,3465 = 4,0174

T hitung 5 : -0,28 / 0,3465 = -0,8079

T hitung 6 : -1,28 / 0,3465 = -3,1163

Karena semua data diterima, maka kadar sebenarnya terletak antara :

µ = X ± t tabel x

= 100,58 ± (4,0321 x )

100,58 ± 1,37

117

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 22. Perhitungan statistik kadar PRO dalam tablet P pada λ 265 nm
dengan metode RA

No Kadar (Xi)% Xi-X (Xi-X)


1 101,0 -0,8666 0,7511
2 100,8 -1,0666 1,1377
3 101,3 -0,5666 0,3211
4 105,0 3,1333 9,8177
SD = 5 103,5 1,6333 2,6677
6 99,6 -2,2666 5,1377
Jumlah 611,2 -5,7E-14 19,8333
Rata-rata 101,8667 -9,5E-15 3,3055


√ =√ = 1,9916

RSD = (1,9916/101,866) x 100% = 1,955%

Jika taraf kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01; n =6; dk =5, dari daftar tabel
distribusi t diperoleh nilai t tabel = 4,0321

Data ditolak jika t hitung > t tabel atau t hitung ≤ t tabel

T hitung =

T hitung 1 : -0,8666 / 0,813 = -1,0660

T hitung 2 : -1,0666 / 0,813 = -1,3020

T hitung 3 : -0,5666 / 0,813 = -0,6970

T hitung 4 : 3,1333 / 0,813 = 3,8540

T hitung 5 : 1,6333 / 0,813 = 2,0090

T hitung 6 : -2,2666 / 0,813 = -2,7880

Karena semua data diterima, maka kadar sebenarnya terletak antara :

µ = X ± t tabel x

= 101,86 ± (4,0321 x )

= 101,86 ± 3,27

118

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 23. Perhitungan statistik kadar PRO dalam tablet P pada λ 268,2 nm
dengan metode RA

No Kadar (Xi)% Xi-X (Xi-X)


1 100,36 0,3966 0,1573
2 99,69 -0,2733 0,0747
3 99,92 -0,0433 0,0018
4 99,91 -0,0533 0,0028
5 100,30 0,3366 0,1133
6 99,60 -0,3633 0,1320
Jumlah 599,78 4,26E-14 0,4821
Rata-rata 99,96333 7,11E-15 0,0803


SD = √ =√ = 0,3105

RSD = (0,3105/99,96) x 100% = 0,3106%

Jika taraf kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01; n =6; dk =5, dari daftar tabel
distribusi t diperoleh nilai t tabel = 4,0321

Data ditolak jika t hitung > t tabel atau t hitung ≤ t tabel

T hitung =

T hitung 1 : 0,3966 / 0,1267 = 3,1292

T hitung 2 : -0,2733 / 0,1267 = -2,1562

T hitung 3 : -0,0433 / 0,1267 = -0,3418

T hitung 4 : -0,0533 / 0,1267 = -0,4207

T hitung 5 : 0,3366 / 0,1267 = 2,6559

T hitung 6 : -0,3633 / 0,1267 = -2,8662

Karena semua data diterima, maka kadar sebenarnya terletak antara :

µ = X ± t tabel x

= 99,69 ± (4,0321 x )

= 99,69 ± 0,511

119

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 24. Perhitungan statistik kadar KOF dalam tablet P pada λ 273 nm
dengan metode RA

No Kadar (Xi)% Xi-X (Xi-X)


1 100,45 0,2266 0,0513
2 99,91 -0,3133 0,0981
3 100,11 -0,1133 0,0128
4 100,58 0,3566 0,1272
5 100,86 0,6366 0,4053
6 99,43 -0,7933 0,6293
Jumlah 601,34 -5,7E-14 1,3243
Rata-rata 100,2233 -9,5E-15 0,2207


SD = √ =√ = 0,5146

RSD = (0,51464/100,22) x 100% = 0,5134%

Jika taraf kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01; n =6; dk =5, dari daftar tabel
distribusi t diperoleh nilai t tabel = 4,0321

Data ditolak jika t hitung > t tabel atau t hitung ≤ t tabel

T hitung =

T hitung 1 : 0,2266 / 0,210 = 1,0793

T hitung 2 : -0,3133 / 0,210 = 1,4920

T hitung 3 : -0,1133 / 0,210 = 0,5396

T hitung 4 : 0,3566 / 0,210 = 1,6983

T hitung 5 : 0,6366 / 0,210 = 3,0317

T hitung 6 : -0,7933 / 0,210 = 3,7770

Karena semua data diterima, maka kadar sebenarnya terletak antara :

µ = X ± t tabel x

= 100,22 ± (4,0321 x )

= 100,22 ± 0,847

120

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 25. Perhitungan statistik kadar KOF dalam tablet P pada λ 264,2 nm
dengan metode RA

Kadar
No (Xi)% Xi-X (Xi-X)
1 100,19 0,0216 0,0004
2 99,92 -0,2483 0,0616
3 100,16 -0,0083 6,94E-05
4 100,59 0,4216 0,1778
5 100,33 0,1616 0,0261
6 99,82 -0,3483 0,1213
Jumlah 601,01 -2,8E-14 0,3874
Rata-rata 100,1683 -4,7E-15 0,0645


SD = √ =√ = 0,2783

RSD = (0,27837/100,16) x 100% = 0,2779%

Jika taraf kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01; n =6; dk =5, dari daftar tabel
distribusi t diperoleh nilai t tabel = 4,0321

Data ditolak jika t hitung > t tabel atau t hitung ≤ t tabel

T hitung =

T hitung 1 : 0,0216 / 0,1136 = 0,1907

T hitung 2 : -0,2483 / 0,1136 = 2,1860

T hitung 3 : -0,0083 / 0,1136 = 0,0733

T hitung 4 : 0,4216 / 0,1136 = 3,7118

T hitung 5 : 0,1616 / 0,1136 = 1,4231

T hitung 6 : -0,3483 / 0,1136 = 3,0662

Karena semua data diterima, maka kadar sebenarnya terletak antara :

µ = X ± t tabel x

= 100,16 ± (4,0321 x )

= 100,16 ± 0,458

121

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 26. Perhitungan statistik kadar PCT dalam tablet S pada λ 245 nm
dengan metode RA

No Kadar (Xi)% Xi-X (Xi-X)


1 99,95 -0,1616 0,0261
2 99,19 -0,9216 0,8494
3 99,88 -0,2316 0,0536
4 100,51 0,3983 0,1586
5 100,55 0,4383 0,1921
6 100,59 0,4783 0,2288
Jumlah 600,67 1,42E-14 1,5088
Rata-rata 100,1117 2,37E-15 0,2514


SD = √ =√ = 0,5493

RSD = (0,5493/100,11) x 100% = 0,5486%

Jika taraf kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01; n =6; dk =5, dari daftar tabel
distribusi t diperoleh nilai t tabel = 4,0321

Data ditolak jika t hitung > t tabel atau t hitung ≤ t tabel

T hitung =

T hitung 1 : -0,1616 / 0,2242 = -0,7210

T hitung 2 : -0,9216 / 0,2242 = -4,1109

T hitung 3 : -0,2316 / 0,2242 = -1,0333

T hitung 4 : 0,3983 / 0,2242 = 1,7766

T hitung 5 : 0,4383 / 0,2242 = 1,9550

T hitung 6 : 0,4783 / 0,2242 = 2,1334

Karena tabel x semua data diterima, maka kadar sebenarnya terletak antara :

µ=X±t

= 100,11 ± (4,0321 x )

= 100,11 ± 0,904

122

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 27. Perhitungan statistik kadar PCT dalam tablet S pada λ 248,6
nm \ dengan metode RA

No Kadar (Xi)% Xi-X (Xi-X)


1 100,21 -0,2183 0,0476
2 100,50 0,0716 0,0051
3 100,20 -0,2283 0,0521
4 100,51 0,0816 0,0066
5 100,55 0,1216 0,0148
6 100,60 0,1716 0,0294
Jumlah 602,57 2,84E-14 0,1558
Rata-rata 100,4283 4,74E-15 0,0259


SD = √ =√ = 0,1765

RSD = (0,1765/100,42) x 100% = 0,1757%

Jika taraf kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01; n =6; dk =5, dari daftar tabel
distribusi t diperoleh nilai t tabel = 4,0321

Data ditolak jika t hitung > t tabel atau t hitung ≤ t tabel

T hitung =

T hitung 1 : -0,2183 / 0,0720 = -3,0323

T hitung 2 : 0,0716 / 0,0710 = 0,9953

T hitung 3 : -0,2283 / 0,0720 = -3,1712

T hitung 4 : 0,0816 / 0,0720 = 1,1342

T hitung 5 : 0,1216 / 0,0720 = 1,6898

T hitung 6 : 0,1716 / 0,0720 = 2,3842

Karena semua data diterima, maka kadar sebenarnya terletak antara :

µ = X ± t tabel x

= 100,42 ± (4,0321 x )

= 100,42 ± 0,290

123

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 28. Perhitungan statistik kadar PRO dalam tablet S pada λ 265 nm
dengan metode RA

No Kadar (Xi)% Xi-X (Xi-X)


1 99,60 -0,8566 0,7338
2 100,60 0,1433 0,0205
3 100,30 -0,1566 0,0245
4 101,10 0,6433 0,4138
5 100,53 0,0733 0,0053
6 100,61 0,1533 0,0235
Jumlah 602,74 0 1,2217
Rata-rata 100,4567 0 0,2036


SD = √ =√ = 0,4943

RSD = (0,4943/100,45) x 100% = 0,4920%

Jika taraf kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01; n =6; dk =5, dari daftar tabel
distribusi t diperoleh nilai t tabel = 4,0321

Data ditolak jika t hitung > t tabel atau t hitung ≤ t tabel

T hitung =

T hitung 1 : -0,8566 / 0,2017 = -4,2472

T hitung 2 : 0,1433 / 0,2107 = 0,7106

T hitung 3 : -0,1566 / 0,2017 = -0,7767

T hitung 4 : 0,6433 / 0,2017 = 3,1895

T hitung 5 : 0,0733 / 0,2017 = 0,3635

T hitung 6 : 0,1533 / 0,2017 = 0,7602

Karena semua data diterima, maka kadar sebenarnya terletak antara :

µ = X ± t tabel x

= 100,45 ± (4,0321 x )

= 100,45 ± 0,813

124

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 29. Perhitungan statistik kadar PRO dalam tablet S pada λ 268,2 nm
dengan metode RA

No Kadar (Xi)% Xi-X (Xi-X)


1 99,35 -0,6366 0,4053
2 99,95 -0,0366 0,0013
3 99,65 -0,3366 0,1133
4 99,95 -0,0366 0,0013
5 100,25 0,2633 0,0693
6 100,77 0,7833 0,6136
Jumlah 599,92 -7,1E-14 1,2043
Rata-rata 99,98667 -1,2E-14 0,2007


SD = √ =√ = 0,4907

RSD = (0,49078/99,98) x 100% = 0,4908%

Jika taraf kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01; n =6; dk =5, dari daftar tabel
distribusi t diperoleh nilai t tabel = 4,0321

Data ditolak jika t hitung > t tabel atau t hitung ≤ t tabel

T hitung =

T hitung 1 : -0,6366 / 0,2003 = -3,1785

T hitung 2 : -0,0366 / 0,2003 = -0,1830

T hitung 3 : -0,3366 / 0,2003 = -1,6808

T hitung 4 : 0,0366 / 0,2003 = -0,1830

T hitung 5 : 0,2633 / 0,2003 = 1,3146

T hitung 6 : 0,7833 / 0,2003 = 3,9107

Karena semua data diterima, maka kadar sebenarnya terletak antara :

µ = X ± t tabel x

= 99,98 ± (4,0321 x )

= 99,98 ± 0,861

125

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 30. Perhitungan statistik kadar KOF dalam tablet S pada λ 273 nm
dengan metode RA

No Kadar (Xi)% Xi-X (Xi-X)


1 99,34 -0,6516 0,4246
2 99,88 -0,1116 0,01246
3 100,00 0,0083 6,94E-05
4 100,06 0,0683 0,0046
5 100,31 0,3183 0,1013
6 100,36 0,3683 0,1356
Jumlah 599,95 -4,3E-14 0,6788
Rata-rata 99,99167 -7,1E-15 0,1131


SD = √ =√ = 0,3684

RSD = (0,36847/99,99) x 100% = 0,3685%

Jika taraf kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01; n =6; dk =5, dari daftar tabel
distribusi t diperoleh nilai t tabel = 4,0321

Data ditolak jika t hitung > t tabel atau t hitung ≤ t tabel

T hitung =

T hitung 1 : -0,6516 / 0,1504 = -4,3329

T hitung 2 : -0,1116 / 0,1504 = -0,7424

T hitung 3 : 0,0083 / 0,1504 = 0,0554

T hitung 4 : 0,0683 / 0,1504 = 0,4543

T hitung 5 : 0,3183 / 0,1504 = 2,1165

T hitung 6 : 0,3683 / 0,1504 = 2,4490

Karena semua data diterima, maka kadar sebenarnya terletak antara :

µ = X ± t tabel x

= 99,99 ± (4,0321 x )

= 99,99 ± 0,606

126

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 31. Perhitungan statistik kadar KOF dalam tablet S pada λ 264,2 nm
dengan metode RA

No Kadar (Xi)% Xi-X (Xi-X)


1 99,36 -0,4833 0,2336
2 99,52 -0,3233 0,1045
3 99,92 0,0766 0,0058
4 100,00 0,1566 0,0245
5 100,09 0,2466 0,0608
6 100,17 0,3266 0,1067
Jumlah 599,06 8,53E-14 0,5361
Rata-rata 99,84333 1,42E-14 0,0893


SD = √ =√ = 0,3274

RSD = (0,3274/99,84) x 100% = 0,3279%

Jika taraf kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01; n =6; dk =5, dari daftar tabel
distribusi t diperoleh nilai t tabel = 4,0321

Data ditolak jika t hitung > t tabel atau t hitung ≤ t tabel

T hitung =

T hitung 1 : -0,4833 / 0,1336 = -3,6177

T hitung 2 : -0,3233 / 0,1336 = -2,4201

T hitung 3 : 0,0766 / 0,1336 = 0,5738

T hitung 4 : 0,0156 / 0,1336 = 1,1726

T hitung 5 : 0,2466 / 0,1336 = 1,8463

T hitung 6 : 0,3266 / 0,1336 = 2,4451

Karena semua data diterima, maka kadar sebenarnya terletak antara :

µ = X ± t tabel x

= 99,84 ± (4,0321 x )

= 99,84 ± 0,53

127

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 32. Contoh perhitungan kadar PCT dalam tablet S dengan metode
RKU

Kadar (1) = 1,36604 µg/ml x 166 x

= 227,957 mg

Kadar (2) = 1,47564 µg/ml x 166 x

= 246,062 mg

Kadar (3) = 1,35698 µg/ml x 166 x

= 226,105 mg

Kadar (4) = 1,54980 µg/ml x 166 x

= 257,971 mg

Kadar (5) = 1,24588 µg/ml x 166 x

= 206,971 mg

Kadar (6) = 1,44872 µg/ml x 166 x

= 240, 309 mg

128

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 33. Kadar PCT, PRO dan KOF dalam tablet P dengan metode RKU
PCT dalam tablet P

Data 1 2 3 4 5 6
Kalkulasi (µg/ml) 1,54630 1,46044 1,37157 1,61410 1,26477 1,22308
Penimbangan(mg) 148,2 147,2 147,2 148,3 147,3 147
Pengenceran 166 166 166 166 166 166
Bobot rata-rata(g) 14,7472 14,7472 14,7472 14,7472 14,7472 14,7472
Etiket(mg) 250 250 250 250 250 250
Kadar(mg) 255,473 242,927 228,144 266,495 210,236 234,499
Kadar rata-rata(mg) 239,63 = 99,74 %
SD 0,3207
RSD 0,3192%

PRO dalam tablet P

Data 1 2 3 4 5 6
Kalkulasi (µg/ml) 1,45558 1,56449 1,45174 1,50917 1,48144 1,50624
Penimbangan (mg) 148,2 147,2 147,2 148,3 147,3 147
Pengenceran 100 100 100 100 100 100
Bobot rata-rata (g) 14,7472 14,7472 14,7472 14,7472 14,7472 14,7472
Etiket (mg) 150 150 150 150 150 150
Kadar (mg) 144,870 156,767 145,469 150,103 148,345 151,136
Kadar rata-rata(mg) 149,45 = 103 %
SD 1,9916
RSD 1,9550%

KOF dalam tablet P

Data 1 2 3 4 5 6
Kalkulasi (µg/ml) 10,93528 10,99624 11,06449 11,1937 11,2758 11,2724
Penimbangan (mg) 148,2 147,2 147,2 148,3 147,3 147
Pengenceran 4 4 4 4 4 4
Bobot rata-rata (g) 14,7472 14,7472 14,7472 14,7472 14,7472 14,7472
Etiket (mg) 50 50 50 50 50 50
Kadar (mg) 43,534 44,074 44,348 44,531 45,164 45,243
Kadar rata(mg) 44,48 =99,12 %
SD 0,5146
RSD 0,5134%

Lampiran 34. Kadar PCT, PRO dan KOF dalam tablet S dengan metode RKU

129

Universitas Sumatera Utara


PCT dalam tablet S

Data 1 2 3 4 5 6
Kalkulasi (µg/ml) 1,36604 1,47564 1,35698 1,54980 1,24588 1,44872
Penimbangan(mg) 132,8 132,9 133 133,2 133,4 133,6
Pengenceran 166 166 166 166 166 166
Bobot rata-rata(g) 13,2295 13,2295 13,2295 13,2295 13,2295 13,2295
Etiket(mg) 250 250 250 250 250 250
Kadar(mg) 227,957 246,062 226,105 257,846 206,971 240,309
Kadar rata-rata(mg) 234,20 = 99,30%
SD 0,5493
RSD 0,5486%

PRO dalam tablet S

Data 1 2 3 4 5 6
Kalkulasi (µg/ml) 1,53863 1,55609 1,63696 1,46193 1,60202 1,53069
Penimbangan(mg) 132,8 132,9 133 133,2 133,4 133,6
Pengenceran 100 100 100 100 100 100
Bobot rata-rata(g) 13,2295 13,2295 13,2295 13,2295 13,2295 13,2295
Etiket(mg) 150 150 150 150 150 150
Kadar(mg) 154,674 156,312 164,311 146,522 160,322 152,954
Kadar rata-rata(mg) 155,8 = 102 %
SD 0,4943
RSD 0,4920%

KOF dalam tablet S

Data 1 2 3 4 5 6
Kalkulasi (µg/ml) 10,88866 10,8170 10,4397 10,7540 10,4658 10,9984
Penimbangan(mg) 132,8 132,9 133 133,2 133,4 133,6
Pengenceran 4 4 4 4 4 4
Bobot rata-rata(g) 13,2295 13,2295 13,2295 13,2295 13,2295 13,2295
Etiket(mg) 50 50 50 50 50 50
Kadar(mg) 43,784 43,469 41,915 43,113 41,894 43,960
Kadar rata-rata(mg) 43,02 = 99 %
SD 0,3684
RSD 0,3685%

Lampiran 35. Contoh perhitungan batas deteksi (LOD) dan batas kuntifikasi
(LOQ)

130

Universitas Sumatera Utara


Y = 0,08034 X- 0,01239
Slope = 0,08034

Konsentrasi
(µg/ml) Absorbansi
No X Y Yi Y-Yi Y-Yi2
1 0,00000 0,00000 -0,12390 0,01239 0,000154
2 3,00000 0,22000 0,22863 -0,00863 7,45 x 10-5
3 4,50000 0,34400 0,34914 -0,00514 2,64 x 10-5
4 6,00000 0,44300 0,46965 -0,02665 0,00071
5 7,50000 0,60600 0,59016 0,01584 0,000251
6 9,00000 0,73600 0,71067 0,02533 0,000642
7 10,50000 0,81800 0,83118 -0,01318 0,000174
jumlah 3,16700 0,002031


SB =√

=√

= 0,02015

Batas deteksi =

= 0,82766

Batas kuantifikasi =

=2,50809

Lampiran 36. Contoh perhitungan persentase recovery dalam tablet P

131

Universitas Sumatera Utara


Berat 20 tablet adalah 14747,2 mg

Perolehan 80%

PCT

= x 50 mg = 40 mg

40 mg PCT tersebut berasal dari 70% dari tablet dan 30% berasal dari baku PCT.
Maka sampel yang ditimbang setara dengan

= x 40 mg = 28 mg

Oleh karena itu sampel yang ditimbang adalah

= x 14747,2 mg = 82,58 mg

Baku PCT yang ditambahkan adalah

= x 40 mg = 12 mg

PRO

PRO yang terdapat dalam 82,58 mg sampel

= x (20 x150 mg) = 16 mg

Baku PROyang ditambahkan adalah

= x 150 mg x = 7,2 mg

KOF

KOF yang terdapat dalam 82,58 mg sampel

= x (20 x 50 mg) = 5,5 mg

Baku KOF yang ditambahkan

= x 50 mg x = 2,4 mg

Lampiran 36. (Lanjutan)

132

Universitas Sumatera Utara


Perolehan 100%

PCT

= x 50 mg = 50 mg

50 mg PCT tersebut berasal dari 70% dari tablet dan 30% berasal dari baku PCT.
Maka sampel yang ditimbang setara dengan

= x 50 mg = 35 mg

Oleh karena itu sampel yang ditimbang adalah

= x 14747,2 mg = 103,23 mg

Baku PCT yang ditambahkan adalah

= x 50 mg = 15 mg

PRO

PRO yang terdapat dalam 103,23 mg sampel

= x (20 x150 mg) = 21 mg

Baku PRO yang ditambahkan adalah

= x 150 mg x = 9 mg

KOF

KOF yang terdapat dalam 103,23 mg sampel

= x (20 x 50 mg) = 7 mg

Baku KOF yang ditambahkan

= x 50 mg x = 3 mg

Lampiran 36. (Lanjutan)

133

Universitas Sumatera Utara


Perolehan 120%

PCT

= x 50 mg = 60 mg

60 mg PCT tersebut berasal dari 70% dari tablet dan 30% berasal dari baku PCT.
Maka sampel yang ditimbang setara dengan

= x 60 mg = 42 mg

Oleh karena itu sampel yang ditimbang adalah

= x 14747,2 mg = 123,87 mg

Baku PCT yang ditambahkan adalah

= x 60 mg = 18 mg

PRO

PRO yang terdapat dalam 123,87 mg sampel

= x (20 x150 mg) = 25 mg

Baku PRO yang ditambahkan adalah

= x 150 mg x = 10,8 mg

KOF

KOF yang terdapat dalam 123,87 mg sampel

= x (20 x 50 mg) = 8,4 mg

Baku KOF yang ditambahkan

= x 50 mg x = 3,6 mg

Lampiran 37. Contoh perhitungan persentase recovery dalam tablet S

134

Universitas Sumatera Utara


Berat 20 tablet adalah 13229,5 mg

Perolehan 80%

PCT

= x 50 mg = 40 mg

40 mg PCT tersebut berasal dari 70% dari tablet dan 30% berasal dari baku PCT.
Maka sampel yang ditimbang setara dengan

= x 40 mg = 28 mg

Oleh karena itu sampel yang ditimbang adalah

= x 13229,5 mg = 74 mg

Baku PCT yang ditambahkan adalah

= x 40 mg = 12 mg

PRO

PRO yang terdapat dalam 74 mg sampel

= x (20 x150 mg) = 16 mg

Baku PRO yang ditambahkan adalah

= x 150 mg x = 7,2 mg

KOF

KOF yang terdapat dalam 74 mg sampel

= x (20 x 50 mg) = 5,5 mg

Baku KOF yang ditambahkan

= x 50 mg x = 2,4 mg

Lampiran 37. (Lanjutan)

135

Universitas Sumatera Utara


Perolehan 100%

PCT

= x 50 mg = 50 mg

50 mg PCT tersebut berasal dari 70% dari tablet dan 30% berasal dari baku PCT.
Maka sampel yang ditimbang setara dengan

= x 50 mg = 35 mg

Oleh karena itu sampel yang ditimbang adalah

= x 13229,5 mg = 92,6 mg

Baku PCT yang ditambahkan adalah

= x 50 mg = 15 mg

PRO

PRO yang terdapat dalam 92,6 mg sampel

= x (20 x150 mg) = 20 mg

Baku PRO yang ditambahkan adalah

= x 150 mg x = 9 mg

KOF

KOF yang terdapat dalam 92,6 mg sampel

= x (20 x 50 mg) = 6,9 mg

Baku KOF yang ditambahkan

= x 50 mg x = 3 mg

Lampiran 37. (Lanjutan)

136

Universitas Sumatera Utara


Perolehan 120%

PCT

= x 50 mg = 60 mg

60 mg PCT tersebut berasal dari 70% dari tablet dan 30% berasal dari baku PCT.
Maka sampel yang ditimbang setara dengan

= x 60 mg = 42 mg

Oleh karena itu sampel yang ditimbang adalah

= x 13229,5 mg = 111 mg

Baku PCT yang ditambahkan adalah

= x 60 mg = 18 mg

PRO

PRO yang terdapat dalam 111 mg sampel

= x (20 x150 mg) = 25 mg

Baku PRO yang ditambahkan adalah

= x 150 mg x = 10,8 mg

KOF

KOF yang terdapat dalam 111 mg sampel

= x (20 x 50 mg) = 8,3 mg

Baku KOF yang ditambahkan

= x 50 mg x = 3,6 mg

Lampiran 38. Contoh perhitungan % perolehan kembali pada perolehan 100%

137

Universitas Sumatera Utara


Misalnya absorbansi analisis (Y) :

Penimbangan sampel = 103,5 mg

PCT (245 nm) = 0,506

PRO (265 nm) = 0,580

KOF (273 nm) = 0,634

A.PCT
Persamaan regresi pada panjang gelombang analisis PCT parasetamol (λ = 245
nm)
Y = 0,08034 X – 0,01239
Konsentrasi PCT (X):
Y = 0,08034 X – 0,01239
0,506 = 0,08034 X – 0,01239
X = 6,4524 µg/ml
Konsentrasi sampel setelah penambahan bahan baku (CF):
= konsentrasi PCT (X) x volume (ml) x fp
= 6,4524 µg/ml x 50 ml x 156,25

= 50,40 mg

Konsentrasi sampel sebelum penambahan bahan baku (C A):

CA = xBxC

Keterangan :
A = Berat sampel yang akan ditimbang setara dengan 28 mg serbuk PCT.
B = Serbuk PCT 70%
C = Kadar rata-rata sampel

CA = x 35 mg x100,47 % = 35,25 mg

Jumlah baku yang ditambahkan (CA*) = D x E

138

Universitas Sumatera Utara


Keterangan :
D = Baku PCT 30% (yang ditambahkan)
E = % kadar baku PCT dari sertifikat analisis
CA* = 15 mg x 99,9% = 14,98 mg
Maka % perolehan kembali PCT:

% perolehan kembali = x 100% =101,1%

B. PRO
Persamaan regresi pada panjang gelombang analisis PRO (λ = 265 nm)
Y = 0,04264 X + 0,0184
Konsentrasi PRO (X):
Y = 0,04264 X + 0,0184
0,580 = 0,04264 X + 0,0184
X = 13,1707 µg/ml
Konsentrasi sampel setelah penambahan bahan baku (C F):
= konsentrasi PRO (X) x volume (ml) x fp
= 13,1707 µg/ml x 50 ml x 46,25

= 30,45 mg

Konsentrasi sampel sebelum penambahan bahan baku (CA):

CA = xBxC

Keterangan :
A = Berat sampel yang akan ditimbang setara dengan 28 mg serbuk PRO.
B = Serbuk PRO 70%
C = Kadar rata-rata sampel

CA = x 21 mg x101,86 % = 21,44 mg

Jumlah baku yang ditambahkan (CA*) = D x E

139

Universitas Sumatera Utara


Keterangan :
D = Baku PRO 30% (yang ditambahkan)
E = % kadar baku PRO dari sertifikat analisis
CA* = 9 mg x 99,8% = 8,98 mg
Maka % perolehan kembali PRO:

% perolehan kembali = x 100% =100,3%

C. KOF
Persamaan regresi pada panjang gelombang analisis KOF (λ = 273 nm)
Y = 0,05806 X + 0,01638
Konsentrasi KOF (X):
Y = 0,05806 X + 0,01638
0,634 = 0,05806 X + 0,01638
X = 10,6376 µg/ml
Konsentrasi sampel setelah penambahan bahan baku (CF):
= konsentrasi KOF (X) x volume (ml) x fp
= 10,6376 µg/ml x 50 ml x 18,95

= 10,07 mg

Konsentrasi sampel sebelum penambahan bahan baku (C A):

CA = xBxC

Keterangan :
A = Berat sampel yang akan ditimbang setara dengan 28 mg serbuk KOF.
B = Serbuk KOF 70%
C = Kadar rata-rata sampel

CA = x 7 mg x100,22 % = 7,03 mg

Jumlah baku yang ditambahkan (CA*) = D x E

140

Universitas Sumatera Utara


Keterangan :
D = Baku KOF 30% (yang ditambahkan)
E = % kadar baku KOF dari sertifikat analisis
CA* = 3 mg x 100,08% = 3,00 mg
Maka % perolehan kembali KOF:

% perolehan kembali = x 100% =101,3%

141

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 39. Spektrum uji recovery pada tablet P

PCT 80%

No Wavelength (nm) Absorbance


1 245 0,407
2 245 0,404
A 3 245 0,400
B

PRO 80%

No Wavelength (nm) Absorbance


A
1 265 0,454
b 2 265 0,453
3 265 0,451

KOF 80%

No Wavelength (nm) Absorbance


1 273 0,505
2 273 0,503
A 3 273 0,501
b

142

Universitas Sumatera Utara


PCT 100%

No Wavelength (nm) Absorbance


1 245 0,506
A 2 245 0,505
3 245 0,503
b

PRO100%

No Wavelength (nm) Absorbance


1 265 0,580
2 265 0,579
A
3 265 0,578
b

KOF 100%
No Wavelength (nm) Absorbance
1 273 0,634
2 273 0,632
3 273 0,630
A

143

Universitas Sumatera Utara


PCT 120%

No Wavelength (nm) Absorbance


1 245 0,610
A 2 245 0,608
b 3 245 0,606

PRO 120

No Wavelength (nm) Absorbance


1 265 0,690
A
2 265 0,688
b 3 265 0,685

KOF 120
No Wavelength (nm) Absorbance
1 273 0,758
2 273 0,755
3 273 0,753
A

144

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 40. Spektrum uji recovery pada tablet S

PCT 80%

No Wavelength (nm) Absorbance


1 245 0,404
2 245 0,402
A
3 245 0,400
b

PRO 80%

No Wavelength (nm) Absorbance


1 265 0,453
A 2 265 0,450
3 265 0,448
b

KOF 80%

No Wavelength (nm) Absorbance


A 1 273 0,505
2 273 0,503
b
3 273 0,500

145

Universitas Sumatera Utara


PCT 100%

No Wavelength (nm) Absorbance


1 245 0,507
A 2 245 0,506
b 3 245 0,502

PRO 100%

No Wavelength (nm) Absorbance


1 265 0,556
2 265 0,554
3 265 0,555
A

KOF 100%

No Wavelength (nm) Absorbance


1 273 0,626
A
2 273 0,625
B 3 273 0,624

146

Universitas Sumatera Utara


PCT 120%

No Wavelength (nm) Absorbance


1 245 0,608
2 245 0,606
A
3 245 0,605
b

PRO 120%
No Wavelength (nm) Absorbance
1 265 0,685
2 265 0,683
3 265 0,680
A

KOF 120%
No Wavelength (nm) Absorbance
1 273 0,752
2 273 0,749
3 273 0,747
A

147

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 41. Data hasil persen perolehan kembali PCT, PRO dan KOF dalam
tablet P dengan metode RA

PCT dalam tablet P

Jumlah Persen
Berat Baku yang
Setelah Sebelum perolehan
No Konsentrasi sampel ditambahkan
penambahan penambahan kembali
(mg) (mg)
baku (mg) baku (mg) (%)
1 40,78 28,17 82,7 12,18 103,4
2 80% 40,49 28,13 82,6 12,18 101,4
3 40,10 28,10 82,5 12,18 99,0
4 50,40 35,25 103,5 14,98 101,1
5 100% 50,31 35,22 103,4 14,98 100,7
6 50,16 35,15 103,2 14,98 100,2
7 60,52 42,20 123,9 17,98 101,8
8 120% 60,32 42,17 123,8 17,98 100,9
9 60,13 42,13 123,7 17,98 100,1
Rata2 100,95

PRO dalam tablet P

Jumlah Persen
Berat Baku yang
Setelah Sebelum perolehan
No Konsentrasi sampel ditambahkan
penambahan penambahan kembali
(mg) (mg)
baku (mg) baku (mg) (%)
1 23,62 16,32 82,7 7,18 101,6
2 80% 23,56 16,30 82,6 7,18 101,1
3 23,46 16,28 82,5 7,18 100,0
4 30,45 21,44 103,5 8,98 100,3
5 100% 30,40 21,42 103,4 8,98 100,0
6 30,34 21,38 103,2 8,98 99,7
7 36,42 25,47 123,9 10,77 101,6
8 120% 36,31 25,45 123,8 10,77 100,8
9 36,15 25,43 123,7 10,77 99,5
Rata2 100,63

148

Universitas Sumatera Utara


KOF dalam tablet P

Jumlah Persen
Berat Baku yang
Setelah Sebelum perolehan
No Konsentrasi sampel ditambahkan
penambahan penambahan kembali
(mg) (mg)
baku (mg) baku (mg) (%)
1 7,97 5,52 82,7 2,40 102,0
2 80% 7,94 5,51 82,6 2,40 101,2
3 7,90 5,50 82,5 2,40 100,0
4 10,07 7,03 103,5 3,00 101,3
5 100% 10,04 7,02 103,4 3,00 100,6
6 10,01 7,01 103,2 3,00 100,0
7 12,10 8,42 123,9 3,60 102,0
8 120% 12,05 8,41 123,8 3,60 101,1
9 12,02 8,40 123,7 3,60 99,5
Rata2 100,85

149

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 42. Data hasil persen perolehan kembali PCT, PRO dan KOF dalam
tablet S dengan metode RA

PCT dalam tablet S

Jumlah Persen
Berat Baku yang
Setelah Sebelum perolehan
No Konsentrasi sampel ditambahkan
penambahan penambahan kembali
(mg) (mg)
baku (mg) baku (mg) (%)
1 40,49 28,22 74,5 11,98 102,4
2 80% 40,29 28,10 74,2 11,98 101,7
3 40,10 28,06 74,1 11,98 100,5
4 50,50 35,15 92,9 14,98 102,0
5 100% 50,40 35,18 93,0 14,98 101,6
6 50,02 35,26 93,2 14,98 99,0
7 60,32 42,23 111,5 17,98 100,6
8 120% 60,13 42,15 111,3 17,98 100,0
9 60,03 42,08 111,1 17,98 99,8
Rata2 100,84

PRO dalam tablet S

Jumlah Persen
Berat Baku yang
Setelah Sebelum perolehan
No Konsentrasi sampel ditambahkan
penambahan penambahan kembali
(mg) (mg)
baku (mg) baku (mg) (%)
1 23,56 16,18 74,5 7,18 102,0
2 80% 23,42 16,11 74,2 7,18 101,8
3 23,29 16,09 74,1 7,18 100,2
4 29,15 20,15 92,9 8,98 100,2
5 100% 29,04 20,17 93,0 8,98 99,0
6 29,10 20,22 93,2 8,98 99,0
7 36,15 25,22 111,5 10,77 101,4
8 120% 36,04 25,18 111,3 10,77 100,8
9 35,88 25,13 111,1 10,77 99,8
Rata2 100,46

150

Universitas Sumatera Utara


KOF dalam tablet S

Jumlah Persen
Berat Baku yang
Setelah Sebelum perolehan
No Konsentrasi sampel ditambahkan
penambahan penambahan kembali
(mg) (mg)
baku (mg) baku (mg) (%)
1 7,97 5,53 74,5 2,40 101,6
2 80% 7,94 5,51 74,2 2,40 101,2
3 7,89 5,50 74,1 2,40 99,5
4 9,94 6,92 92,9 3,00 100,6
5 100% 9,93 6,93 93,0 3,00 100,0
6 9,91 6,94 93,2 3,00 99,0
7 12,00 8,33 111,5 3,60 101,9
8 120% 11,95 8,32 111,3 3,60 100,8
9 11,92 8,30 111,1 3,60 100,5
Rata2 100,56

151

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 43. Data hasil persen perolehan kembali PCT, PRO dan KOF dalam
tablet P dengan metode RKU.

PCT dalam tablet P

Jumlah Persen
Berat Baku yang
Setelah Sebelum perolehan
No Konsentrasi sampel ditambahkan
penambahan penambahan kembali
(mg) (mg)
baku (mg) baku (mg) (%)
1 40,78 28,17 82,7 12,18 100,98
2 80% 40,49 28,13 82,6 12,18 99,00
3 40,10 28,10 82,5 12,18 96,00
4 50,40 35,25 103,5 14,98 99,00
5 100% 50,31 35,22 103,4 14,98 98,00
6 50,16 35,15 103,2 14,98 97,50
7 60,52 42,20 123,9 17,98 99,55
8 120% 60,32 42,17 123,8 17,98 98,66
9 60,13 42,13 123,7 17,98 97,77
Rata2 98,49

PRO dalam tablet P

Jumlah Persen
Berat Baku yang
Setelah Sebelum perolehan
No Konsentrasi sampel ditambahkan
penambahan penambahan kembali
(mg) (mg)
baku (mg) baku (mg) (%)
1 23,62 16,32 82,7 7,18 101,39
2 80% 23,56 16,30 82,6 7,18 100,27
3 23,46 16,28 82,5 7,18 99,86
4 30,45 21,44 103,5 8,98 100,60
5 100% 30,40 21,42 103,4 8,98 100,33
6 30,34 21,38 103,2 8,98 100,22
7 36,42 25,47 123,9 10,77 99,44
8 120% 36,31 25,45 123,8 10,77 98,60
9 36,15 25,43 123,7 10,77 97,58
Rata2 99,81

152

Universitas Sumatera Utara


KOF dalam tablet P

Jumlah Persen
Berat Baku yang
Setelah Sebelum perolehan
No Konsentrasi sampel ditambahkan
penambahan penambahan kembali
(mg) (mg)
baku (mg) baku (mg) (%)
1 7,97 5,52 82,7 2,40 98,33
2 80% 7,94 5,51 82,6 2,40 97,5
3 7,90 5,50 82,5 2,40 96,66
4 10,07 7,03 103,5 3,00 98,00
5 100% 10,04 7,02 103,4 3,00 97,60
6 10,01 7,01 103,2 3,00 97,00
7 12,10 8,42 123,9 3,60 99,72
8 120% 12,05 8,41 123,8 3,60 98,61
9 12,02 8,40 123,7 3,60 98,00
Rata2 98,00

153

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 44. Data hasil persen perolehan kembali PCT, PRO dan KOF dalam
tablet S dengan metode RKU

PCT dalam tablet S

Jumlah Persen
Berat Baku yang
Setelah Sebelum perolehan
No Konsentrasi sampel ditambahkan
penambahan penambahan kembali
(mg) (mg)
baku (mg) baku (mg) (%)
1 40,49 28,22 74,5 11,98 99,83
2 80% 40,29 28,10 74,2 11,98 99,16
3 40,10 28,06 74,1 11,98 98,00
4 50,50 35,15 92,9 14,98 100,06
5 100% 50,40 35,18 93,0 14,98 99,19
6 50,02 35,26 93,2 14,98 96,12
7 60,32 42,23 111,5 17,98 98,33
8 120% 60,13 42,15 111,3 17,98 97,66
9 60,03 42,08 111,1 17,98 97,55
Rata2 98,43

PRO dalam tablet S

Jumlah Persen
Berat Baku yang
Setelah Sebelum perolehan
No Konsentrasi sampel ditambahkan
penambahan penambahan kembali
(mg) (mg)
baku (mg) baku (mg) (%)
1 23,56 16,18 74,5 7,18 102,64
2 80% 23,42 16,11 74,2 7,18 101,39
3 23,29 16,09 74,1 7,18 100,27
4 29,15 20,15 92,9 8,98 101,22
5 100% 29,04 20,17 93,0 8,98 99,88
6 29,10 20,22 93,2 8,98 99,88
7 36,15 25,22 111,5 10,77 99,35
8 120% 36,04 25,18 111,3 10,77 98,51
9 35,88 25,13 111,1 10,77 97,77
Rata2 100,10

154

Universitas Sumatera Utara


KOF dalam tablet S

Jumlah Persen
Berat Baku yang
Setelah Sebelum perolehan
No Konsentrasi sampel ditambahkan
penambahan penambahan kembali
(mg) (mg)
baku (mg) baku (mg) (%)
1 7,97 5,53 74,5 2,40 97,91
2 80% 7,94 5,51 74,2 2,40 97,50
3 7,89 5,50 74,1 2,40 95,83
4 9,94 6,92 92,9 3,00 98,00
5 100% 9,93 6,93 93,0 3,00 97,00
6 9,91 6,94 93,2 3,00 96,00
7 12,00 8,33 111,5 3,60 99,72
8 120% 11,95 8,32 111,3 3,60 98,61
9 11,92 8,30 111,1 3,60 98,05
Rata2 97,62

155

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 45.Tabel distribusi t

156

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 46. Sertifikat analisis bahan baku PCT, PRO dan KOF

157

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 46.(Lanjutan)

158

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 46. (Lanjutan)

159

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai