2018
Togatorop, Baharuddin
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/3865
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
TESIS
OLEH:
BAHARUDDIN TOGATOROP
NIM 1470140007
OLEH:
BAHARUDDIN TOGATOROP
NIM 1470140007
In Vivo
Telah diuji dan dinyatakan lulus di depan TIM penguji pada hari Rabu tanggal
iv
Universitas Sumatera Utara
SURAT PERNYATAAN
In Vivo
Dengan ini menyatakan tesis yang saya buat adalah asli karya saya sendiri bukan
plagiat dan apabila dikemudian hari diketahui tesis saya tersebut plagiat karena
kesalahan saya sendiri maka saya bersedia diberi sangsi apapun oleh Progran
Studi Magister Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Saya tidak
Demikian surat pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya dan dalam
keadaan sehat.
Baharuddin Togatorop
NIM 147014007
v
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Pelepasan Nifedipin Dari Matriks Patch Transdermal Secara In Vitro dan In Vivo”
yang merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Magister Farmasi di Fakultas
mendapatkan bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, baik moril maupun
materil. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih yang tiada terhingga kepada :
2. Ibu Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt., Selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
3. Bapak Prof. Dr. Urip Harahap, Apt., dan Ibu Prof. Dr. Rosida, M.Si., Apt.,
vi
Universitas Sumatera Utara
4. Bapak Dr. Kasmirul Ramlan Sinaga, M.S., Apt., dan Bapak Dr. Edy
tulus dan ikhlas bagi penulis dalam menjalani pendidikan, penelitian dan
5. Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt., dan Ibu Dr. Sumaiyah, S.Si., M.Si.,
masukan bagi penulis dalam penyelesaian tesis ini, sehingga tesis ini semakin
baik.
6. Ketua Pengurus Yayasan TP. Arjuna Bapak Prof. Dr. Ing. K. Tunggul Sirait
yang telah memberikan kesempatan dan bantuan materi kepada penulis untuk
10. Istri tercinta Rini Pangaribuan, ananda Bahri Togatorop dan Haruni Agnesca
bantuan baik dalam bentuk moril dan materil bagi penulis dalam menjalani
vii
Universitas Sumatera Utara
11. Teman-teman Program Magister Famasi angkatan 2014/2015 atas dukungan,
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
balasan yang berlipat ganda atas kebaikan dan bantuan yang telah diberikan
kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan.Oleh karena itu,
dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang
semoga tesis ini dapat memberi kontribusi yang bermamfaat bagi ilmu
Baharuddin Togatorop
NIM 147017007
viii
Universitas Sumatera Utara
PENGARUH VARIASI CAMPURAN POLIMER DENGAN ENHANCER
ASAM OLEAT TERHADAP PELEPASAN NIFEDIPIN DARI MATRIKS
PATCH TRANSDERMAL SECARA IN VITRO DAN IN VIVO
ABSTRAK
ix
Universitas Sumatera Utara
EFFECT OF THE POLYMER MIXTURE VARIATIONS WITH THE
OLEIC ACID ENHANCER TO THE RELEASEOF THE NIFEDIPIN
FROM THE TRANSDERMAL PATCH MATRIKS IN VITRO AND IN
VIVO
ABSTRACT
x
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL …………………………………………………………....……... i
ABTRAK ………………………………………………………………... ix
ABSTRACT ……………………………………………………………... x
xi
Universitas Sumatera Utara
2.1.1 Prinsip permiasi transdermal ……………....... 10
2.1.3.4 Plasticsizer………………………... 16
xii
Universitas Sumatera Utara
2.5.5 Gliserin ………………………………...…..... 40
xiii
Universitas Sumatera Utara
3.3.7.1 Pembuatan larutan induk baku …… 44
xiv
Universitas Sumatera Utara
4.2 Pemeriksaaan dengan Fourier Transformed Infrared
Spectroscopy (FTIR) ………………………………... 51
xv
Universitas Sumatera Utara
4.13.4 Konsentrasi obat dalam darah ……………... 72
LAMPIRAN ……………………………………………………………... 82
xvi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.7 Hasil pengujian kadar nifedipin dalam patch dari tiap formula 63
4.13 Data obat yang terpenetrasi secara in vitro ph 7,4 vs obat yang
terpenetrasi secara in vivo dari nifedipin patch transdermal …. 74
xvii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
xviii
Universitas Sumatera Utara
2.18 Struktur gliserin ………………………………………………. 40
xix
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR SINGKATAN
cm : Centi meter
EC : Etil selulosa
mg : Milligram
mL : Milli liter
mm : Millimeter
PVP : Polipinilpirolidon
MC : Moisture content
MU : Moisture uptake
xx
Universitas Sumatera Utara
SD : Standar deviasi
CV : Coifisien variasi
μg : Mikro gram
μm : Mikro meter
xxi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
xxii
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
Nifedipin adalah obat anti hipertensi yang memiliki aksi sebagai antagonis
dengan cepat dan hampir sempurna (90%) dalam lambung, ± 95% terikat dengan
protein plasma akan tetapi kesediaan hayatinya rendah (sekitar 45-75%). Kadar
dalam darah tertinggi dicapai dalam 20-45 menit, waktu paruhnya ± 2,5 jam
dengan masa kerja ± 8-12 jam. Terapi penggunaan antihipertensi jangka panjang
secara oral dengan nifedipin dapat berpengaruh pada kepatuhan dan kenyamanan
waktu paruh yang pendek yang menyebabkan frekuensi penggunaan obat yang
lebih sering atau dosis penggunaan harus ditingkatkan.Oleh karena itu rute
sediaan transdermal antara lain karena nifedipin memiliki berat molekul yang
kecil yaitu kurang dari 500 Da (346,34), kisaran dosis yang kecil (10-40 mg),
waktu paruh yang pendek dan bioavaibilitas oral yang rendah (Moffat, at. al.,
2004). Patch transdermal dapat menjadi alternatif sistem penghantaran obat untuk
dapat menghantarkan sejumlah dosis obat secara terkendali melalui kulit dalam
1
Universitas Sumatera Utara
Transdermal patch merupakan suatu sistem penghantaran obat yang dapat
dibagi menjadi dua yaitu tipe matriks dan tipe membran (Jhawat, et al., 2013).
Pada tipe matriks, polimer berikatan dengan obat dan mengendalikan laju
pelepasan obat dari patch, sedangkan pada tipe membran laju pelepasan obat
dikontrol oleh membran (Saroha, at al., 2011). Penelitian ini menggunakan tipe
matriks karena pada tipe ini akan membentuk suatu sediaan patch yang tipis dan
elegan sehingga nyaman untuk digunakan, serta proses pembuatan yang mudah,
sediaan. Polimer yang digunakan sebagai pembawa ada dua jenis, yaitu hidrofobik
(Yener, et al., 2010; Chauhan, et al., 2015). Penggunaan polimer hidrofobik saja
hidrofobik yang digunakan maka laju pelepasan obat akan semakin lama,
larut sehingga obat akan cepat lepas dari sediaan. Untuk memperoleh pelepasan
obat yang lebih efektif maka perlu menggunakan campuran polimer yang bersifat
kelarutan dan difusivitas obat.Obat terlebih dahulu harus larut dalam polimer baru
2
Universitas Sumatera Utara
dapat dilepaskan dari sistem (Agoes, 2008).Nifedipin cenderung bersifat lipofilik
digunakan dalam sediaan lepas terkendali. Etil selulosa merupakan polimer yang
tidak memiliki karakterisitik mengembang namun memiliki barrier film yang kuat
sehingga akan menghasilkan sediaan patch yang baik dan berfungsi untuk
mengatur kecepatan lepasnya obat dari polimer dengan sistem matriks (Wen dan
dapat kompatibel hampir dengan semua plasticizer, hal ini sangat menguntungkan
membuat matriks tidak rapuh dan memudahkan sediaan patch transdermal untuk
3
Universitas Sumatera Utara
mudah terhidrasi oleh air, sehinggga akan mengembang dan mempercepat
pelepasan obat dari basisnya. Penggunaan polimer HPMC tanpa adanya rate-
controlling membrane akan melepaskan obat dengan cepat selama uji disolusi
karakteristik pelepasan obat, dan drug content yang baik pada sediaan transdermal
PVP akan membentuk suatu pori yang dapat meningkatkan pelepasan obat
Selain faktor polimer, permeabilitas obat melalui kulit juga merupakan faktor
membentuk rantai panjang asam lemak dengan konfigurasi cis. Asam oleat
bersama lapisan lipid stratum korneum untuk menurunkan kapasitas fungsi sawar
kulit (Williams dan Barry, 2004). Pada literatur lain juga disebutkan bahwa asam
oleat menurunkan suhu fase transisi lapisan lemak kulit dengan meningkatkan
fluiditas kulit dan menurunkan resistensi difusi (Roderick dan Eric, 1996).
4
Universitas Sumatera Utara
Asam oleat memberikan peningkatan penetrasi dan penyebaran aspirin
paling baik dalam sediaan gel dibandingkan penggunaan enhancer lain seperti
kimia lainnya seperti lauric acid, capric acid, dan caprylic acid konsentrasi 5%
pengaruh penggunaan polimer EC, PVP dan HPMC terhadap karakteristik dan
b. bagaimana pengaruh variasi polimer EC, PVP dan HPMC terhadap profil
5
Universitas Sumatera Utara
1.3 Hipotesis
berikut:
b. variasi polimer EC, PVP dan HPMC berpengaruh terhadap profil pelepasan
secara in vivo.
b. mengatahui pengaruh variasi polimer EC, PVP dan HPMC terhadap profil
6
Universitas Sumatera Utara
1.6 Kerangka Pikir Penelitian
berikut.
1. interaksi antar
bahan (FTIR)
2. visual (warna,
tekstur, bau)
3. ketebalan
Karakteristikpatc 4. bobot
5. kelembaban
6. % daya serab
7. ketahanan lipatan
8. kadar zat aktif
variasi polimer
EC, PVP dan Uji penetrsi Konsentrasi obat yang
HPMC dengan secara berpenetrasi, orde
peningkat in vitro reaksi dan nilai fluks
penetrasi Asam
7
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
obat yang menfasilitasi obat menembus kulit kemudian masuk ke peredaran darah
obat sistemik sampai tahun 1950-an belum dieksploitasi baik secara komersial
anggapan klasik bahwa kulit merupakan lapisan yang tidak dapat ditembus
zat warna di Jerman banyak menderita penyakit kanker ginjal dan pada waktu itu
sudah ada kecurigaan bahwa zat warna karsinogenik dapat mencapai ginjal
obat melalui kulit supaya diabsorbsi telah dikembangkan pada tahun 1980-an oleh
scopolamin pada kulit dibelakang telinga untuk absorbsi sitemik yang memiliki
8
Universitas Sumatera Utara
tersendiri dalam penelitian dan komunitas pelayanan kesehatan (Ansel,
pengetahuan tentang anatomi kuli, pengetahuan tentang sifat (fisiologi) kulit, sifat
kulit sebagi penghalang masuknya faktor eksternal dan metode/cara yang dapat
a. sistem ini dapat menghindari kesulitan absorpsi obat di saluran cerna yang
b. sistem ini dapat menjadi alternatif rute pemberian obat melalui mulut ketika
rute pemberian oral tidak sesuai khususnya pasien mengalami muntah dan atau
diare.
yaitu ketika obat dimetabolisme oleh hati secara cepat sehingga jumlah obat
memberikan efek terapi yang lama dengan sekali pemakaian sehingga akan
9
Universitas Sumatera Utara
f. aktivitas obat yang mempunyai waktu paruh yang pendek dapat diperpanjang
g. Efek terapi obat bisa segera dihentikan pada sediaan dengan sistem
aplikasi pemakaian obat dari permukaan kulit (Tyagi dan Goyal, 2017).
iritasi kulit
d. obat yang berbobot molekul besar tidak dapat berdifusi melalui kulit (Tyagi
a. keterbatasan permeabilitas obat pada kulit (dalam beberapa hal dapat diatasi
impermeabel namun ternyata kulit dapat dijadikan sebagai rute pemberian obat
secara sistemik. Berikut tahapan transpor obat dengan patch menuju sirkulasi
sistemik:
10
Universitas Sumatera Utara
a. difusi obat dari reservoir obat menuju membran yang mengontrol kecepatan.
stratum korneum
d. pengambilan obat oleh jaringan kapiler yang berada dalam lapisan dermal
yang terkandung dalam sistem reservoir atau matriks dalam patch yang dapat
menembus kulit dan masuk ke peredaran darah. Beberapa obat dapat dicampur
dengan zat yang berfungsi sebagai peningkat penetrasi obat ke kulit seperti
alkohol yang dapat meningkatkan kemampuan obat berpenetrasi ke kulit agar obat
2.1.3.1 Polimer
stabil, nonreaktif dengan obat, mudah dibuat dalam bentuk sediaan yang
membuat obat berdifusi dengan baik dan karakter mekanis polimer tidak
memburuk ketika banyak jumlah zat aktif yang ditambahkan kedalamnya. Polimer
11
Universitas Sumatera Utara
yang digunakan juga harus biokompatibel dengan obat dan komponen lain
(backing layer), dan lapisan pelindung. Komponen eksipien lainnya yang dapat
al., 2012).
menghasilkan ikatan antara kulit dan sediaan patch.Lapisan ini dapat pula
kompartemen yang mengandung obat (larutan atau suspensi) dimana obat telah
menuju kulit.Lapisan adhesif dapat berupa larutan pelarut organik, emulsi cair
dilarutkan dalam proses formulasi atau dicairkan dengan komponen lainnya dalam
matriks adhesif. Ada tiga tipe polimer adhesif yang sensitif terhadap tekanan yang
mendispersikan obat dalam matriks polimer yang inert.Dalam sistem ini obat
12
Universitas Sumatera Utara
secara fisik dicampur dengan polimer (lipofilik dan hidrofilik) dan kemudian
polimer yang berisi obat dicetak dalam suatu piringan dengan luas permukaan
film)
adhesif.Backing film harus kuat dan memiliki adhesi yang permanen dengan
ethylene vinyl asetat (EVA) (Alexander, et al., 2012; Watkinson, 2012). d.Lapisan
pelindung
pelindung merupakan polimer film dengan energi pelapis yang rendah yang terikat
performa lapisan adhesif dengan memperbaiki sifat elastik dan viskositas lapisan
13
Universitas Sumatera Utara
adhesif, sifat sensitivitas tekanan lapisan adhesif terhadap obat dan enhancer yang
melawan efek enhancer atau obat yang berada dalam lapisan adhesif.Materi yang
a. obat harus memiliki dosis kecil (tidak boleh lebih dari 40-50 mg/ hari).
d. obat harus memilki koefisien partisi yang cukup yang memungkinkan partisi
e. massa molekul obat < 500 Da, molekul dengan massa yang lebih besar dari
f. obat yang bermuatan ionik memiliki kemampuan permeasi yang kurang baik
14
Universitas Sumatera Utara
2.1.3.3 Peningkat penetrasi (penetration enhancer)
yang digunakan dengan tujuan meningkatkan kecepatan dan jumlah obat yang
d. bekerja dengan cepat dengan aktivitas dan durasi efek yang dapat diprediksi
dan reprodusibel
endogen di kulit
g. ketika dibersihkan atau efek enhancer telah menghilang, sifat barrier kulit
dapat kembali utuh seperti semula dengan cepat (Lopez dan Merino, 2010)
15
Universitas Sumatera Utara
Contoh peningkat permeasi yang dapat digunakan antara lain air,
hidrokarbon alkohol, asam amino, amida, ester asam lemak, surfaktan, terpen,
2.1.3.4 Plasticsizer
organik umumnya non-volatile atau padatan dengan suhu leleh yang rendah,
polimer akan meningkat karena gaya antar molekul polimer akan melonggar.
dengan plasticizer dengan berat molekul tinggi, karena Plasticizer dengan berat
molekul rendah lebih mudah menembus ruang antara polimer dan dapat
tarik, elongasi dan fleksibilitas polimer akan meningkat (Patel, et al., 2012).
plasticsizer yang dapat digunakan antara lain gliserol atau sorbitol (20%), ester
phtalat, ester, ester asam lemak, derivat glikol seperti PEG 200 dan PEG 400.
16
Universitas Sumatera Utara
Obat yang secara sistematik dapat mencapai jaringan target dari rute
epidermis dan juga pengambilan obat oleh lapisan papiler dermal. Kecepatan
(2.1)
berikut:
(2.2)
Dimana: Ks adalah koefisien partisi antar muka molekul yang berpenetrasi dari
sistem penghantaran menuju stratum korneum, Dss adalah difusivitas nyata untuk
difusi steady state molekul penetran melalui jaringan kulit dan hs adalah ketebalan
yang konstan jika Ks/Dss dan hs konstan dibawah kondisi yang ditetapkan.
konsisten dan secara substansial lebih besar dibandingkan konsentrasi obat dalam
tubuh (Cr), atau dengan kata lain Cd>>Cr. Berdasarkan kondisi tersebut maka
(2.3)
17
Universitas Sumatera Utara
Kecepatan permeasi kulit (dQ/dt) seharusnya konstan jika besarnya nilai
Cd konstan selama terjadi permeasi kulit. Hal yang dilakukan untuk menjaga
kondisi Cd pada nilai yang konstan diperlukan kecepatan penghantaran obat (Rr)
yang besar dibandingkan kecepatan absorbsi melalui kulit (Ra), atau dengan kata
konsentrasi obat pada permukaan kulit (Cd) dapat dijaga dalam tingkatan yang
sama atau lebih besar dari kesetimbangan (saturasi) kelarutan obat dalam stratum
( )
(2.4)
Besarnya nilai( ) ditentukan oleh koefisien permeabilitas kulit (Ps) dari obat dan kesetimbangan
kelarutan obat dalam stratum korneum( ) (Agoes, 2008).
18
Universitas Sumatera Utara
Berbagai teknologi telah berhasil dikembangkan untuk medapatkan suatu
mekanisme yang mengontrol kecepatan dan permiasi obat. Teknologi ini dapat
Pada sistem STTM-M reservoir obat secara total dienkapsulasi dalam satu
kompartemen cetak (shallow) hasil peleburan obat laminat metalik plastik dan
reservoir obat, obat padat baik dalam bentuk terdispersi secara homogen dalam
suatu matrik polimer padat (misal adhesif fenil isobutilen) maupun terdispersi
dalam cairan kental (misal silikon cairan) membentuk suatu suspensi seperti
lapis tipis polimer adhesif peka tekanan yang kompaktibel, dan hipoalergenik
(missal adhesif silikon atau poliisobutilen) agar dapat terjadi kontak intensif
adhesif. Contoh sediaan yang sudah berhasil dikembangkan melalui teknologi ini
adalah transdermal Nitro oleh Ciba (nitrogliserin) untuk pengobatan angina sekali
19
Universitas Sumatera Utara
(klonidin) untuk pengobatan hipertensi selama 1 minggu. Penampang sistem
STTM-M ini dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut (Agoes, 2008).
Berbeda dengan sistem STTM-M, pada sistem STTDA ini reservoir obat
dengan cara pelarutan atau peleburan pada suatu lembaran rata lapisan belakang
reservoir obat (Gambar 2.3). Pada bagian atas lapisan reservoir obat diberikan satu
(Agoes, 2008).
20
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.3 Penampang STTDA, memperlihatkan komponen struktur utama
(sumber Agoes, 2008)
pengobatan angina pektoris sekali sehari. Sebagai alternatif STTDA ini dapat
terkontrol), seperti pada Gambar 2.4. Contoh teknologi sediaan ini yang sudah
21
Universitas Sumatera Utara
3. Sistem penghataran obat trensdermal kontrol difusi matrik (STT KDM)/(matrix
difusion-controlled transdermal drug delivery sistems)
obat padat secara homogen dalam suatu matriks polimer hidrofilik atau hidrifobik,
campuran obat tersebut kemudian dilebur dan dicetak dalam bentuk disket obat
plat datar oklusif yang terbuat dari aluminium foil (base plate) dalam suatu
yang impermiabel (Gambar 2.5). Contoh produk STT KDM yang sudah beredar
pektoris sekali sehari. Konsep yang sama (paten) dibuat pula untuk pemberian
Sistem penghataran obat tipe mikro reservoir dianggap sebagai hibrid dari
sistem reservoir dan matrik tipe dispersi. Dalam pendekatan ini, reservoir obat
terbentuk pertama dengan mensuspensikan partikel padat obat dari larutan air dari
polimer larut air (misal polietilen glikol), dan kemudian mendispersikan suspensi
22
Universitas Sumatera Utara
obat secara homogen dalam suatu polimer lipofilik, dengan forsa mekanik
menggunakan tekanan gojok (shear) tinggi yang akan membentuk ribuan sfer
mikroskopik dan reservoir obat yang tidak melepaskan bahan obat (unleachabele)
Dipersi yang secara termodinamika tidak stabil, dengan cepat distabilkan oleh
terjadinya sambung silang polimer in situ yang menghasilkan disket polimer obat
dengan luas permukaan konstan dari ketebalan tetentu (fixed). Sistem terapeutik
transdermal dihasilkan dengan cara menempatkan disket polimer obat pada satu
menggunakan data disolusi dan nilai interpretasi kuantitatif yang dihasilkan dari
disolusi dalam fungsi beberapa parameter yang berkaitan dengan bentuk sediaan
farmasi. Kinetika pelepasan zat aktif dari suatu sediaan yang pelepasannya
dimodifikasi dapat diperoleh dengan persamaan orde nol, orde satu dan Higuchi.
23
Universitas Sumatera Utara
a. Kinetika pelepasan orde nol
obat konstan selama periode waktu tanpa dipengaruhi oleh konsentrasi obat
(Gambar 2.7). Aplikasinya, hubungan (jumlah obat akumulatif vs waktu) ini dapat
matriks tablet dengan karakteristik obat yang kelarutannya rendah, sistem osmotik
(Dash, 2010).
100
obat yang terlepas
Persen kumulatif
80
60
40
20
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Waktu
Gambar 2.7 Grafik orde 0
bergantung pada konsentrasi obat (Gambar 2.8). Aplikasinya, hubungan ini (log C
farmasi yang mengandung obat yang larut air dalam pori matriks (Dash, 2010).
Log persen kumulatif
Waktu
Gambar 2.8 Grafik orde 1
24
Universitas Sumatera Utara
c. Model Higuchi
pelepasan obat dari suatu matriks yang tidak larut berbanding lurus dengan akar
waktu dan berdasarkan difusi Fickian diartikan bahwa pelepasan zat aktif
dipengaruhi oleh waktu (Gambar 2.8). Zat aktif semakin lama akan dilepaskan
dengan kecepatan yang rendah, hal ini dikarenakan jarak difusi aktif semakin
seperti system transdermal dan matriks tablet dengan obat yang larut air (Dash,
2010).
100
Persen kumulatif obat yang
80
60
terlepas
40
20
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Akar waktu
Gambar 2.9 Grafik model Higuchi
Kulit merupakan salah satu organ yang paling penting dari tubuh
multilayer ini menerima ± 1/3 dari total volume darah dalam tubuh manusia. Kulit
25
Universitas Sumatera Utara
adalah organ tubuh yang terletak paling luar, merupakan organ yang esensial dan
vital bagi manusia.Secara garis besar kulit tersusun tersusun atas tiga lapisan
utama yaitu lapisan epidermis, lapisan dermis, dan lapisan hipodermis.Tidak ada
garis tegas yang memisahkan dermis dan hypodermis, ditandai dengan adanya
jaringan ikat longgar dan adanya sel dan jaringan lemak (Patel, et al., 2012).
a. Lapisan epidermis
memiliki ketebalan yan berbeda-beda tergantung dari ukuran sel dan jumlah
lapisan dari sel epidermis, nilainya antara 0,8 mm pada telapak tangan dan kaki
digunakan adalah obat yang bersifat lipofilik maka stratum korneum dapat
26
Universitas Sumatera Utara
merupakan faktor pembatas kecepatan dalam pengambilan obat secara perkutan
kulit luar yang keras. Setelah sel-sel mencapai lapisan atas maka akan mengelupas
secara spontan. Jika hal ini menjadi abnormal kulit bisa terlihat bersisik.Lapisan
epidermis terdiri atas stratum korneum (memiliki ketebalan ±10 μm ketika kering
dan mampu mengembang dan membengkak ketika terhidrasi, tersusun atas 10-25
lapisan sel keratin yang disebut korneosit), stratum lusidum, stratum granulosum,
Lapisan tanduk dari epidermis terletak paling luar dan tersusun atas tiga
lapisan sel yang membentuk epidermis yaitu stratum korneum, stratum lusidum,
dan tersusun berlapis-lapis, selnya tipis, datar seperti sisik dan terus menerus
intinya, menunjukkan sebagai daerah sawar hanya terlihat pada telapak kaki dan
telapak tangan. Sedangkan stratum granulosum merupakan selapis sel yang jelas
tampak berisi inti dan juga berpartisipasi aktif dalam proses keratinisasi
b. Lapisan dermis
kolagen (75%), elastin (4%) dan zat lainnya, berada di lapisan bawah epidermis
yang jauh lebih tebal daripada epidermis.Lapisan ini terdiri atas lapisan elastis dan
fibrosa padat dengan elemen-elemen selular dan folikel rambut. Secara garis besar
dibagi menjadi dua bagian yakni pars papilare dan pars reticulare. Lapisan ini
27
Universitas Sumatera Utara
berfungsi mensuplai makanan untuk epidermis dan bertanggung jawab terhadap
menurun proses kulit kering akan meningkat dan elastisitas kulit menurun.
ketebalan rata-rata 3-5 mm, peran utamanya adalah sebagai pemberi nutrisi pada
epidermis.Dermis tersusun atas jaringan fibtus dan jaringan ikat yang elastik.Pada
sebagai cadangan makanan, di lapisan ini juga terdapat ujung-ujung saraf tepi,
a. fungsi proteksi
jamur, bakteri atau virus, sedangkan gangguan kimiawi seperti zat iritan (lisol,
28
Universitas Sumatera Utara
karbol, asam atau basa kuat atau zat kimia lainnya).Gangguan fisik dan mekanik
rambut dan serabut penunjang yang berfungsi sebagai pelindung bagian luar
tubuh.Gangguan sinar ultraviolet dapat diatasi oleh adanya sel melanin yang
menyerap sebagian sinar tersebut. Gangguan kimia dapat diatasi dengan adanya
lemak permukaan kulit yang berasal dari kelenjar palit kulit yang mempunyai pH
4,5-6,5.
b. fungsi absorbsi
Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan maupun benda padat,
kulit.Penyerapan dapat melalui celah antar sel saluran kelenjar atau saluran keluar
rambut.
c. fungsi ekskresi
sisa metabolisme dalam tubuh misalnya NaCl, urea, asam urat, amonia dan sedikit
lemak.Sebum yang diproduksi kelenjar palit kulit melindungi kulit dan menahan
pengindra
terletak di papil dermis menerima rangsang rabaan, demikian pula badan merkel
29
Universitas Sumatera Utara
e. fungsi pengaturan suhu tubuh (termoregulasi)
diatur oleh sistem saraf simpatis yang mengeluarkan zat perantara asetikolin. f.
meningkat.
g. fungsi keratinasi
Keratinasi dimulai dari sel basal yang kuboid, bermitosis ke atas berubah
bentuk lebih poligonal yanitu sel spinosum, terangkat ke atas menjadi lebih
ke atas lebih gepeng dan granula serta intinya hilang menjadi sel spinosum dan
mengering menjadi keras, gepeng tanpa inti yang disebut sel tanduk. Proses ini
berlangsung terus-menerus dan berguna untuk fungsi rehabilitasi kulit agar dapat
rendah dari kebutuhan tubuh akan vitamin D dari luar makanan (Effinora, 2012).
30
Universitas Sumatera Utara
2.2.3 Rute penetrasi obat
a. rute appendageal
Obat yang melewati stratum korneum dengan jalur ini karena adanya pori-
pori diantara folikel rambut dan kelenjar keringat. Penetrasi obat melalui jalur ini
dapat terhalangi oleh sejumlah faktor diantaranya luas permukaan yang ditumbuhi
oleh folikel rambut dan kelenjar keringat sangat kecil (biasanya 0,1% dari
permukaan kulit) sehingga membatasi area yan tersedia untuk kontak langsung
b. rute transeluler
melewatinya.
c. rute interseluler
yang bersifat lipid.Tidak banyak obat yang mampu melewati stratum korneum
saluran keringat per cm2. Terutama untuk zat yang larut dalam air akan lebih
cepat melewati saluran ini, sehingga saluran ini tidak berkontribusi terlalu banyak
dalam permaeasi kulit. Oleh karena itu, kebanyakan molekul yan bersifat netral
31
Universitas Sumatera Utara
mampu melewati stratum corneum dengan cara difusi pasif. Permeasi molekul
Sel difusi Franz adalah suatu alat yang digunakan untuk mengetahui
penetrasi zat secara in vitro.Sel difusi Franz tipe vertikal mempunyai komponen
cincin O, Magnecic stirer dan water jacket. Kompartemen donor berisi zat yang
akan diuji penetrasinya. Kompartemen reseptor berisi cairan berupa air atau dapar
fosfat pH 7,4. Tempat pengambilan sample adalah tempat pada sel difusi Franz
32
Universitas Sumatera Utara
Water jacket berfungsi untuk menjaga temperatur tetap konstan selama sel difusi
kompartemen reseptor perlu diaduk secara optimal dan efisien untuk menjamin
sebanyak 15 mL dan luas membran yang terpapar sebesar 1,76 cm2. Dimeter sel
difusi harus diukur secara akurat karena terkait dengan perhitungan kadar zat.
penetrasi zat seperti pada keadaan in vivo.Cara melakukan uji penetrasi dengan sel
difusi Franz adalah sejumlah tertentu zat diaplikasikan pada membran dan
zat yang berpenetrasi dan laju penetrasi zat dilakukan sampling cairan di
awal sesuai volume yang diambil. Hal ini bertujuan untuk menjaga volume dalam
cairan reseptor tetap konstan dan untuk menjaga supaya cairan di kompartemen
reseptor tetap dalam keadaan tunak (Sinko, 2011; Sharma, et al., 2016)
dan harus mampu menjaga kontak dengan bagian bawah kulit dari saat awal
33
Universitas Sumatera Utara
menggambarkan kondisi penggunaan sesungguhnya biasanya berkisar 6-8 jam
6 kali sampling pada titik waktu yang berbeda-beda (Bartosova dan Bajgar, 2012).
2.4 Nifedipin
Nifedipin mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari
dikarboksilat dengan berat molekul 346,34. Praktis tidak larut dalam air; mudah
34
Universitas Sumatera Utara
larut dalam aseton.Struktur molekul nifedipin ditunjukkan pada gambar berikut
channel blocker yang sering digunakan pada terapi hipertensi dan angina.
menghambat terjadinya kontraksi otot polos jantung dan otot polos vaskuler.
sehingga terjadi penurunan tekanan darah. Untuk pengobatan jangka panjang pada
angina stabil dan kronik, sering digunakan antagonis kalsium sebagai obat pilihan
pertama. Untuk pengobatan hipertensi dan angina, sediaan lepas lambat nifedipin
diberikan dengan dosis 10-40 mg dua kali sehari satu tablet atau 20-90 mg satu
peningkat penetrasi adalah asam oleat dan sebagai plasticsizer digunakan gliserin.
35
Universitas Sumatera Utara
2.5.1 Etilselulosa (EC)
Etil Selulosa atau Etil Eter Selulosa memiliki bentuk berupa serbuk coklat
terang, tak berbau, memiliki sifat alir yang bebas. Etil selulosa telah banyak
stabilitas, dapat pula digunakan sebagai agen pengental untuk sediaan krim, lotion
dan gel. Etil selulosa praktis tidak larut dalam gliserin, propilen glikol dan air. Etil
selulosa yang mengantung gugus etoksi < 46,5 % dapat mudah larut dalam
dengan suhu yang tinggi sehingga sebaiknya disimpan pada suhu tidak melebihi
sediaan lepas terkendali. Polimer ini tidak mengembang namun dapat membentuk
pori sehingga dapat mengatur pelepasa obat. Film etilselulosa akan keras tanpa
Kecepatan pelepasan obat dari etil selulosa menurun ketika semakin banyak etil
36
Universitas Sumatera Utara
selulosa yang digunakan dan kinetika pelepasan obat dapat mengikuti orde nol
PVP merupakan zat tambahan yang inert dan tidak toksik, serta tidak bersifat
pembawa untuk obat 10-25%, bahan pendispersi dan suspending agent dalam
kloroform, etanol (95%), metanol dan air sangat tinggi. Praktis tidak larut dalam
eter, hidrokarbon, dan minyak mineral. PVP merupakan polimer linier, perbedaan
molekul yang berbeda. Berat molekul berpengaruh terhadap viskositas PVP dalam
medium air.Semakin besar berat molekulnya maka semakin rendah kelarutan PVP
37
Universitas Sumatera Utara
2.5.3 Hidroksipropil metilselulosa (HPMC)
berupa serbuk granul atau berserat dengan warna putih kecoklatan (krem) dengan
koloid kental, praktis tidak larut dalam air panas, kloroform, etanol (95%) dan
eter, tetapi dapat larut dalam campuran etanol dan diklormetan, campuran metanol
dan diklormetan serta larutan air dan alkohol. Beberapa grade dari HPMC larut
membentuk kompleks dengan garam logam atau ion organik dan membentuk
merupakan salah satu polimer yang paling banyak digunakan dalam penghantaran
38
Universitas Sumatera Utara
obat melalui rute transdermal.HPMC dikategorikan sebagai polimer hidrofilik
yang merupakan polimer yang dapat larut dalam air. Jenis polimer ini akan
Asam oleat merupakan golongan asam lemak yang dapat berfungsi sebagai
penetrasi adalah dengan cara berinteraksi dengan lipid pada stratum corneum
menggunakan konfigurasi cis (Swarbrick dan Boylan, 1995: Williams dan Barry,
Sifat fisik asam oleat adalah berupa cairan berminyak, berwarna kuning
hingga coklat pucat dan berbau spesifik.Asam oleat dapat mengabsorpsi oksigen
dan lama kelamaan menjadi gelap. Asam oleat akan terurai pada suhu 80-100 0C.
Penyimpanan asam oleat dilakukan pada wadah tertutup rapat, terlindung dari
dengan adanya aluminium, kalsium, logam berat, larutan iodine, asam perklorat
39
Universitas Sumatera Utara
dan agent pengoksidasi.Asam oleat bereaksi dengan basa membentuk sabun
2.5.5 Gliserin
Gliserin adalah cairan kental, higroskopis, jernih dan tidak berbau. Gliserin
memiliki rasa yang manis. Gliserin memilki fungsi sebagai pengawet antimikroba,
platisizer dan dalam penyalutan film. Gliserin juga digunakan dalam pembuatan
40
Universitas Sumatera Utara
BAB III
METODE PENELITIAN
sediaan matriks patch transdermal, evaluasi karakteristik sediaan, uji in vitro dan
Sumatera Utara.
3.1.1 Alat
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat-alat gelas, jangka
mikrometer sekrup (Delta), magnetic bar, sonikator, sel difusi franz (sel donor dan
3.1.2 Bahan
gliserin, Asam oleat, etanol 96% (Merck), natrium hidroksida (NaOH) (Merck),
tegaderm (3 M).
41
Universitas Sumatera Utara
3.2 Prosedur Penelitian
sampai dingin dan tidak boleh menyerap karbon dioksida dari udara (Ditjen,
POM., 1995).
Kalium dihidrogen fosfat sebanyak 6,8 gram dilarutkan dalam 250 mL air
(Ditjen, POM.,1995).
Formula
Komposisi
F1 F2 F3 F4 F5 F6
Nifedipin (% b/b) 10 10 10 10 10 10
Etil selulosa (% b/b) 48,75 32,5 16,25 48,75 32,5 16,25
PVP (% b/b) 16,25 32,5 48,75 - - -
HPMC (% b/b) - - - 16,25 32,5 48,75
Gliserin (% b/b) 20 20 20 20 20 20
Asam oleat (% b/b) 5 5 5 5 5 5
Jumlah (mg) 100 100 100 100 100 100
menggunakan variasi konsentrasi polimer seperti tertera pada Tabel 3.1. Zat aktif
nifedipin dilarutkan dalam kloroform dan etanol ditambah polimer (EC-PVP dan
EC-HPMC) larutkan dengan stirer ditambah gliserin dan asam oleat, distirer
42
Universitas Sumatera Utara
udara, dituang pada pencetak dan disimpan pada suhu ruangan selama 24 jam.
dilakukan pada 5 titik yang berbeda, lalau dihitung tebal rata-rata (Raj, 2013).
Pengujian variasi bobot patch pada setiap formula adalah dengan cara
menimbang5 patch satu per satu, kemudian dihitung bobot rata-ratanya (Guljar, at
al., 2010).
disimpan dalam desikator yang mengandung silika gel pada suhu 300C selama 24
jam. Patch kemudian ditimbang kembali (bobot akhir) (Shabbir, at al., 2017).
43
Universitas Sumatera Utara
3.3.5 Persentase daya serap kelembaban (moisture uptake) patch transdermal
dilbiarkan pada suhu 30oC selama 24 jam. Selanjutnya patch ditimbang kembali.
Persen daya serap kelembaban dihitung menggunakan rumus berikut ini (Raj,
2013).
patch berkali-kali pada posisi yang sama sampai patch tersebut patah. Jumlah
-400 nm.
44
Universitas Sumatera Utara
3.3.7.3 Pembuatan kurva kalibrasi
Larutan induk baku I dipipet masing-masing 0,5, 2,5, 4,5, 6,5., 8,5, 10,5,
Film dengan ukuran 3,14 cm2 dipotong menjadi potongan yang kecil
cukupkan volumenya dengan dapar fosfat (pH 7,4) hingga 50 mL, homogenkan
Pada penelitian ini digunakan kulit dari kelinci jantan dengan berat berkisar
antara 1,5-2 kg. Rambut pada daerah abdomen dicukur dengan hati-hati
corneum.Kelinci dimatikan dengan cara dibius menggunakan dietil eter dan kulit
bagian abdomen dipotong dengan gunting bedah dan dibersihkan lemak yang
disimpan segera pada suhu -50ºC (lemari pembeku bersuhu sangat rendah) sampai
NaCl 0,9% selama satu malam untuk memastikan proses hidrasi berlangsung
45
Universitas Sumatera Utara
3.4.2 Uji penetrasi, kinetika orde pelepasan dan nilai flukss nifedipin patch
transdermal
Uji penetrasi dilakukan dengan menggunakan sel difusi franz tipe vertical
600 rpm pada suhu 37 ± 0,5oC (Ramkanth, at al., 2015). Pengamatan dilakukan
selama 24 jam dan sampel diambil pada menit ke 10, 20, 30, 60, 90, 120, 180,
240, 360, 480, 600,720, 840, 960, 1080, 1200, 1320 dan 1440 setiap kali
daparfosfat pH 7,4 hingga 5 mL. Serapan diukur pada panjang gelombang serapan
kinetika yaitu orde nol, orde satu, model Higuchi, dan Korsmeyer Peppas.
berapa persen obat yang dilepaskan pada waktu-waktu tertentu (De, et al., 2011)
nifedipin yang terpenetrasi per satuan waktu dibagi dengan luas membran yang
46
Universitas Sumatera Utara
jumlah nifedipin terpenetrasi (μg/cm2) terhadap akar waktu (μg/cm2. Menit½).
Dari kurva yang dihasilkan dapat dibuat suatu persamaan regresi, slope dari
menembus membran.
moisture content dan nilai fluks. Moisture content dipilih karena respon tersebut
Uji iritasi kulit dilakukan dengan menggunakan kelinci dengan berat 1,5-2
kg. Sekitar 5 cm2 kulit kelinci dicukur pada bagian dorsal (punggung), patch
kelinci. Jika tidak ada perubahan warna maka tidak ada eritema, jika berubah
menjadi warna pink muda terjadi eritema ringan, jika berubah menjadi warna
merah muda terjadi eritema langsung, jika berubah menjadi warna pink redup
47
Universitas Sumatera Utara
3.7 Pengujian In VivoPatch Transdermal Nepedifin
normal dan kulit yang sehat.Kelinci yang digunakan pada uji ini sebanyak 4
ekor.Sekitar 5 cm2 kulit kelinci dicukur pada bagian dorsal, patch transdermal di
dalam daparfosfat pH 7,4 pada konsentrasi 20, 30, 40, 50 dan 60 µg/mL. 1 mL
dari larutan tersebut ditambah 1 mL plasma darah yang tidak mengandung obat
dengan plasma dari kelinci yang tidak mengandung obat, daparfosfat pH 7,4 dan
asetonitril ditambahkan dengan cara yang sama. Absorbansi diukur pada panjang
konsentrasi.
48
Universitas Sumatera Utara
3.7.2.3 Konsentrasi obat dalam darah kelinci
dari vena auricularis telinga kelinci sebanyak 2 mL pada menit ke 10, 30, 60, 90,
120, 240, 360, 480, 600, 720, 960, 1200, 1440 setelah pemberian obat. Darah
dimasukkan pada politube yang telah berisi heparin 5000 IU kemudian disetrifius
ditentukan dengan kurva hubungan antara in vitro versus in vivo,dari kurva yang
dihasilkan dapat dibuat suatu persamaan untuk mendapatkan korelasi (R2), nilai
korelasinya yang didapat diharapkan lebih besar dari 0,8 (Shargel, et al., 2005).
49
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
mudah dan sesuai digunakan untuk penelitian skala laboratorium. Patch dibuat
gliserin dan asam oleat homogenkan dengan stirer (15 menit). Setelah homogen
Setelah gelembung udara hilang, tuangkan ke dalam cetakan dengan pipet tetes
(32 tetes tiap cetakan) untuk proses pengeringan diamkan pada suhu kamar selama
24 jam. Bobot patch yang dibuat direncanakan 100 miligram untuk satu cetakan
patch, bobot 100 milligram dipilih berdasarkan proses orientasi terhadap terdap
pencetak patch.
hari hingga tercapai bobot yang konstan (tidak ada lagi sisa pelarut yang
menguap). Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh data yang akurat karena tidak
ada pengaruh perbedaan sisa pelarut dalam patch yang dievaluasi, kemudian
50
Universitas Sumatera Utara
4.2 Pemeriksaaan dengan Fourier Transformed Infrared Spectroscopy
(FTIR)
polimer patch yaitu EC, HPMC, dan PVP. Hasil pengujian FTIR dapat diketahui
adanya gugus –CH3, regang pada bilangan gelombang 1681,93 cm-1-1635,64 cm-
1
menunjukkan adanya gugus C=O,regangan pada bilangan gelombang 1516,05
1492,90 cm-1 - 1438,90 cm-1 menunjukkan adanya gugus C=C aromatik. Hasil
dari pengujian FTIR nifedipin, nifedipin dan polimer serta nifedipin dalam basis
patch dapat dilihat pada Gambar 4.1, 4.2 dan 4.3.
Persen transmitan
51
Universitas Sumatera Utara
Persen transmitan
dari nifedipin, sehingga penggunaan basis EC, HPMC, dan PVP tidak
yang menyatakan bahwa penggunaan polimer EC, HPMC dan PVP kompatibel
52
Universitas Sumatera Utara
Hasil pengujian FTIR patch nifedipin F1, F2, F3, F4, F5 dan F6
tidak adanya pergeseran pita serapan yang tajam (flukstuasi) pada panjang
fungsi yang dapat mempengaruhi efek terapi nifedipin (Anisree, et al., 2012).
menjamin keselarasan hasil dari kondisi patch secara visual. Hasil pengamatan
visual patch dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan hasil sediaan patch yang dibuat
53
Universitas Sumatera Utara
Hasil pengamatan visual menunjukkan bahwa patch yang dihasilkan
berbentuk lingkaran berwarna kuning dan tidak berbau. Warna kuning dari patch
merupakan warna nifedipin dan warna kuning tersebut tersebar pada seluruh
permukaan patch, sehingga dapat dikatakan bahwa bahan aktif nifedipin sudah
tersebar secara merata pada sediaan patch yang dibuat. Pada formula 1, 2, 4, 5,
dan 6 patch yang dihasilkan memiliki kondisi permukaan yang kering dan rata,
sementara pada formula 3 didapat patch dengan konsistensi sedikit basah dan
permukaan rata . Hal ini dikarenakan pada formula 3 menggunakan polimer PVP
yang lebih banyak sehingga sifat higroskopis lebih tinggi. Sifat higroskopis ini
keseragaman larutan patch yang dituang pada cetakan. Pengujian ini dilakukan
dengan mengukur patch pada lima titik yang berbeda dengan menggunakan
memastikan ketebalan pada tiap patch yang sama (Shirsand, et al., 2012).
formula.Hasil dari pengujian ketebalan dapat dilihat pada Tabel 4.2dan hasil
54
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2 Hasil pengujian ketebalan patch nifedipin
dalam pengujian ini berkisar antara 0,019–0,031 cm. Hasil pengujian tiap-tiap
mempengaruhi perbedaan ketebalan antar formula yaitu sifat fisika kimia dari
menggunakan polimer HPMC dalam jumlah paling banyak, HPMC memiliki sifat
sesuai (Rowe, et al., 2009). Semakin tinggi jumlah HPMC yang digunakan maka
55
Universitas Sumatera Utara
4.5 Pengujian Bobot
tiap patch dan untuk memastikan bahwa patch yang dihasilkan memiliki bobot
yang sesuai dengan yang diinginkan. Bobot yang diinginkan sebesar ± 100 mg
yang merupakan bobot total sediaan. Pengujian ini dilakukan dengan menimbang
bobot masing-masing patchyang dipilih secara acak dari tiap formula, kemudian
al.,2013). Hasil dari pengujian bobot patch dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut.
Bobot (mg)
Formula Rata-rata ± SD
patch 1 patch 2 patch 3 patch 4 patch 5
F1 92,2 93,1 92,1 92,0 92,2 92,32 ± 0,44
F2 93,0 93,3 93,0 93,3 93,1 93,14 ± 0,15
F3 95,0 95,1 95,3 95,2 95,2 95,16 ± 0,12
F4 90,2 90,1 90,3 90,4 90,2 90,24 ± 0,11
F5 91,1 91,5 91,3 91,1 90,8 91,16 ± 0,26
F6 94,5 94,1 94,2 93,3 94,4 94,10 ± 0,18
masing-masing patch berkisar antara 90,24 ± 0,11 sampai 95,16 ± 0,12 mg.
Semua formula tidak mencapai 100 mg. Kurangnya bobot sediaan dikarenakan
dalam cetakan. Adanya variasi berat dari sediaan juga sangat dipengaruhi oleh
sifat fisika kimia polimer yang digunakan. Hasil pengujian tiap-tiap formula
berat paling tinggi, hal ini dikarenakan pada formula 3 menggunakan polimer
PVP dengan konsentrasi paling tinggi. Menurut Rowe (2009) PVP bersifat
56
Universitas Sumatera Utara
4.6 Kandungan Lembab (Moisture Content)
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan alat desikator yang berisi silika gel
persen moisture content dan standar deviasinya. Hasil pengujian persen moisture
content dapat dilihat pada Tabel 4.4 dan hasil selengkapnya dapat dilihat pada
Suatu patch dikatakan baik apabila patch tersebut kering dan memiliki
kandungan air yang sedikit, sehingga stabilitas patch akan baik. Rentang kadar air
yang dipersyaratkan yaitu 1 – 10% (Kumar, et al., 2012). Hasil pengujian persen
moisture content menunjukkan bahwa semua patch pada tiap formula memiliki
nilai yang sudah memenuhi rentang yang dipersyaratkan. Faktor yang dapat
mempengaruhi moisture content yaitu sifat fisika kimia dari bahan yang
gliserin yang bersifat hidrofilik, dan formula menggunakan polimer PVP dan
57
Universitas Sumatera Utara
HPMC yang bersifat hidrofilik, sehingga bahan-bahan tersebut dapat
seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.4, sehingga dapat diketahui bahwa PVP
sifat higroskopisitas PVP lebih besar dari pada HPMC, sehingga kemampuan PVP
untuk menyerap kelembaban lingkungan lebih besar dari pada HPMC (Rowe, et
al.,2009). Nilai moisture content akan proporsional dengan kenaikan jumlah PVP
sediaan patch untuk menyerap air dari lingkungannya, kandungan air dalam
sediaan dapat membantu penetrasi obat dengan proses hidrasi. Tetapi kandungan
air yang terlalu banyak juga dapat mempengaruhi stabilitas sediaan. Apabila
Pengujian ini dilakukan dengan meletakkan sediaan sediaan patch yang sudah
yang sudah ditentukan moisture contentnya pada suhu kamar selama 24 jam.
moisture uptake dapat dilihat pada Tabel 4.5 dan hasil selengkapnya dapat dilihat
58
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.5 Hasil pengujian moisture uptake patch nifedipin
persen moisture uptake
Formula Rata-rata ± SD
Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3
F1 1,35 1,23 1,35 1,3090 ± 0,0681
F2 1,35 1,79 1,80 1,6449 ± 0,2597
F3 1,77 2,20 2,66 2,2060 ± 0,4522
F4 0,33 0,22 0,45 0,3356 ± 0,1105
F5 0,56 0,45 0,78 0,5946 ± 0,1676
F6 0,98 0,76 0,97 0,9042 ± 0,1256
kemampuan dari plasticizer yang digunakan yaitu gliserin dan kekuatan patch
ketahanan lipat dilakukan secara manual dengan cara melipat patch berulang kali
pada satu titik yang sama sampai rusak atau dilipat hingga 300 kali (Jhawat, et al.,
2013). Pengujian ini dilakukan sebanyak 3 kali replikasi, kemudian dihitung rata-
rata dan standart deviasi dari tiap-tiap formula. Hasil pengujian ketahanan lipat
yang baik dari setiap formula seperti ditunjukkan pada tabel di atas. Secara visual
59
Universitas Sumatera Utara
patch pada formula 1, 2, 4, 5 dan 6 memiliki bentuk permukaan yang kering,
tetapi pada formula 3 permukaan patch yang dihasilkan sedikit agak basah.
lipatnya.Patch formula 1, 2, 4, 5 dan 6 dilipat hingga lebih dari 300 kali dan tidak
patah dan tetap memiliki kondisi permukaan yang baik, sedangkan formula 3
patch yang dihasilkan pada replikasi ke 2 tidak mencapai 300 kali lipatan (273
kali), hal ini dikarenakan formula 3 menggunakan polimer PVP dalam jumlah
yang lebih besar dimana, polimer ini mempunyai sifat yang lebih hogroskopis
sesuai persyaratan, yakni polimer tidak rusak dengan dilipat hingga 300 kali
dapat digunakan sebagai binder atau bahan pengikat, adanya ikatan yang kuat
pada HPMC dapat menghasilkan patch dengan ketahanan lipat yang besar (Rowe,
et al., 2009).
dalam larutan dapar fosfat pH 7,4 kemudian diamati serapannya pada panjang
memberikan serapan maksimum pada panjang gelombang 238 nm.Hal ini sesuai
nifedipin sebesar 238 (Raj, 2013). Kurva penentuan panjang gelombang nifedipin
60
Universitas Sumatera Utara
dalam larutan dapar fosfat pH 7,4 dapat dilihat pada Gambar 4.5 dan hasil
diantaranya 10, 50, 90, 130, 170, 210, 250 dan 300ppm. Selanjutnya masing-
panjang gelombang 238 nm. Hasil pengukuran kurva baku nifedipin dalam larutan
dapar fosfat pH 7,4 diperoleh suatu persamaan regresi linier yaitu y = 0,00246x +
0,0061 dengan nilai r2 = 0,99956. Hasil kurva baku nifedipin dalam larutan dapar
fosfat pH 7,4 dapat dilihat pada Gambar 4.6 dan hasil selengkapnya dapat dilihat
61
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.6 Kurva Kalibrasi Nifedipin
dalam sediaan patch, karena itu dilakukan pengukuran kandungan zat aktif pada
patch dari masing-masing formula. Patch yang digunakan adalah patch yang
memiliki bobot dan ketebalan yang hampir sama, dengan asumsi bahwa patch
dengan bobot dan ketebalan yang sama atau hampir sama akan memiliki
kandungan nifedipin yang sama atau hampir. Hal ini penting dilakukan untuk
dengan menggunakan dapar fosfat pH 7,4 dengan bantuan magnetik stirer selama
gelombang 238 nm. Pengujian ini dilakukan sebanyak 3 replikasi pada tiap-tiap
formula, dihitung kadar rata-rata, standar deviasinya (SD) dan coifisien variasinya
(CV). Secara teoritis kandungan nifedipin berbeda tiap formula antara 8,97 mg
sampai 9,62 mg. Perbedaan ini diakibatkan adanya perbedaan bobot tiap formula.
Hasil pengujian kadar nifedipin dalam patch tiap formula dapat dilihat pada Tabel
4.7 dan hasil selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 6 halaman 88.
62
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.7 Hasil pengujian kadar nifedipin dalam patch dari tiap formula
Kadar nifedipin (%) Koifisien
Rata-rata
Formula Replikasi Replikasi Replikasi variasi
± SD
1 2 3 (CV)
F1 94,98 97,09 98,62 96,90 ± 1,83 1,89
F2 100,09 97,09 98,31 98,50 ± 1,51 1,53
F3 98,31 98,31 97,91 98,18 ± 0,23 0,24
F4 97,52 97,41 96,53 97,16 ± 0,54 0,56
F5 96,02 98,84 96,21 97,03 ± 1,58 1,63
F6 99,14 99,46 99,56 99,38 ± 0,22 0,22
Hasil pengujian kadar rata-rata nifedipin dalam patch tiap formula (Tabel
4.7)antara 96,90 ± 1,83% sampai 99,38 ± 0,22%, dengan nilai koifisien variasi
(CV) lebih kecil dari 2%. Menurut american pre-veternary medical assosiation
(APVMA) (2004) untuk jumlah komponen terukur dalam sampel antara 1-10 %
persyaratan.
tertransport. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan difusi sel franz tipe
yang terpenetrasi, dihitung dari konsentrasi yang diperoleh setiap waktu (μg/mL)
dikalikan dengan faktor pengenceran (5 mL), lalu dikali dengan media dalam sel
difusi (15 mL) ditambah faktor penambahan (wurster). Hasil uji penetrasi
nifedipin patch transdermal secara in vitro dapat dilihat pada dan Tabel 4.8 dan
Gambar 4.7 dan hasil selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 7 halaman 90.
63
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.8 Hasil uji penetrasi nifedipin patch transdermal secara in vitro
Rata-rata % Kumulatif yang Terpenetrasi
Waktu
F1 F2 F3 F4 F5 F6
0 0 0 0 0 0 0
10 8,08 12,05 12,37 12,09 14,68 14,41
20 10,19 14,79 15,86 13,48 16,65 16,14
30 12,01 16,50 18,19 17,29 19,28 17,73
60 14,10 19,23 21,37 20,32 21,81 20,70
90 16,09 21,68 25,07 22,49 25,43 24,18
120 19,34 24,23 27,79 26,49 28,02 28,19
180 21,76 27,06 30,60 30,30 31,08 31,43
240 25,06 29,81 33,31 34,05 34,84 35,55
360 29,48 32,83 38,00 40,52 40,93 44,63
480 33,13 36,73 41,56 44,54 45,92 53,81
600 39,48 42,54 46,94 47,91 49,72 58,65
720 44,18 50,94 50,08 53,53 54,42 64,22
840 48,66 54,53 54,99 58,57 58,29 69,58
960 51,35 59,17 60,84 63,40 65,02 74,13
1080 57,20 64,93 69,58 68,40 72,03 80,11
1200 62,89 67,40 73,79 72,11 76,74 84,36
1320 64,08 68,68 75,79 72,92 79,58 88,47
1440 65,56 70,24 77,34 74,40 81,80 88,77
100
% kumulatif yang terpenetrasi
90
80
70 Formula 1
60 Formula 2
50 Formula 3
40 Formula 4
30 Formula 5
20
Formula 6
10
0
10201080114012001260132013801440
120180240300360420480540600660720780840900960
60
0
Waktu (menit)
Gambar 4.7 Grafik uji penetrasi nifedipin patch transdermal secara in vitro Tabel
4.8 dan Gambar 4.7 menunjukkan bahwa untuk semua formula terjadi
penetrasi yang besar pada menit awal yaitu menit 10.Pada menit-menit
64
Universitas Sumatera Utara
kecil dibanding kecepatan pada menit 10. Pada menit 1440 keenam formula
(F6), 81,80% (F5), 77,34% (F3), 74,40% (F4), 70,24 (F2) dan 65,56% (F1).
selulosa akan memberi rintangan untuk penetrasi cairan kedalam matriks, yang
mengakibatkan difusi obat akan menjadi lambat. Polimer PVP dan HPMC adalah
polimer hidrofilik yang dapat meningkatkan pelepasan obat, tanpa adanya rate
suatu pori yang dapat meningkatkan pelepasan nifedipin dari basisnya. HPMC
adalah polimer yang dapat mengembang (swellable) apabila berada dalam pelarut
model kinetika yaitu orde nol, orde satu, model Higuchi, dan Korsmeyer Peppas.
pelepasan nifedipin dari patch transdermal dapat dilihat pada Tabel 4.9dan hasil
65
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.9 Kinetika pelepasan nifedipin patch transdermal
Orde nol Orde satu Higuchi Korsmeyer-Peppas
2 2
Formula r r r2 r2
F1 0,967 0,868 0,989 0.981
F2 0,978 0,889 0,983 0,968
F3 0,978 0,871 0,981 0,978
F4 0,962 0,837 0,996 0,989
F5 0,982 0,887 0,987 0,974
F6 0,970 0,865 0,994 0,974
transdermal linier (r2 mendekati 1) pada plot persen kumulatif versus akar waktu
atau mengikuti model Higuchi. Hal ini menunjukkan bahwa mekanisme pelepasan
nifedipin dari patch transdermal adalah melalui proses difusi. Zat aktif semakin
lama akan dilepaskan dengan kecepatan yang rendah, hal ini dikarenakan jarak
difusi aktif semakin panjang (Banakar, 1992). Aplikasinya, model ini dapat
yang dimodifikasi seperti sistem transdermal dan matriks tablet (Dash, at al.,
2010). Hasil Kinetika pelepasan nifedipin dari patch transdermal mengikuti model
Higuchi dapat dilihat pada Tabel 4.10 dan Gambar 4.8 berikut.
100
90
% pelepasan kumulatif
80
70 Formula 1
60 Formula 2
50
Formula 3
40
30 Formula 4
20 Formula 5
10 Formula 6
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Akar Waktu (menit)
66
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.10Kinetika pelepasan nifedipin patch transdermal model Higuchi
Akar Rata-rata persen kumulatif yang terpenetrasi
Waktu
waktu F1 F2 F3 F4 F5 F6
10 3,16 8,08 12,05 12,37 12,09 14,68 14,41
20 4,47 10,19 14,79 15,86 13,48 16,65 16,14
30 5,48 12,01 16,50 18,19 17,29 19,28 17,73
60 7,75 14,10 19,23 21,37 20,32 21,81 20,70
90 9,49 16,09 21,68 25,07 22,49 25,43 24,18
120 10,95 19,34 24,23 27,79 26,49 28,02 28,19
180 13,42 21,76 27,06 30,60 30,30 31,08 31,43
240 15,49 25,06 29,81 33,31 34,05 34,84 35,55
360 18,97 29,48 32,83 38,00 40,52 40,93 44,63
480 21,91 33,13 36,73 41,56 44,54 45,92 53,81
600 24,49 39,48 42,54 46,94 47,91 49,72 58,65
720 26,83 44,18 50,94 50,08 53,53 54,42 64,22
840 28,98 48,66 54,53 54,99 58,57 58,29 69,58
960 30,98 51,35 59,17 60,84 63,40 65,02 74,13
1080 32,86 57,20 64,93 69,58 68,40 72,03 80,11
1200 34,64 62,89 67,40 73,79 72,11 76,74 84,36
1320 36,33 64,08 68,68 75,79 72,92 79,58 88,47
1440 37,95 65,56 70,24 77,34 74,40 81,80 88,77
terpapar dengan sel difusi (μg/cm2). Selanjutnya dibuat kurva hubungan antara
dan hasil selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 9 halaman 126. Tabel 4.11
Hasil penetuan nilai fluks nifedipin patch transdermal
67
Universitas Sumatera Utara
Hasil uji pelepasan menunjukkan bahwa semakin bertambahnya waktu
maka jumlah kumulatif obat yang terlepaskan semakin meningkat. Laju pelepasan
nifedipin dapat diketahui dengan membuat kurva hubungan antara Q (jumlah obat
menunjukkan banyaknya obat yang terlepas tiap satuan luas pada waktu tertentu
(Sinko, 2011).
Tabel 4.10 menggambarkan bahwa rata-rata laju pelepasan pada F6> F5>
nilai fluksyang lebih besar dibandingkan F1, F2, F3, F4, dan F5. Hal ini
apabila berada dalam pelarut yang sesuai (Rowe, et al., 2009).Polimer yang dapat
HPMC yang digunakan maka dapat meningkatkan proses penyerapan air dan
hidrasi dari polimer matriks, sehingga obat akan lebih mudah terlepaskan (Kumar,
et al.,2012).
68
Universitas Sumatera Utara
4.11 Penentuan Formula Optimum
yaitu nilai persen moisture content dan nilai fluks. Persen moisture content dipilih
karena respon tersebut menunjukkan besarnya kandungan air dalam sediaan patch
diharapkan yaitu 1–10 %. Suatu sediaan akan mempunyai stabilitas yang baik
apabila sediaan tersebut mengandung sedikit air sehingga tidak akan mudah
terkontaminasi mikroorganisme.
pada kisaran 1,10± 0,58 sampai 4,25 ± 0,13, sedangkan untuk fluks nilai terkecil
yakni 49,33 dengan r2 0,988 (F1) dan nilai terbesar 68,20 dengan r2 0, 995 (F6),
nilai fluks yang tertinggi adalah pada formula 6. Maka disimpulkan bahwa
percobaan. Sedangkan pada kelinci yang diberi larutan formalin 0,8% (kontrol)
menunjukkan adanya perubahan warna kulit kelinci menjadi merah. Hal ini
69
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan bahwa formula optimum tidak menimbulkan iritasi pada kulit
kelinci (Tyagi dan Goyal, 2017).Uji iritasi kulit kelinci dapat dilihat pada Gambar
4.9 berikut.
70
Universitas Sumatera Utara
4.13 PengujianIn VivoPatch Transdermal Nepedifin
kulit kelinci dicukur pada bagian dorsal, patch transdermal di tempatkan pada
larutan nifedipin 40 ppm dalam larutan dapar fosfat pH 7,4 ditambah asetonitril
hingga 5 mL, centrifuge pada kecepatan 2000 rpm selama 10 menit, uji
Gambar 4.10 dan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 10 halaman 132.
Absorbansi
71
Universitas Sumatera Utara
4.13.3 Kurva kalibrasi
dilakukan dengan membuat larutan nifedipin pada lima titik konsentrasi, yaitu 20,
30, 40, 50 dan 60 µg/mL. 1 mL dari larutan tersebut ditambah 1 mL plasma darah
0,99502. Hasil kurva baku nifedipin dalam larutan plasma darah dapat dilihat pada
Gambar 4.11 dan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 11 halaman 133.
kelinci yang diambil dari vena auricularis telinga kelinci. Pengukuran konsentrasi
72
Universitas Sumatera Utara
gelombang 237,8 nm. Data rata-rata konsentrasi nifedipin pada sediaan patch
transdermal dalam plasma dapat dilihat pada Tabel 4.12dan Gambar 4.12 dan hasil
4.5
plasma
4.0
3.5
3.0
2.5
Konsentrasi dalam
5
0
0
6
0
0
7
0
0
8
0
0
9
0
0
2.0
1.5
1.0
0.5
(μg/mL)
0.0
1000
1100
1200
1300
1400
1500
100
200
300
400
0
Waktu (menit)
Gambar 4.12 Grafikhasil pengujian konsentrasi nifedipin patch transdermal
dalam plasma darah kelinci
Data (Tabel 4.12 dan Grafik 4.11) di atas menunjukkan bahwa sediaan
73
Universitas Sumatera Utara
μg/mL dan waktu maksimum (Tmaks) adalah 960 menit. Nilai Cmaks adalah nilai
merupakan salah satu obat yang termasuk dalam kelas II.Obat kelas II memiliki
permiasi yang tinggi tetapi kelarutannya rendah.Dalam uji secara in vivo tingkat
vitro in vivo (IVIVC) biasanya diterima untuk obat kelas I dan kelas II.Korelasi
obat yang terpenetrasi secara in vitro pH 7,4 versus obat yang terpenetrasi secara
in vivo dari nifedipin dalam patch transdermal dapat dilihat pada Tabel 4.13 dan
Gambar 4.13.
Tabel 4.13 Data obat yang terpenetrasi secara in vitro ph 7,4 vs obat yang
terpenetrasi secara in vivo dari nifedipin patch transdermal
Patch transdermal F6
Waktu
No (menit) Persen kumulatif obat yang Jumlah obat yang terpenetrasi
terpenetrasi secara in vitro secara in vivo (µg/mL)
1 10 14,41 0,10
2 30 17,73 0,25
3 60 20,70 0,38
4 90 24,18 0,62
5 120 28,19 0,85
6 180 31,43 1,15
7 240 35,55 1,51
8 360 44,63 1,82
9 480 53,81 2,13
10 600 58,65 2,29
11 720 64,22 2,94
12 960 74,13 3,98
13 1200 84,36 3,94
14 1440 88,77 3,87
74
Universitas Sumatera Utara
4.40
4.20
4.00
obat yang terpenetrasi secara 3.80
3.60
3.40
3.20
3.00
2.80
in vivo (µg/mL)
2.60
2.40
2.20
2.00 y = 0.052x - 0.504
1.80
1.60 r² = 0.966
1.40
1.20
1.00
0.80
0.60
0.40
Jumlah
0.20
0.00
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
0
5
Harga korelasi (r²) pada pengujian in vitro pH 7,4 dengan in vivo adalah
0,966 hal ini menjelaskan masih terdapat korelasi antara nifedipin dalam patch
transdermal yang diuji secara in vitro dan in vivo karena harga korelasinya lebih
75
Universitas Sumatera Utara
BAB V
5.1 Kesimpulan
patch nefedipin berwarna kuning, kering, tidak berbau dan permukaan rata.
Keseragaman bobot antara 91,16 ± 0,26 mg sampai 95,16 ± 0,12 mg. Moisture
88,77%. Semua formula mengikuti orde pelepasan Higuchi. Nilai fluks terkecil
3,98 ± 0.42 μg/mL dan waktu maksimum (Tmaks) adalah 960 menit. Nilai
5.2 Saran
76
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Akhtar, N., Rehman, M.H., Khan, H.M.S., Rasool, F., Saeed, T., dan Murtaza.
(2011). Penetration Enhancing Effect of Polysorbate 20 and 80 on the in
vitro Percutaneous Absoption of L-Ascorbic Acid. Topical Journal of
Pharma Ceutical Research.10 (3), 281-288.
Alexander, A., Dwivedi, S., Giri, T. K., Saraf, S., Saraf, S., dan Tripathi, D. K.
(2012).Approaches for breaking the barriers of drug permeation through
transdermal drug delivery.Journal of Controlled Release, 164, 26-40.
Ammar, H.O., Ghorab, M., El-Nahhas, S.A., dan Kamel, R. (2007) Evaluation of
Chemical Penetration Enhancher for Transdermal Delivery of
Aspirin.Asian Journal of Pharmaceutical Sciences 2 (3), 96-105.
Ansel, H.C. (2005). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi keempat. Jakarta:
UI-Press. Halaman 176-181.
APVMA (2004) Guidelines For The Validation Of Analytical Method For Active
Constituen, Agricultural And Veterinary Chemical Product. Kinston
APVMA: Australia
Bartosova, L., dan Bajgar, J. (2012). Transdermal Drug Delivery In Vitro Using
Diffusion Cells. Czech Republic: Current Medicinal Chemistry 19, 4671-
4677.
Chauhan, S., Bolmal, U. D., Dandagi, P.M., dan Singh, A. (2015).Design And
Evaluation Of Transdermal Patch Of Felodipine. Indo American Journal
of Pharmaceutical Research.5 (09), 2231-6876
77
Universitas Sumatera Utara
Dash, S., Murthy, P. N., Nath, L., dan Chowdhury, P. (2010). Kinetic modeling on
drug release from controlled drug delivery systems. Acta Pol Pharm, 67
(3), 217-23.
De, P. K., Paul, J., Dey, S. K., Dinda, S. C., dan Rakshit, S. (2011) Formulation,
Physico-chemical characterization and Release kinetic study of
antihypertensive Transdermal Patches. Pelagia Research Library.Der
Pharmacia Sinica.2(5), 98-109
Guljar, M. A., Kumar, K.GB., dan Kumar, S. BP. (2010) Formulation and
Evaluation of Nifedipine Transdermal Patches. Journal of Pharmacy
Research, 3 (8),1785-1787.
Jhawat, V. C., Saini, V., Kamboj, S., dan Maggon, N. (2013). Transdermal Drug
Delivery System : Approaches and Advancements in Drug Absorption
through Skin. Int. J. Pharm. Sci. Rev. 20 (1), P:47-56.
Kumar, S. V., Tarun, P., dan Kumar, T. A., (2013). Transdermal Drug Delivery
System for Non-Steroidal Anti Inflammatory Drug : A Review. Indo
American Journal of Pharmaceutical Research.ISSN 2231-6876.Vol
3.Issue 5. P: 3588-3605.
Moffat, A.C., Osselton, M.D., dan Widdop, B. (2004). Clarke’s Analysis of Drugs
and Poisons. Edisi III. London: Pharmaceutical Press. Halaman 911
Patel, H., Patel, U., Bhimani, B., Daslaniya, D., dan Patel, G. (2012). Transdermal
Drug Delivery System As Prominent Dosage Forms for the Highly
Lipophilic Drugs. Review Article International Journal of Pharmaceutical
Bio-Science1 (3), 42–65.
78
Universitas Sumatera Utara
Parhi, R dan Suresh, P. (2016) Transdermal Delivery Of Diltiazem HCl From
Matrix Film: Effect Of Penetration Enhancers And Study Of
Antihypertensive Activity In Rabbit Model. Journal of Advanced
Research(7), 539–550
Prabhakara, P., Koland, M., Vijaynarayana, K., Harris, N. M., Shankar, G.,
Ahmed, M. G., et al. (2010).Preperation and Evaluation of Transdermal
Patches of Papaverin Hydrochloride.Int. J. Res. Pharm. Sci. 1 (3), 259-
266.
Roderick, B.W., dan Eric, W.S. (1996). The role of percutaneous penetration
enhnacers.Advanced Drug Del. J Pharm Rev. (18), 295-301.
Rowe, R.C., Sheskey, P.J., dan Quinn, M.E. (2009). Handbook of Pharmaceutical
Exipients.Edisi keenam. London: Pharmaceutical Press and American
Pharmacists Assosiation. Hal 257, 273, 413.
Sabati, A. H., Ali, M. A. M., dan Ali, B. A. (2017) Formulation and In-vitro
Evaluation of Baclofen Transdermal Patches. Asian Journal of
Pharmaceutics. 11 (1), S162
Sankar, V., Jhonson, B.D., Sivanand, V., Ravichandran, V., Raghuraman, S.,
Velrazan, G., et al. (2003) Design and Evaluation of Nifedipin
Transdermal Patches. Research Paper.Indian J. Pharm. Sci, 65 (5), 510-
515.
Saroha, K., Yadav, B., dan Sharma, B. (2011). Transdermal Patch, A Discrete
Dosage Form. International Journal of Current Pharmaceutical Research,
3 (3).
Shabbir, M., Fazli, A. R., Ali, S., Raza, M., Sharif, A., Akhtar, M. F., at al. (2017)
Effect of Hydrophilic and Hydrophobic Polymer on In VitroDissolution
and Permeation of Bisoprolol Fumarate. Acta Poloniae Pharmaceutica.74
(1), 187-197
Shargel, L., Wu-pong, S., dan Yu, A.B.C. (2005).Applied Biopharmaceutics &
Pharmacokinetics.Edisi ke-5. Boston: McGraw Hill. Halaman 86-95.
79
Universitas Sumatera Utara
Sharma, A., Saini, S., dan Rana, A. C. (2013). Transdermal Drug Delivery
system: A Review. International Journal of Research in Pharmaceutical
and Biomedical Sciences.ISSN 2229-3701.Vol. 4 (1). P: 286-292.
Sharma, K., Mittal, A., dan Agrahari, P. (2016) Skin Permeation of Candesartan
Cilexetil from Transdermal Patch Containing Aloe Vera Gel as
Penetration Enhancer.Asian Journal of Pharmaceutics.10 (2), 124
Shirsand, S. B., Ladhane, G. M., Prathap S., dan Prakash P. V. (2012). Design
And Evaluation Of Matrix Transdermal Patches Of Meloxicam. RGUSH
J. Pharmacy. Vol 2 (4): 58-62.
Shivaraj, A., Selvam, R. P., Mani, T. T., dan Sivakumar, T. (2010). Design And
Evaluation of Transdermal Drug Delivery of Ketotifen Fumarate. Int J
Pharm Biomed Research.ISSN 0976-0350. Vol (2) : 42-47.
Wen, H., dan Park, K. (2010). Oral controlled release formulation design and drug
delivery. Theory to practice. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc
Williams A.C, dan Barry B.W., (2004). Penetration enhancers, Advanced drug
delivery reviews. Halaman 56, 603-618
Wongpayapkul, L., Leesawat, P., Rittirod, T., Klangtrakul, K., dan Pongpaibul, Y.
(2006).Effec of Single and Combined Permeation Enhancers on the Skin
Permiation of Ketoprofen Transdermal Drug Delivery
System.CMU.Journal 5(1),41.
80
Universitas Sumatera Utara
Yener, G., Uner, M., Ganullu, U., Yildirim, S., dan Kilic, P. (2010). Design of
Meloxicam and Lornoxicam Transdermal Patches : Preparation, Physical
Characterization, ex Vivo and in vivo Studies. Chem. Pharm. Bull 58 (11),
1466-1473
81
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1 Hasil pengujian ketebalan patch
82
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1 Lanjutan
83
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2 Hasil pengujian kandungan air (moisture content)
84
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3 Hasil pengujian daya serap air (moisture uptake)
85
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4 Kurva penentuan panjang gelombang nifedipin
86
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5 Kurva kalibrasi nifedipin
87
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6 Hasil pengujian kadar nifedipin dalam sediaan patch
Bobot
Konsentrasi
For Pat Absor Konsentrasi Kadar
Replipkasi Teoritis
mula ch bansi (ppm) Nifedipi(%)
(ppm)
(mg)
1 92,1 184,20 0,431 174,96 94,98
1 2 90,1 180,20 0,431 174,96 97,09
3 95,5 191,00 0,464 188,37 98,62
Persen kadar rata-rata ± standar deviasi 96,90 ± 1,83
Coifisien variasi (CV) 1,89
1 93,9 187,80 0,463 187,96 100,09
2 2 90,1 180,20 0,431 174,96 97,09
3 95,8 191,60 0,464 188,37 98,31
Persen kadar rata-rata ± standar deviasi 98,50 ± 1,51
Coifisien variasi (CV) 1,53
1 95,6 191,20 0,463 187,96 98,31
3 2 95,8 191,60 0,464 188,37 98,31
3 96,2 192,40 0,464 188,37 97,91
Persen kadar rata-rata ± standar deviasi 98,18 ± 0,23
Coifisien variasi (CV) 0,24
1 89,7 179,40 0,431 174,96 97,52
4 2 89,8 179,60 0,431 174,96 97,41
3 90,2 180,40 0,429 174,14 96,53
Persen kadar rata-rata ± standar deviasi 97,16 ± 0,54
Coifisien variasi (CV) 0,56
1 91,1 182,20 0,431 174,96 96,02
5 2 88,5 177,00 0,431 174,96 98,84
3 90,5 181,00 0,429 174,14 96,21
Persen kadar rata-rata ± standar deviasi 97,03 ± 1,58
Coifisien variasi (CV) 1,63
1 94,8 189,60 0,463 187,96 99,14
6 2 94,7 189,40 0,464 188,37 99,46
3 94,6 189,20 0,464 188,37 99,56
Persen kadar rata-rata ± standar deviasi 99,38 ± 0,22
Coifisien variasi (CV) 0,22
88
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6 Lanjutan
x = 174,96
89
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7 Hasil pengujian penetrasi nifedipin patch secara in vitro
Formula 1
Replikasi 1(bobot patch 92,2 mg)
konsentrasi Konsentrasi faktor konsentrasi % Kadar Nifedipin
waktu Absorbansi Konsentrasi X dalam 15 ml penambahan kumulaitf kumulatif per satuan Luas
(menit) μg/mL F. P (μg/mL) (μg) (μg) (μg) yang terpenetrasi μg/cm2
0 0 0 0 0 0 0 0 0
10 0,013 5,04 25,18 377,74 0 377,74 7,28 213,90
20 0,018 7,07 35,35 530,18 25,18 555,37 10,71 314,48
30 0,018 7,07 35,35 530,18 60,53 590,71 11,39 334,49
60 0,021 8,29 41,44 621,65 95,87 717,52 13,84 406,30
90 0,023 9,10 45,51 682,62 137,32 819,94 15,81 464,29
120 0,027 10,73 53,64 804,57 182,83 987,40 19,04 559,12
180 0,029 11,54 57,70 865,55 236,46 1102,01 21,25 624,02
240 0,034 13,57 67,87 1017,99 294,17 1312,15 25,30 743,01
360 0,038 15,20 76,00 1139,94 362,03 1501,97 28,96 850,49
480 0,043 17,23 86,16 1292,38 438,03 1730,41 33,37 979,85
600 0,048 19,26 96,32 1444,82 524,19 1969,00 37,97 1114,95
720 0,054 21,70 108,52 1627,74 620,51 2248,25 43,36 1273,08
840 0,059 23,74 118,68 1780,18 729,02 2509,21 48,39 1420,84
960 0,059 23,74 118,68 1780,18 847,70 2627,89 50,68 1488,04
1080 0,065 26,17 130,87 1963,11 966,38 2929,49 56,49 1658,83
1200 0,07 28,21 141,04 2115,55 1097,26 3212,80 61,96 1819,26
1320 0,069 27,80 139,00 2085,06 1238,29 3323,35 64,09 1881,85
1440 0,065 26,17 130,87 1963,11 1377,30 3340,41 64,42 1891,51
90
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7 Lanjutan
Formula 1
Replikasi 2(bobot patch 92,1 mg)
konsentrasi Konsentrasi faktor konsentrasi % Kadar Nifedipin
waktu Konsentrasi
Absorbansi X dalam 15 ml penambahan kumulaitf kumulatif per satuan Luas
(menit) μg/mL F. P (μg/mL) (μg) (μg) (μg) yang terpenetrasi μg/cm2
0 0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
10 0,015 5,85 29,25 438,72 0,00 438,72 8,47 248,43
20 0,016 6,26 31,28 469,21 29,25 498,46 9,62 282,25
30 0,020 7,88 39,41 591,16 60,53 651,69 12,58 369,02
60 0,022 8,70 43,48 652,13 99,94 752,07 14,52 425,86
90 0,024 9,51 47,54 713,11 143,41 856,52 16,54 485,01
120 0,028 11,13 55,67 835,06 190,96 1026,02 19,81 580,98
180 0,030 11,95 59,74 896,04 246,63 1142,66 22,06 647,03
240 0,033 13,17 65,83 987,50 306,36 1293,86 24,98 732,65
360 0,040 16,01 80,06 1200,91 372,20 1573,11 30,37 890,78
480 0,043 17,23 86,16 1292,38 452,26 1744,63 33,68 987,90
600 0,052 20,89 104,45 1566,77 538,41 2105,18 40,64 1192,06
720 0,056 22,52 112,58 1688,72 642,87 2331,59 45,01 1320,26
840 0,059 23,74 118,68 1780,18 755,45 2535,63 48,95 1435,80
960 0,06 24,14 120,71 1810,67 874,13 2684,80 51,83 1520,27
1080 0,066 26,58 132,91 1993,60 994,84 2988,43 57,69 1692,21
1200 0,071 28,61 143,07 2146,04 1127,74 3273,78 63,20 1853,78
1320 0,068 27,39 136,97 2054,57 1270,81 3325,39 64,20 1883,00
1440 0,067 26,99 134,94 2024,09 1407,78 3431,87 66,25 1943,30
91
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7 Lanjutan
Formula 1
Replikasi 3 (bobot patch 92,0 mg)
konsentrasi Konsentrasi faktor konsentrasi % Kadar Nifedipin
waktu Konsentrasi
Absorbansi X dalam 15 ml penambahan kumulaitf kumulatif per satuan Luas
(menit) μg/mL F. P (μg/mL) (μg) (μg) (μg) yang terpenetrasi μg/cm2
0 0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
10 0,015 5,85 29,25 438,72 0,00 438,72 8,48 248,43
20 0,017 6,66 33,31 499,70 29,25 528,94 10,22 299,51
30 0,019 7,48 37,38 560,67 62,56 623,23 12,04 352,91
60 0,021 8,29 41,44 621,65 99,94 721,59 13,95 408,60
90 0,023 9,10 45,51 682,62 141,38 824,00 15,93 466,59
120 0,027 10,73 53,64 804,57 186,89 991,46 19,16 561,42
180 0,030 11,95 59,74 896,04 240,53 1136,57 21,97 643,58
240 0,033 13,17 65,83 987,50 300,26 1287,76 24,89 729,20
360 0,038 15,20 76,00 1139,94 366,10 1506,04 29,11 852,80
480 0,041 16,42 82,09 1231,40 442,09 1673,50 32,34 947,62
600 0,051 20,48 102,42 1536,28 524,19 2060,47 39,82 1166,74
720 0,055 22,11 110,55 1658,23 626,61 2284,84 44,16 1293,79
840 0,059 23,74 118,68 1780,18 737,15 2517,34 48,65 1425,45
960 0,06 24,14 120,71 1810,67 855,83 2666,50 51,53 1509,91
1080 0,066 26,58 132,91 1993,60 976,54 2970,14 57,40 1681,85
1200 0,072 29,02 145,10 2176,52 1109,45 3285,98 63,51 1860,69
1320 0,068 27,39 136,97 2054,57 1254,55 3309,13 63,95 1873,80
1440 0,067 26,99 134,94 2024,09 1391,52 3415,61 66,01 1934,09
92
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7 Lanjutan
Rata-rata formula 1
% kumulatif yang terpenetrasi rata- rata standar Logaritma Logaritma
Waktu Akarwaktu
Replikasi 1 Replikasi 2 Reflikasi 3 (%) deviasi waktu konsentrasi
0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
10 7,28 8,47 8,48 8,08 0,69 3,16 1,00 0,91
20 10,71 9,62 10,22 10,19 0,54 4,47 1,30 1,01
30 11,39 12,58 12,04 12,01 0,60 5,48 1,48 1,08
60 13,84 14,52 13,95 14,10 0,37 7,75 1,78 1,15
90 15,81 16,54 15,93 16,09 0,39 9,49 1,95 1,21
120 19,04 19,81 19,16 19,34 0,41 10,95 2,08 1,29
180 21,25 22,06 21,97 21,76 0,44 13,42 2,26 1,34
240 25,30 24,98 24,89 25,06 0,22 15,49 2,38 1,40
360 28,96 30,37 29,11 29,48 0,77 18,97 2,56 1,47
480 33,37 33,68 32,34 33,13 0,70 21,91 2,68 1,52
600 37,97 40,64 39,82 39,48 1,37 24,49 2,78 1,60
720 43,36 45,01 44,16 44,18 0,83 26,83 2,86 1,65
840 48,39 48,95 48,65 48,66 0,28 28,98 2,92 1,69
960 50,68 51,83 51,53 51,35 0,60 30,98 2,98 1,71
1080 56,49 57,69 57,40 57,20 0,63 32,86 3,03 1,76
1200 61,96 63,20 63,51 62,89 0,82 34,64 3,08 1,80
1320 64,09 64,20 63,95 64,08 0,12 36,33 3,12 1,81
1440 64,42 66,25 66,01 65,56 1,00 37,95 3,16 1,82
93
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7 Lanjutan
Grafik Formula 1
70 2.0
60
1.5
50
40 1.0 y = 0,000x + 1,151
30
y = 0,041x + 11,30 r² = 0,868
20 r² = 0,967 0.5
10
0.0
0
0 250 500 750 1000 1250 1500
0 250 500 750 1000 1250 1500
Waktu (menit) Waktu (menit)
ati
ku
ul
m
f
2.0 70
60
1.5
f
50
pelepasa
40
1.0 y = 0,433x + 0,409
30 y = 1,686x + 0,454
n
r² = 0.981
Log % n
0.5 20 r² = 0,989
10
%
0.0 0
0 0 10 20 30 40
Lampiran 7 Lanjutan 1 2 3 4
Log Waktu (menit) Akar waktu (menit)
94
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7 Lanjutan
Formula 2
Replikasi 1 (bobot patch 93,3 mg)
konsentrasi Konsentrasi faktor konsentrasi % Kadar Nifedipin
waktu Konsentrasi
Absorbansi X dalam 15 ml penambahan kumulaitf kumulatif per satuan Luas
(menit) μg/mL F. P (μg/mL) (μg) (μg) (μg) yang terpenetrasi μg/cm2
0 0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0 0,00
10 0,021 8,29 41,44 621,65 0,00 621,65 11,85 352,01
20 0,024 9,51 47,54 713,11 41,44 754,55 14,38 427,27
30 0,025 9,91 49,57 743,60 88,98 832,58 15,87 471,45
60 0,029 11,54 57,70 865,55 138,56 1004,11 19,14 568,58
90 0,030 11,95 59,74 896,04 196,26 1092,30 20,82 618,51
120 0,033 13,17 65,83 987,50 256,00 1243,50 23,70 704,13
180 0,037 14,79 73,96 1109,45 321,83 1431,28 27,28 810,46
240 0,039 15,61 78,03 1170,43 395,79 1566,22 29,85 886,87
360 0,041 16,42 82,09 1231,40 473,82 1705,22 32,50 965,59
480 0,046 18,45 92,26 1383,84 555,91 1939,76 36,97 1098,39
600 0,053 21,30 106,48 1597,26 648,17 2245,43 42,79 1271,48
720 0,064 25,77 128,84 1932,62 754,65 2687,28 51,21 1521,67
840 0,065 26,17 130,87 1963,11 883,50 2846,61 54,25 1611,89
960 0,069 27,80 139,00 2085,06 1014,37 3099,43 59,07 1755,06
1080 0,074 29,83 149,17 2237,50 1153,37 3390,87 64,62 1920,09
1200 0,074 29,83 149,17 2237,50 1302,54 3540,04 67,46 2004,55
1320 0,072 29,02 145,10 2176,52 1451,71 3628,23 69,14 2054,49
1440 0,071 28,61 143,07 2146,04 1596,81 3742,85 71,33 2119,39
95
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7 Lanjutan
Formula 2
Replikasi 2 (bobot patch 93,0 mg)
konsentrasi Konsentrasi faktor konsentrasi % Kadar Nifedipin
waktu Konsentrasi
Absorbansi X dalam 15 ml penambahan kumulaitf kumulatif per satuan Luas
(menit) μg/mL F. P (μg/mL) (μg) (μg) (μg) yang terpenetrasi μg/cm2
0 0 0 0 0 0 0 0 0
10 0,021 8,29 41,44 621,65 0,00 621,65 11,89 352,01
20 0,025 9,91 49,57 743,60 41,44 785,04 15,01 444,53
30 0,027 10,73 53,64 804,57 91,02 895,59 17,12 507,13
60 0,029 11,54 57,70 865,55 144,65 1010,20 19,31 572,03
90 0,032 12,76 63,80 957,01 202,36 1159,37 22,17 656,49
120 0,033 13,17 65,83 987,50 266,16 1253,66 23,97 709,89
180 0,036 14,39 71,93 1078,96 331,99 1410,96 26,98 798,96
240 0,039 15,61 78,03 1170,43 403,92 1574,35 30,10 891,48
360 0,041 16,42 82,09 1231,40 481,95 1713,35 32,76 970,19
480 0,045 18,04 90,22 1353,35 564,04 1917,40 36,66 1085,73
600 0,051 20,48 102,42 1536,28 654,27 2190,55 41,88 1240,40
720 0,063 25,36 126,81 1902,13 756,69 2658,82 50,83 1505,56
840 0,066 26,58 132,91 1993,60 883,50 2877,09 55,01 1629,16
960 0,069 27,80 139,00 2085,06 1016,40 3101,46 59,30 1756,21
1080 0,075 30,24 151,20 2267,99 1155,41 3423,39 65,45 1938,50
1200 0,073 29,43 147,13 2207,01 1306,61 3513,62 67,18 1989,59
1320 0,069 27,80 139,00 2085,06 1453,74 3538,80 67,66 2003,85
1440 0,068 27,39 136,97 2054,57 1592,74 3647,32 69,73 2065,30
96
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7 Lanjutan
Formula 2
Replikasi 3 (bobot patch 93,1 mg)
konsentrasi Konsentrasi faktor konsentrasi % Kadar Nifedipin
waktu Konsentrasi
Absorbansi X dalam 15 ml penambahan kumulaitf kumulatif per satuan Luas
(menit) μg/mL F. P (μg/mL) (μg) (μg) (μg) yang terpenetrasi μg/cm2
0 0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0 0
10 0,022 8,70 43,48 652,13 0,00 652,13 12,41 369,27
20 0,025 9,91 49,57 743,60 43,48 787,07 14,98 445,68
30 0,026 10,32 51,61 774,09 93,05 867,13 16,51 491,02
60 0,029 11,54 57,70 865,55 144,65 1010,20 19,23 572,03
90 0,032 12,76 63,80 957,01 202,36 1159,37 22,07 656,49
120 0,035 13,98 69,90 1048,48 266,16 1314,63 25,03 744,41
180 0,036 14,39 71,93 1078,96 336,06 1415,02 26,94 801,26
240 0,038 15,20 76,00 1139,94 407,99 1547,93 29,47 876,52
360 0,042 16,83 84,13 1261,89 483,98 1745,87 33,24 988,60
480 0,045 18,04 90,22 1353,35 568,11 1921,46 36,58 1088,03
600 0,053 21,30 106,48 1597,26 658,33 2255,59 42,94 1277,23
720 0,063 25,36 126,81 1902,13 764,82 2666,95 50,77 1510,16
840 0,065 26,17 130,87 1963,11 891,63 2854,74 54,35 1616,50
960 0,069 27,80 139,00 2085,06 1022,50 3107,56 59,16 1759,66
1080 0,074 29,83 149,17 2237,50 1161,50 3399,00 64,71 1924,69
1200 0,074 29,83 149,17 2237,50 1310,67 3548,17 67,55 2009,16
1320 0,072 29,02 145,10 2176,52 1459,84 3636,36 69,23 2059,10
1440 0,068 27,39 136,97 2054,57 1604,94 3659,51 69,67 2072,20
97
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7 Lanjutan
Rata-rata formula 2
% kumulatif yang terpenetrasi rata- rata standar Logaritma Logaritma
Waktu Akarwaktu
Replikasi 1 Replikasi 2 Reflikasi 3 (%) deviasi waktu konsentrasi
0 0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
10 11,85 11,89 12,41 12,05 0,32 3,16 1,00 1,08
20 14,38 15,01 14,98 14,79 0,36 4,47 1,30 1,17
30 15,87 17,12 16,51 16,50 0,63 5,48 1,48 1,22
60 19,14 19,31 19,23 19,23 0,09 7,75 1,78 1,28
90 20,82 22,17 22,07 21,68 0,75 9,49 1,95 1,34
120 23,70 23,97 25,03 24,23 0,70 10,95 2,08 1,38
180 27,28 26,98 26,94 27,06 0,19 13,42 2,26 1,43
240 29,85 30,10 29,47 29,81 0,32 15,49 2,38 1,47
360 32,50 32,76 33,24 32,83 0,38 18,97 2,56 1,52
480 36,97 36,66 36,58 36,73 0,20 21,91 2,68 1,57
600 42,79 41,88 42,94 42,54 0,57 24,49 2,78 1,63
720 51,21 50,83 50,77 50,94 0,24 26,83 2,86 1,71
840 54,25 55,01 54,35 54,53 0,41 28,98 2,92 1,74
960 59,07 59,30 59,16 59,17 0,11 30,98 2,98 1,77
1080 64,62 65,45 64,71 64,93 0,46 32,86 3,03 1,81
1200 67,46 67,18 67,55 67,40 0,20 34,64 3,08 1,83
1320 69,14 67,66 69,23 68,68 0,88 36,33 3,12 1,84
1440 71,33 69,73 69,67 70,24 0,94 37,95 3,16 1,85
98
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7 Lanjutan
Grafik Formula 2
70
2.0
60
50 1.5
40 y = 0,000x + 1,275
30 y = 0,041x + 17,35 1.0 r² = 0,889
20 r² = 0,978 0.5
10
0.0
0 0 250 500 750 1000 1250 1500
0 250 500 750 1000 1250 1500
Waktu (menit) Waktu (menit)
2.0 80
% pelepasan kumulatif
70
1.5 60
50
1.0 y = 0,365x + 0,654 40
y = 1,715x + 4,921
r² = 0,968 30
0.5 r² = 0,983
20
10
0.0 0
0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 0 10 20 30 40
Log Waktu (menit) Akar Waktu
99
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7 Lanjutan
Formula 3
Replikasi 1 (bobot patch 95,0 mg)
konsentrasi Konsentrasi faktor konsentrasi % Kadar Nifedipin
waktu Konsentrasi
Absorbansi X dalam 15 ml penambahan kumulaitf kumulatif per satuan Luas
(menit) μg/mL F. P (μg/mL) (μg) (μg) (μg) yang terpenetrasi μg/cm2
0 0 0 0 0 0 0 0 0
10 0,022 8,70 43,48 652,13 0,00 652,13 12,21 369,27
20 0,027 10,73 53,64 804,57 43,48 848,05 15,87 480,21
30 0,028 11,13 55,67 835,06 97,11 932,17 17,45 527,85
60 0,033 13,17 65,83 987,50 152,78 1140,28 21,34 645,69
90 0,037 14,79 73,96 1109,45 218,62 1328,07 24,86 752,02
120 0,039 15,61 78,03 1170,43 292,58 1463,01 27,38 828,43
180 0,042 16,83 84,13 1261,89 370,61 1632,50 30,55 924,41
240 0,044 17,64 88,19 1322,87 454,74 1777,60 33,27 1006,57
360 0,049 19,67 98,35 1475,30 542,93 2018,23 37,77 1142,83
480 0,052 20,89 104,45 1566,77 641,28 2208,05 41,33 1250,31
600 0,06 24,14 120,71 1810,67 745,73 2556,40 47,85 1447,57
720 0,062 24,96 124,78 1871,65 866,44 2738,09 51,25 1550,45
840 0,063 25,36 126,81 1902,13 991,22 2893,35 54,15 1638,37
960 0,068 27,39 136,97 2054,57 1118,03 3172,60 59,38 1796,49
1080 0,08 32,27 161,36 2420,43 1255,00 3675,43 68,79 2081,22
1200 0,082 33,09 165,43 2481,40 1416,36 3897,76 72,95 2207,11
1320 0,081 32,68 163,39 2450,91 1581,79 4032,70 75,48 2283,52
1440 0,079 31,87 159,33 2389,94 1745,18 4135,12 77,39 2341,52
100
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7 Lanjutan
Formula 3
Replikasi 2 (bobot patch mg)
konsentrasi Konsentrasi faktor konsentrasi % Kadar Nifedipin
waktu Konsentrasi
Absorbansi X dalam 15 ml penambahan kumulaitf kumulatif per satuan Luas
(menit) μg/mL F. P (μg/mL) (μg) (μg) (μg) yang terpenetrasi μg/cm2
0 0 0 0 0 0 0 0 0
10 0,022 8,70 43,48 652,13 0,00 652,13 12,18 369,27
20 0,027 10,73 53,64 804,57 43,48 848,05 15,84 480,21
30 0,03 11,95 59,74 896,04 97,11 993,15 18,55 562,37
60 0,033 13,17 65,83 987,50 156,85 1144,35 21,37 647,99
90 0,037 14,79 73,96 1109,45 222,68 1332,13 24,88 754,32
120 0,041 16,42 82,09 1231,40 296,65 1528,05 28,54 865,26
180 0,042 16,83 84,13 1261,89 378,74 1640,63 30,64 929,01
240 0,044 17,64 88,19 1322,87 462,87 1785,73 33,35 1011,17
360 0,05 20,08 100,39 1505,79 551,06 2056,85 38,42 1164,69
480 0,053 21,30 106,48 1597,26 651,44 2248,70 42,00 1273,33
600 0,057 22,92 114,61 1719,21 757,93 2477,13 46,27 1402,68
720 0,06 24,14 120,71 1810,67 872,54 2683,21 50,11 1519,37
840 0,064 25,77 128,84 1932,62 993,25 2925,87 54,65 1656,78
960 0,07 28,21 141,04 2115,55 1122,09 3237,64 60,47 1833,32
1080 0,084 33,90 169,49 2542,38 1263,13 3805,51 71,08 2154,87
1200 0,083 33,49 167,46 2511,89 1432,62 3944,51 73,67 2233,59
1320 0,081 32,68 163,39 2450,91 1600,08 4051,00 75,66 2293,88
1440 0,08 32,27 161,36 2420,43 1763,48 4183,90 78,14 2369,14
101
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7 Lanjutan
Formula 3
Replikasi 3 (bobot patch 95,3 mg)
konsentrasi Konsentrasi faktor konsentrasi % Kadar Nifedipin
waktu Konsentrasi
Absorbansi X dalam 15 ml penambahan kumulaitf kumulatif per satuan Luas
(menit) μg/mL F. P (μg/mL) (μg) (μg) (μg) yang terpenetrasi μg/cm2
0 0 0 0 0 0 0 0 0
10 0,023 9,10 45,51 682,62 0,00 682,62 12,74 386,54
20 0,027 10,73 53,64 804,57 45,51 850,08 15,86 481,36
30 0,03 11,95 59,74 896,04 99,15 995,18 18,57 563,52
60 0,033 13,17 65,83 987,50 158,88 1146,38 21,39 649,14
90 0,038 15,20 76,00 1139,94 224,72 1364,65 25,46 772,74
120 0,039 15,61 78,03 1170,43 300,71 1471,14 27,45 833,03
180 0,042 16,83 84,13 1261,89 378,74 1640,63 30,61 929,01
240 0,044 17,64 88,19 1322,87 462,87 1785,73 33,32 1011,17
360 0,049 19,67 98,35 1475,30 551,06 2026,36 37,81 1147,43
480 0,052 20,89 104,45 1566,77 649,41 2216,18 41,35 1254,91
600 0,058 23,33 116,65 1749,70 753,86 2503,56 46,71 1417,64
720 0,058 23,33 116,65 1749,70 870,51 2620,20 48,89 1483,69
840 0,067 26,99 134,94 2024,09 987,15 3011,24 56,18 1705,12
960 0,074 29,83 149,17 2237,50 1122,09 3359,59 62,68 1902,37
1080 0,08 32,27 161,36 2420,43 1271,26 3691,69 68,88 2090,42
1200 0,085 34,30 171,52 2572,87 1432,62 4005,49 74,73 2268,11
1320 0,082 33,09 165,43 2481,40 1604,15 4085,55 76,23 2313,45
1440 0,077 31,05 155,26 2328,96 1769,57 4098,54 76,47 2320,80
102
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7 Lanjutan
Rata-rata formula 3
% kumulatif yang terpenetrasi rata- rata standar Logaritma Logaritma
Waktu Akarwaktu
Replikasi 1 Replikasi 2 Reflikasi 3 (%) deviasi waktu konsentrasi
0 0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
10 12,21 12,18 12,74 12,37 0,31 3,16 1,00 1,09
20 15,87 15,84 15,86 15,86 0,02 4,47 1,30 1,20
30 17,45 18,55 18,57 18,19 0,64 5,48 1,48 1,26
60 21,34 21,37 21,39 21,37 0,02 7,75 1,78 1,33
90 24,86 24,88 25,46 25,07 0,34 9,49 1,95 1,40
120 27,38 28,54 27,45 27,79 0,65 10,95 2,08 1,44
180 30,55 30,64 30,61 30,60 0,04 13,42 2,26 1,49
240 33,27 33,35 33,32 33,31 0,04 15,49 2,38 1,52
360 37,77 38,42 37,81 38,00 0,36 18,97 2,56 1,58
480 41,33 42,00 41,35 41,56 0,38 21,91 2,68 1,62
600 47,85 46,27 46,71 46,94 0,82 24,49 2,78 1,67
720 51,25 50,11 48,89 50,08 1,18 26,83 2,86 1,70
840 54,15 54,65 56,18 54,99 1,06 28,98 2,92 1,74
960 59,38 60,47 62,68 60,84 1,68 30,98 2,98 1,78
1080 68,79 71,08 68,88 69,58 1,29 32,86 3,03 1,84
1200 72,95 73,67 74,73 73,79 0,90 34,64 3,08 1,87
1320 75,48 75,66 76,23 75,79 0,39 36,33 3,12 1,88
1440 77,39 78,14 76,47 77,34 0,84 37,95 3,16 1,89
103
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7 Lanjutan
Grafik Formula 3
70
2.00
60
50 1.50
40 y = 0.043x + 19.33 y = 0,000x + 1,319
30 r² = 0.978 1.00 r² = 0,871
20
0.50
10
0 0.00
0 250 500 750 1000 1250 1500 0 500 1000 1500
Waktu (menit) Waktu (menit)
2.0
% pelepasan kumulatif
80
70
1.5 60
y = 0,361x + 0,7 50
1.0 r² = 0,978 40
30 y = 1,817x + 6,192
0.5 20 r² = 0,981
10
0.0
0
0.0 1.0 2.0 3.0 4.0
0 10 20 30 40
Log Waktu (menit)
Akar waktu (menit)
104
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7 Lanjutan
Formula 4
Replikasi 1 (bobot patch 90,2 mg)
konsentrasi Konsentrasi faktor konsentrasi % Kadar Nifedipin
waktu Konsentrasi
Absorbansi X dalam 15 ml penambahan kumulaitf kumulatif per satuan Luas
(menit) μg/mL F. P (μg/mL) (μg) (μg) (μg) yang terpenetrasi μg/cm2
0 0 0 0 0 0 0 0 0
10 0,020 7,88 39,41 591,16 0,00 591,16 11,65 334,74
20 0,021 8,29 41,44 621,65 39,41 661,06 13,03 374,32
30 0,026 10,32 51,61 774,09 80,85 854,94 16,85 484,11
60 0,030 11,95 59,74 896,04 132,46 1028,50 20,27 582,39
90 0,032 12,76 63,80 957,01 192,20 1149,21 22,65 650,74
120 0,036 14,39 71,93 1078,96 256,00 1334,96 26,31 755,92
180 0,041 16,42 82,09 1231,40 327,93 1559,33 30,74 882,97
240 0,045 18,04 90,22 1353,35 410,02 1763,37 34,76 998,51
360 0,052 20,89 104,45 1566,77 500,24 2067,01 40,75 1170,45
480 0,054 21,70 108,52 1627,74 604,70 2232,44 44,01 1264,12
600 0,057 22,92 114,61 1719,21 713,21 2432,42 47,95 1377,36
720 0,064 25,77 128,84 1932,62 827,83 2760,45 54,41 1563,11
840 0,067 26,99 134,94 2024,09 956,67 2980,75 58,76 1687,86
960 0,069 27,80 139,00 2085,06 1091,61 3176,67 62,62 1798,79
1080 0,077 31,05 155,26 2328,96 1230,61 3559,57 70,17 2015,61
1200 0,077 31,05 155,26 2328,96 1385,87 3714,84 73,23 2103,53
1320 0,074 29,83 149,17 2237,50 1541,14 3778,64 74,49 2139,66
1440 0,071 28,61 143,07 2146,04 1690,30 3836,34 75,62 2172,33
105
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7 Lanjutan
Formula 4
Replikasi 2 (bobot patch 90,4 mg)
konsentrasi Konsentrasi faktor konsentrasi % Kadar Nifedipin
waktu Konsentrasi
Absorbansi X dalam 15 ml penambahan kumulaitf kumulatif per satuan Luas
(menit) μg/mL F.P (μg/mL) (μg) (μg) (μg) yang terpenetrasi μg/cm2
0 0 0 0 0 0 0 0 0
10 0,022 8,70 43,48 652,13 0,00 652,13 12,34 369,27
20 0,023 9,10 45,51 682,62 43,48 726,10 13,73 411,15
30 0,028 11,13 55,67 835,06 88,98 924,04 17,48 523,24
60 0,031 12,35 61,77 926,52 144,65 1071,18 20,26 606,56
90 0,032 12,76 63,80 957,01 206,42 1163,43 22,01 658,80
120 0,037 14,79 73,96 1109,45 270,22 1379,67 26,10 781,24
180 0,040 16,01 80,06 1200,91 344,19 1545,10 29,23 874,92
240 0,045 18,04 90,22 1353,35 424,25 1777,60 33,62 1006,57
360 0,053 21,30 106,48 1597,26 514,47 2111,73 39,94 1195,77
480 0,056 22,52 112,58 1688,72 620,96 2309,67 43,69 1307,86
600 0,058 23,33 116,65 1749,70 733,54 2483,23 46,97 1406,13
720 0,063 25,36 126,81 1902,13 850,18 2752,32 52,06 1558,50
840 0,068 27,39 136,97 2054,57 976,99 3031,57 57,34 1716,63
960 0,072 29,02 145,10 2176,52 1113,96 3290,49 62,24 1863,24
1080 0,072 29,02 145,10 2176,52 1259,07 3435,59 64,99 1945,41
1200 0,076 30,65 153,23 2298,48 1404,17 3702,64 70,04 2096,63
1320 0,073 29,43 147,13 2207,01 1557,40 3764,41 71,21 2131,60
1440 0,07 28,21 141,04 2115,55 1704,53 3820,08 72,26 2163,13
106
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7 Lanjutan
Formula 4
Replikasi 3 (bobot patch 90,1 mg)
konsentrasi Konsentrasi faktor konsentrasi % Kadar Nifedipin
waktu Konsentrasi
Absorbansi X dalam 15 ml penambahan kumulaitf kumulatif per satuan Luas
(menit) μg/mL F. P (μg/mL) (μg) (μg) (μg) yang terpenetrasi μg/cm2
0 0 0 0 0 0 0 0 0
10 0,021 8,29 41,44 621,65 0,00 621,65 12,27 352,01
20 0,022 8,70 43,48 652,13 41,44 693,58 13,69 392,74
30 0,027 10,73 53,64 804,57 84,92 889,49 17,55 503,68
60 0,030 11,95 59,74 896,04 138,56 1034,59 20,42 585,84
90 0,032 12,76 63,80 957,01 198,29 1155,30 22,80 654,19
120 0,037 14,79 73,96 1109,45 262,09 1371,54 27,07 776,64
180 0,041 16,42 82,09 1231,40 336,06 1567,46 30,93 887,58
240 0,043 17,23 86,16 1292,38 418,15 1710,53 33,76 968,59
360 0,052 20,89 104,45 1566,77 504,31 2071,08 40,87 1172,75
480 0,057 22,92 114,61 1719,21 608,76 2327,97 45,94 1318,21
600 0,058 23,33 116,65 1749,70 723,37 2473,07 48,80 1400,38
720 0,063 25,36 126,81 1902,13 840,02 2742,15 54,11 1552,75
840 0,068 27,39 136,97 2054,57 966,83 3021,40 59,62 1710,87
960 0,073 29,43 147,13 2207,01 1103,80 3310,81 65,34 1874,75
1080 0,076 30,65 153,23 2298,48 1250,93 3549,41 70,04 2009,86
1200 0,076 30,65 153,23 2298,48 1404,17 3702,64 73,07 2096,63
1320 0,071 28,61 143,07 2146,04 1557,40 3703,43 73,08 2097,08
1440 0,07 28,21 141,04 2115,55 1700,47 3816,02 75,31 2160,82
107
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7 Lanjutan
Rata-rata formula 4
% kumulatif yang terpenetrasi rata- rata standar Logaritma Logaritma
Waktu Akarwaktu
Replikasi 1 Replikasi 2 Reflikasi 3 (%) deviasi waktu konsentrasi
0 0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
10 11,65 12,34 12,27 12,09 0,38 3,16 1,00 1,08
20 13,03 13,73 13,69 13,48 0,39 4,47 1,30 1,13
30 16,85 17,48 17,55 17,29 0,38 5,48 1,48 1,24
60 20,27 20,26 20,42 20,32 0,09 7,75 1,78 1,31
90 22,65 22,01 22,80 22,49 0,42 9,49 1,95 1,35
120 26,31 26,10 27,07 26,49 0,51 10,95 2,08 1,42
180 30,74 29,23 30,93 30,30 0,93 13,42 2,26 1,48
240 34,76 33,62 33,76 34,05 0,62 15,49 2,38 1,53
360 40,75 39,94 40,87 40,52 0,50 18,97 2,56 1,61
480 44,01 43,69 45,94 44,54 1,22 21,91 2,68 1,65
600 47,95 46,97 48,80 47,91 0,92 24,49 2,78 1,68
720 54,41 52,06 54,11 53,53 1,28 26,83 2,86 1,73
840 58,76 57,34 59,62 58,57 1,15 28,98 2,92 1,77
960 62,62 62,24 65,34 63,40 1,69 30,98 2,98 1,80
1080 70,17 64,99 70,04 68,40 2,96 32,86 3,03 1,84
1200 73,23 70,04 73,07 72,11 1,80 34,64 3,08 1,86
1320 74,49 71,21 73,08 72,92 1,65 36,33 3,12 1,86
1440 75,62 72,26 75,31 74,40 1,86 37,95 3,16 1,87
108
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7 Lanjutan
Grafik Formula 4
100 2.5
80 2.0
60 1.5
y = 0,043x + 19.36 y = 0,000x + 1,304
40 1.0 r² = 0,837
r² = 0.962
20 0.5
0 0.0
0 500 1000 1500 2000 0 500 1000 1500 2000
Waktu (menit) Waktu (menit)
% Pelepasan Kumulatif
% log pepelasan kumulatif
2.0 80
1.5 60
109
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7 Lanjutan
Formula 5
Replikasi 1 (bobot patch 91,1 mg)
konsentrasi Konsentrasi faktor konsentrasi % Kadar Nifedipin
waktu Konsentrasi
Absorbansi X dalam 15 ml penambahan kumulaitf kumulatif per satuan Luas
(menit) μg/mL F. P (μg/mL) (μg) (μg) (μg) yang terpenetrasi μg/cm2
0 0 0 0 0 0 0 0 0
10 0,025 9,91 49,57 743,60 0,00 743,60 14,51 421,06
20 0,027 10,73 53,64 804,57 49,57 854,15 16,67 483,66
30 0,030 11,95 59,74 896,04 103,21 999,25 19,50 565,83
60 0,032 12,76 63,80 957,01 162,95 1119,96 21,86 634,18
90 0,037 14,79 73,96 1109,45 226,75 1336,20 26,08 756,62
120 0,038 15,20 76,00 1139,94 300,71 1440,65 28,12 815,77
180 0,040 16,01 80,06 1200,91 376,71 1577,62 30,79 893,33
240 0,043 17,23 86,16 1292,38 456,77 1749,15 34,14 990,46
360 0,051 20,48 102,42 1536,28 542,93 2079,21 40,58 1177,35
480 0,057 22,92 114,61 1719,21 645,35 2364,55 46,15 1338,93
600 0,059 23,74 118,68 1780,18 759,96 2540,14 49,58 1438,36
720 0,061 24,55 122,74 1841,16 878,64 2719,80 53,08 1540,09
840 0,065 26,17 130,87 1963,11 1001,38 2964,49 57,86 1678,65
960 0,074 29,83 149,17 2237,50 1132,26 3369,76 65,77 1908,13
1080 0,079 31,87 159,33 2389,94 1281,42 3671,36 71,66 2078,91
1200 0,08 32,27 161,36 2420,43 1440,75 3861,18 75,36 2186,40
1320 0,081 32,68 163,39 2450,91 1602,11 4053,03 79,11 2295,03
1440 0,079 31,87 159,33 2389,94 1765,51 4155,45 81,10 2353,03
110
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7 Lanjutan
Formula 5
Replikasi 2 (bobot patch 91,3 mg)
konsentrasi Konsentrasi faktor konsentrasi % Kadar Nifedipin
waktu Konsentrasi
Absorbansi X dalam 15 ml penambahan kumulaitf kumulatif per satuan Luas
(menit) μg/mL F. P (μg/mL) (μg) (μg) (μg) yang terpenetrasi μg/cm2
0 0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0 0
10 0,026 10,32 51,61 774,09 0,00 774,09 15,08 438,33
20 0,027 10,73 53,64 804,57 51,61 856,18 16,67 484,81
30 0,030 11,95 59,74 896,04 105,24 1001,28 19,50 566,98
60 0,032 12,76 63,80 957,01 164,98 1121,99 21,85 635,33
90 0,036 14,39 71,93 1078,96 228,78 1307,74 25,47 740,51
120 0,037 14,79 73,96 1109,45 300,71 1410,16 27,46 798,51
180 0,041 16,42 82,09 1231,40 374,67 1606,08 31,28 909,44
240 0,045 18,04 90,22 1353,35 456,77 1810,12 35,25 1024,98
360 0,052 20,89 104,45 1566,77 546,99 2113,76 41,17 1196,92
480 0,057 22,92 114,61 1719,21 651,44 2370,65 46,17 1342,38
600 0,059 23,74 118,68 1780,18 766,06 2546,24 49,59 1441,81
720 0,062 24,96 124,78 1871,65 884,74 2756,38 53,68 1560,81
840 0,064 25,77 128,84 1932,62 1009,51 2942,13 57,30 1665,99
960 0,07 28,21 141,04 2115,55 1138,35 3253,90 63,37 1842,53
1080 0,08 32,27 161,36 2420,43 1279,39 3699,82 72,05 2095,03
1200 0,081 32,68 163,39 2450,91 1440,75 3891,67 75,79 2203,66
1320 0,083 33,49 167,46 2511,89 1604,15 4116,04 80,16 2330,71
1440 0,081 32,68 163,39 2450,91 1771,61 4222,52 82,23 2391,01
111
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7 Lanjutan
Formula 5
Replikasi 3 (bobot patch 91,5 mg)
konsentrasi Konsentrasi faktor konsentrasi % Kadar Nifedipin
waktu Konsentrasi
Absorbansi X dalam 15 ml penambahan kumulaitf kumulatif per satuan Luas
(menit) μg/mL F. P (μg/mL) (μg) (μg) (μg) yang terpenetrasi μg/cm2
0 0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0 0
10 0,025 9,91 49,57 743,60 0,00 743,60 14,45 421,06
20 0,027 10,73 53,64 804,57 49,57 854,15 16,60 483,66
30 0,029 11,54 57,70 865,55 103,21 968,76 18,83 548,56
60 0,032 12,76 63,80 957,01 160,91 1117,93 21,72 633,03
90 0,035 13,98 69,90 1048,48 224,72 1273,19 24,74 720,95
120 0,039 15,61 78,03 1170,43 294,61 1465,04 28,47 829,58
180 0,041 16,42 82,09 1231,40 372,64 1604,04 31,17 908,29
240 0,045 18,04 90,22 1353,35 454,74 1808,09 35,14 1023,83
360 0,052 20,89 104,45 1566,77 544,96 2111,73 41,04 1195,77
480 0,056 22,52 112,58 1688,72 649,41 2338,13 45,43 1323,97
600 0,06 24,14 120,71 1810,67 761,99 2572,66 49,99 1456,77
720 0,067 26,99 134,94 2024,09 882,70 2906,79 56,49 1645,97
840 0,068 27,39 136,97 2054,57 1017,64 3072,22 59,70 1739,65
960 0,074 29,83 149,17 2237,50 1154,61 3392,11 65,92 1920,79
1080 0,08 32,27 161,36 2420,43 1303,78 3724,21 72,37 2108,84
1200 0,086 34,71 173,56 2603,35 1465,14 4068,50 79,06 2303,79
1320 0,081 32,68 163,39 2450,91 1638,70 4089,61 79,47 2315,75
1440 0,08 32,27 161,36 2420,43 1802,09 4222,52 82,05 2391,01
112
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7 Lanjutan
Rata-rata formula 5
% kumulatif yang terpenetrasi rata- rata standar Logaritma Logaritma
Waktu Akarwaktu
Replikasi 1 Replikasi 2 Reflikasi 3 (%) deviasi waktu konsentrasi
0 0 0,00 0,00 0,00 0,00
10 14,51 15,08 14,45 14,68 0,34 3,16 1,00 1,17
20 16,67 16,67 16,60 16,65 0,04 4,47 1,30 1,22
30 19,50 19,50 18,83 19,28 0,39 5,48 1,48 1,29
60 21,86 21,85 21,72 21,81 0,08 7,75 1,78 1,34
90 26,08 25,47 24,74 25,43 0,67 9,49 1,95 1,41
120 28,12 27,46 28,47 28,02 0,51 10,95 2,08 1,45
180 30,79 31,28 31,17 31,08 0,26 13,42 2,26 1,49
240 34,14 35,25 35,14 34,84 0,61 15,49 2,38 1,54
360 40,58 41,17 41,04 40,93 0,31 18,97 2,56 1,61
480 46,15 46,17 45,43 45,92 0,42 21,91 2,68 1,66
600 49,58 49,59 49,99 49,72 0,24 24,49 2,78 1,70
720 53,08 53,68 56,49 54,42 1,82 26,83 2,86 1,74
840 57,86 57,30 59,70 58,29 1,26 28,98 2,92 1,77
960 65,77 63,37 65,92 65,02 1,43 30,98 2,98 1,81
1080 71,66 72,05 72,37 72,03 0,36 32,86 3,03 1,86
1200 75,36 75,79 79,06 76,74 2,02 34,64 3,08 1,89
1320 79,11 80,16 79,47 79,58 0,54 36,33 3,12 1,90
1440 81,10 82,23 82,05 81,80 0,61 37,95 3,16 1,91
113
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7 Lanjutan
Gafik Formula 5
80 2.0
60 1.5
y = 0,046x + 20,42 y = 0,000x + 1,343
40 r² = 0.982 1.0 r² = 0,887
20 0.5
0 0.0
0 500 1000 1500 0 500 1000 1500
Waktu (menit) Waktu (menit)
% penelepasan kumulatif
2.5 100
2.0 80
1.5 60
1.0 y = 0,357x + 0,735
r² = 0,974 40 y = 1,919x + 6,517
0.5 20 r² = 0,987
0.0 0
0.0 1.0 2.0 3.0 4.0
0 10 20 30 40
Log waktu (menit)
Akar waktu (menit)
114
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7 Lanjutan
Formula 6
Replikasi 1 (bobot patch 94,1 mg)
konsentrasi Konsentrasi faktor konsentrasi % Kadar Nifedipin
waktu Konsentrasi
Absorbansi X dalam 15 ml penambahan kumulaitf kumulatif per satuan Luas
(menit) μg/mL F. P (μg/mL) (μg) (μg) (μg) yang terpenetrasi μg/cm2
0 0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0 0
10 0,026 10,32 51,61 774,09 0,00 774,09 14,63 438,33
20 0,027 10,73 53,64 804,57 51,61 856,18 16,18 484,81
30 0,028 11,13 55,67 835,06 105,24 940,30 17,77 532,45
60 0,031 12,35 61,77 926,52 160,91 1087,44 20,55 615,76
90 0,035 13,98 69,90 1048,48 222,68 1271,16 24,02 719,80
120 0,039 15,61 78,03 1170,43 292,58 1463,01 27,64 828,43
180 0,042 16,83 84,13 1261,89 370,61 1632,50 30,85 924,41
240 0,048 19,26 96,32 1444,82 454,74 1899,55 35,89 1075,62
360 0,059 23,74 118,68 1780,18 551,06 2331,24 44,05 1320,07
480 0,072 29,02 145,10 2176,52 669,74 2846,26 53,78 1611,70
600 0,078 31,46 157,30 2359,45 814,84 3174,29 59,98 1797,45
720 0,081 32,68 163,39 2450,91 972,13 3423,05 64,68 1938,31
840 0,085 34,30 171,52 2572,87 1135,53 3708,39 70,07 2099,88
960 0,086 34,71 173,56 2603,35 1307,05 3910,41 73,89 2214,27
1080 0,091 36,74 183,72 2755,79 1480,61 4236,40 80,05 2398,87
1200 0,092 37,15 185,75 2786,28 1664,33 4450,61 84,10 2520,16
1320 0,093 37,56 187,78 2816,77 1850,08 4666,85 88,18 2642,61
1440 0,085 34,30 171,52 2572,87 2037,87 4610,73 87,12 2610,83
115
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7 Lanjutan
Formula 6
Replikasi 2 (bobot patch 94,4 mg)
konsentrasi Konsentrasi faktor konsentrasi % Kadar Nifedipin
waktu Konsentrasi
Absorbansi X dalam 15 ml penambahan kumulaitf kumulatif per satuan Luas
(menit) μg/mL F. P (μg/mL) (μg) (μg) (μg) yang terpenetrasi μg/cm2
0 0 0 0 0 0 0 0 0
10 0,025 9,91 49,57 743,60 0,00 743,60 14,01 421,06
20 0,027 10,73 53,64 804,57 49,57 854,15 16,09 483,66
30 0,028 11,13 55,67 835,06 103,21 938,27 17,67 531,30
60 0,031 12,35 61,77 926,52 158,88 1085,41 20,44 614,61
90 0,037 14,79 73,96 1109,45 220,65 1330,10 25,05 753,17
120 0,040 16,01 80,06 1200,91 294,61 1495,53 28,17 846,85
180 0,043 17,23 86,16 1292,38 374,67 1667,05 31,40 943,97
240 0,047 18,86 94,29 1414,33 460,83 1875,16 35,32 1061,81
360 0,060 24,14 120,71 1810,67 555,12 2365,79 44,56 1339,63
480 0,071 28,61 143,07 2146,04 675,83 2821,87 53,15 1597,89
600 0,075 30,24 151,20 2267,99 818,90 3086,89 58,14 1747,96
720 0,081 32,68 163,39 2450,91 970,10 3421,02 64,44 1937,16
840 0,083 33,49 167,46 2511,89 1133,50 3645,39 68,66 2064,21
960 0,087 35,12 175,59 2633,84 1300,96 3934,80 74,11 2228,08
1080 0,091 36,74 183,72 2755,79 1476,54 4232,34 79,72 2396,57
1200 0,093 37,56 187,78 2816,77 1660,26 4477,03 84,33 2535,13
1320 0,093 37,56 187,78 2816,77 1848,05 4664,82 87,86 2641,46
1440 0,09 36,34 181,69 2725,30 2035,83 4761,14 89,68 2696,00
116
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7 Lanjutan
Formula 6
Replikasi 3 (bobot patch 94,2 mg)
konsentrasi Konsentrasi faktor konsentrasi % Kadar Nifedipin
waktu Konsentrasi
Absorbansi X dalam 15 ml penambahan kumulaitf kumulatif per satuan Luas
(menit) μg/mL F. P (μg/mL) (μg) (μg) (μg) yang terpenetrasi μg/cm2
0 0 0 0 0 0 0 0 0
10 0,026 10,32 51,61 774,09 0,00 774,09 14,61 438,33
20 0,027 10,73 53,64 804,57 51,61 856,18 16,16 484,81
30 0,028 11,13 55,67 835,06 105,24 940,30 17,75 532,45
60 0,032 12,76 63,80 957,01 160,91 1117,93 21,10 633,03
90 0,034 13,57 67,87 1017,99 224,72 1242,70 23,46 703,68
120 0,041 16,42 82,09 1231,40 292,58 1523,98 28,77 862,96
180 0,044 17,64 88,19 1322,87 374,67 1697,54 32,04 961,23
240 0,047 18,86 94,29 1414,33 462,87 1877,20 35,43 1062,96
360 0,061 24,55 122,74 1841,16 557,15 2398,31 45,27 1358,05
480 0,073 29,43 147,13 2207,01 679,90 2886,91 54,49 1634,72
600 0,074 29,83 149,17 2237,50 827,03 3064,53 57,84 1735,30
720 0,079 31,87 159,33 2389,94 976,20 3366,14 63,54 1906,08
840 0,085 34,30 171,52 2572,87 1135,53 3708,39 70,00 2099,88
960 0,087 35,12 175,59 2633,84 1307,05 3940,89 74,38 2231,54
1080 0,092 37,15 185,75 2786,28 1482,64 4268,92 80,58 2417,28
1200 0,093 37,56 187,78 2816,77 1668,39 4485,16 84,66 2539,73
1320 0,095 38,37 191,85 2877,74 1856,18 4733,92 89,35 2680,59
1440 0,089 35,93 179,65 2694,82 2048,03 4742,85 89,52 2685,64
117
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7 Lanjutan
Rata-rata formula 6
% kumulatif yang terpenetrasi rata- rata standar Logaritma Logaritma
Waktu Akarwaktu
Replikasi 1 Replikasi 2 Reflikasi 3 (%) deviasi waktu konsentrasi
0 0 0,00 0,00 0,00 0,00
10 14,63 14,01 14,61 14,41 0,35 3,16 1,00 1,16
20 16,18 16,09 16,16 16,14 0,05 4,47 1,30 1,21
30 17,77 17,67 17,75 17,73 0,05 5,48 1,48 1,25
60 20,55 20,44 21,10 20,70 0,35 7,75 1,78 1,32
90 24,02 25,05 23,46 24,18 0,81 9,49 1,95 1,38
120 27,64 28,17 28,77 28,19 0,56 10,95 2,08 1,45
180 30,85 31,40 32,04 31,43 0,60 13,42 2,26 1,50
240 35,89 35,32 35,43 35,55 0,30 15,49 2,38 1,55
360 44,05 44,56 45,27 44,63 0,61 18,97 2,56 1,65
480 53,78 53,15 54,49 53,81 0,67 21,91 2,68 1,73
600 59,98 58,14 57,84 58,65 1,16 24,49 2,78 1,77
720 64,68 64,44 63,54 64,22 0,60 26,83 2,86 1,81
840 70,07 68,66 70,00 69,58 0,79 28,98 2,92 1,84
960 73,89 74,11 74,38 74,13 0,25 30,98 2,98 1,87
1080 80,05 79,72 80,58 80,11 0,43 32,86 3,03 1,90
1200 84,10 84,33 84,66 84,36 0,28 34,64 3,08 1,93
1320 88,18 87,86 89,35 88,47 0,78 36,33 3,12 1,95
1440 87,12 89,68 89,52 88,77 1,43 37,95 3,16 1,95
118
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7 Lanjutan
Grafik Formula 6
80 2.0
60 1.5
y = 0,000x + 1,340
40 y = 0,053x + 20,50 1.0
r² = 0,865
r² = 0,970 0.5
20
0 0.0
0 500 1000 1500 0 500 1000 1500
Waktu (menit) Waktu (menit)
2.5 100
kumula
2.0
tif
80
1.5 60
pelepa
y = 0,402x + 0,652 y = 2,283x + 3,604
san
1.0 40
r² = 0,974 r² = 0,994
0.5 20
0
%
0.0
0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 0 10 20 30 40
Log Waktu (menit) Akar Waktu (menit)
119
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7 Lanjutan
120
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7 Lanjutan
μ
μ
121
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8 Tabulasi orde pelepasan dengan model
Higuchi Formula 1
Persen kumulatif yang terpenetrasi
Waktu Akar Rata-rata Standar
Replikasi Replikasi Replikasi
(menit) waktu (%) deviasi
1 2 3
10 3,16 7,28 8,47 8,48 8,08 0,69
20 4,47 10,71 9,62 10,22 10,19 0,54
30 5,48 11,39 12,58 12,04 12,01 0,60
60 7,75 13,84 14,52 13,95 14,10 0,37
90 9,49 15,81 16,54 15,93 16,09 0,39
120 10,95 19,04 19,81 19,16 19,34 0,41
180 13,42 21,25 22,06 21,97 21,76 0,44
240 15,49 25,30 24,98 24,89 25,06 0,22
360 18,97 28,96 30,37 29,11 29,48 0,77
480 21,91 33,37 33,68 32,34 33,13 0,70
600 24,49 37,97 40,64 39,82 39,48 1,37
720 26,83 43,36 45,01 44,16 44,18 0,83
840 28,98 48,39 48,95 48,65 48,66 0,28
960 30,98 50,68 51,83 51,53 51,35 0,60
1080 32,86 56,49 57,69 57,40 57,20 0,63
1200 34,64 61,96 63,20 63,51 62,89 0,82
1320 36,33 64,09 64,20 63,95 64,08 0,12
1440 37,95 64,42 66,25 66,01 65,56 1,00
Formula 2
Persen kumulatif yang terpenetrasi
Akar Rata-rata Standar
Waktu Replikasi Replikasi Replikasi
waktu (%) deviasi
1 2 3
10 3,16 11,85 11,89 12,41 12,05 0,32
20 4,47 14,38 15,01 14,98 14,79 0,36
30 5,48 15,87 17,12 16,51 16,50 0,63
60 7,75 19,14 19,31 19,23 19,23 0,09
90 9,49 20,82 22,17 22,07 21,68 0,75
120 10,95 23,70 23,97 25,03 24,23 0,70
180 13,42 27,28 26,98 26,94 27,06 0,19
240 15,49 29,85 30,10 29,47 29,81 0,32
360 18,97 32,50 32,76 33,24 32,83 0,38
480 21,91 36,97 36,66 36,58 36,73 0,20
600 24,49 42,79 41,88 42,94 42,54 0,57
720 26,83 51,21 50,83 50,77 50,94 0,24
840 28,98 54,25 55,01 54,35 54,53 0,41
960 30,98 59,07 59,30 59,16 59,17 0,11
1080 32,86 64,62 65,45 64,71 64,93 0,46
1200 34,64 67,46 67,18 67,55 67,40 0,20
1320 36,33 69,14 67,66 69,23 68,68 0,88
1440 37,95 71,33 69,73 69,67 70,24 0,94
122
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8 Lanjutan
Formula 3
Persen kumulatif yang terpenetrasi
Akar Rata-rata Standar
Waktu Replikasi Replikasi Replikasi
waktu (%) deviasi
1 2 3
10 3,16 12,21 12,18 12,74 12,37 0,31
20 4,47 15,87 15,84 15,86 15,86 0,02
30 5,48 17,45 18,55 18,57 18,19 0,64
60 7,75 21,34 21,37 21,39 21,37 0,02
90 9,49 24,86 24,88 25,46 25,07 0,34
120 10,95 27,38 28,54 27,45 27,79 0,65
180 13,42 30,55 30,64 30,61 30,60 0,04
240 15,49 33,27 33,35 33,32 33,31 0,04
360 18,97 37,77 38,42 37,81 38,00 0,36
480 21,91 41,33 42,00 41,35 41,56 0,38
600 24,49 47,85 46,27 46,71 46,94 0,82
720 26,83 51,25 50,11 48,89 50,08 1,18
840 28,98 54,15 54,65 56,18 54,99 1,06
960 30,98 59,38 60,47 62,68 60,84 1,68
1080 32,86 68,79 71,08 68,88 69,58 1,29
1200 34,64 72,95 73,67 74,73 73,79 0,90
1320 36,33 75,48 75,66 76,23 75,79 0,39
1440 37,95 77,39 78,14 76,47 77,34 0,84
Formula 4
Persen kumulatif yang terpenetrasi
Akar Rata-rata Standar
Waktu Replikasi Replikasi Replikasi
waktu (%) deviasi
1 2 3
10 3,16 11,65 12,34 12,27 12,09 0,38
20 4,47 13,03 13,73 13,69 13,48 0,39
30 5,48 16,85 17,48 17,55 17,29 0,38
60 7,75 20,27 20,26 20,42 20,32 0,09
90 9,49 22,65 22,01 22,80 22,49 0,42
120 10,95 26,31 26,10 27,07 26,49 0,51
180 13,42 30,74 29,23 30,93 30,30 0,93
240 15,49 34,76 33,62 33,76 34,05 0,62
360 18,97 40,75 39,94 40,87 40,52 0,50
480 21,91 44,01 43,69 45,94 44,54 1,22
600 24,49 47,95 46,97 48,80 47,91 0,92
720 26,83 54,41 52,06 54,11 53,53 1,28
840 28,98 58,76 57,34 59,62 58,57 1,15
960 30,98 62,62 62,24 65,34 63,40 1,69
1080 32,86 70,17 64,99 70,04 68,40 2,96
1200 34,64 73,23 70,04 73,07 72,11 1,80
1320 36,33 74,49 71,21 73,08 72,92 1,65
1440 37,95 75,62 72,26 75,31 74,40 1,86
123
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8 Lanjutan
Formula 5
Persen kumulatif yang terpenetrasi
Akar Rata-rata Standar
Waktu Replikasi Replikasi Replikasi
waktu (%) deviasi
1 2 3
10 3,16 14,51 15,08 14,45 14,68 0,34
20 4,47 16,67 16,67 16,60 16,65 0,04
30 5,48 19,50 19,50 18,83 19,28 0,39
60 7,75 21,86 21,85 21,72 21,81 0,08
90 9,49 26,08 25,47 24,74 25,43 0,67
120 10,95 28,12 27,46 28,47 28,02 0,51
180 13,42 30,79 31,28 31,17 31,08 0,26
240 15,49 34,14 35,25 35,14 34,84 0,61
360 18,97 40,58 41,17 41,04 40,93 0,31
480 21,91 46,15 46,17 45,43 45,92 0,42
600 24,49 49,58 49,59 49,99 49,72 0,24
720 26,83 53,08 53,68 56,49 54,42 1,82
840 28,98 57,86 57,30 59,70 58,29 1,26
960 30,98 65,77 63,37 65,92 65,02 1,43
1080 32,86 71,66 72,05 72,37 72,03 0,36
1200 34,64 75,36 75,79 79,06 76,74 2,02
1320 36,33 79,11 80,16 79,47 79,58 0,54
1440 37,95 81,10 82,23 82,05 81,80 0,61
Formula 6
Persen kumulatif yang terpenetrasi
Akar Rata-rata Standar
Waktu Replikasi Replikasi Replikasi
waktu (%) deviasi
1 2 3
10 3,16 14,63 14,01 14,61 14,41 0,35
20 4,47 16,18 16,09 16,16 16,14 0,05
30 5,48 17,77 17,67 17,75 17,73 0,05
60 7,75 20,55 20,44 21,10 20,70 0,35
90 9,49 24,02 25,05 23,46 24,18 0,81
120 10,95 27,64 28,17 28,77 28,19 0,56
180 13,42 30,85 31,40 32,04 31,43 0,60
240 15,49 35,89 35,32 35,43 35,55 0,30
360 18,97 44,05 44,56 45,27 44,63 0,61
480 21,91 53,78 53,15 54,49 53,81 0,67
600 24,49 59,98 58,14 57,84 58,65 1,16
720 26,83 64,68 64,44 63,54 64,22 0,60
840 28,98 70,07 68,66 70,00 69,58 0,79
960 30,98 73,89 74,11 74,38 74,13 0,25
1080 32,86 80,05 79,72 80,58 80,11 0,43
1200 34,64 84,10 84,33 84,66 84,36 0,28
1320 36,33 88,18 87,86 89,35 88,47 0,78
1440 37,95 87,12 89,68 89,52 88,77 1,43
124
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8 Lanjutan
100
90
80
kumulati
70
60 Formula 1
f
Formula 2
pelepas
50
Formula 3
40
% an
Formula 4
30 Formula 5
20 Formula 6
10
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Akar Waktu
125
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9 Tabulasi dan grafik penentuan nilai fluks (μm/cm2.menit1/2)
Formula 1
Persen kumulatif yang terpenetrasi
Akar Rata-rata Standar
Waktu Replikasi Replikasi Replikasi
waktu (%) deviasi
1 2 3
10 3,16 213,90 248,43 248,43 236,92 19,93
20 4,47 314,48 282,25 299,51 298,75 16,13
30 5,48 334,49 369,02 352,91 352,14 17,28
60 7,75 406,30 425,86 408,60 413,59 10,69
90 9,49 464,29 485,01 466,59 471,96 11,35
120 10,95 559,12 580,98 561,42 567,17 12,02
180 13,42 624,02 647,03 643,58 638,21 12,41
240 15,49 743,01 732,65 729,20 734,95 7,19
360 18,97 850,49 890,78 852,80 864,69 22,62
480 21,91 979,85 987,90 947,62 971,79 21,32
600 24,49 1114,95 1192,06 1166,74 1157,92 39,31
720 26,83 1273,08 1320,26 1293,79 1295,71 23,65
840 28,98 1420,84 1435,80 1425,45 1427,36 7,66
960 30,98 1488,04 1520,27 1509,91 1506,08 16,45
1080 32,86 1658,83 1692,21 1681,85 1677,63 17,08
1200 34,64 1819,26 1853,78 1860,69 1844,58 22,20
1320 36,33 1881,85 1883,00 1873,80 1879,55 5,02
1440 37,95 1891,51 1943,30 1934,09 1922,97 27,63
Fluks formula 1
Kumulatif terpenetrasi persatuan luas ( μg/cm 2)
2000
1800
1600
1400
1200
1000 y = 49,33x + 16,37
800 r² = 0,988
600
400
200
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Akar Waktu (menit)
126
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9 Lanjutan
Formula 2
Persen kumulatif yang terpenetrasi
Akar Rata-rata Standar
Waktu Replikasi Replikasi Replikasi
waktu (%) deviasi
1 2 3
10 3,16 352,01 352,01 369,27 357,76 9,97
20 4,47 427,27 444,53 445,68 439,16 10,32
30 5,48 471,45 507,13 491,02 489,87 17,87
60 7,75 568,58 572,03 572,03 570,88 1,99
90 9,49 618,51 656,49 656,49 643,83 21,93
120 10,95 704,13 709,89 744,41 719,48 21,79
180 13,42 810,46 798,96 801,26 803,56 6,09
240 15,49 886,87 891,48 876,52 884,96 7,66
360 18,97 965,59 970,19 988,60 974,79 12,18
480 21,91 1098,39 1085,73 1088,03 1090,72 6,74
600 24,49 1271,48 1240,40 1277,23 1263,04 19,81
720 26,83 1521,67 1505,56 1510,16 1512,47 8,30
840 28,98 1611,89 1629,16 1616,50 1619,18 8,94
960 30,98 1755,06 1756,21 1759,66 1756,98 2,40
1080 32,86 1920,09 1938,50 1924,69 1927,76 9,58
1200 34,64 2004,55 1989,59 2009,16 2001,10 10,23
1320 36,33 2054,49 2003,85 2059,10 2039,15 30,65
1440 37,95 2119,39 2065,30 2072,20 2085,63 29,44
Fluks formula 2
Kumulatif terpenetrasi persatuan luas ( μg/cm 2)
2500
2000
1500
y = 50,93x + 146,1
r² = 0,983
1000
500
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Akar Waktu (menit)
127
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9 Lanjutan
Formula 3
Persen kumulatif yang terpenetrasi
Akar Rata-rata Standar
Waktu Replikasi Replikasi Replikasi
waktu (%) deviasi
1 2 3
10 3,16 369,27 369,27 386,54 375,03 9,97
20 4,47 480,21 480,21 481,36 480,59 0,66
30 5,48 527,85 562,37 563,52 551,25 20,27
60 7,75 645,69 647,99 649,14 647,61 1,76
90 9,49 752,02 754,32 772,74 759,69 11,35
120 10,95 828,43 865,26 833,03 842,24 20,07
180 13,42 924,41 929,01 929,01 927,47 2,66
240 15,49 1006,57 1011,17 1011,17 1009,64 2,66
360 18,97 1142,83 1164,69 1147,43 1151,65 11,53
480 21,91 1250,31 1273,33 1254,91 1259,52 12,18
600 24,49 1447,57 1402,68 1417,64 1422,63 22,85
720 26,83 1550,45 1519,37 1483,69 1517,84 33,40
840 28,98 1638,37 1656,78 1705,12 1666,75 34,48
960 30,98 1796,49 1833,32 1902,37 1844,06 53,75
1080 32,86 2081,22 2154,87 2090,42 2108,84 40,13
1200 34,64 2207,11 2233,59 2268,11 2236,27 30,59
1320 36,33 2283,52 2293,88 2313,45 2296,95 15,20
1440 37,95 2341,52 2369,14 2320,80 2343,82 24,25
Fluks formula 3
2500
Kumulatif terpenetrasi persatuan luas ( μg/cm 2)
2000
1500
y = 56,62x + 143,8
r² = 0,973
1000
500
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Akar Waktu (menit)
128
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9 Lanjutan
Formula 4
Persen kumulatif yang terpenetrasi
Akar Rata-rata Standar
Waktu Replikasi Replikasi Replikasi
waktu (%) deviasi
1 2 3
10 3,16 334,74 369,27 352,01 352,01 17,26
20 4,47 374,32 411,15 392,74 392,74 18,41
30 5,48 484,11 523,24 503,68 503,68 19,57
60 7,75 582,39 606,56 585,84 591,59 13,07
90 9,49 650,74 658,80 654,19 654,58 4,04
120 10,95 755,92 781,24 776,64 771,27 13,49
180 13,42 882,97 874,92 887,58 881,82 6,41
240 15,49 998,51 1006,57 968,59 991,22 20,01
360 18,97 1170,45 1195,77 1172,75 1179,66 14,00
480 21,91 1264,12 1307,86 1318,21 1296,73 28,71
600 24,49 1377,36 1406,13 1400,38 1394,62 15,23
720 26,83 1563,11 1558,50 1552,75 1558,12 5,19
840 28,98 1687,86 1716,63 1710,87 1705,12 15,23
960 30,98 1798,79 1863,24 1874,75 1845,60 40,94
1080 32,86 2015,61 1945,41 2009,86 1990,29 38,98
1200 34,64 2103,53 2096,63 2096,63 2098,93 3,99
1320 36,33 2139,66 2131,60 2097,08 2122,78 22,62
1440 37,95 2172,33 2163,13 2160,82 2165,43 6,09
Fluks formula 4
Kumulatif terpenetrasi persatuan luas ( μg/cm 2)
2500
2000
1500
y = 53,60x + 165,3
1000 r² = 0,994
500
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Akar Waktu (menit)
129
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9 Lanjutan
Formula 5
Persen kumulatif yang terpenetrasi
Akar Rata-rata Standar
Waktu Replikasi Replikasi Replikasi
waktu (%) deviasi
1 2 3
10 3,16 421,06 438,33 421,06 426,82 9,97
20 4,47 483,66 484,81 483,66 484,05 0,66
30 5,48 565,83 566,98 548,56 560,45 10,32
60 7,75 634,18 635,33 633,03 634,18 1,15
90 9,49 756,62 740,51 720,95 739,36 17,87
120 10,95 815,77 798,51 829,58 814,62 15,57
180 13,42 893,33 909,44 908,29 903,69 8,99
240 15,49 990,46 1024,98 1023,83 1013,09 19,61
360 18,97 1177,35 1196,92 1195,77 1190,01 10,98
480 21,91 1338,93 1342,38 1323,97 1335,10 9,79
600 24,49 1438,36 1441,81 1456,77 1445,65 9,79
720 26,83 1540,09 1560,81 1645,97 1582,29 56,12
840 28,98 1678,65 1665,99 1739,65 1694,76 39,38
960 30,98 1908,13 1842,53 1920,79 1890,48 42,01
1080 32,86 2078,91 2095,03 2108,84 2094,26 14,98
1200 34,64 2186,40 2203,66 2303,79 2231,28 63,38
1320 36,33 2295,03 2330,71 2315,75 2313,83 17,92
1440 37,95 2353,03 2391,01 2391,01 2378,35 21,93
Fluks formula 5
Kumulatif terpenetrasi persatuan luas ( μg/cm 2)
2500
2000
1000
500
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Akar Waktu (menit)
130
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9 Lanjutan
Formula 6
Persen kumulatif yang terpenetrasi
Akar Rata-rata Standar
Waktu Replikasi Replikasi Replikasi
waktu (%) deviasi
1 2 3
10 3,16 438,33 421,06 438,33 432,57 9,97
20 4,47 484,81 483,66 484,81 484,43 0,66
30 5,48 532,45 531,30 532,45 532,07 0,66
60 7,75 615,76 614,61 633,03 621,13 10,32
90 9,49 719,80 753,17 703,68 725,55 25,24
120 10,95 828,43 846,85 862,96 846,08 17,28
180 13,42 924,41 943,97 961,23 943,20 18,43
240 15,49 1075,62 1061,81 1062,96 1066,80 7,66
360 18,97 1320,07 1339,63 1358,05 1339,25 18,99
480 21,91 1611,70 1597,89 1634,72 1614,77 18,61
600 24,49 1797,45 1747,96 1735,30 1760,23 32,84
720 26,83 1938,31 1937,16 1906,08 1927,18 18,28
840 28,98 2099,88 2064,21 2099,88 2087,99 20,60
960 30,98 2214,27 2228,08 2231,54 2224,63 9,14
1080 32,86 2398,87 2396,57 2417,28 2404,24 11,35
1200 34,64 2520,16 2535,13 2539,73 2531,67 10,23
1320 36,33 2642,61 2641,46 2680,59 2654,89 22,27
1440 37,95 2610,83 2696,00 2685,64 2664,16 46,47
Fluks formula 6
Kumulatif terpenetrasi persatuan luas ( μg/cm 2)
3000
2500
2000
y = 68,20x + 112,4
R² = 0,995
1500
1000
500
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Akar Waktu (menit)
131
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10 Penentuan panjang gelombang nifedipin pada uji in vivo
132
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 11 Kurva kalibrasi nifedipin pada uji in vivo
133
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 12 Tabulasi konsentrasi nifedipi dalam plasma darah kelinci
134
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 12 Lanjutan
135
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 12 Lanjutan
136
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 13Alat dan proses uji karakteristik patch
Pencetak patch
137
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 14Alat dan proses uji in vitro
Patch ditempel pada kulit kelinci Patch ditempel pada sel difusi Franz
138
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 15Uji iritasi
139
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 15Lanjutan
140
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 15Lanjutan
141
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 16Alat Dan proses uji in vivo
Spektrofotometer UV Centrifuge
142
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 17Sertifikat analisis nifedipin
143
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 17 Lanjutan
144
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 18Rekomendasi persetujuan etik penelitian kesehatan
145
Universitas Sumatera Utara