Anda di halaman 1dari 5

3/8/2017 farmasi: PENGARUH CARA PEMBERIAN TERHADAP ABSORPSI OBAT

0 Lainnya Blog Berikut Buat Blog Masuk

farmasi
Kamis, 26 Juli 2012 Arsip Blog

2012 (8)
PENGARUH CARA PEMBERIAN TERHADAP Juli (7)
ABSORPSI OBAT DHF (DENGUE HAEMORAGIC
FEVER)
PEMBAGIAN FILUM
ARTHROPODA
BAB I Karakteristik Fungi Meliputi
PENDAHULUAN Struktur vegetatif, F...
PENGANTAR MIKOLOGI
PENGARUH CARA PEMBERIAN
Farmakologi merupakan sifat dari mekanisme kerja obat pada sistem tubuh termasuk TERHADAP ABSORPSI OBAT
menentukan toksisitasnya. Jalur pemakaian obat yang meliputi secara oral, rektal, dan
ANALISA KUALITATIF ANION-
parenteral serta yang lainnya harus ditentukan dan ditetapkan petunjuk tentang dosis-dosis
KATION
yang dianjurkan bagi pasien dalam berbagai umur, berat dan status penyakitnya serta teknik
penggunaannya atau petunjuk pemakaiannya. MATERI FARMAKOLOGI
Bentuk sediaan dan cara pemberian merupakan penentu dalam memaksimalkan proses
April (1)
absorbsi obat oleh tubuh karena keduanya sangat menentukan efek biologis suatu obat seperti
absorpsi, kecepatan absorpsi dan bioavailabilitas (total obat yang dapat diserap), cepat atau
lambatnya obat mulai bekerja (onset of action), lamanya obat bekerja (duration of action),
intensitas kerja obat, respons farmakologik yang dicapai serta dosis yang tepat untuk Mengenai Saya
memberikan respons tertentu
Obat sebaiknya dapat mencapai reseptor kerja yang diinginkan setelah diberikan melalui melyme
rute tertentu yang nyaman dan aman seperti suatu obat yang memungkinan diberikan secara
Lihat profil lengkapku
intravena dan diedarkan di dalam darah langsung dengan harapan dapat menimbulkan efek yang
relatif lebih cepat dan bermanfaat.

BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN PRAKTIKUM

II.1. Maksud dan Tujuan


II.1.1. Maksud

Maksud dari praktikum kali ini adalah untuk mengetahui pengaruh beberapa
cara pemberian obat terhadap absorpsi obat pada hewan uji.

II.1.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengenal, mempraktekkan, dan
membandingkan cara cara pemberian obat terhadap kecepatan absorpsinya,
menggunakan data farmakologi sebagai tolak ukurnya

BAB II
TEORI SINGKAT

Selain pemberian topikal untuk mendapatkan efek lokal pada kulit atau membran
mukosa, penggunaan suatu obat hampir selalu melibatkan transfer obat ke dalam aliran darah.
Tetapi, meskipun tempat kerja obat tersebut berbeda-beda, namun bisa saja terjadi absorpsi ke
dalam aliran darah dan dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan. Absorpsi ke dalam darah
dipengaruhi secara bermakna oleh cara pemberian (Katzung, 1986).
Cara-cara pemberian obat untuk mendapatkan efek terapeutik yang sesuai adalah
sebagai berikut:
Cara/bentuk sediaan parenteral
a. Intravena (IV) (Tidak ada fase absorpsi, obat langsung masuk ke dalam vena,

http://melyme-farmasi.blogspot.co.id/2012/07/pengaruh-cara-pemberian-terhadap.html 1/5
3/8/2017 farmasi: PENGARUH CARA PEMBERIAN TERHADAP ABSORPSI OBAT
onset of action cepat, efisien, bioavailabilitas 100 %, baik untuk obat yang
menyebabkan iritasi kalau diberikan dengan cara lain, biasanya berupa infus
kontinu untuk obat yang waktu-paruhnya (t1/2) pendek) (Joenoes, 2002).
b. Intramuskular (IM) (Onset of action bervariasi, berupa larutan dalam air yang
lebih cepat diabsorpsi daripada obat berupa larutan dalam minyak, dan juga obat
dalam sediaan suspensi, kemudian memiliki kecepatan penyerapan obat yang
sangat tergantung pada besar kecilnya partikel yang tersuspensi: semakin kecil
partikel, semakin cepat proses absorpsi) (Joenoes, 2002).
c. Subkutan (SC) (Onset of action lebih cepat daripada sediaan suspensi,
determinan dari kecepatan absorpsi ialah total luas permukaan dimana terjadi
penyerapan, menyebabkan konstriksi pembuluh darah lokal sehingga difusi obat
tertahan/diperlama, obat dapat dipercepat dengan menambahkan hyaluronidase,
suatu enzim yang memecah mukopolisakarida dari matriks jaringan) (Joenoes,
2002).
d. Intratekal (berkemampuan untuk mempercepat efek obat setempat pada selaput
otak atau sumbu serebrospinal, seperti pengobatan infeksi SSP yang akut)
(Anonim, 1995).
e. Intraperitonel (IP) tidak dilakukan pada manusia karena bahaya (Anonim, 1995).
Pemberian obat per oral merupakan pemberian obat paling umum dilakukan karena relatif
mudah dan praktis serta murah. Kerugiannya ialah banyak faktor dapat mempengaruhi
bioavailabilitasnya (faktor obat, faktor penderita, interaksi dalam absorpsi di saluran cerna)
(Ansel, 1989).
Intinya absorpsi dari obat mempunyai sifat-sifat tersendiri. Beberapa diantaranya dapat
diabsorpsi dengan baik pada suatu cara penggunaan, sedangkan yang lainnya tidak (Ansel,
1989).

BAB IV
METODE KERJA

IV.1 Alat Dan Bahan


IV.1.1 Alat yang digunakan
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah :
1. Jarum berujung tumpul (untuk per oral)
2. Sarung tangan
3. Spuit injeksi dan jarum (1-2 ml)
4. Stop watch
IV.1.2 Bahan Yang digunakan
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini :
1. Alkohol 70 %
2. Natrium penobarbital 3,5 % atau Natrium tiopental,
Natrium heksobarbital
IV.2 Cara Kerja
1. Mencit ditimbang dan diperhitungkan volume sediaan pentobarbital yang akan diberikan
dengan dosis 35 mg/kg BB.
2. Sodium pentobarbital diberikan pada hewan uji dengan cara pemberian: oral, subkutan,
intra muscular, intra peritoneal, dan intra vena.
3. Perubahan-perubahan yang terjadi diamati dengan cermat yang mencakup waktu onset
dan durasi dicatat.
4. Data yang terkumpul dari masing-masing kelompok dianalisis menggunakan analisis
varian

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
V.1 Hasil Praktikum
Dari pecobaan diperoleh waktu onset dan durasi :
Tabel hasil kelompok I
Bentuk Stock Dosis/
Mencit Onset Durasi
sediaan (mg/ml) mencit
I Oral 5 35 55 : 44 18 : 53
II i.v 5 35 37 : 09 -
III i.p 5 35 42 : 52 04 : 22
IV s.c 5 35 37 : 09 14 : 08
V i.m 20 35 24 : 25 21 : 24

http://melyme-farmasi.blogspot.co.id/2012/07/pengaruh-cara-pemberian-terhadap.html 2/5
3/8/2017 farmasi: PENGARUH CARA PEMBERIAN TERHADAP ABSORPSI OBAT

Tabel hasil kelompok II


Bentuk Stock Dosis/
Mencit Onset Durasi
sediaan (mg/ml) mencit
I Oral 5 35 1 : 26 : 30 1 : 34 : 07
II i.v 5 35 15 : 40 55 : 45
III i.p 5 35 1 : 12 : 08 1 : 17 : 30
IV s.c 5 35 1 : 40 : 10 1 : 47 : 08
V i.m 20 35 1 : 17 : 38 1 : 50 : 37

Tabel hasil kelompok III


Bentuk Stock Dosis/
Mencit Onset Durasi
sediaan (mg/ml) mencit
I Oral 5 35 48 : 18 25 : 39
II i.v 5 35 25 : 14 34 : 46
III i.p 5 35 39 : 42 21 : 88
IV s.c 5 35 42 : 26 27 : 16
V i.m 20 35 30 : 00 50 : 00

Tabel hasil kelompok IV


Bentuk Stock Dosis/
Mencit Onset Durasi
sediaan (mg/ml) mencit
I Oral 5 35 25 : 18 1 : 02 : 15
II i.v 5 35 20 : 48 53 : 16
III i.p 5 35 10 : 42 21 : 15
IV s.c 5 35 24 : 37 27 : 53
V i.m 20 35 15 : 28 42 : 00

Tabel hasil kelompok V


Bentuk Stock Dosis/
Mencit Onset Durasi
sediaan (mg/ml) mencit
I Oral 5 35 33 : 00 60 : 16
II i.v 5 35 24 : 09 60 : 30
III i.p 5 35 29 : 32 60 : 17
IV s.c 5 35 32 : 00 53 : 00
V i.m 20 35 30 : 00 60 : 15

V.2. Pembahasan

Praktikum kali ini mempalajari tentang pengaruh cara pemberian obat terhadap
absorpsi obat dalam tubuh (dalam hal ini pada tubuh hewan uji). Mencit dipilih sebagai hewan
uji karena proses metabolisme dalam tubuhnya berlangsung cepat sehingga sangat cocok
untuk dijadikan sebagai objek pengamatan. Sekedar informasi, selanjutnya mencit hanya
disebut sebagai hewan uji
Pemberian obat pada hewan uji yaitu pertama melalui cara oral, intravena,
subkutan, intraperitoneal, dan intramuscular. Dengan cara oral (pemberian obat melalui mulut
masuk kesaluran intestinal) digunakan jarum injeksi yang berujung tumpul agar tidak
membahayakan bagi hewan uji. Kedua, pemberian obat dilakukan dengan cara intravena yaitu
dengan menyuntikkan obat pada daerah ekor (terdapat vena lateralis yang mudah dilihat dan
dapat membuat obat langsung masuk kepembuluh darah). Ketiga, yaitu dengan cara
subkutan (cara injeksi obat melalui tengkuk hewan uji tepatnya injeksi dilakukan dibawah
kulit). Keempat dengan cara intraperitoneal (injeksi yang dilakukan pada rongga perut. Cara
ini jarang digunakan karena rentan menyebabkan infeksi). Yang kelima atau yang terkhir
adalah dengan cara intramuscular yaitu dengan menyuntikkan obat pada daerah yang berotot
seperti paha atau lengan atas.
Dosis obat yang diberikan yaitu 35 mg/kgBB hewan uji. Untuk stock larutan, pada
per oral, intravena, intraperitoneal, dan subkutan menggunakan larutan 5 mg/ml. Sedangkan
untuk injeksi intramuscular menggunakan larutan dengan stock 20 mg/ml. untuk data
kelompok I, volume injeksi untuk oral, intravena, intraperitoneal, subkutan, dan intramuscular
secara berturut-turut adalah 0,3 ml; 0,15 ml; 0,15 ml; 0,13 ml dan 0,1 ml. Perhitungan volume
injeksi yang diberikan berdasarkan berat badan tiap hewan uji sehingga diperoleh hasil yang
berbeda.
Dari hasil pengamatan kelompok-kelompok, diperoleh onset dan durasi yang
berbeda. Onset merupakan waktu mulai timbulnya efek setelah pemberian obat. Durasi

http://melyme-farmasi.blogspot.co.id/2012/07/pengaruh-cara-pemberian-terhadap.html 3/5
3/8/2017 farmasi: PENGARUH CARA PEMBERIAN TERHADAP ABSORPSI OBAT
adalah waktu lamanya efek sampai efek obat tersebut hilang. Dari pengamatan kelompok I,
berdasarkan onsetnya, injeksi dengan cara intramuscular memiliki waktu yang tercepat dan
yang paling lambat adalah injeksi dengan pemberian oral. Dari pengamatan kelompok II, III, IV
dan V berdasarkan onsetnya, injeksi dengan intravena memiliki waktu yang cepat dan yang
paling lambat yaitu injeksi dengan cara oral. Dari data-data diatas dapat kita ketahui bahwa
cara intravena merupakan cara pemberian obat yang reaksinya paling cepat dan yang paling
lambat adalah cara oral. Cara intravena yaitu cara pemberian obat langsung masuk
kepembuluh darah, sehingga cara ini tentu saja lebih cepat memberikan efek karena tidak
melalui proses absorbsi dulu untuk masuk kesistem sistemik dari pada cara-cara injeksi yang
lain. Sedangkan cara oral merupakan cara pemberian obat melalui pencernaan sehingga
prosesnya berjalan lambat. Namun seperti kita lihat pada data, hanya kelompok I yang
memiliki onset yang tercepat dengan pemberian intramuscular. Hal ini mungkin dikarenakan
terjadinya penambahan dosis menjadi dua kali lipat dari seharusnya yaitu menjadi 0,26 ml.
Untuk durasinya, hasil pengamatan kelompok I, II dan IV efek obat yang paling
cepat hilang yaitu cara intraperitoneal dan yang efeknya lama yaitu cara intramuscular. Untuk
kelompok III, efek obat yang paling cepat hilang adalah cara intravena dan yang paling lama
efek obatnya dengan cara intramuscular. Sedangkan untuk kelompok V cara pemberian
dengan intraperitoneal memiliki efek yang cepat hilang sedangkan cara oral yang efeknya
paling lama hilangnya.
Secara deskriptif perbandingan data kelas yang menggunakan H0 = semua cara
pemberian memberikan efek sama. Jika sig > 0,05 maka H0 diterima, dan jika sig < 0,05
kama H0 ditolak.
Perbandingan data kelas didapatkan sig 0,431 pada onset, dan 0,857 pada durasi.
Keduanya lebih dari 0,05 sehingga H0 diterima yaitu semua cara pemberian memberikan efek
yang sama. Hal tersebut menunjukkan bahwa secara umum berbagai cara pemberian (p.o,
i.m, i.v, i.p) pada hasil percobaan tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna pada taraf
nyata 95% (p < 0,05).

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

VI.1 Kesimpulan

Dari praktikum yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan, sebagai
berikut :
1. Secara garis besar yaitu empat dari lima kelompok menunjukkan pemberian obat
dengan cara intravena lebih cepat daripada cara-cara lainnya dalam hal menimbulkan
efek.
2. Tiga dari lima kelompok membuktikan pemberian dengan cara intramuscular memiliki
durasi yang lama.
3. Peningkatan dosis dapat mempengaruhi onset dan durasi yang dihasilkan dari pada
dosis awal yang diberikan.
4. Secara umum berbagai cara pemberian (p.o, i.m, i.v, i.p) pada hasil percobaan tidak
menunjukkan perbedaan yang bermakna pada taraf nyata 95% (p < 0,05).

VI.2 Saran

Agar praktikum berjalan lancar hendaknya ada bimbingan khusus dari para asisten
mengenai prosedur kerja dan alat serta bahan yang akan digunakan sehingga praktikan
tidak lagi bolak-balik ruang praktikum hanya sekedar mangambil alat dan lainnya.
Mari kita bersama-sama menciptakan suasana praktikum yang menyenangkan.
Karena hanya dengan belajar yang menyenangkan semua dapat menangkap materi dengan
optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh., 2000, Ilmu Meracik Obat, Gadjah Mada University Press, hal.

Anonim, 1995, Farmak ope Indonesia Edisi,IV, Depkes RI, Jakarta, hal.

Ansel, Howard.C., 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Universitas Indonesia Press,
Jakarta,hal.
Joenoes, Z. N., 2002, Ars Prescribendi Jilid 3, Airlangga University Press, Surabaya, hal.

http://melyme-farmasi.blogspot.co.id/2012/07/pengaruh-cara-pemberian-terhadap.html 4/5
3/8/2017 farmasi: PENGARUH CARA PEMBERIAN TERHADAP ABSORPSI OBAT
Katzung, Bertram. G., 2001, Farmak ologi Dasar dan Klinik , Salemba Medika, Jakarta, hal.

Diposkan oleh melyme di 05.25


Rekomendasikan ini di Google

Tidak ada komentar:


Poskan Komentar

Masukkan komentar Anda...

Beri komentar sebagai: Unknown (Google) Keluar

Publikasikan Pratinjau Beri tahu saya

Posting Lebih Baru Beranda Posting Lama

Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Tema Kelembutan. Gambar tema oleh luoman. Diberdayakan oleh Blogger.

http://melyme-farmasi.blogspot.co.id/2012/07/pengaruh-cara-pemberian-terhadap.html 5/5

Anda mungkin juga menyukai