Anda di halaman 1dari 4

II.

DASAR TEORI
Suspensi adalah suatu bentuk sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk
halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa dan merupakan sistem heterogen yang
terdiri dari dua fase. Fase kontinu atau fase luar umumnya merupakan cairan atau semipadat,
dan fase terdispers atau fase dalam terbuat dari partikel-partikel kecil yang pada dasarnya tidak
larut, tetapi terdispersi seluruhnya dalam fase kontinu (Chasanah dkk., 2012).
Pembuatan sediaan farmasi dalam bentuk suspensi mempunyai beberapa alasan
diantaranya karena obat tersebut tidak larut dalam air. Suspensi banyak digunakan karena
mudah penggunaannya terhadap anak- anak, bayi, dan juga untuk orang dewasa yang sukar
menelan tablet atau kapsul. Suspensi juga dapat diberi zat tambahan untuk menutupi rasa tidak
enak dari zat aktifnya. Umumnya bentuk cair lebih disukai daripada bentuk tablet atau kapsul
karena mudah ditelan dan mudah diatur penyesuaian dosisnya untuk anak (Rahman dkk.,
2011).
Suspensi berdasarkan sistem pembentukannya terbagi atas dua, yaitu flokulasi dan
deflokulasi. Dalam sistem flokulasi, partikel flokulasi terikat lemah, cepat mengendap dan
pada penyimpanan tidak terjadi cake dan mudah tersuspensi. Dalam sistem deflokulasi,
partikel deflokulasi mengendap perlahan dan akhirnya membentuk sedimen, akan terjadi
agregasi, dan akhirnya terbentuk cake yang keras dan sukar tersuspensi kembali (Syamsuni,
2012).
Stabilitas sediaan suspensi dipengaruhi oleh komponen-komponen yang terdapat dalam
formulasi tersebut, salah satu adalah zat pensuspensi atau suspending agent. Oleh karena itu
untuk mendapatkan suspensi yang stabil dan baik diperlukan penanganan dalam proses
pembuatan, penyimpanan maupun pemilihan bahan pensuspensi. Contoh suspending agent
yang digunakan adalah CMC Na (Carboxymethylcellulose Natrium) dan PGS (pulvis
gummosus) (Fitriani dkk., 2016).
Salah satu faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi adalah terbentuknya sedimen
(endapan). Secara umum proses sedimentasi diartikan sebagai proses pengendapan karena
adanya gaya gravitasi. Partikel yang mempunyai berat jenis lebih besar daripada berat jenis air
akan mengendap ke bawah dan yang lebih kecil akan melayang atau mengapung. Secara lebih
terperinci sedimentasi merupakan proses pengendapan flok yang telah terbentuk pada proses
flokulasi (Margaretha dkk., 2012).
Kecepatan pengendapan partikel padat dalam fluida. bergantung pada bentuk dan ukuran
partikel, densitas partikel, viskositas fluida, dan aliran fluida. Suatu partikel padat bila
ditempatkan dalam fluida yang diam maka partikel tersebut akan jatuh ke bawah karena adanya
gaya gravitasi. Gaya-gaya yang bekerja pada partikel tersebut antara lain gaya gravitasi, gaya
apung yang disebabkan oleh fluida yang dipindahkan, gaya gesek yang disebabkan oleh
gesekan antara partikel dan fluida, semakin cepat partikel bergerak, semakin besar pula gaya
gesek yang ditimbulkan. Pada suatu saat gaya gesek dan gaya angkat oleh fluida akan sama
dengan gaya gravitasi, dan kecepatan partikel menjadi konstan. (Masdian dan Rifki., 2012).
Penggunaan suspending agent bertujuan untuk meningkatkan viskositas dan
memperlambat proses pengendapan sehingga menghasilkan suspensi yang stabil. Suspensi
stabil apabila zat yang tersuspensi tidak cepat mengendap, harus terdispersi kembali menjadi
campuran yang homogen dan tidak terlalu kental agar mudah dituang dari wadahnya (Anjani
dkk., 2011).
Suspensi dalam farmasi adalag disperse kasar yang di dalamnya terdispersi partikel-
partikel padat yang tidak larut dalam medium cair. Sebagian besar partikel tersebut memiliki
diameter lebih dari 0,1um dan dibawah mikroskop sebagian partikel menunjukan gerak Brown
jika dispersi memiliki viskositas yang rendah. Aspek utama dalam stabilitas fisika suatu
suspense adalah mencegah fase terdispersi mengendap terlalu cepat dan fase terdispersi
mengendap pada dasar wadah membentuk “cake”yang keras dan dapat segera twrdispersi
kembali menjadi campuran yang homogen (Tim Dosen Farmasi Fisika, 2019).
Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi adalah ukuran partikel, jumlah
partikel yang bergerak, tolak menolak antar partikel karena adanya muatan listrik, konsentrasi
suspensi, viskositas, suhu (Tim Dosen Farmasi Fisika, 2019).
Dua parameter sedimentasi adalah volume sedimentasi (F) dan derajat flokulasi. Volume
sedimentasi adalah perbandingan volume akhir sedimentasi( 𝑉𝑢 ) terhadap volume awal
suspense (𝑉0).

𝐹 = 𝑉𝑢 × 𝑉0
Derajat flokulaso afalah suatu patameter yang lebih mendasar, karena menghubungkan
volume sedimen dalam system flokulasi dengan volume sedimen pada system deflokulasi.
Secara umum kecepatan sedimentasi dinyatakan dalam Hukum Stokes, dengan persamaan
𝑑2 × (𝜌𝑠 − 𝜌0 ) × 𝑔
𝑉=
18𝜋0
v = kecepatan alir (cm/detik) 𝜌0 = kecepatan medium dispers
d = diameter partikel ( cm ) g = percepatan gravitasi
𝜌𝑠 = kerapatan fase dipersi 𝜋0 = viskositas medium pendingin ( poise )
DAFTAR PUSTAKA

Anjani, M. R., Ika T. D K., Peni I., dan Anita S., 2011, Formulasi Suspensi Siprofloksasin dengan
Suspending Agent Pulvis Gummi Arabici dan Daya Antibakterinya, Pharmacon, Vol.
12 (1).

Chasanah, N., Ika T. D. K., dan Peni I., 2012, Formulasi Suspensi Doksisiklin menggunakan
Suspending Agent Pulvis Gummi Arabici: Uji Stabilitas Fisik dan Daya
Antibakterinya, Jurnal Sains dan Teknologi Kimia, Vol. 4 (2).

Ditjen POM, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Depkes RI : Jakarta

Fitriani, Y. N., Cikra INHS., Ninis Y., dan Dyah A., 2016, Formulasi dan Evaluasi Stabilitas Fisik
Suspensi Ubi Cilembu (Ipomoea batatas L.) dengan Suspending Agent CMC Na dan
PGS sebagai Antihiperkolesterol, Jurnal Farmasi Sains dan Terapan, Vol. 2 (1).

Margaretha, Rizka M., Syaiful, dan Subroto, 2012, Pengaruh Kualitas Air Baku terhadap Dosis
dan Biaya Koagulan Aluminium Sulfat dan Poly Aluminium Chloride, Jurnal Teknik
Kimia, Vol. 18 (4).

Masdian, R., dan Rifki N. B., 2012, Pemisahan Partikel Padat-Padat pada Aliran Pipa Spiral,
Journal of Chemistry, Vol. 1 (1).

Rahman, I. R., Ika T. D. K.., Peni I., dan Anita S., 2011, Uji Stabilitas Fisik dan Daya Antibakteri
Suspensi Eritromisin dengan Suspending Agent Pulvis Gummi Arabici, Pharmacon,
Vol. 12 (2).

Syamsuni, 2012, Ilmu Resep, EGC: Jakarta.

Tim Dosen Farmasi Fisika, 2019. Modul Praktikum Farmasi Fisika. IIK Bali

Anda mungkin juga menyukai