Anda di halaman 1dari 4

Sedimentasi Partikel Suspensi

I. Tujuan
1. Memahami dan mengamati faktor-faktor dan parameter-parameter stabilitas
suatu suspense
2. Memahami pengaruh penambahan suspending agent pada sediaan suspense
3. Memahami perbedaan antara system suspense terflokulasi dan terdehokulasi

II. Dasar Teori


Obat merupakan sediaan atau paduan bahan-bahan yang siap untuk digunakan
untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi
dalam penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan,
kesehatan dan kontrasepsi. Menurut Ansel (1985), obat adalah zat yang digunakan
untuk diagnosis, mengurangi rasa sakit, serta mengobati atau mencegah penyakit
pada manusia atau hewan (Mahdiyar, dkk, 2012).
Obat dapat dibagi menjadi 17 jenis, salah satunya yaitu suspense. Suspensi
farmasi adalah disperse kasar dimana partikel padat yang tidak larut terdispersi
dalam medium cair. Suspensi dalam dunia farmasi digunakan dalam berbagai
cara, antara lain injeksi intramuscular, tetes mata, oral, dan rektal. Suspense
adalah suatu bentuk sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk
halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa dan merupakan system
heterogeny yang terdiri dari dua fase. (Fitriani,dkk, 2015)
Fase kotinu atau fase luar umumnya merupakan cairan atau semi padat dan
fase terdispersi atau fase dalam terbuat dari partikel-partikel kecil yang pada
dasarnya tidak larut, tetapi terdispersi seluruhnya pada fase kontinu. Suspensi oral
lebih disukai dari pada bentuk sediaan padat karena mudah ditelan, absorbsinya
lebih cepat dan bioavailabitasnya lebih baik. (Chasanah, dkk, 2010)
Suspensi yang baik dibuat dengan menggabungkan system flokulasi dan
deflokulasi parsial, dan mencegah terjadinya cake, kemudian dapat ditambahkan
zat pensuspensi untuk menjaga agar flok-flok itu tetap tersuspensi. Bertambahnya
viskositas karena zat pensuspensi juga akan memperlambat pertumbuhan kristal
karena lambatnya kecepatan difusi. Sebagian besar zat pensuspensi berupa koloid
hidrofilik yang mempunyai muatan negative yang diendapkan oleh zat
pemflokulasi. Zat pemflokulasi dapat berupa elektrolit anorganik, surfaktan ionic,
dan polimer. (Anjani, M.R., 2011)
Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas suspense:
1. Ukuran Partikel
2. Jumlah partikel yang bergerak
3. Tolak menolak antar partikel karena adanya muatan listrik
4. Konsentrase suspense
5. Viskositas
6. Suhu

Bentuk sediaan suspensi diformulasikan karena beberapa zat aktif obat


mempunyai kelarutan yang praktis tidak larut dalam air, tetapi diperlukan dalam
bentuk cair agar mudah diberikan kepada pasien yang mengalami kesulitan untuk
menelan, mudah diberikan pada anak-anak, serta untuk menutupi rasa pahit atau
aroma yang tidak enak dari zat aktif obat. Alasan lain adalah karena air merupakan
pelarut yang paling aman bagi manusia. Untuk itu air digunakan sebagai medium
pembawa pada sebagian besar sediaan suspensi.Walaupun zat aktif obat memiliki
kelarutan buruk dalam air, zat aktif obat tetap dapat dibuat ke dalam bentuk
sediaan cair/liquida dengan adanya bantuan suspending agent.

Penggunaan suspending agent  bertujuan untuk meningkatkan viskositas


dan memperlambat proses pengendapan sehingga menghasilkan suspense yang
stabil. Suspensi stabil apabila zat yang tersuspensi tidak cepat mengendap, harus
terdispersi kembali menjadi campuran yang homogeny dan tidak terlalu kental agar
mudah dituang dari wadahnya. Salah satu suspending agent yang sering digunakan
dalam pembuatan sediaan suspensi yaitu CMC (Anjani, dkk, 2011).

Pengendapan suspense farmasetika dari fase internal ditentukan oleh waktu.


Tingkat sedimentasi ini bergantung pada beberapa factor seperti ukuran partikel
dari fase eksternal, perbedaan densitas antara fase eksternal kontinu dan fase
internal diskontinu. Selain itu, pengendapan juga dipengaruhioleh viskositas fase
kontinu. (Ogaji, dkk, 2012)

Penyiapan fase terdispersi merupakan langkah penting dalam formulasi


suspense. Salah satu kriteria suspense yang baik yaitu ukuran yang tepat dari fase
terdispersi. Ukuran yang tepat dari fase terdispersi dibutuhkan untuk stabilitas fisik
yang dalam suspense dapat diturunkan dengan Teknik seperti mikronisasi yang
menggunakan variasi ukuran dan juga dengan Teknik farmasetik seperti
copresipitas dan metode perubahan Ph. (Seelam dan Abafita, 2015)

Suspending agent dibagi menjadi beberapa golongan. Golongan yang


pertama adalah polisakarida yang terdiri dari gom akasia (gom arab)/PGA,
tragakan, nalginat (sodium alginate), starch (amilum), karagen (Chondrus extract).
Golongan kedua adalah turunan selulosa, contohnya metil selulosa, CMC-Na
(karboksimetil selulosa), dan hidroksi etil selulosa. Golongan ketiga adalah clay
misalnya bentonite, aluminium-magnesium silikat (veegum), dan hectocrite (salah
satu senyawa mineral berbentuk tanah liat). Golongan keempat polimer sintetik
contohnya golongan carboner.

Flokulasi dan deflokulasi adalah peristiwa memisahnya (mengendapnya


fase terdispersi) anatara fase pendisper terjadi dalam rentang waktu yang berbeda.
Dimana pada flokulasi terpisahnya dua fase tersebut lebih cepat dibandingkan
deflokulasi. Namun endapan dari flokulasi dapat didispersikan kembali sedangkan
endapan deflokulasi tidak karena sudah terbentuk cacking, hal tersebut disebabkan
oleh ukuran partikel pada suspense yang terdeflokulasi sangat kecil, hingga
membentuk ikatan antar partikel yang erat dan padat . (Xue Mei Sun, 2012)

Sistem flokulasi, partikel mengendap secara berkelompok dan mengendap


Bersama-sama. Partikel tersuspensi saling terkait dengan ikatan yang lemah
membentuk jarring, karena beratnya bertambah, maka pengendapan terjadi serta
membawa partikel-partikel tersuspensi lainnya yang terjerat dibawahnya (tengah
jarring) dalam system flokulasi partikel yang mengendap tersebut akan mudah
terdispersi kembalidengan pengocokan. Pengendapan jenis ini tidak membentuk
endapan yang liat (cake). Sistem flokulasi yang dimaksudkan untuk penggunaan
oral, parenteral, optitalmik, atau topical biasanya mempunyai kemampuan mengalir
yang buruk karena partikelnya berkelompok. Sifat ini diperbaiki dengan
penambahan koloid pelindung. Koloid pelindung tidak mengurangi tegangan antar
muka sehingga berbeda dengan surfaktan. Larutan koloid memiliki viskositas yang
berbeda dan digunakan dalam konsentrasi yang tinggi dibandingkan surfaktan.
Sistem deflokulasi, partikel mengendap sendiri-sendiri secara perlahan
tergantung pada jaraknya dari dasar dan perbedaan ukurannya. Partikel akan
Menyusun dirinya dan mengisi ruang-ruang kosong saat mengendap dan akhirnya
membentuk sedimen dan terjadi aggregasi, selanjutnya membentuk cake yang
keras dan sulit terdispersi kembali karena telah membentuk jembatan kristal yang
merupakan lapisan film yang liat pada permukaan sedimen. Suspense deflokulasi
tekanannya lebih besar pada dasar wadah, volume sedimentasi yang terbentuk kecil
dan supernatant tampak keruh sehingga terlihat bahwa suspense lebih stabil. (xue
Mei Sun, 2012)

Sedimentasi merupakan proses pemisahan campuran padatan dan cairan


menjadi cairan bening dan bubur yang memiliki konsentrasi tinggi. Cairan bening
dapat dipisahkan karena adanya perbedaan densitas dan dengan bantuan gaya
gravitasi. (Setyadi, 2014)

Tahap sedimentasi dideskripsikan pada tes leleh ketika partikel-partikel


padatan mengendap dalam silinder kaca. Seiring berjalannya waktu, partikel-
partikel padatan mengendap dan laju pengendapannya partikel diasumsikan
sebagai terminal velocity.

Anda mungkin juga menyukai