Assalamu’alaikumWr. Wb.
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul “ DISTRIBUSI UKURAN DAN SIFAT ALIR
PARTIKEL” dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun sesuai materi perkuliahan yang terdapat di Praktikum Farmasi Fisika
II yang telah dilaksanakan untuk memenuhi hasil Praktikum Farmasi Fisika II. Materi-materi
penulis juga mengambil dari berbagai sumber pustaka dan beberapa website dari internet.
Dengan demikian, para pelajar farmasi dapat memperluas wawasannya, memahami, dan
mengaplikasikan isi makalah ini dalam kefarmasian.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak dalam penyusunan makalah ini.
Penulis berharap makalah ini dapat membantu mahasiswa farmasi maupun pembaca lain dalam
memahami praktikum Farmasi Fisika II. Kritik dan saran yang membangun selalu Penulis
harapkan demi membentuk sebuah bacaan/makalah yang lebih baik lagi.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................3
I. Tujuan Praktikum.................................................................................................................................4
II. Dasar Teori..........................................................................................................................................4
A. DISTRIBUSI UKURAN........................................................................................................................4
B. SIFAT ALIR ZAT PADAT.....................................................................................................................5
III. Alat dan Bahan................................................................................................................................8
IV. Prosedur Kerja.................................................................................................................................9
V. Skema Kerja.......................................................................................................................................10
VI. Data Hasil Percobaan dan Pengolahan Data..................................................................................12
A. Tabel Distribusi Ukuran..................................................................................................................13
B. Tabel Diameter Rata-rata Sampel..................................................................................................13
C. Data Hasil Penentuan Kecepatan Alir............................................................................................14
D. Hasil Penentuan Sudut Istirahat....................................................................................................16
VII. Pembahasan..................................................................................................................................19
VIII. Kesimpulan....................................................................................................................................21
Daftar Pustaka...........................................................................................................................................21
3
I. Tujuan Praktikum
A. DISTRIBUSI UKURAN
Ditribusi ukuran dapat ditentukan dengan pengayak standar. Metode ini dapat
diterapkan untuk partikel-partikel dengan diameter > 100 µm. Efisiensi dan kecepatan
pemisahan partikel berbanding terbalik dengan jumlah partikel yang diayak. Efektivitas
pemisahan menurun dengan cepat bila tebal bahan > 6-8 partikel.
Untuk menentukan keseragaman kehalusan serbuk bahan obat atau bahan kimia
dapat digunakan proses sebagai berikut, dengan menggunakan pengayak standar yang
sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan. Hindari pengocokan yang terlalu lama
yang dapat meningkatkan kehalusan serbuk selama proses pengujian.
Letakkan 25-100g serbuk yang akan diuji pada pengayak standar yang dilengkapi
dengan penutupdan pan penampung. Getarkan pengayak dengan arah berputar horizontal
dan secara vertical dengan kekuatan-kekuatan pada suatau permukaan yang keras selama
tidak kurang dari 20 menit atau sampai pamisahan secara praktis terjadi sempurna.
Timbang jumlah serbuk pada pengayak dan pan penampung.
Lakukan seperti pada serbuk kasar, kecuali jumlah sampel sebaiknya tidak lebih
dari 25 g dan pengayak digetarkan tidak kurangdari 30 menit atau sampai pemisahan
secara praktis sempurna.
Dalam hal serbuk berminyak atau cenderung menutupi lubang pengayak, sikat
pengayak dengan hati-hati pada interval-interval selama proses pengujian. Hancurkan
gumpalan-gumpalan yang terbentuk selama proses.
4
Ukuran lubang dari masing-masing pengayak standar dinyatakan dalam satuan
‘’MESH’’ yang artinya jumlah lubang yang terdapat pada 1 inch panjang. Tabel
perbandingan ukuran macam-macam standar pengayak dapat dilihat pada Karl Kolb
Scientific Technical Supplies ’74 p.527.
Pengayakan, metode ini menggunakan suatu seri ayakan standar yang dikalibrasi
oleh The National Bureau of Standards. Ayakan umumnya digunakan untuk memilih
partikel-partikel yang lebih besar, tetapi jika digunakan dengan sangat hati-hati. Ayakan-
ayakan tersebut bisa digunakan untuk mengayak bahan sampai sehalu 44 mikro meter
(ayakan nomor 325). Ayakan yang dihasilkan oleh cara-cara eksa dan cara pembentukan
listrik sekarang ada dalam lubang mulai dari 90 µm sampai sekecil 5 µm.
Menurut metode u.s.p untuk menguji kehalusan serbuk suatu massa sampel
tertentu ditaruh suatu ayakan yang cocok dan di goyangkan secara mekanik. Serbuk
tersebut di goyang-goyang selama waktu tertentu dan bahan yang melalui suatu ayakan
ditahan oleh ayakan berikutnya yang lebih halus serta dikumpulkan, kemudian di
timbang. Menurut Herdan, kesalahan pengayakan akan timbul dari sejumlah variabel
termasuk beban ayakan dan lama serta intensitas penggoyangan. Fornner, Banker dan
Swarbrick telah memperlihatkan bahwa pengayakan dapat menyebabkan penjebolan
bahan-bahan granul farmasetis. Pengayakan, metode ini menggunakan suatu seri ayakan
standar yang dikalibrasi oleh The National Bureau of Standards. Ayakan umumnya
digunakan untuk memilih partikel-partikel yang lebih besar, tetapi jika digunakan dengan
sangat hati-hati. Ayakan-ayakan tersebut bisa digunakan untuk mengayak bahan sampai
sehalu 44 mikro meter (ayakan nomor 325). Ayakan yang dihasilkan oleh cara-cara eksa
dan cara pembentukan listrik sekarang ada dalam lubang mulai dari 90 µm sampai sekecil
5 µm.
5
Pada pembuatan sediaan tablet, kecepatan alir merupakan hal yang sangat
berpengaruh terhadap keseragaman bobot tablet yang dihasilkan. Untuk menghasilkan
tablet dengan bobot yang seragam, diperlukan suatu batas kecepatan alir minimum.
Kecepatan alir serbuk dapat ditentukan secara langsung dengan menggunakan
corong. Dari hasil penentuan kecepatan alir dengan corong, dapat juga ditentukan sudut
istirahat (angle of repose). Sudut istirahat mencerminkan gaya gesek (frictional force)
yang terjadi antar partikel serbuk. Semakin besar gaya gesek maka hambatan untuk
mengalir semakin besar sehinnga sudut istirahat menjadi besar.
Serbuk ruahan agak analog dengan cairan non-Newton, yang memperlihatkan
aliran plastis dan kadang-kadang dilatansi, partikel-partikelnya dipengaruhi oleh gaya
tarik-menarik sampai derajat yang bervariasi. Oleh sebab itu, serbuk mungkin mengalir
bebas atau mungkin menyatu (“lengket”).
Dengan partikel-partikel yang relative kecil (kurang dari 10µm), aliran partikel
melalui lubang terbatas karena gaya kohesi antara partikel memiliki besar yang sama
dengan gaya gravitasi. Karena gaya gravitasi tersebut merupakan fungsi diameter
dipangkatkan dengan tiga, gaya tersebut menjadi lebih bermakna apabila ukuran partikel
meningkat dan aliran dipermudah. Laju aliran maksimum tercapai setelah aliran
berkurang karena ukuran partikel mendekati besarnya lubang tersebut. Jika suatu serbuk
mengandung sejumlah besar partikel-partikel kecil, sifat-sifat aliran serbuk dapat
diperbaiki dengan menghilangkan “fine” atau mengadsorpsikannya pada partikel-partikel
yang lebih besar.
Serbuk yang mengalir bebas dicirikan dengan “dastibilitas” yaitu suatu istilah
yang dimaksudkan untuk menunjukkan lawan kata kelekatan. Partikel-partikel serbuk
yang dipadatkan, menjadi unsur penting dalam aliran serbuk melalui mesin pengisian dan
dalam perasional mesin kapsul otomatis.
Kemampuan serbuk untuk mengalir merupakan salah satu faktor yang
berpengaruh dalam pencampuran bahan-bahan yang berbeda untuk membentuk suatu
campuran serbuk. Pencampuran dan pencegahan ketakbercampuran merupakan pekerjaan
farmasetik yang penting di dalampembuatan berbagai serbuk sediaan, termasuk tablet dan
kapsul. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi proses pencampuran adalah agregasi,
ukuran, bentuk, dan perbedaan densitas partikel serta adanya muatan listrik statis.
6
- Tabel Persyaratan Kecepatan Alir (Agoes, 2012 Hal 73)
Dibawah ini pembagian sistem dispersi berdasarkan ukuran partikelnya (Santi sinala, 2016)
7
III. Alat dan Bahan
- ALAT :
1. Seperangkat pengayak standar
2. Timbangan
3. Mesin penggetar pengayak
4. Corong standar
5. Stopwatch
6. Penggaris
- BAHAN :
1. Granul SDL
2. Amilum
8
IV. Prosedur Kerja
DISTRIBUSI UKURAN
1. Pasang corong pada statif dengan jarak ujung pipa bagian bawah ke bidangdatar = 10,0
±0,2cm.
2. Timbang teliti granul dan amilum masing-masing 25 gram dan 100 gram
3. Tuang bahan tersebut ke dalam corong dengan dasar lubang corong ditutup.
4. Buka tutup dasar lubang corong sambil jalankan stopwatch.
5. Catat waktu yang diperlukan mulai bahan mengalir sampai bahan dalam corong habis (t
detik).
6. Hitung kecepatan alir dengan rumus:
w
Kecepatan alir = gram/detik
t
7. Ukur tinggi timbunan bahan di bawah corong hasil penentuan kecepatan alir (h cm) tan−1
8. Ukur jari-jari alas kerucut timbunan bahan tersebut (r cm).
9. Hitung sudut istirahat dengan rumus :
h
α= tan−1
r
9
10
V. Skema Kerja
Distribusi Ukuran
Susun Pengayak
Letakkan granul yang ditimbang di pengayak paling atas, tutup dan kencangkan
Getarkan pengayak
Buat table dan hitung diameter rata-rata sampel tanpa sampel pada pengayak paling atas
11
Keecepatan Alir dan Sudut Istirahat
Ditimbang teliti 25 gram dan 100 gram masing-masing bahan (granul dan amilum)
W
Kecepatan alir = gram/detik
t
Dari tinggi tumbuhan bahan di bawah corong hasil penentuan kecepatan alir (h cm).tan-1
h
α = tan-1
r
12
VI. Data Hasil Percobaan dan Pengolahan Data
Bobot
Bobot Granul
Pengayak Pengayak +
(g)
Granul (g)
Diameter Lubang
No MESH Bobot (g)
(µm)
18 1000 µm 347,42 g 349,50 g 2,08 g
30 600 µm 341,59 g 351,65 g 10,06 g
40 425 µm 305,64 g 310,95 g 5,31 g
60 250 µm 289,37 g 293,07 g 3,70 g
80 180 µm 284,38 g 285,48 g 1,10 g
140 106 µm 273,90 g 275,13 g 1,23 g
Pan Penampung < 106 µm 256,70 g 258,11 g 1,41 g
JUMLAH 24,89 g
13
A. Tabel Distribusi Ukuran
Bobot Granul
Ukuran Granul
Gram % % Kumulatif
>1000 µm 1,41 g 8,36% 8,36%
600 µm – 1000 µm 1,23 g 40,42% 48,78%
425 µm – 600 µm 1,10 g 21,33% 70,11%
250 µm – 425 µm 3,70 g 14,87% 84,99%
180 µm – 250 µm 5,31 g 4,42% 89,40%
106 µm – 180 µm 10,06 g 4,92% 94,34%
<106 µm 2,08 g 5,66% 100%
bobot granul
%= x 100 %
jumlahbobot granul
= (58902,93)/100
= 589,0293 µm
14
C. Data Hasil Penentuan Kecepatan Alir
GRANUL
Kecepatan (
Bahan Replikasi G t (detik) g
¿
det
Granul 1 25 g 1,12 s 22,32 g/s
Granul 2 25 g 1,45 s 17,24 g/s
Granul 3 25 g 1,32 s 18,94 g/s
Granul 4 25 g 1,33 s 18,80 g/s
Granul 5 25 g 1,45 s 17,24 g/s
RATA-RATA 18,91 g/s
Kecepatan alir granul 25 gram:
25 g
Replikasi 1= =22,32 g/s
1,12detik
25 g
Replikasi 2= =17,24 g/s
1,45 detik
25 g
Replikasi 3= =18,94 g/s
1,32detik
25 g
Replikasi 4= =18,80 g/s
1,33 detik
25 g
Replikasi 5= =17,24 g/s
1,45 detik
22,32+ 17,24+18,94+18,80+17,24
Rata-Rata= =18,91 g/s
5
Kecepatan (
Bahan Replikasi G t (detik) g
¿
det
Granul 1 100 g 5,84 s 17,12 g/s
Granul 2 100 g 5,58 s 17,92 g/s
Granul 3 100 g 5,62 s 17,79 g/s
Granul 4 100 g 5,65 s 17,70 g/s
Granul 5 100 g 5,44 s 18,38 g/s
RATA-RATA 17,78 g/s
Kecepatan alir granul 100 gram:
100 g
Replikasi 1= =17,12 g/s
5,84 detik
100 g
Replikasi 2= =17,92 g/s
5,58 detik
15
100 g
Replikasi 3= =17,79 g/s
5,62detik
100 g
Replikasi 4= =17,12 g/s
5,65 detik
100 g
Replikasi 5= =18,38 g/s
5,44 detik
17,12+17,92+17,79+17,70+18,38
Rata-Rata= =17,78 g /s
5
AMILUM
Kecepatan (
Bahan Replikasi G t (detik) g
¿
det
Amilum 1 25 g - -
Amilum 2 25 g - -
Amilum 3 25 g - -
Amilum 4 25 g - -
Amilum 5 25 g - -
RATA-RATA -
Kecepatan (
Bahan Replikasi G t (detik) g
¿
det
Amilum 1 100 g - -
Amilum 2 100 g - -
Amilum 3 100 g - -
Amilum 4 100 g - -
Amilum 5 100 g - -
RATA-RATA -
16
D. Hasil Penentuan Sudut Istirahat
Bahan Replikasi G h (cm) r (cm) α (° ¿
Granul 1 25 g 2,2 8 15,38°
Granul 2 25 g 2,5 8 17,35°
Granul 3 25 g 2 10 11,31°
Granul 4 25 g 2 10 11,31°
Granul 5 25 g 2,1 8 14,71°
Rata-Rata Sudut Istirahat 14,012°
Sudut istirahat granul 25 gram:
Replikasi 1= tan
−1
( 2,28 )=15,38 °
Replikasi 2= tan
−1
( 2,58 )=17,35 °
Replikasi 3= tan
−1
( 102 )=11,31 °
Replikasi 4= tan
−1
( 102 )=11,31 °
Replikasi 5= tan
−1
( 2,18 )=14,71 °
15,38° +17,35 ° +11,31 °+ 11,31 °+14,71 °
Rata-rata sudut istirahat= =14,012°
5
Replikasi 1= tan
−1
( 144 )=15,95°
Replikasi 2= tan
−1
( 4,514 )=17,82°
Replikasi 3= tan
−1
( 144 )=15,95°
Replikasi 4= tan
−1
( 4,514 )=17,82°
17
Replikasi 5= tan
−1
( 144 )=15,95°
15,95° +17,82 °+ 15,95° +17,82 °+ 15,95°
Rata-rata sudut istirahat= =16,70 °
5
18
E. Distribusi Ukuran Granul
35
30
bonot granul(%)
25
21.33
20
14.87
15
10 8.36
5.66 4.94 4.42
5
0
<106 106-108 180-250 250-425 425-600 600-1000 >1000
diameter ukuran granul(µm)
bobot granul(%)
19
Distribusi Ukuran Granul
120
100
100 94.34
89.4
84.99
% bobot granul kumulatif
80
70.11
Column2
60
48.78
40
20
8.36
0
<106 106-180 180-250 250-425 425-600 600-1000 >1000
20
VII. Pembahasan
Pada percobaan distribusi ukuran dan sifat alir partikel ini bertujuan untuk menentukan
keseragaman kehalusan serbuk bahan obat atau bahan kimia dengan metode pengayakan
(shieving) dan menentukan distribusi ukuran partikel dan diameter rata-rata zat dengan metode
ayakan serta menentukan kecepatanalir dan sifat alir zat padat. Untuk menentukan keseragaman
kehalusan serbuk bahan obat atau bahan kimia dengan metode pengayakan (shieving), yaitu
dengan cara pengelompokan butiran, yang akan dipisahkan menjadi satu atau beberapa
kelompok. Dengan demikian, dapat dipisahkan antara partikel lolos ayakan (butirhalus) dan yang
tertinggal diayakan (butirkasar).
Faktor- faktor yang dapat berpengaruh pada fluiditas atau aliran serbuk yaitu Bentuk
partikel dan tekstur, untuk partikel yang ekidimensional (teratur= bulat, kubus) semakin besar
diameter maka sifat alir semakin baik sedangkan untuk partikel yang anisomerik maka hasilnya
dapat berbeda. Sifat alir terbaik terjadi pada diameter optimum partikel (200-500 µm). Partikel
berukuran kurang dari 100 µm akan lebih kohesif. Semakin kecil gaya gesek friksi / gaya gesek
antar partikel sehingga semakin mudah mengalir. Sebaliknya, semakin kasar permukaan partikel
maka semakin besar friksi antar partikel sehingga menyebabkan semakin sulit mengalir.
Porositas, semakin besar porositas maka semakin kecil kontak antar partikel maka kecepatan alir
akan semakin baik. (voight, 1995)
Pada percobaan Distribusi ukuran, granul SDL 25 gram mendapatkan bobot akhir yaitu
24,89 gram. Akan tetapi bobot yang seharusnya di dapatkan yaitu 25 gram. Penyebab
berkurangnya bobot granul SDL tersebut karena kekurang telitian dalam melakukan
penimbangan pan pengayak dan pan penampung sebelum dan sesudah pengayakan. Diameter
rata-rata granul SDL 25 gram yang diperoleh dalam percobaan ini adalah 589,0293 µm. Jika
dihubungkan dengan tabel pembagian sistem dispersi berdasarkan ukuran (Santi Sinala, 2016)
granul SDL termasuk jarak serbuk kasar karena masuk rentang 150 – 1000 µm. Jika
dihubungkan dengan faktor-faktor yang dapat berpengaruh pada aliran serbuk, granul SDL
memiliki ukuran partikel lebih dari 100 µm sehingga mudah mengalir.
Sifat alir serbuk diklasifikasikan menjadi dua golongan yaitu serbuk yang mengalir bebas
dan serbuk yang kohesif. Sifat alir partikel diamati dengan melihat kecepatan alir partikel yang
ditentukan dengan cara mengukur waktu jatuh yang diperlukan oleh sejumlah sampel yang
ditaruh di dalam suatu corong sampai seluruh sampel itu turun. Cara pengukuran tersebut, di
samping menentukan kecepatan alir serbuk juga dapat menetapkan sudut istirahat yaitu sudut
yang dibentuk antara lereng timbunan serbuk dengan bidang datar
21
Pada percobaan Sifat alir partikel, granul SDL 25 gram memiliki rata-rata kecepatan alir
g
yaitu 18,91 . Jika dihubungkan dengan tabel persyaratan kecepatan alir (Agoes, 2012), granul
s
SDL 25 gram memiliki kecepatan alir yang sangat baik karena rata-rata kecepatan alirnya di atas
g
10 . Jika dihubungkan dengan faktor-faktor yang dapat berpengaruh pada aliran serbuk, granul
s
SDL 25 gram memiliki porositas yang besar dan kontak antar partikelnya kecil sehingga
mempunyai kecepatan aliran yang sangat baik.
g
Pada granul SDL 100 gram memiliki rata-rata kecepatan alir yaitu 17,78 . Jika
s
dihubungkan dengan tabel persyaratan kecepatan alir (Agoes, 2012), granul SDL 100 gram
g
memiliki kecepatan alir yang sangat baik karena rata-rata kecepatan alirnya di atas 10 . Jika
s
dihubungkan dengan faktor-faktor yang dapat berpengaruh pada aliran serbuk, granul SDL 100
gram memiliki porositas yang besar dan kontak antar partikelnya kecil sehingga mempunyai
kecepatan aliran yang sangat baik.
Pada amilum 25 gram tidak dapat diperoleh kecepatan alirnya karena memiliki gaya
kohesif yang sangat kuat sehingga tidak bias melewati corong. Pada amilum 100 gram juga tidak
dapat diperoleh kecepatan alirnya karena memiliki gaya kohesif yang sangat kuat sehingga tidak
bias melewati corong. (voight, 1995)
Pada percobaan Sifat alir partikel, granul SDL 25 gram memiliki rata-rata sudut istirahat
yaitu 14,012° Jika dihubungkan dengan tabel persyaratan sudut istirahat (Agoes, 2012), granul
SDL 25 gram memiliki sudut istirahat yang sangat baik karena rata-ratanya di bawah 25° .Pada
percobaan Sifat alir partikel, granul SDL 100 gram memiliki rata-rata sudut istirahat yaitu 14,012
° Jika dihubungkan dengan tabel persyaratan sudut istirahat (Agoes, 2012), granul SDL 100
gram memiliki sudut istirahat yang sangat baik karena rata-ratanya di bawah 25° .
Pada amilum 25 gram tidak dapat diperoleh sudut istirahat karena memiliki gaya kohesif
yang sangat kuat sehingga tidak bisa melewati corong. Pada amilum 100 gram juga tidak dapat
diperoleh sudut istirahat karena memiliki gaya kohesif yang sangat kuat sehingga tidak bisa
melewati corong. (voight, 1995)
Ini terjadi karena ukuran partikel granul yang lebih besar dan mempunyai luas permukaan
yang lebih kecil, sehingga adanya gaya gesek antar granul yang terdapat didalam corong kecil.
Gaya gesek antar granul yang kecil menyebabkan granul mengalir dan karena tidak mampu
melawan gaya gravitasi. Sedangkan, pada amilum ukuran partikelnya kecil dan luas permukaan
besar sehingga gaya gesek antar partikel yang terdapat pada corong besar. Gaya gesek antar
partikel yang besar menyebabkan partikel amilum mampu melawan gaya gravitasi sehingga
tidak mengalir.
22
VIII. Kesimpulan
Pada percobaan sifat alir dilakukan dengan metode corong. Bahan yang digunakan adalah
amilum dan SDL. Amilum dan SDL masing-masing ditimbang 25g dan 100g. Dari data yang
diperoleh rata-rata kecepatan alir pada SDL 25g adalah 18,91 g/s jadi SDL 25g memiliki laju alir
yang sangat baik dan memiliki sudut istirahat sebesar 14,012 o yang berarti memiliki sudut
istirahat sangat baik. Pada SDL 100g dengan rata-rata kecepatan alir 17,78 g/s jadi SDL 100g
memiliki laju alir yang sangat baik dan sudut istirahat sebesar 16,70 o yang berarti memiliki sudut
istirahat sangat baik. Sedangkan untuk Amilum tidak dapat diketahui kecepatan alir dan sudut
istirahat. Ini dikarenakan amilum memiliki ikatan yang sangat kuat antar partikelnya sehingga
tidak dapat melewati corong.
23
Daftar Pustaka
Agoes. G., 2012. Teknologi Farmasi Sediaan Tablet Dasar-Dasar Praktis. Bandung : Penerbit
ITB
Allen, T., 1999, Particle Size Measurement, vol. 1., 5th Ed., Kluwer Academic Publishers,
Dordrecht, Boston, London.
Allen, T., 1999, Particle Size Measurement, vol. 2., 5th Ed., Kluwer Academic Publishers,
Dordrecht, Boston, London.
Carstensensen, J.T., 1997, Pharmaceutical Principles of Solid Dosage Form, John Wiley and
Sons, Inc., New York.
Florence A.T., and Attwood. D., 1998, Physicochemical Principles of Pharmacy, 3rd Ed. The
Macmillan Press Ltd.
24
Martin, A., 1993, Physical Pharmacy, 4th ed., Lea & Febiger, Philadelphia, London, p.324-361
Martin, A.,1993, Physical Pharmacy, 4th ed., Lea & Febiger, Philadelphia, London,p.324-361
Santi, S., 2016. Farmasi Fisik. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Sheth, B.B., Bandelin, F.J., and Shangraw, R.F., 1980, Compressed Tablets, in Lieberman,
H.A, and Lachman L.(Eds), Pharmaceutical Dosage Forms: Tablets, Vol. I,114-116,
138, 147, 159, Marcell Dekker, Inc, New York.
Voigt, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta , Gajah Mada University
Press.
25