Anda di halaman 1dari 16

MODUL 1

MIKROMERITIK
1. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah mahasiswa mampu melakukan pengukuran
distribusi ukuran partikel dengan menggunakan metode ayakan, mahasiswa mampu
mengukur ukuran partikel menggunakan metode mikroskop dan mahasiswa mampu
melakukan analisa data distribusi ukuran partikel.
2. Dasar Teori
Ilmu dan teknologi partikel kecil diberi nama mikromeritik oleh Della Valle. Dispersi
koloid dicikrikan oleh partikel yang terlalu kecil untuk di lihat dengan mikroskop biasa,
sedang partikel emulsi dan suspensi formasi serta serbuk halus berada dalam jangkauan
mikroskop optik. Partikel yang mempunyai ukuran serbuk lebih kasar,granul tablet, dan
garam granular berada dalam kisaran ayakan (Alfred,1993).
Partikel dari serbuk obat mungkin berbentuk sangat kasar dengan ukuran kurang lebih
10.000 mikron atau 10 milimikron atau mungkin juga sangat halus mencapai ukuran
koloidal, 1 mikron atau lebih kecil. Agar ukuran partikel serbuk ini mempunyai standar,
maka use menggunakan suatu batasan dengan istilah very coarse, coarse, moderately
coarse, fine and very fine, yang di hubungkan dengan bagian serbuk yang mampu melalui
lubang-lubang ayakan yang telah di standarisasi yang berbeda-beda ukurannya, pada suatu
periode waktu tertentu ketika di adakan pengadukan dan biasanya pada alat pengaduk
ayakan secara mekanis (voigt, R, 1994).
Setiap kumpulan partikel biasanya di sebut polidispersi. Karenanya perlu untuk
mengetahui tidak hanya ukuran dari suatu partikel tertentu, tapi jugan berapa banyak
partikel-partikel dengan ukuran yang sama ada dalam sampel. Jadi kita perlu suatu
perkiraan kisaran ukuran tertentu yang ada dan banyaknya atau berat fraksi dari tiap tiap
ukuran partikel, dari sini kita bisa menghitung ukuran partikel rata-rata untuk sampel
tersebut (sinko,2006)
Ukuran partikel bahan obat padat mempunyai peranan penting dalam farmasi, sebab
ukuran partikel mempunyai peranan besar dalam pembuatan sediaan obat dan juga
terhadap efek biologisnya (Mochtar,1990).
Pentingnya dalam mempelajari mikromeritik yaitu:
1. Menghitung luas permukaan
2. Sifat kimia dan fisika dalam formulasi obat
3. Secara teknis mempelajari pelepasan obat yang di berikan secara per oral,
suntikan dan topical
4. Pembuatan obat bentuk emulsi, suspense dan duspensi
5. Stabilitas obat (tergantung dari ukuran partikel) (Mochtar,1990).
3. Alat dan Bahan
3.1 Alat
Alat yang di gunakan dalam praktikum kali ini yaitu sieve + shaker, kuas,
timbangan analitik, mikroskop cahaya, mikrometer, object glass, beaker glass 100
ml, gelas ukur 100 ml, pipet tetes.
3.2 Bahan
Bahan yang di gunakan dalam praktikum kali ini yaitu talk, granul, amilum,
aquades.
4. Prosedur Kerja
4.1 Metode Pengayakan
Serbuk/granul sampel

ditimbang 25 gram
Ayakan terlebih dahulu dibersihkan dengan kuas dan pastikan
pengayak kering dan tidak terdapat partikel tertinggal yang dapat
menghalangi proses pengayakan
pada alat automatik sieving apparatus, didsusun ayakan
secara berurutan paling atas adalah no. mesh terkecil
diletakkan sampel pada ayakan paling atas
ditutup rapat mesin fibrator dan jalankan mesin
dengan kecepatan 5 rpm selama 20 menit
ditimbang masing masing serbuk uji yang tertinggal pada masing masing
ayakan dan dalam adah penampung paling bawah secara seksama
dilakukan replikasi tiga kali dari prosedur 1 -5
dibuat kurva histogram antara: ukuran partikel serbuk uji vs
%berat tertahan, ukuran partikel serbuk uji vs%berat kumulatif
dan lakukan analisis terhadap data yang diperoleh
HASIL

4.2 Metode Mikroskopis

Amilum
dibuat suspensi amilum 1% dalam
aquades
dikalibrasi skala okuler dengan cara menempatkan mikrometer di
bawah mikroskop
dihimpitkan garis awal skala okuler dengan garis awal skala objectif
serta
ditentukan garis kedua skala yang berhimpit dan harga skala
okuler
diambil suspensi amilum dengan pipet tetes lalu diletakkan pada
gelas objek
diamati dengan mikroskop dan di buat tiga
replikasi
dikelompokkan ukuran amilum
partikel di ukur dan digolongkan dalam group yang telah
ditentukan
di buat kurva distribusi ukuran partikel dan di tentukan harga
diameter seperti : dln, dsn, dvn, dan dsl
dianalisa hasil yang telah di dapatkan
HASIL
5. Perhitungan Khusus

. % = 100%


. dengan rumus =

2
c. dengan rumus =

3
. dengan rumus =

2
. dengan rumus =

Keterangan:
n: jumlah partikel dalam tiap range ukuran partikel (size range)
d: rata-rata range ukuran partikel (mind size) dalam mikron
6. Tabel Data Pengamatan
6.1 Metode Pengayakan
6.1.1 Talk 1
Massa Talk 1 = 25,0021 g
No. Rentang Bobot %bobot %bobot
n
Mesh (m) tertahan (g) tertahan (n) kumulatif
35 >500 - - - - -
45 355 -500 427,5 2,23 9,44% 9,94% 40,356
60 250 - 355 302,5 1,22 5,16% 14,60% 15,609
80 180 - 250 215 9,68 40,98% 55,58% 88,107
100 150 - 180 165 5,78 24,47% 80,05% 40,376
120 125 - 150 137,5 2,54 10,75% 90,80% 14,7813
wadah 0 - 125 62,5 2,17 9,18% 99,98% 5,738
Jumlah () 23,62 99,98% 99,98% 204,9673

204,9673
dln = = = 205,008
0,9998
6.1.2 Talk 2
Massa Talk 2 = 25,0012 g
Bobot
No. Rentang %bobot %bobot
tertahan n
Mesh (m) tertahan (n) kumulatif
(g)
35 >500 - - - - -
45 355 -500 427,5 4,07 16,91% 16,91% 72,29
60 250 - 355 302,5 1,78 7,39% 24,30% 22,35
80 180 - 250 215 8,6 35,72% 60,02% 76,798
100 150 - 180 165 3,84 15,95% 75,97% 26,3175
120 125 - 150 137,5 1,58 6,56% 82,53% 9,02
wadah 0 - 125 62,5 4,2 17,44% 99,97% 10,9
jumlah () 24,07 99,97% 99,97% 217,6755
217,6755
dln = = = 217,74
0,9997
6.1.3 Talk 3
Massa Talk 3 = 25,0054 g
Bobot
No. Rentang %bobot %bobot
tertahan n
Mesh (m) tertahan (n) kumulatif
(g)
35 >500 - - - - -
45 355 -500 427,5 2,2 8,95% 8,95% 38,26
60 250 - 355 302,5 2,32 9,44% 18,39% 28,556
80 180 - 250 215 7,12 28,99% 47,38% 62,328
100 150 - 180 165 6,07 24,71% 72,09% 40,771
120 125 - 150 137,5 3,5 14,25% 86,34% 19,59
wadah 0 - 125 62,5 3,35 13,64% 99,98% 8,525
jumlah () 24,56 99,98% 99,98% 198,03

198,03
dln = = = 198,07
0,9998
204,9673 + 217,6755 + 198,03
Rata rata dln talk = = = 206,89
3 3
6.1.4 Granul 1
Massa granul 1 = 25,0151 g
Bobot
No. Rentang %bobot %bobot
tertahan n
Mesh (m) tertahan (n) kumulatif
(g)
35 >500 - - - - -
45 355 -500 427,5 6,92 32,35% 32,35% 138,3
60 250 - 355 302,5 9,4 43,94% 76,29% 132,92
80 180 - 250 215 1,43 6,68% 82,97% 14,36
100 150 - 180 165 1 4,67% 87,64% 7,71
120 125 - 150 137,5 0,83 3,88% 91,52% 5,33
wadah 0 - 125 62,5 1,81 8,46% 99,98% 5,29
jumlah () 21,39 99,98% 99,98% 303,91

303,91
dln = = = 303,97
0,9998
6.15 Granul 2
Massa Granul 2 = 25,0512 g
No. Rentang Bobot %bobot %bobot
n
Mesh (m) tertahan (g) tertahan (n) kumulatif
35 >500 - - - - -
45 355 -500 427,5 7,29 34,14% 34,14% 145,94
60 250 - 355 302,5 7,9 37,00% 71,14% 111,92
80 180 - 250 215 2,52 11,80% 82,94% 25,37
100 150 - 180 165 0,86 4,02% 86,96% 6,63
120 125 - 150 137,5 0,9 4,21% 91,17% 5,78
wadah 0 - 125 62,5 1,88 8,80% 99,97% 5,5
jumlah () 21,35 99,97% 99,97% 301,14

301,14
dln = = = 301,23
0,9997

6.16 Granul 3
Massa Granul 3 = 25,0503 g
No. Rentang Bobot %bobot %bobot
n
Mesh (m) tertahan (g) tertahan (n) kumulatif
35 >500 - - - - -
45 355 -500 427,5 9,99 47,91% 47,91% 204,81
60 250 - 355 302,5 6,08 29,16% 77,07% 88,2
80 180 - 250 215 1,24 5,94% 83,01% 12,77
100 150 - 180 165 0,96 4,60% 87,61% 5,29
120 125 - 150 137,5 0,7 3,35% 90,96% 4,6
wadah 0 - 125 62,5 1,88 9,01% 99,97% 5,63
jumlah () 20,85 99,97% 99,97% 321,3

321,3
dln = = = 321,39
0,9997
303,97 + 301,23 + 321,39
Rata rata dln granul = = = 308,86
3 3
6.2 Metode Mikroskopis
Suspensi larutan amilum 1 %
Ukuran
n 2 3 n n 2 n x 3
Partikel
20 25 6 22,5 506,25 11390,625 135 30375 68343,75
26 31 57 28,5 812,25 23149,125 1624,5 46298,25 131950,125
32 37 99 34,5 1190,25 41063,625 3415,5 117834,75 4065298,875
38 43 66 40,5 1640,25 66430,125 2673 108256,5 4384388,25
44 49 54 46,5 2162,25 100544l, 625 2511 116761,5 5429409,75
50 - 55 13 52,5 2756,25 144703,125 682,5 35831,25 1881140,625
56 - 61 5 58,5 3422,25 200201,625 292,5 17111,25 1001008,125
=300 =11334 =472468,5 =1849089,5

Ukuran partikel terkecil = 20,40 m


Ukuran Partikel Terbesar = 60,03 m
11334
a. dln = = = 37,78
300
2 472468,5
b. dsn = = = 1574,895 2
300
3 18149089,5
c. dvn = = = 60496,964 3
300
2 472468,5
d. dsl = = = 41,68 m
11334
Keterangan:
n: jumlah partikel dalam tiap range ukuran partikel (size range)
d: rata-rata range ukuran partikel (mind size) dalam mikron
7. Histogram
7.1 Metode Pengayakan
7.1.1 Talk
7.1.1.1 Talk 1
7.1.1.1.1 Ukuran Partikel vs %bobot tertahan (n)
Ukuran Partikel vs %bobot tertahan
45
40
35

%bobot tertahan
30
25
20
15
10
5
0
125 150 180 250 355 500
Ukuran Partikel (m)

7.1.1.1.2 Ukuran Parikel vs % bobot kumulatif


Ukuran Partikel vs %bobot kumulatif
120

100
%bobot kumulatif

80

60

40

20

0
125 150 180 250 355 500
Ukuran Partikel (m)
7.1.1.2 Talk 2
7.1.1.2.1 Ukuran partikel vs % bobot tertahan (n)
Ukuran Partikel vs %bobot tertahan
40
35
30

%bobot tertahan
25
20
15
10
5
0
125 150 180 250 355 500
Ukuran Partikel (m)

7.1.1.2.2 Ukuran partikel vs % bobot kumulatif


Ukuran Partikel vs %bobot kumulatif
120

100
%bobot kumulatif

80

60

40

20

0
125 150 180 250 355 500
Ukuran Partikel (m)
7.1.1.3 Talk 3
7.1.1.3.1 Ukuran Partikel vs % bobot tertahan (n)
Ukuran Partikel vs %bobot tertahan
35

30

25

%bobot tertahan
20

15

10

0
125 150 180 250 355 500
Ukuran Partikel (m)

7.1.1.3.2 Ukuran Partikel vs % bobot kumulatif


Ukuran Partikel vs %bobot kumulatif
120

100
%bobot kumulatif

80

60

40

20

0
125 150 180 250 355 500
Ukuran Partikel (m)
7.1.2 Granul
7.1.2.1 Granul 1
7.1.2.1.1 Ukuran Partikel vs % bobot tertahan (n)
Ukuran Partikel vs %bobot tertahan
50
45
40

%bobot tertahan
35
30
25
20
15
10
5
0
125 150 180 250 355 500
Ukuran Partikel (m)

7.1.2.1.2 Ukuran Partikel vs % bobot kumulatif


Ukuran Partikel vs %bobot kumulatif
120

100
%bobot kumulatif

80

60

40

20

0
125 150 180 250 355 500
Ukuran Partikel (m)
7.1.2.2 Granul 2
7.1.2.2.1 Ukuran Partikel vs % berat tertahan (n)
Ukuran Partikel vs %bobot tertahan
40
35
30

%bobot tertahan
25
20
15
10
5
0
125 150 180 250 355 500
Ukuran Partikel (m)

7.1.2.2.2 Ukuran Partikel vs berat kumulatif


Ukuran Partikel vs %bobot kumulatif
120

100
%bobot kumulatif

80

60

40

20

0
125 150 180 250 355 500
Ukuran Partikel (m)
7.1.2.3 Granul 3
7.1.2.3.1 Ukuran Partikel vs % bobot tertahan (n)
Ukuran Partikel vs %bobot tertahan
60

50

%bobot tertahan
40

30

20

10

0
125 150 180 250 355 500
Ukuran Partikel (m)

7.1.2.3.2 Ukuran Partikel vs % bobot kumulatif


Ukuran Partikel vs %bobot kumulatif
120

100
%bobot kumulatif

80

60

40

20

0
125 150 180 250 355 500
Ukuran Partikel (m)
7.2 Metode Mikroskopis
Ukuran Partikel vs n
120

100

80

60
n

40

20

0
25 31 37 43 49 55 61
Ukuran Partikel (m)

8. Pembahasan
Mikromimetik merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari khusus
tentang ukuran suatu partikel, dimama ukuran partikel ini sangat kecil. Ukuran partikel
bahan obat padat memiliki peran penting dalam farmasi, sebap ukuran partikel
mempunyai pengaruh yang penting dalam pembuatan sediaan obat dan juga terhadap
efek terapinya. Ukuran partikel, yang berarti juga luas permukaan spesifik partikel, dapat
dihubungkan dengan sifat sifat fisika, kimia dan farmakologik suatu obat. Secara klinik,
ukuran partikel mempengaruhi pelepasan obat dari sediaaanya yang diberikan baik
secara oral, parental, rektal dan topikal (Ansel, 1989).
Metode dalam mengukur diameter partikel terbagi atas 3, yaitu metode mikroskopis
optik, metode ayakan dan metode sedimentasi/pengendapan (Parrot, 1970). Pada
percobaan penentuan ukuran partikel ini bertujuan untuk mengukur partikel zat dengan
metode mikroskopi dan pengayakan (shieving). Bahan yang digunakan untuk metode
pengayakan adalah granul dan talk, sedangkan bahan yang digunakan untuk metode
mikroskopi optik adalah amylum. Digunakan amylum karena ukuran partikel amylum
lebih kecil dari pada granul.
Pada praktikum kali ini akan dilakukan pengukuran terhadap diameter suatu zat padat
dengan menggunakan metode ayakan. Sehingga dalam percobaan ini digunakan dua bahan
yang memiliki partikel kasar yang berbeda dibandingkan dengan bahan yang lain yaitu
granul dan talk dengan menggunakan alat vibrator agar sampel yang dilakukan pengujian
dapat melewati tahap demi tahap ayakan yang telah disusun dari nomor mesh terkecil
hingga nomor mesh terbesar, yakni dari nomor mesh 35, 45, 60, 80, 100, 120 dan wadah.
Alat vibrator di set selama selang waktu 20 menit. Sebelum melakukan pengayakan,
masing masing no. Mesh dibersihkan dan ditimbang terlebih dahulu. Setelah itu dilakukan
pengayakan dan Untuk selanjutnya dilakukan penimbangan terhadap zat yang tertahan
dalam masing masing nomor mesh. Metode ayakan dilakukan dengan menyusun ayakan
dari nomor mesh yang terkecil (yang paling atas) sampai pada nomor mesh yang paling
besar (yang paling bawah) hal ini ditujukan agar partikelpartikel yang tidak terayak
(residu) yang ukurannya sesuai dengan nomor ayakan. Jika nomor ayakan besar maka
residu yang diperoleh memiliki ukuran partikel kecil.
Dalam pengayakan dibantu dengan alat vibrator (mesin penggerak), mesin ini
digerakkan secara elektrik dan dapat diatur kecepatannya dan waktunya. Dalam percobaan
ini kecepatan mesin penggerak diatur 60 A ditujukan untuk menghindari pemaksaan
partikel besar melewati ayakan akibat tingginya intensitas penggoyangan atau tertahannya
partikel kecil akibat lambatnya intensitas penggoyangan sehingga dipilih intesitas
penggoyangan setengah dari kecepatan maksimum.
Pada bagian paling atas dari susunan ayakan dipasang penutup dari mesin penggerak
bertujuan agar tidak ada pengaruh luar yang mempengaruhi gerakan mesin, misalnya
tekanan udara di atasnya atau yang faktor yang lainnya, sehingga tidak ada gaya lagi yang
bekerja kecuali gaya gravitasi yang mengarah jatuhnya partikel ke arah bawah.
Metode yang digunakan ini merupakan metode yang sangat sederhana dimana hanya
memerlukan timbangan, ayakan dan alat vibrator, serta waktu yang dibutuhkan cukup
singkat. Namun alat atau metode ini tingkat keakuratan yang diperoleh tidaklah seakurat
dengan metode secara mikroskopik.
Dari data yang diperoleh umumnya diperoleh zat sisa yang tertahan dengan semakin
tinggi nomor mesh semakin banyak zat yang tersisa. Hal ini karena ukuran dalam tiap inci
semakin kecil lubangnya. Metode ini merupakan metode untuk mengetahui tingkat
kehalusan dari suatu zat. Dengan melihat semakin banyak zat yang tertinggal dalam
ayakan maka semakin kasar zat tersebut.
Dari data pengamatan yang dilakukan, pada masing masing bahan dilakukan replikasi
sebanyak tiga kali. Pada setiap ayakan tersisa fraksi pertikelpertikel baik talk maupun
garanul yang sudah tidak bisa lagi melewati ayakanayakan tertentu. Setiap fraksi tersebut
ditimbang, dan memperoleh hasil, Pada talk 1 dengan massa 25,0021 g pada nomor ayakan
45 sebanyak 9,44%, nomor ayakan 60 sebanyak 5,16%, nomor ayakan 80 sebanyak
40,98%, nomor ayakan 100 sebanyak 24,47%, nomor ayakan 120 sebanyak 10,75% dan
pada wadah sebanyak 9,18%. Pada Talk 2 dengan massa 25,0012 g didapatkan hasil
dengan nomor ayakan 45 sebanyak 16,91%, nomor ayakan 60 sebanyak 7,39%, nomor
ayakan 80 sebanyak 35,72%, nomor ayakan 100 sebanyak 15,95%, nomor ayakan 120
sebanyak 6,56% dan pada wadah sebanyak 17,44%. Pada talk 3 dengan massa25,0054 g
pada nomor ayakan 45 sebanyak 8,95%, nomor ayakan 60 sebanyak 9,44%, nomor ayakan
80 sebanyak 28,99%, nomor ayakan 100 sebanyak 24,71%, nomor ayakan 120 sebanyak
14,25% dan pada wadah sebanyak 13,64%.
Sedangkan pada granul persentase bobot tertahan pada masing masing ayakan lebih
besar dibandingkan dengan persentase bobot tertahan pada talk. Hal ini dikarenakan
partikel-partikel pada granul lebih kasar dibandingkan dengan partikel talk. Pada granul 1
dengan massa 25,0151 g didapatkan hasil dengan nomor ayakan 45 sebanyak 32,35%,
nomor ayakan 60 sebanyak 43,94%, nomor ayakan 80 sebanyak 6,68%, nomor ayakan 100
sebanyak 4,67%, nomor ayakan 120 sebanyak 3,88% dan pada wadah sebanyak 8,46%.
Pada granul 2 dengan massa 25,0512 g pada nomor ayakan 45 sebanyak 34,14%, nomor
ayakan 60 sebanyak 37%, nomor ayakan 80 sebanyak 11,8%, nomor ayakan 100 sebanyak
4,02%, nomor ayakan 120 sebanyak 4,21% dan pada wadah sebanyak 8,8%. Sedangkan
pada granul 3 dengan massa 25,0503 g pada nomor ayakan 45 sebanyak 47,91%, nomor
ayakan 60 sebanyak 29,16%, nomor ayakan 80 sebanyak 5,94%, nomor ayakan 100
sebanyak 4,60%, nomor ayakan 120 sebanyak 3,35% dan pada wadah sebanyak 9,01%.
Dari ketiga percobaan pada talk di dapatkan diameter panjang talk sebesar 206,89 m,
Sedangkan pada granul yaitu panjang diameter rata-ratanya sebesar 308,86 m dengan
massa yang sama yaitu kurang lebih 25 g. Berdasarkan hasil yang didapatkan di dapatkan
bahwa granul merupakan serbuk sangat kasar di bandingkan dengan serbuk talk. Hal
tersebut bisa dilihat dari diameter rata-rata dan persen bobot tertahan pada masing-masing
ayakan.
Metode selanjutnya yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode mikroskopis.
Pada metode ini bahan yang digunakan yaitu amilum. Langkah pertama yang dilakukan
yaitu menimbang amilum sebesar 0,05 gram. Setelah itu dibuat suspensi amilum 1%
dengan cara melarutkan 0,05 gram amilum dalam 5 ml aquades. Selanjutnya dilakukan
kalibrasi alat yang bertujuan untuk menentukan ukuran skala okuler. Kalibrasi alat
dilakukan dengan cara menempelkan mikrometer dibawah mikroskop, dihimpitkan garis
awal skala okuler dengan garis awal skala obyektif. Kemudian menentukan garis kedua
skala yang tepat berhimpit sehingga dapat mengetahui harga skala okuler. Namun pada
praktikum ini, digunakan mikroskop yang tersabung dengan komputer. Sehingga kita
mengukur amilum dengan cara membuat garis dari ujung lingkaran amilum ke ujung
lingkaran lainnya. Pada metode mikroskopi pada amilum, pengukuran partikel dilakukan
pada 300 partikel amilum. Setelah itu, dilakukan pengelompokan ukuran amilum dan
ditentukan ukuran partikel yang terkecil dan terbesar.
Dari 300 partikel amilum, dikelompokkan menjadi 7 group. Group pertama dengan
rentang ukuran 20-25 sebanyak 6 partikel, group ke dua dengan rentang ukuran partikel
26-31 sebanyak 57 partikel, group ketiga dengan rentang 32-37 sebanyak 99 partikel,
group keempat dengan rentang 38-43 sebanyak 66 partikel, group kelima dengan rentang
44-49 sebanyak 54 pertikel, group keenam dengan rentang 50-55 sebanyak 13 parikel dan
group ketujuh dengan rentang 56-61 sebanyak 5 partikel. Serta didapatkan ukuran patikel
terkecil pada amilum yaitu 20,40 m dan ukuran partikel terbesar pada amilum sebesar
60,03 m. Kemudian dihitung lenght-number mean (dln), surface-number mean (dsn),
volume-number mean (dvn), dan surface-lenght (dsl). Dari perhitungan didapatkan bahwa
dln sebesar 37,78 m, dsn sebesar 1574,895 m2, dvn sebesar 60496,965 m3 dan dsl
sebesar 41,68 m.
Keuntungan dari metode mikroskopi dapat mendeteksi aglomerat dan partikel
partikel yang terdiri lebih dari satu komponen. Sedangkan kelemahan kelemahannya
adalah diameternya hanya dapat dilihat secara dua dimensi yaitu panjang dan lebar. Selain
itu metode ini agak lambat dan melelahkan karena harus menghitung sekitar 300 partikel
(polydispers).
9. Kesimpulan
Dalam praktikum ini digunakan dua metode yaitu metode pengayakan dan metode
mikroskopi. Pada metode pengayakan digunakan 2 bahan yaitu talk dan granul. Dari hasil
ketiga percobaan, didapatkan panjang diameter rata-rata dari talk adalah 206,89 m,
sedangkan panjang diameter rata-rata granul sebesar 308,86 m. Dari data tersebut, dapat
disimpulkan bahwa partikel granul lebih kasar dibandingkan dengan partikel talk.
Sedangkan pada metode mikroskopi digunakan amilum karena ukuran amilum lebih
kecil dari pada granul dan talk. Dari pengukuran panjang diameter 300 butir amilum,
amilum tersebut dapat dibagi menjadi 7 kelompok. Dari perhitungan, didapatkan dln
amilum sebesar 37,78 m, dsn sebesar 1574,895 m2, dvn sebesar 60496,965 m3 dan dsl
sebesar 41,68 m.
10. Referensi
Ansel. H. C. 1989. Pengantar bentuk sediaan farmasi, terjemahan Faridah
Ibrahim.Universitas Indonesia:Jakarta.
Martin Alfred dkk. 1993. Farmasi Fisika Edisi ketiga. Universitas Indonesia: Jakarta
Moechtar, 1990. Farmasi Fisika. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada press
Parrot, L,E.1970. Pharmaceutical Technologi. Burgess Publishing Company,Mineapolish
Sinko.j.p. 2006. Farmasi Fisika dan Ilmu Farmasetika. EGC : Jakarta
Volgt, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi edisi V cetakan I. Yogyakarta :
Universitas Gadjah Mada press.

Anda mungkin juga menyukai