Anda di halaman 1dari 16

JURNAL PENDAHULUAN

PRAKTIKUM FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI PADAT DAN CAIR

“SUSPENSI”

OLEH :

KELAS :C

KELOMPOK : VII (TUJUH)

ASISTEN : Apt. Rina Andriani, S.Farm., M.Sc

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2021
JURNAL PENDAHULUAN

SUSPENSI

Soal:

1. Jelaskan pengertian suspensi!

2. Jelaskan tentang kestabilan fisik suspensi!

3. Jelaskan keuntungan dan kerugian sediaan suspensi!

4. Bagaimana kriteria suspensi yang baik?

5. Jelaskan tentang tipe-tipe aliran !

6. Jelaskan tentang hukum stoke dan hubungannya dengan suspensi!

7. Jelaskan tentang :

a. Pengertian sedimentasi
b. Volume sedimentasi
c. Parameter pengendapan pada suspensi
8. Jelaskan yang dimaksud dengan deflokulasi dan flokulasi!

9 . Jelaskan tentang :

a. Pengertian sudut kontak


b. Jelaskan hubungan sudut kontak dengan suspense dan bagaimana meknisme
pembasahan dalam partikel suspense
10. Jelaskan komposisi bahan dan konsentrasi yang digunakan pada suspense!

11. Jelaskan metode pembuatan suspense!

12.Jelaskan evaluasi sediaan suspense !

Jawaban :

1. Pengertian suspensi

 Menurut Pharmaceutical Compounding and Dispending (Marriot dkk.,2010 : 115)


Suspensi farmaseutika didefinisikan sebagai suatu sediaan dimana setelahnya
larutan dalam suspensi setidaknya salah satu bahan aktif yang tersuspensi seluruhnya
pada zat pembawa. Bedanya dengan larutan dalam suspensi setidaknya salah satu bahan
tidak larut dalam pembawa dan sehingga sediaan akan memerlukan pengocokan sebelum
dosis diberikan .
 Menurut Pharmaceutical Dosage Form and Drug Delivery System (Allen dkk., 2011
: 377)
Suspensi dapat didefinisikan sebagai sediaan yang mengandung partikel obat
yang terbagi secara halus disebarkan secara merata dalam zat pembawa.
 Menurut The Theory and Practice of Industrial Pharmacy (Lachman dkk., 1987 :
479)
Suspensi adalah system yang terdiri dari dua fase dan bersifat heterogen.

2. Kestabilan Fisik Suspensi

 Menurut Fast Track Pharmaceutics – Dosage Form and Design (Jones, 2008: 27)
Suspensi farmasi pada dasarnya tidak stabil, menyebabkan sedimentasi, interaksi
partikel-partikel dan, akhirnya, caking (pemadatan). Ada dua fenomena yang perlu
diperhatikan dalam kestabilan fisik suspensi yaitu: sifat listrik partikel terdispersi dan
pengaruh jarak pemisahan antara partikel pada interaksi berikutnya.
 Menurut Pharmaceutical Manufacturing Handbook Production and Processes
(Gad, 2008: 328)
Stabilitas fisik suspensi dapat ditingkatkan dengan mengontrol distribusi ukuran partikel.
Perubahan ukuran partikel obat yang tidak terkontrol dalam suatu suspensi
mempengaruhi disolusi dan absorpsi obat pada pasien. Zat obat dengan ukuran partikel
yang lebih halus dapat diserap lebih cepat dan partikel yang lebih besar tidak dapat
diserap.
 Menurut Ansel’s Pharmaceutical Dosage Forms and Drug Delivery Systems 9th
(Allen dkk., 2011: 380)
Stabilitas fisik suspensi farmasi disesuaikan dengan perubahan dalam fase terdispersi
Dalam kebanyakan kasus, media dispersi mendukung fase terdispersi yang disesuaikan.
Penyesuaian ini terutama berkaitan dengan ukuran partikel, keseragaman ukuran partikel,
dan pemisahan partikel

3. Keuntungan dan kerugian suspensi:

 Menurut Pharmaceutical Compounding and Dispensing Second Edition (Marriot


dkk., 2010: 116)
Keuntungan:
 Obat tertentu yang tidak larut mungkin akan cocok dalam bentuk sediaan suspensi.
 Obat yang tidak larut mungkin lebih stabil dalam pembawa berair.
 Serbuk tidak larut yang tersuspensi lebih mudah ditelan.
 Memungkinkan administrasi serbuk yang tidak larut dalam jumlah besar dengan
mudah.
 Penyerapan akan lebih cepat daripada bentuk sediaan padat.
Kerugian:

 Sediaan suspensi perlu dikocok dengan baik sebelum digunakan.


 Keakuratan dosis cenderung berkurang.
 Kondisi penyimpanan dapat mempengaruhi sistem dispersi.
 Dikemas dalam botol kaca sehingga rawan pecah selama proses transportasi.
 Menurut Fast Track Pharmaceutics-Dosage Form and Design (Jones, 2008: 26)
Keuntungan:
 Sediaan suspensi sebagai sistem penghantaran obat yang berguna untuk agen
terapeutik yang memiliki kelarutan rendah.
 Sediaan suspensi dapat diformulasikan untuk menutupi rasa agen terapeutik.
 Sediaan suspensi dapat digunakan untuk memberikan obat kepada pasien yang
mengalami kesulitan menelan bentuk sediaan padat.
 Sediaan suspensi dapat diformulasikan untuk menyediakan penghantaran obat yang
terkontrol.
Kerugian:

 Sediaan suspensi pada dasarnya tidak stabil selama masa penyimpanan.


 Penyusunan formulasi suspensi yang sulit.
 Formulasi suspensi mungkin berukuran besar dan karena itu kurang praktis untuk
dibawa.
 Menurut Encyclopedia of Pharmaceutical Technology Third Edition Volume 1
(Swarbrick, 2007: 28)
Keuntungan:
 Sediaan suspensi dapat digunakan untuk pasien yang mengalami kesulitan dalam
meminum obat dalam bentuk sediaan padat.
 Dosis dapat disesuaikan dengan kebutuhan pasien.
 Kecepatan disolusi sederhana.
Kerugian:

 Kesulitan dalam penanganan.


 Dapat terjadi penurunan stabilitas obat.

4. Kriteria suspensi yang baik

 Menurut Physical Pharmacy (Attwood dan Alexander, 2008 : 75)


Kriteria suspensi yang baik adalah sebagai berikut :
 Bahan suspensi tidak boleh mengendap terlalu cepat.
 Partikel yang mengendap pada bagian bawah wadah tidak boeh membentuk massa
keras (caking), harus mudah didispersikan Kembali
 Suspensi tidak boleh terlalu kental untuk dituang dengan bebas dari wadah
 Ketika obat tersuspensi dalam cairan, dapat terjadi sedimentasi, caking, dan flokulasi
 Formulasi suspensi untuk meminimalkan caking dapat dicapai dengan produksi
sistem flokulasi
 Menurut Pharmaceutical Practice (Rees dkk., 2014 : 324)
Kriteria suspensi yang baik :
 Dapat terjadi redisperse jika sedimen terakumulasi saat penyimpanan
 Setelah dikocok, obatnya tetap berada cukup lama dalam suspense agar dosis dapat
diukur akurat
 Suspensi dapat mudah dituang
 Partikel dalam suspensi berukuran kecil dan relative seragam dalam ukuran, sehingga
produk bebas dari tekstur berpasir.
 Menurut pharmaceutical suspension from formulation development to
manufacturing (kulshreshtha, dkk., 2010:2)
Karakteristik fisik suspensi tergantung pada rute pengiriman yang diinginkan.
Suspensi oral umumnya memiliki viskositas tinggi dan mungkin mengandung sejumlah
besar padat terdispersi. Suspensi parenteral di sisi lain biasanya memiliki viskositas
rendah dan mengandung kurang dari 5% padatan.

5. Cara memformulasikan suspensi:

 Menurut pharmaceutical suspensions ( kulshretha, 2010: 45)


Suspensi disiapkan oleh padatan yang tidak larut dalam media dispersi kebanyakan air.
Beberapa padatan yang tidak larut dapat dengan mudah dibasahi air dan segera menyebar
pase berair dengan sedikit agresi.
 Menurut Farmasi fisik II ( Martini, 2008: 1142)
Suatu suspensi dibuat dalam ukuran kecil dengan menggiling sampai halus bahan yang
tidak larut morter sehingga didapat sesuai pasta yang halus dengan suatu pembawa yang
mengandung penstabil, dan perlahan- lahan menambahkan sisa fase cair dimana obat-
obat yang larut bisa dilarutkan.
 Menurut Remington : The Sciince and praches of pharmacy 2 nd Edition ( Troy,
2005 : 769)
Pertama adalah untuk mendapatkan partikel dengan ukuran yang tepat, biasanya pada
kisaran yang lebih rendah, ukuran partikel dan distribusi juga harus dikonsentrasikan
dalam istilah bioavalabilitas atau dari segi in vitro.

6. Hukum Stokes dan Hubungannya dengan Suspensi

 Menurut Polyvinylpryrrolidone Excipients for Pharmaceuticals (Buhler, 2005 :168-


169).
Dari sudut pandang fisik, suspense merupakan system yang tidak stabil, karena fase padat
yang cenderung membentuk endapan. Salah satu tujuan untuk membuat sediaan suspense
adalah untuk mencegah adanya endapan. Karena kondisi ini biasanya tidak tercapai,
maka dicoba untuk mengurangi endapan dan membuat endapan kembali menyebar.
Sejumlah eksipien digunakan termasuk pengental, polimer hidrofilik, gula dan gula
alcohol, surfaktan dan elektrolit, Fungsi polimer-polimer inilah diatur oleh hukum Stokes
yang menyatakan bahwa laju endapan sebanding dengan jari-jari partikel tersuspensi dan
perbedaan kepadatan antar polimer tersebut dan fase kontinu, dan berbanding terbalik
dengan viskositas.
Rumus hukum stokes :

Ket :

n = viskositas suspense

r = jari-jari partikel

d1 = densitas fase tersuspensi

d2 = densitas fase kontinu

g = gravitasi (9,8 g/m2)

 Menurut Handbook of Pharmaceutical Manufacturing production and process


(gad, 2008 : 333)
Berdasarkan hukum Stokes untuk suspensi encer di mana partikel tidak saling
mengganggu, ada beberapa faktor yang mengontrol kecepatan pengendapan partikel
dalam suspensi, misalnya diameter partikel, kerapatan fase terdispersi dan media
pendispersi, serta viskositas media disperse.
 Menurut Pharmaceutical Suspensions (Kulsherestha, 2010 : 2)
Suspensi terflokulasi mengendap lebih cepat dan mudah didistribusikan kembali,
sedangkan suspensi terflokulasi mengendap perlahan dan sulit untuk didistribusikan
kembali. Laju sedimentasi partikel dapat ditentukan dengan hukum Stokes:
Ket :

V= kecepatan sedimentasi (cm/s)

d= diameter partikel (cm)

P1 dan P2 = kecepatan partikel terdispersi

g= kecepatan gravitasi (9,8 g/m2)

n0 = medium viskositas

7. jelaskan tentang :

a. Pengertian sedimentasi
 Menurut Farmasi fisik ( Sinala, S. 2016 : hal ... ).
Metode sedimentasi (pengendapan) adalah suatu metode yang digunakan untuk
mengukur diameter partikel berdasarkan prinsip ketergantungan laju sedimentasi partikel
pada ukurannya.
 Menurut Buku Konservasi tanah dan air ( lurentia dan wahyudi, 2020, hal 22)
Proses sedimentasi dapat didefinisikan sebagai pengangkutan ,melayangnya (suspensi)
atau mengendapnya material fragmental oleh air akibat adanya erosi).
 Menurut buku teknologi bioproses ( Istianah , N., dkk., 2018 :94).
Sedimentasi adalah proses pemisahan bahan padat dari bahan cair dengan cara
mengendapkan partikel padat secara perlahan.

b. Volume sedimentasi

 Menurut pharmaceutics dosage forms and design (Jones, 2008: 32) .


Volume sedimentasi (f) adalah perbandingan volume pengendapan dari volume awal
suspensi. Volume sedimentasi dapat berkisar kurang dari 1 sampai nilai yang lebih besar
dari 1.
 Menurut Farmasi fisik II (Martin, 2008: 1132).
Volume sedimentasi (f), didefinisikan sebagai perbandingan dari volume akhir dari
endapan (Vu) terhadap volume awal dari suspense (Vo) sebelum mengendap.
 Menurut Pharmaceutical Suspension from formulation development to
manufacturing (Kulshrestha, 2010: 53) .
Volume sedimentasi (f) Adalah rasio keseimbangan Volume sedimen (Vu) terhadap
total volume suspensi (Vo).

c. Parameter Pengendapan Suspensi (lihat di FI 6 bagian belakang)

 Menurut Farmasi Fisik II (Martin dkk., 2008:1131-1133)


Dua parameter yang berguna yang bisa diturunkan dari penyelidikan sedimentasi (ata
lebih tepatnya endapan) adalah volume sedimentasi dan derajat flokulasi
 Volume sedimentasi F, didefinisikan sebagai perbandingan dari volume akhir dari
endapan Vu, terhadap volume awal dari suspensi Vo, sebelum mengendap. Jadi:
F= Vu/ Vo, volume sedimentasi dapat mempunyai nilai yang berjarak kurang dari 1
sampai lebih besar dari 1 yang berarti volume akhir endapan (F) lebih kecil dari volume
awal suspensi. Jika volume endapan suspensi mengalami flokulasi maka volume awal
suspensi sama dengan 1
 Derajat flokulasi adalah suatu parameter yang lebih mendasar daripada F, karena β
menghubungkan volume endapan yang mengalami flokulasi dengan volume dalam suatu
sistem yang mengalami deflokulasi.
 Menurut Pharmaceutical Suspensions from Formulation Development to
Manufacturing (Kulshereshtha dkk., 2010:2).
Partikel dalam suspensi memiliki energi bebas permukaan yang membuat sistem tidak
stabil yang menyebabkan pengendapan partikel. Energi bebas sistem tergantung pada
luas permukaan total dan tegangan antarmuka antara medium cair dan partikel padat.
Jadi, untuk meminimalkan energi bebas, sistem cenderung mengurangi luas permukaan,
yang dicapai dengan pembentukan aglomerat. Hal ini dapat menyebabkan flokulasi atau
agregasi, tergantung pada gaya tarik menarik dan gaya tolak menolak dalam sistem.
Dalam suspensi terflokulasi, partikel-partikel secara longgar terhubung satu sama lain
untuk membentuk flokulan.
 Menurut Ansel’s Pharmaceutical Dosage Forms and Drug Delivery Systems 9th
(Allen dkk., 2011: 381)
Flok mengendap untuk membentuk volume sedimen yang lebih tinggi daripada partikel
yang tidak terflokulasi, struktur longgar yang memungkinkan agregat pecah dengan
mudah dan mudah didistribusikan dengan sedikit pengadukan.

8. Deflokulasi dan Flokulasi, sertakan bahan-bahan deflok dan flok

 Menurut Pharmaceutical the Science of Dosage Form Design Second Edition


(Aulton, 2009: 339).
Sistem deflokulasi memiliki keuntungan dari laju sedimentasi yang lambat, sehingga
memungkinkan dosis yang seragam untuk diambil dari wadah, tetapi ketika pengendapan
terjadi, sedimen dipadatkan dan sulit untuk menyebar kembali.
Sistem flokulasi membentuk sedimen lepas yang mudah terdispersi kembali, tetapi laju
sedimentasinya cepat dan ada bahaya pemberian dosis yang tidak tepat; juga, produk
akan terlihat tidak elegan.
 Menurut Fast Track Physical Pharmacy ( Attwodd and Alexander, 2008: 75).
Dalam sistem deflokulasi partikel tidak terkait; tekanan pada masing-masing partikel
dapat menyebabkan pengepakan partikel yang rapat di bagian bawah wadah sedemikian
rupa sehingga hambatan energi sekunder diatasi dan partikel dipaksa bersama dalam
minimum primer plot DLVO dan menjadi terikat secara ireversibel bersama untuk
membentuk cake.
Dalam sistem flokulasi (di mana hambatan tolak telah dikurangi) partikel membentuk
struktur terikat longgar (flok atau flokulasi) di minimum sekunder plot DLVO. Oleh
karena itu, partikel mengendap sebagai flok dan bukan sebagai partikel individu (Gambar
5.8). Karena susunan partikel yang acak dalam flok, sedimen tidak terkemas rapat dan
caking tidak mudah terjadi.
 Menurut Injectable Dispersed Systems Formulation, Processing, and Performance
(Swarbrick, 2005: 18).
Flokulasi adalah penumpukan agregat (flocc), berasal dari gaya tarik menarik yang lemah
antara tetesan. ikatan tetesan partikel dipertahankan dan saat dikocok agregat menyebar
kembali dan tidak ada perubahan dalam tetesan, ukuran partikel atau distribusi ukuran
 Menurut Industrial Chemistry ( Harvey and Nicky, 2019: 103).
Deflokulasi adalah kebalikan dari flokulasi, kadang-kadang juga dikenal sebagai peptisasi
Biasanya dalam rentang pH yang lebih tinggi selain kekuatan ionik larutan yang rendah
dan dominasi kation logam monovalen, partikel koloid dapat terdispersi. Aditif yang
mencegah koloid membentuk flok disebut deflokulan. Menurut Encyclopedic Dictionary
of Polymers, deflokulasi adalah "keadaan atau kondisi dispersi padatan dalam cairan di
mana setiap partikel padat tetap independen dan tidak terkait dengan partikel yang
berdekatan. Suspensi yang dideflokulasi menunjukkan nilai hasil nol atau sangat rendah".

9. Jelaskan tentang :, nda usah pke rumus krn kalo dialatnya langsung keluar nilainya

a. Pengertian tegangan permukaan


 Menurut buku emulsions, foam, and suspensions (scharman, 2005: 73
Kontak sudut didefinisikan sebagai sudut yang diukur melalui zat cair sehingga terbentuk
persimpangan tiga fase. Jika gaya antarmuka yang bekerja sepanjang tetesan yang
diwakili oleh tegangan antarmuka, maka keseimbangan gaya diberikan oleh persamaan
Young sebagai :

 Menurut pharmaceutics dosage foam and design (jones, 2008, 34)


Sudut kontak (h), yaitu sudut di mana antarmuka cairan / uap memenuhi permukaan
padatan yang halus. Sudut kontak dapat didefinisikan dalam istilah antarmuka tegangan
antara tiga fase, yaitu padat (obat)/uap ( cs/v), cair (pembawa)/uap ( cs/l) dalam
persamaan Young: l/v) dan padat (obat)/cair (pembawa).

 Menurut pharmaceutics the science of dosage form and design 2 nd edition (aulton,
2002 : 64)
Jika setetes zat cair diletakkan pada bidang datar, licin, dan horizontal padat permukaan
halus . ia mungkin akan menyebar sepenuhnya , tetapi ia akan membentuk tetesan.
Penurunan ini diketahui sebagai kontak Sudut. mengikuti persamaan berasal dari:

b. Hubungan sudut kontak dengan suspense dan bagaimana mekanisme pembasahan dalam
partikel suspense.
 Menurut Pharmaceutical Suspensions: From Manufacturing to Development to
Manufactrting (Kulshrestha dkk., 2010:45)
Suspensi dibuat oleh padatan tidak larut dalam media dispersi, sebagian besar air.
Beberapa yang tidak larut dapat dengan mudah dibasahi oleh air dan menyebar dengan
mudah ke seluruh fase air dengan pengadukan minimal. Banyak bahan padat, namun
terlalu hidrofobik untuk menjadi basah dan dengan demikian, membentuk gumpalan
berpori besar di dalam cairan atau tetap mengapung di permukaan meskipun
kepadatannya tinggi. Daya rekat rendah juga dapat dihasilkan dari lapisan udara atau
bahan berminyak atau kotoran lain yang menutupi permukaan partikel. Daya rekat rendah
bahan bubuk hidrofobik terjadi karena tegangan antarmuka yang tinggi antara bubuk dan
media dispersi. Karena tegangan ini, sudut kontak antara fase padat dan cair tetap sangat
tinggi. Dengan menggunakan zat aktif permukaan, tegangan antarmuka dapat diturunkan
untuk mengurangi sudut kontak, menghasilkan pembasahan yang baik. Rantai
hidrokarbon dari zat aktif permukaan diadsorpsi ke permukaan hidrofobik partikel dan
ujung kutub tetap dengan media cair. Dengan demikian tegangan antarmuka dapat
dikurangi untuk mendapatkan pembasahan yang diinginkan dari bahan padat.
Pembasahan padatan dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan Young.
Dimana, θ adaah sudut kontak, γ adalah tegangan antarmuka antara dua fase yang
berbeda, S (padat), V (uap air), dan L (liquid), agen pembasah akan mereduksi γ S/L dan
γ L/V dengan demikiam sudut kontak akan berkurang.

 Menurut Pharmaceutics The Science of Dosage Form and Design 2nd Edition
(Aulton, 2002:93)
Salah satu masalah yang dihadapi dalam mendispersikan bahan padat dalam air adalah
bahwa serbuk mungkin tidak mudah dibasahi. Ini mungkin karena udara yang
terperangkap atau fakta bahwa permukaan padat bersifat hidrofobik. Keterbasahan serbuk
dapat dijelaskan dalam hal sudut kontak, yang dibuat serbuk dengan permukaan cairan.
Hal ini dijelaskan oleh persamaan young:
γS/V = γ L/V + γ S/L cos θ

di mana γ S/V, γ S/L dan γ L/V adalah tegangan antarmuka masing-masing.


Agar zat cair dapat membasahi serbuk dengan sempurna harus terjadi penurunan energi
bebas permukaan akibat proses perendaman. Satu partikel terendam dalam cairan, proses
penyebaran pembasahan menjadi penting. Dalam kebanyakan kasus di mana air terlibat,
pengurangan besaran γl/v dan γs/l dengan menggunakan bahan pembasah. Bahan
pembasah adalah surfaktan yang tidak hanya mereduksi γl/v tetapi juga mereduksi γ S/L.
Kedua efek ini mengurangi sudut kontak dan meningkatkan dispersibilitas bubuk.
 Menurut Fasttrack: Pharmaceutics Dosage Form and Design (Jones, 2008: 34)
Sudut kontak dapat didefinisikan dalam bentuk tegangan antarmuka antara tiga fase, yaitu
padat (obat)/uap, cair (pembawa)/uap, dan padat (obat)/pembawa cair dalam persamaan
Young:
γl/v cos θ = γS/V - γS/L
Oleh karena itu, penurunan tegangan antarmuka antara pembawa dan uap dan antara
padatan dan pembawa dapat mengurangi sudut kontak. Dalam prakteknya hal ini dicapai
dengan penggabungan zat aktif permukaan ke dalam formulasi. Agen akan menurunkan
tegangan antarmuka dengan mengadsorpsi pada antarmuka kendaraan/uap dan pada
antarmuka padat/cair.

10. Komposisi bahan dan konsentrasinya pada suspense, tambah range konsentrasi tiap
agent (di rowe)

 Menurut Remington Essenstials of Pharmaceutics (Felton, 2012:459)


Komposisi utama dari suspense adalah bahan obat dan eksipien yang berfungsi sebagai
pembasah, mempengaruhi flokulasi, control viskositas, menyesuaikan pH, dan medium
eksternal biasanya air. Tambahan berupa, perasa, pemanis, pewarna dan pengawet.
 Agen pembasah yaitu surfactant dengan HLB 7-9 konsentrasi rendah (0,05-0,5%)
 Agen flokulasi yaitu elektrolit konsentrasi rendah (kurang dari 1%)
 Agen yang memproduksi viskositas yaitu polimer konsentrasi rendah (sodium
carboxymethylcellulose 2.5%, tragacanth 1.25%, or guar gum 0.5%)
 Agen yang mempertahankan pH yaitu buffer
 Menurut Pharmaceutics Dosage Form and Design (Jones,2008: 35-40)
 Vehicle/Pembawa
Pembawa yang paling umum digunakan pada formulasi sediaan cair yaitu air yang
dimurnikan
 Elektrolit
Elektrolit sebagai pengontrol flokulasi dengan mengurangi zeta potensial antar
partikel.
 Surfactan
Surfaktan untuk mengurangi sudut kontak antara artikel tidak telarut. Konsentrasi
yang digunakan umumnya 0,5% b/v.
 Hidrofilik polimer
Digunakan unutk smenjaga stabilitas fisik. Polimer yang biasa digunakan yaitu
Derivate selulosa 3% b/b, magnesium silikat 5%.
 Pengawet
Pengawet yang sering digunakan yaitu paraben (. 0.2% w/v methylhydroxy benzoate
dan 0.02% w/v propylhydroxy benzoate) dan asam organic (circa 0.9% w/v
 Pemanis
Konsentrasi kurang dari 0,1% b/b
 Antioksidan
Konsentrasi kurang dari 0,1% b/b
 Menurut Encyclopedia of Pharmaceutical Technology 3rd Edition (Swarbrick, 2007
: 3605-3606)
1. Komponen sistem suspense
 agen pembasah yaitu surfaktan dengan HLB 7-10
 Pendispersi atau agen deflokulasi
 agen flokulasi yaitu netral elektrolit konsentrasinya 0,01-1%
 suspending agent konsentrasi 0,1%
2. Komponen pembawa suspense/fase eksternal

 agen control pH/buffer


 agen osmotic
 pewarna, perasa dan pengawet
11. Parameter pengendapan suspensi : aliran suspensi yg lengkap ada di literatur Mahato

 Menurut pharmaceutical suspension ( Kulshretha, 2010: 50)


Aliran pseudoplastik, kelarutan ditentukan pada larutan polimer, menunjukkan pemurnian
toksisitas sebagaimana tegangan gerak meningkat ( Nutan et al, 2007) Karena itu , sistem
plastis dan pseudoplatis dapat bermanfaat untuk memformulasi produk menjadi lebih
tipis dan membuat pengaplikasikannya menjadi lebih mudah.
 Menurut Pharmaceutical dosage and design ( jones, 2008 : 37)
Peningkatan konsentrasi hidrofilik dalam suatu cairan pembawa akan mengubah
viskositas sistem. Pada polumer yang konsentrasinya rendah ( biasanya 0,01% untuk
polumer bercabang), cairan pembawa akar berlaku seperti sitem newton, dimana
bayangan geser dan laju geser propersional namunpada konsentrasi polumer yang lebih
tinggi biasanya yang digunakan dalam suspensi oral, sifat aliranya adalah pseudoplastik.
 Menurut Farmasi Fisik II ( Martin, 2008: 1089)
Sistem thiksotropi biasanya mengandung partikel- partikel asimetris yang melalui
berbagai titik hubungan karangka tiga dimensi diseluruh sampel tersebut. Pada keadaan
diam, struktur ini mengakibatkan suatu derajat kekakuan pada sistem tersebut dan
menyerupai suatu gel. Ketika digunakan shear dan aliran dimulai, struktur ini mulai
memecah apabila titik- titik hubungan tersebut memisah dan partikel- partikel menjadi
lurus.

12. Metode pembuatan suspensi

 Menurut Pharmaceutics the Science of Dosage Form Design 2nd Edition (Aulton,
2002 : 356-357).
Bubuk obat dapat dicampurkan dengan suspending agent dan beberapa bahan dengan
menggunakan lumpang dan alu yang dimana hal ini diperlukan untuk memasukkan agen
pembasah dengan bantuan dispersi. Bahan larut lainnya harus dicampurkan pada bagian
lain dari vehicle. Campur dengan suspensi pekat lalu dicukupkan volumenya. Obat yang
akan disuspensikan dimasukkan bersamaan dengan agen pembasah. Untuk obat yang
sangat hidrofobik, pencampuran agen pembasah dapat dikurangi. Selanjutnya bahan
lainnya harus ditambahkan. Terakhir, dihomogenisasi akan membuat dispersi obat lebih
baik.
 Menurut Farmasi Fisik II (Martin, 2008:1142)
Suatu suspense dibuat dalam ukuran kecil dengan menumbuk atau menggiling sampai
halus bahan yang tidak larut dalam mortir sehingga didapat suatu pasta yang lembut
dengan suatu pembawa yang mengandung penstabil dispersi dan perlahan-lahan
menambahkan, sisa fase cair dimana obat-obat yang larut bisa dilarutkan.
 Menurut Pharmaceutical Suspension (Kulshreshtha, 2010: 45)
Suspensi dibuat dalam padatan tidak larut dalam media dispersi, kebanyakan air.
Beberapa padatan yang tidak larut air dapat dengan mudah dibasahi oleh air dan
menyebar ke fasa air dengan sedikit agresi.
DAFTAR PUSTAKA

Allen L., Nicholas G. P., dan Howard C. A., 2011. Ansel’s Pharmaceutical Dosage Forms
andDrug Delivery Systems 9th, Lippincott Williams & Wilkins: Philadelphia

Attwood, D., dan Alexander, T. F., 2008, Physical Pharmacy, Pharmaceutical Press : London

Aulton M.E., 2002. Pharmaceutics The Science Of Dosage Form Design 2ndEdition,Churchill


Livingstone: London.

Buhler V., 2005, Polyvinylpyrrolidone Excipients for Pharmaceuticals: Povidone, Crospovidone


and Copovidone, Springer-Verlag:Berlin Heidelberg.

Felton, L., 2012, Remington Essentials of Pharmaceutics, Pharmaceutical Press : Philadelphia.

Gad, S. C. (Ed.). (2008). Pharmaceutical manufacturing handbook: production and


processes (Vol. 5). John Wiley & Sons: Canada

HarveyD.,andNickyR.,2019,IndustrialChemistry,ED-TechPress.

Istianah, N., Agustin K.W., dan Feronika H., 2018, Teknologi Bioproses, UB Press: malang

Jones, D., 2008. Fast Track Pharmaceutics Dosage Form And Design, Pharmaceutical Press :
London.

Kulshrestha A.K., Onkar N.S., dan G.Michael W. 2010. Pharmaceutical Suspensions: From
Formulation Development to Manufacturing. Springer: New York.

Lacham, L., Lieberman H.A., dan Joseph L.K., 1987,theory and pratice of industrial

Laurentia, S.C., dan Wahyudi,T., 2020. Konservasi tanah dan air , Cv. Pilar Nusantara

Marriot, J. F., Keith A. W., Christopher A. L., dan Dawn B. 2010. Pharmaceutical
Compounding and Dispending 2ndEdition.Pharmaseutical Press: London.

Martin A., James S., dan Arthur C., 1993, farmasi fisik 2 Edisi ketiga, UI Press: Jakarta.

Rees, J. A., Ian, S., dan Jennie, W., 2014, Pharmaceutical Practice 5th Edition, Churchill
Livingstone : New York

Scharmm, L.L, 2005, Emulsion,Foams And Suspennsions, Willey Vch : Canada.

Sinala,S., 2016, farmasi fisik, Kementrian kesehatan republik Indonesia

Swarbrick J., 2005, Injectable Dispersed Systems Formulation, Processing, and Performance,
Taylor & Francis Group, LLC.
Swarbrick, J., 2007. Encyclopedia of Pharmaceutical Technology Third Edition Volume 1.
Informa Health Care: New York.

Troy D.B., 2005, Remington the science and practice of pharmacy 21st edition, Lippincott
williams and wilkins: USA.

Anda mungkin juga menyukai