DISUSUN OLEH:
KELOMPOK III
STIFA C 2019
LABORATORIUM FARMASETIKA
PROGRAM STUDI STRATA SATU FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI MAKASSAR
MAKASSAR
2021
BAB I
PENDAHULUAN
Keterangan :
A : Kompartemen donor
B : Kompartemen reseptor
C : Membran
D : Cincin O
E : Water jacket
F : Batang pengaduk
G : Tempat pengambilan sampel
II.2.3 Mekanisme Difusi
Difusi merupakan proses perpindahan atau pergerakan molekul zat atau
gas dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Difusi melalui membran
dapatberlangsung melalui tiga mekanisme, yaitu difusi sederhana (simple
difusion), difusi melalui saluran yang terbentuk oleh protein transmembran
(simple difusionby chanel formed), dan difusi difasilitasi (fasiliated difision).
Difusi sederhana melalui membran berlangsung karena molekul-molekulyang
berpindah atau bergerak melalui membran bersifat larut dalam lemak (lipid)
sehingga dapat menembus lipid bilayer pada membran secara langsung
(Martin,2008).
Membran sel permeabel terhadap molekul larut lemak seperti hormon
steroid vitamin A, D, E, dan K serta bahan-bahan organik yang larut dalam
lemak, Selain itu, memmbran sel juga sangat permeabel terhadap molekul
anorganik seperti O, CO2, HO, dan H2O. Beberapa molekul kecil khusus yang
terlarut dalam serta ion-ion tertentu dapat menembus membran melalui
saluran atau chanel. Saluran ini terbentuk dari protein transmembran,
semacam pori dengan diameter tertentu yang memungkinkan molekul
dengan diameter lebih kecil dari diameter pori tersebut dapat melaluinya.
Sementara itu, molekul molekul berukuran besar seperti asam amino,
glukosa dan beberapa garam-garam mineral, tidak dapat menembus
membran secara langsung, tetapi memerlukan protein pembawa atau
transporter untuk dapat menembus membran. Proses masuknya molekul
besar yang melibatkan transporter dinamakan difusi difasilitasi (Martin,2008).
II.2.4 Jenis-jenis Difusi
Berdasarkan energi yang dibutuhkan ada dua jenis difusi yang dilakukan
yaitu difusi biasa dan difusi khusus (Sinila,2016) :
a. Difusi Biasa : Difusi biasa terjadi ketika sel ingin mengambil nutrisi atau
molekul yang hydrophobic atau tidak berpolar/berkutub. Molekul dapat
langsung berdifusi kedalam membran plasma yang terbuat dari
phospholipids. Difusi seperti ini tidak memerlukan energi atau ATP
(Adenosine Tri-Phosphate).
b. Difusi Khusus : Difusi khusus terjadi ketika sel ingin mengambil nutrisi
atau molekul yang hydrophilic atau berpolar dan ion. Difusi seperti ini
memerlukan protein khusus yang memberikan jalur kepada partikel-
partikel tersebut ataupun membantu dalam perpindahan partikel. Hal
ini dilakukan karena partikel-partikel tersebut tidak dapat melewati
membran plasma dengan mudah. Protein-protein yang turut campur
dalam difusi khusus ini biasanya berfungsi untuk spesifik partikel.
Berdasarkan jenis membran yang dilalui, difusi dibagi tiga jenis yaitu
(Sinila,2016) :
a. Difusi molekuler atau permeasi : Difusi molekuler adalah difusi yang
melalui media yang tidak berpori, ketika difusi ini bergantung pada
disolusi dari molekul yang menembus dalam keseluruhan membran.
Contoh: Transpor teofilin yang melalui suatu membran polimer meliputi
disolusi obat tersebut ke dalam membran.
Gambar 1. Membran Homogen tanpa Pori
(Martin, A.N., (1993), Physical Pharmacy)
b. Difusi yang melalui pori suatu membran yang berisi pelarut, manakala
difusi ini dipengaruhi oleh ukuran relatif molekul yang menembus
membran serta diameter dari pori tersebut.
Contoh: Lewatnya molekul-molekul steroid (yang disubtitusi dengan
gugus hidrofilik) melalui kulit manusia yang terdiri dari folikel rambut,
saluran sebum dan pori-pori keringat pada epidermis.
Konsentrasi Absorbansi
2 0,21
6 0,37
10 0,53
14 0,67
18 0,84
IV.1.2 Tabel Pengukuran Kurva Absorbansi
Waktu (menit) Absorbansi
0 0
15 0,136
30 0,154
45 0,167
60 0,192
90 0,215
0.5
0.37
0.4
0.3
0.21
0.2
0.1
0
2 6 10 14 18
Konsentrasi
0.15
0.1
0.05
0
0 15 30 45 60 90
Waktu (Menit)
IV.3 Perhitungan
IV.3.1 Laju Difusi Krim Natrium Diklofenak
dQ Qb-Qa
=
dt tb-ta
1. Menit 0/15
dQ Q 15-Q0
=
dt t1 5-t0
dQ 0,136−0
=
dt 15−0
dQ 0,136
=
dt 15
dQ
= 0,009
dt
2. Menit 15/30
dQ Q30−Q15
=
dt t 30−t 15
dQ 0,154−0,136
=
dt 30−15
dQ 0,018
=
dt 15
dQ
= 0,0012
dt
3. Menit 30/45
dQ Q 45−Q 30
=
dt t 45−t 30
dQ 0,167−0,154
=
dt 45−30
dQ 0,013
=
dt 15
dQ
= 0,0008
dt
4. Menit 60/45
dQ Q60−Q 45
=
dt t 60−t 45
dQ 0,192−0,167
=
dt 60−45
dQ 0,025
=
dt 15
dQ
= 0,0016
dt
5. Menit 90/60
dQ Q90−Q 60
=
dt t 90−t 60
dQ 0,087−0,138
=
dt 90−60
dQ −0,051
=
dt 30
dQ
= -0,0017
dt
IV.3.2 Konsentrasi (Ppm) Absorbansi Difusi Sampel Krim
Kurva baku hidrokortison yang digunakan y =0,049x-0,053
1. Menit 0
Diketahui : y = 0
y = 0,049x-0,053
0 = 0,049x-0,053
0,049x = 0 + 0,035
0,0 35
x =
0,049
x = 0,71 ppm
2. Menit ke- 15
Diketahui : y = 0,136
y = 0,049x-0,053
0,136 = 0,049x-0,053
0,049x = 0,035 + 0,0622
0,0 972
x =
0,049
x = 1,98 ppm
3. Menit Ke- 30
Diketahui : y = 0,154
y = 0,049x-0,053
0,154 = 0,049x-0,053
0,049x = 0,053 + 0,154
0 ,207
x =
0,049
x = 4,22 ppm
4. Menit ke-45
Diketahui : y = 0,167
y = 0,049x-0,053
0,167 = 0,049x-0,053
0,049x = 0,053 + 0,167
0,22
x =
0,049
x = 4,49 ppm
5. Menit ke-60
Diketahui : y = 0,192
y = 0,049x-0,053
0,192 = 0,049x-0,053
0,049x = 0,053 + 0,192
0,245
x =
0,049
x = 5 ppm
6. Menit ke-90
Diketahui : y = 0,215
y = 0,049x-0,053
0,215 = 0,049x - 0,053
0,049x = 0,053 + 0,215
0,268
x =
0,049
x = 5,47 ppm
IV.4 Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan uji difusi obat untuk mengetahui
seberapa banyak obat menembus membrane tiap waktu. Difusi adalah
proses transfer masa molekul tunggal suatu senyawa yang terjadi karena
gerakan molekul acak dan dikaitkan dengan gaya dorong seperti gradient
konsentrasi (Sinko, 2011). Dimana proses perpindahan zat dari konsentrasi
yang tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah (Sinala, 2016). Prinsip absorpsi
melalui kulit adalah difusi pasif dimana proses tersebut dimulai dari suatu
subtansi dari daerah suatu sistem ke daerah lain dan terjadi penurunan kadar
gradian diikuti banyaknya molekul. Difusi pasif ini merupakan bagian terbesar
dari proses tranmembran bagi umumnya obat.
Pada percobaan uji laju difusi dengan sampel krim natrium diklofenak
dengan menggunakan alat instrumen sel difusi frans yang diisi aquadest dan
ditambahkan larutan buffer untuk bagian dalamnya dilapisi membran yaitu
digunakan kertas saring dan diletakkan sampel diatas membran pada
cuplikan 0-90 menit kemudian setiap pengambilan cuplikannya digantikan
dengan aquadest dengan jumlah yang sama dengan cuplikan yang diambil.
Dengan tujuan agar pelarut dalam sel difusi frans tetap. Adapun tetapan suhu
yang digunakan pada percobaan yang sesuai dengan farmakope Indonesia
yaitu 37˚ C yang menyesuaikan suhu tubuh normal pada manusia.
Kecepatan alat difusi frans juga disesuaikan dengan farmakope Indonesia
yaitu 100 rpm.
Pada percobaan ini data yang dihasilkan yaitu pada menit ke-15 nilai
absorpsinya 0,136 dan nilai konsentrasi absorbansinya 1,98 rpm, pada menit
ke-30 nilai absorbsinya 0,154 dan nilai konsentrasi absorbansinya 4,22 ppm.
Pada menit ke-45 nilai absorbsinya 0,167 dan nilai konsentrasi
absorbansinya 4,49 ppm. Pada menit ke-60 nilai absorbsinya 0,192 dan nilai
konsentrasi absorbansinya 5 ppm. Pada menit ke-90 nilai absorbsinya 0,125
dan nilai konsentrasi absorbansinya 5,47 ppm. Dari data yang diperoleh nilai
absorbsinya meningkat dari menit ke-5 hingga menit ke-90 dan hal ini telah
sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa hubungan antara
konsentrasi obat yang berdifusi dengan waktu, akan menggambarkan kurva
yang meningkat. Pada kurva dilihat bahwa di menit ke-60 diperkirakan semua
obat melewati membran atau membran telah jenuh sehingga obat tidak ada
berdifusi lagi, namun tahapan pengujian terus-menerus dilakukan dengan
cara diambil cuplikan lalu dimasukkan kembali pengganti cairan yang diambil.
Maka dari itu semakin lama, obat yang ada mengalami keadaan terencerkan
dan menunjukkan kondisi fase eliminasi pada tubuh.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Pada praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa laju difusi obat
dalam sediaan topikal yaitu krim natrium diklofenak dengan pelarut aquadest
yang ditambahkan larutan buffer menggunakan sel difusi Franz mengalami
peningkatan konsentrasi absorbansinya dari menit ke-5 hingga menit ke-90
karena semakin lama, obat yang ada mengalami keadaan terencerkan dan
menunjukkan kondisi fase eliminasi pada tubuh.
V.2 Saran
V.2.1 Saran Untuk Dosen
Sebaiknya dosen berinteraksi dan bersosialisasi dengan praktikan agar
terjalin hubungan yang baik.
V.2.2 Saran Untuk Asisten
Sebaiknya asisten tetap menjalin hubungan baik dengan praktikan dan
tetap menjadi pribadi yang ramah.
V.2.3 Saran Untuk Praktikan
Sebaiknya praktikan memahami dan mengetahui cara kerja dan tetap
semangat menuntut ilmunya.
V.2.4 Saran Untuk Laboratorium
Sebaiknya alat dan bahan di laboratorium lebih di lengkapi lagi
khususnya alat dan bahan yang ingin digunakan praktikan pada saat
praktikum agar praktikum berjalan dengan lancar tanpa kendala baik dalam
hal alat maupun bahan.
DAFTAR PUSTAKA
Bosman, Lawant A.L, dkk. 1996. “A Novel Diffusion Cell for In Vitro
Trandermal Permeation Compatible with Automated Dynamic
Sampling”. Journal of Pharmaceutical and Biomedical Analysis.
Ditjen Pom. 1979. Farmakope edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
Martin, A.N. 1993. Physical Pharmacy Fourt Edition. Lea & Febiger,
Philadelphia: London.
Sinko, Patrick. 2011. Martin Farmasi Fisika Dan Ilmu Farmasetika edisi 5”
Jakarta: Buku kedokteran EGC.
Tim medical.2019. Basic Pharmacology & Drug Notes Edisi 2019. Makassar:
MMN Publsihing.
Gambar Keterangan
Pengambilan cuplikan
Pengambilan aquadest 5 mL
sebagai pengganti cuplik
Cuplikan sampel menit ke 5, 10,
15, 20, dan 25