Anda di halaman 1dari 2

BAB II

Larutan adalah campuran homogen antara zat pelarut dan zat terlarut.
Kelarutan adalah kemampuan suatu zat melarut dalam pelarut tertentu. Larutan pada
umumnya dibagi menjadi tiga, pertama yaitu larutan jenuh adalah larutan yang zat
terlarutnya dapat melarut dalam zat pelarutnya dalam konsentrasi yang maksimal.
Kedua larutan lewat jenuh terjadi pada saat zat terlarut sudah melewati batas
maksimal zat pelarut untuk melarutkankannya yang biasa ditandai dengan
terbentuknya endapan. Larutan tak jenuh terjadi saat zat terlarut belom mencapai
batas maksimal zat pelarut untuk melarutkannya.
Kelarutan dalam besaran kuantitatif didefinisikan sebagai konsentrasi zat
terlarut dalam larutan jenuh pada temperatur tertentu, sedangkan secara kualitatif
didefinisikan sebagi interaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk
disperse molekular homogeny. Menurut U.S. Pharmacopeia dan National Formulary
definisi kelarutan obat adalah jumlah ml pelarut dimana akan larut 1 gram zat terlarut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan adalah pH, temperature, jenis
pelarut, bentuk, dan ukuran partikel, konstanta dielektrik pelarut, surfaktan, serta efek
garam. Semakin tinggi temperatur maka akan mempercepat kelarut zat, semakin kecil
ukuran partikel zat maka akan mempercepat kelarutan zat, dan dengan adanya garam
akan mengurangi kelarutan zat.
Praktikum kali ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh surfaktan terhadap
kelarutan suatu zat. Surfaktan merupakan suatu molekul yang sekaligus memiliki
gugus hidrofilik dan gugus hipofilik sehingga dapat mempersatukan campuran yang
terdiri dari air dan minyak. Surfaktan adalah bahan aktif permukaan. Aktifitas
surfaktan diperoleh karena sifat ganda dari molekulnya. Molekul surfaktan memiliki
bagian polar yang suka akan air ( hidrofilik) dan bagian non polar yang suka akan
minyak/lemak (hipofilik). Bagian polar molekul surfaktan dapat bermutan positif,
negative, atau netral. Sifat rangkap ini yang menyebabkan surfaktan dapat diabsorpsi
pada antar muka udara – air , minyak – air , dan zat padat – air, membentuk lapisan
tunggal dimana gugus hidrofilik berada pada fase air dan rantai hidrokarbon ke udara,
dalam kontak dengan zat padat ataupun terendam dalam fase minyak.
Surfaktan yang dipakai adalah tween 80 dengan zat aktif yang akan dilarutkan
adalah asetosal. Pada percobaan ini, asetosal akan dilarutkan dalam volume air, tween
80 dengan volume yang berbeda. Pada percobaan ini, tween 80 dengan variasi
konsentrasi, asetosal 500mg dengan aquadest 50ml, kemudian dikocok selama 30
menit sampai diperoleh larutan jenuh dan timbul endapan, jika campuran setelah
dikocok masih bening , tambahkan kembali asetosal sampai terjadi endapan. Adapun
campuran yang digunakan adalah 500mg asetosal, aquadest 50ml dan tween 80
dengan konsentrasi 1%. Setelah itu disaring . dan dilakukan titrasi terhadap larutan
baku sekunder ( NaOH 0,1N ). Titrasi yang dilakukan adalah titrasi asam- basa yaitu
titrasi terhadap larutan asetosal, yaitu larutan yang berasal dari asam dengan pH 3,5
dan menggunakan indikator fenolftalein (pp). indikator pp dipilih karena basa yang
digunakan sebagai larutan standarnya, dan asam adalah larutan yang di titrasi. Jadi
ketika larutan yang di titrasi masih bersifat asam dan netral, dia tidak akan berubah
warna. Dan ketika larutan sudah mencapi titik akhir titrasi akan memberikan
perubahan warna yaitu merah muda. Hal ini terjadi karena larutan telah mencapai pH
8 atau lebih.
Larutan yang telah dilakukan penyaringan, di titrasi dengan menggunakan
larutan NaOH adan indikator pp hingga diperoleh titik ekuivalen. Volume NaOH
yang dibutuhkan berbeda-beda. Dari data hasil percobaan yang didapat semakin besar
konsentrasi surfaktan yang ditambahkan ke dalam larutan asetosal maka akan
semakin besar pula volume NaOH yang dibutuhkan. Hal ini menunjukan bahwa
semakin besar konsentrasi surfaktan maka akan semakin tinggi pula kelarutan
asetosal di dalam air. Hal ini terjadi karena surfaktan merupakan molekul ampifilik
yaitu memiliki gugus hidrofilik ( suka air, polar) dan gugus lipofilik (suka minyak,
nonpolar), sehingga surfaktan memiliki aftinitas dengan pelarut polar (air) ataupun
nopolar (minyak) .

Anda mungkin juga menyukai