I.
1. AMOKSISILIN
Metode
Prinsip percobaan iodometri adalah berdasarkan reaksi redoks (reduksi-oksidasi) antara
I2 dan S2O32- dalam suasana asam tehadap indicator amylum.I 2 dihasilkan dari reaksi
KIO3/K2Cr2O7 dengan KI berlebih. Titik akhir titrasi ditunjukan oleh perubahan warna yang
terjadi dari biru ke hijau (zbp : K2Cr2O7) atau dari biru ke biru lemah (zbp : KIO3).
Reaksi dari percobaan ini adalah
Zbp KIO3 :
IO3 + 5I + 6 H 3I2+ 3 H2O
I2 + 2S2O32- (biru) 2I- + S4O62- (biru Lemah)
Zbp K2Cr2O7 :
Cr2O72- + 6I + 14 H 2Cr3-+ 3I2 + 7 H2O
I2 + 2S2O32- 2I- + S4O62(biru)
(hijau)
Kemudian larutan diencerkan dengan aquades bebas CO2 sampai tanda batas,
kemudian tutup dan beri label
2. Pembuatan larutan KIO3
Timbang 18,5 g Kristal KIO3 dengan kaca arloji pada neraca analitik
Masukkan serbuk kedalam labu ukur 500 ml dan dilarutkan dengan aquades
Aduk sampai homogen dan larutan diencerkan dengan aquades sampai tanda
batas
3. Pembuatan larutan K2Cr2O7 0,05 N
Timbang 0,25 g K2Cr2O7 dalam kaca arloji pada neraca analitik
Aduk sampai homogen dan diencerkan dengan aquades sampai tanda batas
Hasil Pengamatan
Tabel Pengamatan Titrasi
No Proses Titrasi
1
Titrasi ke 1
2
Titrasi ke 2
Volume titran rata-rata
IV.
Perhitungan
Sampel Amoksisilin yang digunakan : 5 tablet, digerus kemudian diperoleh 3,2210 g
Sampel
Tablet 1
Tablet 2
Tablet 3
Tablet 4
Tablet 5
Rata-rata
gram K 2 Cr 2 O7 1000
x
BE K 2 Cr 2 O 7
ml
N K2Cr2O7 =
0,25 g 1000
x
49
100ml
N K2Cr2O7 = 0,0510 N
VNa2S2O3 X NNa2S2O3 .= VK2Cr2O7. NK2Cr2O7
10 ml X 0,0510 N
45,4 ml
NNa2S2O3 .
N Na2S2O3 .
= 0,0110 N
I2(0,1 N)
V1
N1
V2
N2
79 ml
0,0110 N
10 ml
0,0869 N= 0,1N
= 10 ml x N2
N2 = 0,0869 N
: % Kadar amoksisilin = ?
Jawab
: % Kadar
massa amoksisilin
100
= massatablet ratarata
=
92.2724
X 100
3.221
= 28,647 %
Persen (%) perolehan Kembali
Diketahui
= 500 mg
Ditanya
: %Perolehan Kembali= ?
Jawab
: %Perolehan Kembali
massa amiksisilin
100
= massat ablet (kemasan)
=
%Perolehan Kembali
92.2724 mg
X 100
500 mg
= 18,45%
II. Pembahasan
Iodometri merupakan titrasi tidak langsung dan digunakan untuk menetapkan
senyawa-senyawa yang mempunyai potensial oksidasi yang lebih besar dari pada sistem
iodium-iodida atau senyawa senyawa yang bersifat oksidator.
Pada prinsip nya amoxicilin dapat dititrasi dengan cara titrasi iodometri, karena
salah satu sifat kimia dari amoxicilin pada strukturnya memiliki cincin beta laktam, cincin
beta laktam ini akan menghilangkan warna iodium bila terjadi reaksi dengan bantuan NaTiosulfat. Jadi penetapan kadar amoxicilin dapat dilakukan dengan cara titrasi iodometri.
Metode Iodomeri merupakan metode titrasi reduksi-oksidasi yang dilakukan untuk zat-zat
dengan potensial oksidasi yang lebih besar dari sistem iodium-iodida. Iodium akan
mengoksidasi zat-zat tersebut, tetapi iodium sendiri akan mengalami reduksi menjadi iodida.
Iodium yang tersisa dititrasi kembali menggunakan larutan baku Na 2S2O3. Dari sini hanya
dapat diketahui iodium yang tersisa sehingga untuk mengetahui iodium yang bereaksi dengan
analit (dalam hal ini amoxicilin) perlu dilakukan titrasi blanko. Oleh karena itu iodometri
dinamakan juga metode titrasi tidak langsung. Cincin laktam pada penisilin dipecah oleh
alkali
atau
penisilinase.
Asam
penisiloat
yang
terjadi
dapat
ditetapkan
kadarnya karean asam ini dapat mengikat iod sedangkan penisilin tidak dapat mengikat iod.
Kemudian kelebihan iodium dititrasi dengan baku Na-tiosulfat.
Metode iodometri ini didasarkan pada reaksi reduksi-oksidasi, yaitu berdasarkan perpindahan
elektron yang terjadi pada reaksinya. Suatu reaksi dikatakan mengalami reaksi oksidasi
apabila memenuhi satu atau lebih kriteria, yaitu:
1. Mengalami kenaikan bilangan oksidasi.
2. Bertambahnya atom oksigen.
3. Berkurangnya jumlah atom hidrogen (dehidrogenasi).
Sedangkan suatu reaksi mengalami reduksi apabila terjadi penurunan bilangan oksidasi,
pengurangan atom oksigen, dan bertambahnya jumlah atom hidrogen. Senyawa turunan
penisilin (termasuk ampisilin) dapat dianalisis secara iodometri karena turunannya Dpenicillamine dapat bereaksi dengan iodium (I 2), sedangkan penisilin tidak dapat mengikat
iod. Senyawa D-penicillamine ini terbentuk dari turunan penisilin yangcincin -laktamnya
telah terbuka dan kemudian bereaksi dengan asam. Reaksinya adalah sebagai berikut :
Dari reaksi di atas, terdapat tiga tahap yang diperlukan untuk menganalisis turunan
penisilin(termasuk amoxicilin) secara iodometri, yaitu :
Tahap 1 : Turunan penisilin diubah menjadi bentuk asam penisiloat (suatu asam
dikarboksilat) dengan cara hidrolisis dalam larutan NaOH. Dalam reaksi
ini, terjadi pembukaan cincin -laktam.
Tahap 2 :
Tahap 3 :
Pada pembakuan ini digunakan larutan baku kalium iodida karena larutan ini cukup stabil dan
lebih mudah larut daripada iodium, serta dapat menghasilkan iodium bila ditambahkan asam.
Larutan baku kalium iodida yang digunakan harus selalu dibuat baru karena mudah
teroksidasi oleh udara sehingga jumlah yang lepas menjadi lebih banyak dan diperlukan titran
yang lebih banyak pula. Akibatnya penetapan kadar menjadi tidak akurat lagi. Oleh karena
iodium mudah menguap dan iodida dalam larutan asam mudah dioksidasi oleh udara, maka
labu harus selalu ditutup dan titrasinya tidak boleh terlalu lama.
Na2S2O3 akan mereduksi iodium menjadi iodida. Reaksinya:
2Na2S2O3 + I2 2NaI + Na2S4O6
Sehingga warna coklat akan semakin pudar. Titrasi dihentikan sementara ketika warna larutan
titrat menjadi kuning pucat. Kemudian ditambahkan larutan kanji sebagai indikator sehingga
larutan titrat berwarna biru. Titrasi dilanjutkan kembali hingga warna biru tepat hilang (titik
akhir titrasi).
berdasarkan perhitungan :
N Na2S2O3 =
Dengan demikian kesetaraannya menjadi : tiap ml larutan Na 2S2O3 0,0110 N setara dengan
4,6143 mg amoxicilin, berdasarkan perhitungan :
BE =
BM
419,42
=
valensi
1
= 419,42
V.
amilum akan membuat larutan menjadi berwarna biru karena terbentuk komplek kanjiiodium, dan titik ekivalen ditandai dengan penambahan 1 tetes larutan Na 2S2O3 tepat
menghilangkan warna biru (larutan menjadi bening). Penyusun utama kanji adalah amilosa
dan amilopektin, amilosa dengan iodium membentuk warna biru sedangkan amilopektin
dengan iodium membentuk warna merah.
Pada percobaan, diperoleh volume titran yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalen pada
sampel adalah sebesar 28 ml; dan 64 ml; Kemudian dicari kadar amoxicilin dengan rumus:
Kadar =
IODIMETRI
2. ANTALGIN
Cara Kerja
a. Pembuatan larutan I2 0,1 N
V.
Hasil Pengamatan
a. Pembakuan Larutan Na2S2O3 dengan K2Cr2O7
K2Cr2O7 (0,05 N)
V1
N1
10 ml
0,05 N
Na2S2O3 (0,005 N)
V2
N2
45,4 ml
0,0110 N
I2 (0,1 N)
V2
10 ml
N2
0,0869 N
N1
0,0869 N
0,0869 N
0,0869 N
Tablet Antalgin
V2
N2
1 ml
0,0348 N
1 ml
0,0348 N
1 ml
0,0348 N
Rata Rata
0,0348 N
gram
. 100%
Kadar dlm etiket
=
0,3055 gram
. 100%
0,5 gram
= 61,1 %
II. PEMBAHASAN
Iodimetri merupakan analisis titrimetri yang secara langsung digunakan untuk zat
reduktor atau natrium tiosulfat dengan menggunakan larutan iodin atau dengan penambahan
larutan baku berlebihan. Kelebihan iodine dititrasi kembali dengan larutan tiosulfat. Baik
pada iodimetri maupun iodometri, titrasinya selalu berkaitan dengan I 2. meskipun warna I2
(bentuk teroksidasi) berbeda dengan warna I- (bentuk tereduksi), secara teoritis untuk titrasi
ini tidak memerlukan indikator, tapi karena warnanya, dalam keadaan encer, sangat lemah,
maka pada titrasi ini diperlukan indikator. Indikator yang digunakan adalah larutan kanji
(amilum). Kanji atau amilum dengan I2 akan bereaksi dan reaksinya adalah reaksi yang dapat
balik :
I2 + amilum kompleks iod-amilum Kompleks iod-amilum ini adalah senyawa yang
agak sukar larut dalam air sehingga kalau pada reaksi ini I 2 tinggi, kesetimbangan akan
terletak jauh di sebelah kanan, kompleks iod-amilum yang terbentuk banyak, akan terjadi
endapan. Akibatnya kalau pada titrasi I2 hilang karena tereduksi, kesetimbangannya tidak
segera kembali bergeser ke arah kiri, warna kompleks iod-amilum agak sukar hilang
Kadar tablet antalgin yang diperoleh adalah 61,1%. Kadar yang diperoleh ini jika
dibandingkan dengan persyaratan kadar tablet antalgin dalam Farmakope Indonesia edisi IV,
1995 yaitu tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 105,0%, maka kadar antalgin tersebut
tidak memenuhi persyaratan.Titrasi iodimetri harus dilakukan dengan lambat agar I2
sempurna bereaksi dengan antalgin, jika titrasi cepat maka I2 tidak bereaksi sempurna dengan
antalgin sehingga titik akhir lebih cepat tercapai dan hasilnya tidak akurat. Deteksi titik akhir
pada iodimetri ini dilakukan dengan menggunakan indikator kanji atau amilum yang akan
memberikan warna biru pada saat tercapainya titik akhir. (Sudjadi, 2007)
NITRIMETRI
PCT
A. Metode
Prinsip
Nitrimetri adalah metode titrasi dengan menggunakan NaNO 2 sebagai
pentiter dalam suasana asam. Pada suasana asam, NaNO 2 berubah menjadi
HNO2 (asam nitrit) yang akan bereaksi dengan sampel yang dititrasi
membentuk garam diazonium.
Prinsipnya adalah reaksi diazotasi :
1. Pembentukan garam diazonium dari gugus amin aromatic primer (amin
aromatic sekunder dan gugus nitro aromatic)
0,1 M =
gram 1000
x
69 500 ml
M=
gram 1000
x
Mr
ml
Gram =
Gram=
0,1 x 69 x 500
1000
3450
1000
400 mg
0,575ml 173,2
= 4,016 M
Sampel parasetamol
V. titran 1 = 1 ml
V. titran 2 =
1 ml
Kadar Paracetamol =
=
= 121,411 %
D. PEMBAHASAN
Titrasi yang digunakan pada praktikum ini adalah titrasi tidak langsung, karena
larutan sampel direaksikan dengan asam klorida P dahulu agar parasetamol sebagai amin
aromatis sekunder terhidrolisis menjadi asam aromatis primer, lalu larutan NaNO 2 sebagai
larutan baku ditambahkan.
Titik akhir titrasi adalah titrasi yang ditambahkan akan menimbulkan perubahan
secara fisik dari larutan analit. Jika sudah mencapai titik akhir titrasi, titrasi dapat dihentikan.
Titik akhir titrasi dari praktikum ini adalah terjadi perubahan warna biru, saat larutan tersebut
digoreskan pada kanji iodida. Ini terjadi karena iodida teroksidasi menjadi iodium saat
kelebihan asam nitrit dari larutan yang ditritasi bereaksi dengan kanji. Titik equivalen adalah
titik dimana titran dan analit tepat bereaksi atau jumlah volume larutan titran dengan mol
tertentu telah sama dengan mol larutan analit.
2HI + 2HNO I2 + 2NO +2H2O2
I2 + kanji kanji iod(biru)
Pada praktikum ini dilakukan penetapan kadar paracetamol dengan menggunakan
metode titrimetri berdasarkan reaksi diazotasi. Metode titrasi diazotasi disebut juga nitrimetri
yakni metode penetapan kadar secara kuantitatif dengan menggunakan larutan baku natrium
nitrit. Titrasi diazotasi didasarkan pada pembentukan garam diazonium dari gugusan amino
aromatis bebas yang direaksikan dengan asam nitrit, dimana asam nitrit ini diperoleh dengan
cara mereaksikan natrium nitrit dengan suatu asam. Hal ini dilakukan karena asam nitrit
sangat tidak stabil. Asam nitrit sangat mudah teroksidasi menjadi asam nitrat oleh udara.
Metode nitrimetri yaitu metode titrasi yang menggunakan NaNO 2 sebagai pentiter
dalam suasana asam. Pada suassana asam NaNO2 akan diubah menjadi HNO2 (asam nitrit)
yang akan bereaksi dengan sampel yan dititrasi membentuk garam diazonium.
NaNO2 + HCl HNO2 + HNO2 + HCl
Metode ini didasarkan atas reaksi antara amina aromatik primer dengan natrium nitrit
dalam suatu asam akan terbentuk garam diazonium. Zat yang mengandung NH2 (asam
primer) yang dapat dititrasi dengan nitrimetri. Pada percobaan kali ini parasetamol akan
dihidrolisis dahulu dengan menambahkan asam klorida dan akuades lalu dipanaskan di atas
penangas air (sampai agak terendam saat meghidrolisisnya diatas penangas air) minimal 1
jam. Hidrolisis parasetamol ditujukan dengan reaksi :
+ HCl
Reaksi diazotasi
+ NaNO2 + 2 HCl
Sampel yang digunakan adalah parasetamol dan titrannya adalah larutan natrium nitrit
0,1 M. Lalu menggunakan indikator luar yaitu pasta kanji ditutup dengan aluminium foil
karena untuk mencegah pasta kanji teroksidasi dengan oksigen diudara, jika pasta kanji
tersebut sudah teroksidasi akan berwarna biru sehingga menyebabkan tidak dapat dijadikan
sebagai indikator lagi. Indikator luar merupakan indikator yang dicampur dengan analit,
sedangkan indikator yang diteteskan ke analit adalah indikator dalam. Kelemahan dari
indikator luar kerja kurang praktis karena sering mengaris atau menotol. Kelebihannya warna
yang terbentuk terlihat jelas.
Larutan baku yang digunakan adalah natrium nitrit 0,1 M sebagai larutan baku
sekunder. Larutan baku sekunder adalah larutan yang konsentrasinya ditentukan dengan jalan
pembakuan menggunakan larutan baku primer. Larutan natrium nitrit dilakukan dengan
campuran natrium bikarbonat asam sulfanilat dan air.
Pada penentuan kadar parasetamol, Parasetamol dilarutkan dengan larutan HCl dalam
air untuk membentuk suasana asam dan sebagai penghidrolisis amina sekunder menjadi
amina primer. Kemudian dilakukan proses pemanasan selama 60 menit dengan tujuan
mempercepat terjadinya reaksi. Parasetamol adalah senyawa yang memiliki gugus fenol,
sehingga dalam perlakuannya, titrasi ini dilakukan pada suhu rendah (kurang dari 15oC) demi
mencegah terbentuknya fenol dan gas nitrogen dari hasil reaksi asam nitrit dengan
parasetamol.
Dari hasil perhitungan, didapatkan kadar parasetamol pada obat tablet adalah 96,30%.
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, kadar parasetamol pada tablet tidak kurang dari
95,0% dan tidak lebih dari 105,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. Dapat dikatakan
bahwa, sediaan tablet parasetamol yang dianalisis memenuhi syarat ketentuan pada
Farmakope Indonesia.