Anda di halaman 1dari 29

MODUL II

KELARUTAN DAN PARAMETER KELARUTAN


TUJUAN

 Praktikan dapat memperkenalkan konsep dan prinsip pendukung sistem


kelarutan obat.
 Praktikan dapat menentukan parameter kelarutan kafein.

DASAR TEORI

Kelarutan adalah jumlah zat yang dapat larut dalam sejumlah pelarut
sampai membentuk larutan jenuh.

(Syukri . 1999)

Larutan jenuh adalah larutan dimana zat terlarut berada dalam


kesetimbangan gerakan. Fase kelarutan itu sendiri didefinisikan dalam besaran
kuantitatif sebagai konsentrasi zat terlarut dalam larutan jenuh pada temperatur
tertentu secara kualitatif didefinisikan sebagai dispersi molekul homogen.

Kelarutan dapat diungkapkan melalui berbagai cara antara lain :

1. Dengan menyatakan jumlah ini pelarut yang dibutuhkan untuk


setiap gram solute
2. Dengan pendekatan yang berupa perbandingan
3. Fraksi mol
4. Molar

Suatu larutan tidak jenuh atau hampir jenuh adalah suatu larutan yang
mengandung zat larut dalam konsentrasi dibawah konsentrasi yang dibutuhkan
untuk penjenuhan sempurna pada temperatur tertentu . Suatu larutan jenuh adalah
suatu larutan yang mengandung zat terlarut lebih banyak daripada seharusnya .
Pada temperatur tertentu didapat juga tak terlarut yang diperlakukan untuk
pembentukan kristal permukaan adalah lebih larut daripada kristal kasar sehingga
menyebabkan sulitnya inti terbentuk dan tubuh dengan akibat kegagalan
kristalisasi.

Para ahli mengetahui bahwa air adalah pelarut yang baik untuk garam ,
gula , dan senyawa sejenis . Sedangkan minyak , mineral , dan benzena
merupakan pelarut yang biasanya hanya sedikit dalam air . Penemuan ini
disimpulkan berdasarkan pernyataan “like dissolve like” (senyawa atau zat yang
strukturnya menyerupai akan saling melarutkan) . Kelarutan senyawa sebagian
besar disebabkan oleh polaritas dan dipol momennya .

Kelarutan suatu senyawa bergantung pada sifat fisika dan kimia zat
terlarut dan pelarut , juga tergantung pada faktor temperatur , tekanan , pH larutan
dan untuk jumlah yang lebih kecil , bergantung pada hal terbaginya zat terlarut.

 Pelarut polar

Pelarut polar melarutkan zat terlarut ionik dan zat polar lain .

 Pelarut non polar

Pelarut non polar tidak dapat mengurangi gaya tarik menarik antara ion – ion
elektrolit kuat dan lemah karena tetapan dielektrik yang rendah .

 Pelarut semi polar

Pelarut semi polar dapat menginduksi suatu derajat polaritas tertentu dalam
molekul pelarut non polar , sehingga menjadi dapat larut dalam alkohol.

(Martin,dkk.1990)

Suatu larutan dikatakan jenuh apabila terjadi kesetimbangan antara fase


solute dengan fase solute dalam larutan yang bersangkutan variabel-variabel yang
dipilih untuk penetapan kelarutan dirumuskan oleh fase Gibbs:
F = C-P+2 Keterangan: F = derajat kebebasan (variabel)

C = jumlah komponen

P = jumlah fase

hukum-hukum termodinamika dirumuskan oleh Hildebrand dan Scott


sebagai berikut:

Δ Hf T o−T
−log X i2= ( )
2.303 R T .T o

i
Keterangan: X 2=kelarutan ideal zat dalam fraksi mol

Δ Hf =¿ beda entalpi kelarutan

T o=su h ulebur ( K )

T = suhu percobaan (K)

R = tetapan gas

Persamaan yang paling sederhana untuk larutan non-ideal, dinyatakan sebagai


kelarutan regular dirumuskan oleh Scatchard-Hildebrand sebagai berikut:

Δ Hf T o −T V 2 ϕ12
−log X =

2
2.303 RT T o
+ ( )
(δ −δ )
2,303 RT 1 2
2

Keterangan: V 2 = volume molar solute

δ 1 = parameter kelarutan solven

δ 2 = parameter kelarutan solute

ϕ 1 = fraksi volume solven

DIOKSAN
1.4-dioksan adalah senyawa organic heterosiklik yang jernih tak
berwarna, bentuk cair pada suhu dan tekanan ruang. Dioksan mempunyai
struktur kimia C4H8O2 dan titik didih 1010 C. dioksan sering digunakan sebagai
solven aprotik. Dioksan berbau lemah dan mirip dengan dietil eter.
1.4-dioksan digolongkan sebagai eter dengan tiap dua atom oksigennya
membentuk suatu gugus fungsional eter, senyawa ini lebih polardaripada dietil
eter yang juga memilki empat karbon, tapi hanya punya satu gugus fungsional
eter.dietil eter agak tidak larut dengan air dan bersifat higroskopis. Polaritasnya
yang lebih tinggi dan juga berat molekulnya yang sedikit lebih tinggi member
sifat titik didih yang lebih tinggi dari pada dietil eter.

M2C
Kofeina
mengandung tidak kurang dari 98,0 % dan tidak
lebih dari 101,0 % CgH10N4O2. dihitung terhadap zat yang telah
dikeringkan. Pemerian Serbuk atau hablur bentuk jarum mengkilat
biasanya menggumpal, putih, tldak berbau, rasa pahit. Kelarutan Agak
sukar larut dalam air dan dalam etanol (95 %) P, mudah larut dalam
kloroform P, sukar larut dalam eterP.

(Anonim,1979)
ALAT DAN BAHAN

 Alat
1. Tabung uji kelarutan
2. Shaking thermostatic water bath
3. Spektrofotometer
4. Cuvet
5. Flakon
6. Labu takar
7. Filter
8. Spet injeksi
9. Mikro pipet

 Bahan
1. Kafein
2. Dioksan
3. Air
4. HCl (blanko)
METODE KERJA

- CARA KERJA SKEMATIS

Dibuat pelarut campuran antara dioksan (δ= 10,0) dan air (δ= 23,5)

Dimasukkan zat (obat) berlebihan ke dalam alat uji kelautan.

Diisikan sejumlah pelarut sebagai solven.

Ditempatkan larutan ke dalam shaking thermostatic water bath pada suhu


300C.

Diaduk campuran hingga terbentuk larutan jenuh selama 60 menit.

Diambil sejumlah sampel, dan ditentukan kadar obat terlarut.

Dengan cara yang sama, dilakukan percobaan pada pelarut dengan suhu
tertentu.
- ANALISIS CARA KERJA
a. Pelarut antara campuran air dan dioksan mempunyai polaritas yang
hampir sama dengan kafein ( prinsip like dissolve like) . Hal ini
disebabkan karena kafein sukar larut dalam air , maka dengan adanya
penambahan dioksan diharapkan untuk mempermudah kelarutan kafein
dalam air.
b. Volume dioksan : air dicari menggunakan rumus :

δtotal . Vtotal = Vair . δair + Vdioksan . δdioksan

Sehingga didapat volume dengan parameter 12 (4,26 ; 0,74) , 14 (3,51

; 1,48) , 16 (2,8 ; 2,2) dan 18 (2,04 ; 2,96) .

c. Zat obat digunakan sebanyak 750mg kafein , diberikan berlebih untuk


mencapai lewat jenuh . Ditandai oleh suatu larutan yang mengandung
zat terlarut lebih banyak dari seharusnya.
d. Campuran dioksan dan air digunakan sebagai solven , sedangkan
kafein digunakan sebagai solute .
e. Digojog campuran hingga terbentuk larutan jenuh .Penggojogan
dilakukan dengan menggunakan alat , alat tersebut adalah Shaking
thermostatic waterbath .
f. Ambil flakon yang berisi sampel di Shaking thermostatic waterbath .
Sampel diambil menggunakan spuit dirangkai juga dengan filter yang
didalamnya sudah diberi kertas saring , diambil cairan yang bening ,
jangan sampai endapan ikut terambil. Masukkan kedalam flakon yang
sudah ditandai parameternya. Kemudian sampel diambil 50 mikro
dengan menggunakan mikro pipet, ditambahkan HCl ad 5mL, dikocok
dan dilihat absorbansi pada spektrofotometer dengan blanko HCl.
g. Lakukan percobaan pada pelarut yang lain . Dilakukan pada parameter
yang telah dibuat yaitu 12 , 14, 16 dan 18 untuk mengetahui kelarutan
kafein yang sebenarnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN

- HASIL PERCOBAAN

Δ Vol. Dioksan Vol. Air Vol. Total


12 4,26 mL 0,74 mL 5mL
14 3,51 mL 1,48 mL 5mL
16 2,8 mL 2,22 mL 5mL
18 2,04 mL 2,96 mL 5mL

Suhu percobaan 300 C


Jumlah kafein ± 750 mg
λ max 273 nm
Blanko (HCl) 0,1 N
Kurva baku Y = 0,565x – 0,099

δ camp. Abs. Fp Kadar (mg%) Kadar rata- Kadar (gr/5mL)


rata (mg%)
0,465 100x 99,82
12 102,03 5,015 x 10-3
0,490 100x 104,24
0,550 100x 114,86
14 115,57 5,7785 x 10-3
0,558 100x 116,28
0,566 100x 117,69
16 119,285 5,96425 x 10-3
0,584 100x 120,88
0,671 100x 136,28
18 138,58 6,929 x 10-3
0,697 100x 140,88

- PERHITUNGAN
*Perhitungan Fp
5 mL
I. 50 µL = 0,05 mL => = 100 x
0,05mL
*Perhitungan volume dioksan dan air
δair = 23.5, δdioksan = 10.0
Rumus: δtotal . Vtotal = Vair . δair + Vdioksan . δdioksan
Keterangan: δtotal = parameter kelarutan total
δair = parameter kelarutan air
δdioksan = parameter kelarutan dioksan
Vtotal = volume total
Vair = volume air
Vdioksan = volume dioksan
Misal: Vtotal adalah 5mL dan Vair adalah x, maka
Vdioksan = 5-x
 Parameter Kelarutan 12
Sehingga: 5 . δtotal = x . δair + (5-x) . δdioksan
5 . 12 = x . 23,5 + (5-x) . 10
60 = 23,5x + 50 – 10x
13,5x = 10
10
X = = 0,74 mL
13,5
Vdioksan =5–x
= 5 – 0,74
= 4,26 mL
 Parameter Kelarutan 14
Sehingga: 5 . δtotal = x . δair + (5-x) . δdioksan

5 . 14 = x . 23,5 + (5-x) . 10

70 = 23,5x + 50 – 10x
13,5x = 20
20
X = =1,48 mL
13,5
Vdioksan =5–x
= 5 – 1,48
= 3,51 mL
 Parameter Kelarutan 16
Sehingga: 5 . δtotal = x . δair + (5-x) . δdioksan
5 . 16 = x . 23,5 + (5-x) . 10
80 = 23,5x + 50 – 10x
13,5x = 30
30
X = = 2,22mL
13,5
Vdioksan =5–x
= 5 – 2,22
= 2,8 mL

 Parameter Kelarutan 18
Sehingga: 5 . δtotal = x . δair + (5-x) . δdioksan
5 . 18 = x . 23,5 + (5-x) . 10
90 = 23,5x + 50 – 10x
13,5x = 40
40
X = = 2,96mL
13,5
Vdioksan =5–x
= 5 – 2,96
= 2,04 mL

KADAR

Persamaan kurva baku y = 0,565x – 0,099

 Parameter kelarutan 12
Abs 1 = 0,465
0,465 = 0,565x – 0,099
0,465+0,099 = 0,565x
0,564 = 0,565x
0,564
X = = 0,998
0,565
Kadar mg% = x . fp
= 0,998 . 100
= 99,82 mg%

- Abs 2 = 0,490
0,490 = 0,565x – 0,099
0,490+ 0,099 = 0,565x
0,589 = 0,565x
0,589
X = = 1,042
0,565
Kadar mg% = x . fp
= 1,042 x 100
= 104,2 mg%

99,82+104,2
Kadar rata-rata =
2

= 102,03 mg%

gr 102,03
Kadar ( ) = = 0,10203 mg%
5 mL 1000

0,10203 gr
= = 5,1015 x 10-3
20 5 mL

 Parameter kelarutan 14
- Abs 1 = 0,550
0,550 = 0,565x – 0,099
0,550 + 0,099 = 0,565x
0,649 = 0,565x
0,649
X = = 1,148
0,565
Kadar mg% = x . fp
= 1,148 . 100
=114,8 mg%
- Abs 2 = 0,558
0,558 = 0,565x – 0,099
0,558 + 0,099 = 0,565x
0,657 = 0,565x
0,657
X = = 1,1628
0,565
Kadar mg% = x . fp
= 1,1628 . 100
=116,28 mg%

114,86 +116,28
Kadar rata-rata =
2

= 115,57 mg%

gr 115,57
Kadar ( ) = = 0,11557 mg%
5 mL 1000

0,11557 gr
= = 5,7785 x 10-3
20 5 mL

 Parameter kelarutan 16
- Abs 1 = 0,566
0,566 = 0,565x – 0,099
0,566 + 0,099 = 0,565x
0,665 = 0,565x
0,665
X = = 1,1769
0,565
Kadar mg% = x . fp
= 1,1769 . 100
= 117,69 mg%

- Abs 2 = 0,584
0,584 = 0,565x – 0,099
0,584 + 0,099 = 0,565x
0,683 = 0,565x
0,683
X = = 1,2088
0,565
Kadar mg% = x . fp
= 1,2088 . 100
= 120,88 mg%

117,69 +120,88
Kadar rata-rata =
2

= 119,285 mg%

gr 119,285
Kadar ( ) = = 0,119285 mg%
5 mL 1000

0,119285 gr
= = 5,96425 x 10-3
20 5 mL

 Parameter Kelarutan 18
- Abs 1 = 0,671
0,671 = 0,565x – 0,099
0,671 + 0,099 = 0,565x
0,77 = 0,565x
0,77
X = = 1,3628
0,565
Kadar mg% = x . fp
= 1,3628 . 100
= 136,28 mg%

- Abs 2 = 0,697
0,697 = 0,565x – 0,099
0,697 + 0,099 = 0,565x
0,796 = 0,565x
0,796
X = = 1,4088
0,565
Kadar mg% = x . fp
= 1,4088 . 100
= 140,88 mg%

136,28+140,88
Kadar rata-rata =
2

= 138,58 mg%

gr 138,58
Kadar ( ) = = 0,13858 mg%
5 mL 1000

0,13858 gr
= = 6,929 x 10-3
20 5 mL

FRAKSI MOL PERCOBAAN

BM Kafein = 194,19

BM dioksan = 88,11

BM air = 18

1. Parameter kelarutan 12
Mol kafein = kadar
BM kafein
= 5,1015 x 10-3
194,19
= 2,62 x 10 -5 mol
 Bobot kafein + bobot air + bobot dioksan = 5 g
Bobot air + bobot dioksan = 5 – bobot kafein
= 5 – 5,1015 x 10-3 g
= 4,994 g
Dioksan : air = 4,26 : 0,74
 Bobot dioksan = 4,26 x 4,994
5
= 4,254888 g
Mol dioksan = 4,254888
88,11
= 0,048 mol

 Bobot air = 0,74 x 4.994


5
= 0,739112 g
Mol air = 0,739112
18
= 0,041 mol
Fraksi mol kafein = mol kafein
mol (kafein + dioksan + air)
= 2,62 x 10 -5
2,62 x 10 -5+0,048+0,041
= 2,62 x 10 -5
0,089
= 2,94 x 10-5
2. Parameter kelarutan 14
Mol kafein = kadar
BM kafein
= 5,7785 x 10-3
194,19
= 2,97 x 10 -4 mol
 Bobot kafein + bobot air + bobot dioksan = 5 g
Bobot air + bobot dioksan = 5 – bobot kafein
= 5 – 5,7785 x 10-3 g
= 4,994 g
Dioksan : air = 3,51 : 1,48
 Bobot dioksan = 3,51 x 4,994
5
= 3,505 g
Mol dioksan = 3,505
88,11
= 0,039 mol
 Bobot air = 1,48 x 4,994
5
= 1,478224 g
Mol air = 1,478224
18
= 0,082 mol
Fraksi mol kafein = mol kafein
mol (kafein + dioksan + air)
= 2,97 x 10-5
2,97 x 10-5+0,039+0,082
= 2,97 x 10-5
0,121
= 2,4 x10-4
3. Parameter kelarutan 16
Mol kafein = kadar
BM kafein
= 5,96425 x 10-3
194,19
= 3,07 x 10 -5mol
 Bobot kafein + bobot air + bobot dioksan = 5 g
Bobot air + bobot dioksan = 5 – bobot kafein
= 5 – 5,96425 x 10-3 g
= 4,994 g
Dioksan : air = 2,78 : 2,22
 Bobot dioksan = 2,8 x 4,994
5
= 2,79664 g
Mol dioksan = 2,79664
88,11
= 0,031 mol

 Bobot air = 2,22 x 4,994


5
= 2,217336 g
Mol air = 2,217336
18
= 0,123 mol
Fraksi mol kafein = mol kafein
mol (kafein + dioksan + air)
= 3,07 x 10 -5
3,07 x 10 -5+0,031 +0,123
= 3,07 x 10 -5
0,154
= 1,99 x 10 -4
4. Parameter kelarutan 18
Mol kafein = kadar
BM kafein
= 6,929 x 10-3
194,19
= 3,56 x 10-5 mol
 Bobot kafein + bobot air + bobot dioksan = 5 g
Bobot air + bobot dioksan = 5 – bobot kafein
= 5 – 6,929 x 10-3g
= 4,993 g
Dioksan : air = 2,04 : 2,96
 Bobot dioksan = 2,04 x 4,993
5
= 2,037144 g
Mol dioksan = 2,037144
88,11
= 0,023 mol

 Bobot air = 2,96 x 4,993


5
= 2,955856 g
Mol air = 2,955856
18
= 0,16 mol
Fraksi mol kafein = mol kafein
mol (kafein + dioksan + air)

= 3,56 x 10-5
3,56 x 10-5 +0,023+0,16
= 3,56 x 10-5
0,183
= 1,94 x 10 -4

PERHITUNGAN SECARA TEORITIS

Δ Hf T o −T V 2 ϕ12
Rumus : −log X =

2
2.303 RT T o
+ ( )
(δ −δ )
2,303 RT 1 2
2

Keterangan : ΔHf = 5,044 kal⁄mol V2 =144 cm/mol

2
R = 1,987 kal⁄mol ϕ1 =1

To =239°C= 512 K δ2 = 14,1

T = 30,4oC = 303 K
 Parameter Kelarutan 12
Δ Hf T o −T V 2 ϕ12
−log X 2 =

2,303 RT T o (+ )(δ −δ )
2,303 RT 1 2
2

2
5,044 512−303,4 144 .1
2 , 303 .1,987.303,4 (
512
+ )
2,303.1,987 .303,4
(12−14,1)

5,044 144
= ( 1388,3 .0,407 )+ (
1388,3
.4,41 )

= 1,452 + 0,441
= 1,893
X2 = anti log – 1,893
= 0,012793813
 Parameter Kelarutan 14

Δ Hf T o −T V 2 ϕ12
−log X =

2
2,303 RT T o
+ ( )
(δ −δ )
2,303 RT 1 2
2

5,044 512−303,4 144 . 12


2, 303 . 1,987.303,4 (
512
+ )
2,303.1,987 .303,4
(14−14,1) 2

5,044 144
= ( 1388,3 .0,407 )+ (
1388,3
.0,01 )

= 1,452 + 1 . 10-3
= 1,453
X2 = anti log – 1,453
= 0,035237087
 Parameter Kelarutan 16

Δ Hf T o −T V 2 ϕ12
−log X 2 =

2,303 RT T o (+ )(δ −δ )
2,303 RT 1 2
2
=

5,044 512−303,4 144 .12


2 , 303 .1,987.303,4 (512
+ )
2,303.1,987 .303,4
(16−14,1) 2

5,044 144
= ( 1388,3 .0,407 )+ (
1388,3
3,61 )

= 1,452 x 0,361

= 0,524172

X2 = anti log – 0,524172

= 0,29910798

 Parameter Kelarutan 18
2
Δ Hf T o −T V 2 ϕ1
−log X =❑
2
2,303 RT T o
+ ( )
(δ −δ )
2,303 RT 1 2
2

5,044 512−303,4 144 . 12


2,303 . 1,987.303,4 (
512
+ )
2,303.1,987 .303,4
(18−14,1) 2

5,044 144
= ( 1388,3 .0,407 )+ (
1388,3
.15,21 )

= 1,452 + 1,521
= 2,973
X2 = anti log – 2,973

= 1,064143018 . 10-3

Perbandingan kelarutan dan parameter kelarutan secara percobaan dan


teoritis.
Δ X (percobaan) X(teoritis)
12 2,94 . 10-4 12,793813 . 10-3
14 2,4 . 10-4 35,237087 . 10-3
16 1,99 . 10-4 299,10798 . 10-3
18 1,94 . 10-4 1,064143018 . 10-3

PEMBAHASAN

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk memperkenalkan konsep dan


proses pendukung sistem kelarutan obat dan menentukan parameter kelarutan
kafein. Pada pecobaan ini yang digunakan sebagai solute adalah kafein dan
sebagai solvennya digunakan dioksan dan air. Digunakan campuran dioksan dan
air, karena dalam FI III kafein sukar larut dalam air tapi mudah larut dalam
kloroform. Parameter yang digunakan adalah 12, 14, 16, dan 18. Kafein
mempunyai pemerian berupa serbuk atau hablur bentuk jarum mengkilat biasanya
menggumpal, putih, tidak berbau, dan rasanya pahit. Khasiatnya adalah untuk
stimulasi saraf pusat dan kardiotonikum.

Prinsip dalam percobaan ini adalah like dissolves like, yaitu senyawa atau
zat yang strukturnya menyerupai akan saling melarutkan. Ada dua jenis kelarutan,
yaitu kelarutan intrinsik (sejati) : utuh, tak terionkan, dan larutan semu ; terionkan
dan tak terionkan. Jenis kelarutan pada pecobaan ini adalah kelarutan intrinsik.
Pada percobaan ini, langkah pertama yang dilakukan adalah menghitung
masing-masing air dan dioksan yang dibutuhkan untuk membuat solven dengan
parameter kelarutan (12, 14, 16,18). Dibuat parameter yang berbeda – beda,
tujuannya adalah agar dapat mengetahui besarnya kelarutan zat dalam fraksi mol.
Setelah itu dibuat pelarut campuran antara parameter dioksan 10.0 dan parameter
air 23.5 dengan parameter campuran 12, 14, 16 dan 18. Kafein dalam jumlah
berlebih (+/- 750 mg) dimasukkan ke dalam flakon kemudian diisikan 5 mL
pelarut (campuran dioksan dan air dengan campuran = 12, 14, 16, 18 sebagai
solven masing – masing 2x replikasi). Kelereng dimasukkan ke dalam flakon yang
berisi campuran solute dan solven tadi yang berfungsi sebagai pengaduk dan
mempercepat proses penggojogan karena tumbukan antar partikel semakin terjadi,
sehingga dapat bercampur secara homogen.

Flakon kemudian ditutup dan dilapisi dengan plastik yang dieratkan


dengan karet gelang agar tidak ada larutan yang tumpah pada saat penggojogan.
Setelah itu, flakon dimasukkan ke dalam shaking thermostatic waterbath pada
suhu tertentu. Tujuannya untuk membentuk kelarutan jenuh, yaitu terjadi
kesetimbangan antara fase solute dan solven dari larutan tersebut.

Proses shaking ini dilakukan selama satu jam smapai terbentuk larutan
jenuh atau untuk menghomogenkan larutan. Sengaja dimasukkan kafein dalam
jumlah berlebih pada larutan adalah agar didapat larutan yang jenuh. Setelah satu
jam, flakon diambil dari shaking kemudian disaring dengan menggunakan
membran filter untuk menyaring partikel-partikel yang tidak larut dalam larutan.
Proses penyaringan ini harus dilakukan dengan segera untuk menghindari
penggumpalan pada larutan. Digunakan HCl sebagai pengencer karena HCl
mempunyai sifat like dissolves like dengan dioksan sehingga dapat saling
melarutkan. Pengenceran ini perlu dilakukan agar absorbansi terbaca pada range
0.2 - 0.8. Sebagai larutan blanko digunakan HCl, 0.1 N. Lalu dibaca serapannya
pada spectrofotometer UV dengan panjang gelombang maksimal 273 nm.
Pada saat dicari absorbansinya, range yang didapat kurang dari range yang
ada yaitudibawah 2,0 , setelah dicoba beberapa kali pengenceran tetap tidak
berubah. Setelah konsultasi didapatkan absorbansinya dengan hanya
menggunakan sekali pengenceran saja , kemudian dimasukkan ke dalam
persamaan kurva baku y= 0.565 x – 0.099 (x dalam mg persen). Pada parameter
kelarutan 12, didapatkan x =5,1015 x 10-3 g/5mL, pada parameter kelarutan 14 x =
5,7785 x 10-3 g/5mL, pada parameter kelarutan 16 = 5,96425 x 10-3 g/5mL, dan
pada parameter kelarutan 18 = 6,929 x 10-3 g/5mL

Hasil perhitungan fraksi mol kafein secara teoritis dengan menggunakan


rumus Scatchard Hildebrand parameter kelarutan 12 = 2,94 x 10-4 ,pada
parameter kelarutan 14 = 2,4 x 10-4 , parameter kelarutan 16 = 1,99 x 10-4,
parameter kelarutan 18 = 1,94 x 10-4

Pada perhitungan kelarutan kafein dalam fraksi mol, menggunakan rumus

mol kafein
mol (kafein + dioksan + air)

Setelah diperoleh harga teoritis dan harga percobaan tersebut, maka dapat dibuat
grafik hubungan antara kelarutan dengan parameter kelarutan solven dari hasil
percobaan dan dari hasil perhitungan secara teoritis dengan menggunakan
persamaan kelarutan reguler didapatkan hasil bahwa kelarutan secara teoritis
harganya lebih rendah dibandingkan hasil percobaan.

KESIMPULAN

1. Tujuan dari percobaan ini adalah memperkenalkan konsep dan proses


pendukung sistem kelarutan dan menentukan parameter kelarutan kafein.
2. Sebagai solute digunakan kafein, dan sebagai solven digunakan campuran
air dan dioksan.
3. Jenis pelarut dapat mempengaruhi sistem kelarutan obat.
4. Besarnya kelarutan dan fraksi mol dapat dibuat dengan membuat dengan
membuat parameter solven yang berbeda – beda.
5. Parameter kelarutan digunakan sebagai tetapan ukuran larutannya suatu
zat dalam pelarut tertentu.
6. Semakin banyak volum dioksan dibanding volum air maka kafein semakin
mudah larut.

Larutan Ideal dan Hukum Raoult

Larutan ideal

Sifat larutan dua zat cair merupakan gabungan sifat kedua zat itu. Penyimpangan
sifat larutan dari pelarut murni bergantung pada komposisi larutan. Sifat larutan
lebih mendekatisifat pelarutnya , karena jumlahnya lebih besar . Akan tetapi
larutan dua macam cairan dapat berkomposisi tanpa batas , karena saling
melarutkan. Kedua cairan dapat sebagai pelarut atau zat terlarut , bergantung pada
komposisinya , contohnya air dan alkohol . Dalam larutan ideal , partikel satu
komponen tidak memperngaruhi partikel lain didekatnya .

Hukum Raoult

Besarnya tekanan uap jenuh masing – masing komponen dalam larutan


dirumuskan dalam hukum raoult
Tekanan uap jenuh satu komponen larutan yang dapat menguap sama
dengan tekanan uap jenuh komponen murni dikalikan fraksi molnya pada suhu
itu,

Atau

Pi = Xi Pi°

Jika larutan terdiri atas dua komponen A dan B , maka :

PA = XA PA° PB = XB PB°

PA dan PB : tekanan uap jenuh A dan B dalam ruang diatas permukaan


larutan.
XA dan XB : fraksi mol A dan B dalam laruan
PA° dan PB° : tekanan uap jenuh A dan B dalam keadaan murni

Hukum Raoult hanya berlaku untuk larutan ideal. Larutan bersifat ideal atau tidak
dapat diketahui dengan membuat grafik tekanan uap campuran dengan fraksi
molnya. Tekanan total uap jenuh larutan adalah jumlah tekanan parsial komponen,

Ptot = PA + PB = XA PA° + XB PB°

Jika komposisi suatu larutan ideal diketahui , maka dapat dihitung fraksi mol
uapnya (Yi) . Kita ketahui bahwa perbandingan 1 mol campuran gas setara
dengan:

YA = PA = PA = PA
Ptot PA + PB XA PA° + XB PB°
YB = 1 - YA

YA dan YB adalah fraksi mol uap A dan B dalam ruang di atas cairan . Persamaan
berguna memisahkan dua cairan destilasi.
Penyimpangan Hukum Raoult
Penyimpangan terjadi karena perbedaan interaksi antara partikel sejenis dengan
yang tak sejenis . Misalnya campuran senyawa A dan B , daya tarik (daya tolak)
antara A-A tidak sama dengan B-B atau A-B .

(Syukri.1999)

Daftar Pustaka
 Syukri . 1999 , Kimia Dasar Jilid 2 , ITB-Press , Bandung
 Martin , Alfred , dkk . 2009 , Farmasi Fisik Edisi III Jilid 1 , UI-Press ,
Jakarta
 Anonim . 1979 , Farmakope Indonesia Edisi III , Departemen Kesehatan
RI , Jakarta
Lampiran :
 Lembar kerja hasil percobaan Larutan dan Parameter Kelarutan
 Laporan Sementara Larutan dan Parameter Kelarutan
 Fotocopy daftar pustaka
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
KIMIA FISIKA
“KELARUTAN DAN PARAMETER KELARUTAN”

DISUSUN OLEH
Nama :
 Khorina Sari Yunensa (K100120148)
 Gabela Ardavy Winalda(K100120150)
 Shofa Wardah (K100120152)
 Rachmi Nurkhalika (K100120155)
 Nur Fitri Sulistyaningrum (K100120156)
Kelompok : H2
Korektor :

LABORATORIUM KIMIA FISIKA


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013

Anda mungkin juga menyukai