Anda di halaman 1dari 17

PRAKTIKUM FARMASI FISIKA II

MENENTUKAN LAJU SEDIMENTASI DAN DERAJAT FLOKULASI


SEDIAAN SUSPENSI

Disusun oleh :
Kelompok C-2

Violine Ekaputri Suwardy 110119067


Richo Yordan Bun 110119078
Eryka Normawati 110119082
I Kadek Adi Guna Mahendra 110119127

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SURABAYA


SURABAYA
2021
Beberapa Dasar Teori untuk Diskusi :
1. Bagaimanakah upaya yang dilakukan untuk membedakan suspense flokulasi dan suspense
deflokulasi?
Paremeter Flokulasi Deflokulasi
Laju sedimentasi Cepat (cenderung jatuh bersama) Lambat
Batas antara endapan Jelas (karena partikel-partikel Samar-samar atau kabur
dengan filtrat kecil dalam system tergantung (ukuran partikel > 1)
pada flokulasi
Volume sedimentasi Besar Kecil
Jika terbentuk endapan Mudah terdispersi kembali Sulit terdispersi kembali
Sistem suspensi Tidak stabil Lebih stabil
Ukuran partikel Volume sangat besar dan tidak Sangat kecil, tampak saat
tampak terbentuk endapan

2. Bagaimanakah cara membedakan volume sedimentasi dan derajat flokulasi?


 Volume sedimentasi (F)
Perbandingan volume akhir sedimentasi atau endapan (Vu) terhadap awal suspense
sebelum mengendap (V0)
Rumus : F = , F mempunyai nilai berjarak kurang dari 1 dan lebih dari 1

 Derajat flokulasi (β)


Perbandingan antara volume akhir sedimen dalam system flokulasi dengan volume
akhir sedimen dalam system deflokulasi

Rumus : β =

3. Apakah yang dimaksud volume akhir sedimen pada suspense flokulasi maupun pada
suspense deflokulasi?
 Volume akhir sedimen pada suspense flokulasi
Volume endapan yang didapat dengan menghitung banyaknya endapan (yang terpisah
dari cairan filtrate) dimana filtrat yang terlibat adalah bening pada bagian atas dan
partikel yang jatuh bersama-sama membentuk endapan berada dibawah gelas ukur
 Volume akhir sedimen pada suspense deflokulasi
Diukur dengan menggunakan/membalik filtrate dari gelas ukur sehingga yang tertinggal
adalah sedimennya yang berupa hard cake. Volume akhir sedimen pada suspense
flokulasi dan deflokulasi diukur dengan cara yang sama namun pada suspense flokulasi
tanpa penambahan suspending agent.

4. Apakah artinya  = 2 dan  = 0,9 , berikan penjelasan apabila perlu dengan gambar.
  = 2 berarti  > 1 (suspensi stabil)
 dikatakan stabil karena endapan yang terbentuk menjadi lambat akibat adanya
penambahan suspending agent sehingga nilai  menjadi lebih besar. Endapan yang
terbentuk semakin stabil dan keras (sulit untuk terdispersi kembali). Pada system
ini volume flokulasi > volume deflokulasi.
Flokulasi Deflokulasi
50
} Filtrat
}
50
40 (jernih) 40 Supernatan
30 30 (keruh)
20 20
10 10

β= = =2

  = 0,9 berarti  < 1 (suspensi tidak stabil)


 = 0,9 berarti endapan yang tertinggal dalam system deflokulasi 0,9x lebih besar dari
volume sedimen system flokulasi. Endapan yang terbentuk dari system deflokulasi
lebih keras sehingga sulit dituang. Pada system ini volume flokulasi < volume
deflokulasi.  = 0,9 digunakan untuk mengamati system deflokulasi, yaitu volume
endapan yang tertinggal.
Flokulasi Deflokulasi

}
50

}
50
40 Filtrat 40 Supernatan
30 (jernih) 30 (keruh)
20 20
10 10

β= = = 0,9

Penambahan suspending agent akan berpengaruh pada system deflokulasi, yaitu


menyebabkan endapan yang terbentuk sulit dituang sehingga volume endapan menjadi
lebih banyak dari system flokulasi.
1. CAPAIAN PEMBELAJARAN
a. Memahami dan mengamati faktor-faktor dan parameter-parameter yang mempengaruhi
stabilitas suatu suspensi
b. Memahami pengaruh penambahan suspending agent pada sediaan suspensi.
c. Memahami perbedaan antara sistem suspensi terflokulasi dan terdeflokulasi.
d. Mampu melakukan pengukuran laju sedimentasi pada sistem terflokulasi dan
terdeflokulasi.

2. TEORI
Suspensi dalam farmasi adalah dispersi kasar dengan partikel padat yang tidak larut
terdispresi dalam medium cair. Diameter partikelnya lebih besar dari 0,1 . Aspek utama
dalam stabilitas fisika suatu suspensi adalah mencegah fasa terdispersi mengendap terlalu
cepat dan fasa terdispersi mengendap pada dasar wadah membentuk “cake” yang keras,
dan dapat segera terdispersi kembali menjadi campuran yang homogen.
Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi:
1. Ukuran partikel
2. Jumlah partikel yang bergerak
3. Tolak menolak antar partikel karena adanya muatan listrik
4. Konsentrasi suspensi
5. Viskositas
6. Suhu
Dua parameter sedimentasi adalah volume sedimentasi (F) dan derajat flokulasi. Volume
sedimentasi adalah perbandingan volume akhir sedimentasi (Vu) terhadap volume awal
suspensi (Vo).
F=

Derajat flokulasi adalah suatu parameter yang lebih mendasar, karena menghubungkan
volume sedimen dalam sistem flokulasi dengan volume sedimen pada sistem deflokulasi.

=

Secara umum kecepatan sedimentasi dinyatakan dalam Hukum Stokes, dengan persamaan:

v=
dengan ketentuan
V = laju sedimentasi ( cm/det ) d = diameter partikel ( cm )
s = massa jenis fasa terdispers g = percepatan gravitasi
0 = massa jenis medium pendispers
0 = viskositas medium pendispers
Laju sedimentasi juga dapat ditentukan dengan persamaan:
v=

v = laju sedimentasi
H = selisih batas atas dan bawah
t = waktu

3. PERCOBAAN
a. Alat dan Bahan
Alat yang dipakai dalam percobaan ini, meliputi:
- Gelas ukur 50 ml, 5 buah
- Beaker glass
- Mortir dan stamper
- Pengaduk gelas
- Aluminium foil
b. Bahan
Bahan-bahan yang dipakai dalam praktikum ini, meliputi:
- Sulfa
- Propilen glikol
- CMC Na
- Aqua purificata
c. Cara Kerja
► Catat suhu (T) dan kelembaban udara (RH) ruang praktikum
1. Komposisi : bahan pada 6 tabung
Tabung Ke :
Bahan
1 2 3 4 5 6
Sulfa 3 g 3 g 3 g 3g 3g 3g
Na2HPO4 - 1% - - 0.5 % 1%
CMC Na - - 0.25 % 0.5 % 0.5 % 0.5 %
Propilen glikol - - 5 ml 5 ml 5 ml 5 ml
Aquapurificata Ad 50 ml Ad 50 ml Ad 50 ml Ad 50 ml Ad 50 ml Ad 50 ml
2. Pembuatan suspensi, untuk gelas ukur 1
- Timbang Sulfa 3 g
- Sulfa digerus + aquadest sedikit demi sedikit dan aduk secukupnya sampai dapat
dituang
- Masukkan ke dalam gelas ukur + aquadest sisa hingga 50 ml, kocok sampai
homogen
3. Pembuatan suspensi, untuk gelas ukur 2
- Timbang Sulfa 3 g
- Sulfa digerus + Na2HPO4 + aquadest sedikit demi sedikit dan aduk secukupnya
sampai dapat dituang
- Masukkan ke dalam gelas ukur + aquadest sisa hingga 50 ml, kocok sampai
homogen.
4. Pembuatan suspensi, untuk gelas ukur 3 dan 4
- Timbang Sulfa ... g + CMC Na, masukkan mortir + propilen glikol aduk
secukupnya hingga homogen + aquadest sampai terbentuk suspensi dan dapat
dituang
- Masukkan ke dalam gelas ukur + aquadest sisa hingga 50 ml, kocok sampai
homogen.
5. Pembuatan suspensi, untuk gelas ukur 5 dan 6
- Timbang Sulfa ... g + CMC Na, masukkan mortir + propilen glikol aduk
secukupnya hingga homogen + aquadest sampai terbentuk suspensi + larutan
Na2HPO4, aduk ad homogen dan dapat dituang
- Masukkan ke dalam gelas ukur + aquadest sisa hingga 50 ml, kocok sampai
homogen.
Semua gelas ukur ditutup dengan aluminium foil kemudian dikocok bersama-sama,
kemudian amati tinggi sedimentnya pada t tertentu
4. BAGAN RANCANG PERCOBAAN (Dikerjakan oleh : Violine Ekaputri Suwardy
110119067)
Catat suhu dan kelembapan ruang praktikum

Dicatat suhu (T) dan kelembaban udara (RH) ruang praktikum

Disiapkan gelas ukur 50mL sebanyak 6 tabung

Suspensi untuk gelas ukur 1


Timbang Sulfa 3g, gerus, (+) aquadest sedikit demi sedikit, aduk secukupnya,
masukkan ke dalam gelas ukur, (+) aquadest sisa ad 50 ml, kocok ad homogen.

Suspensi untuk gelas ukur 2


Timbang Sulfa 3 g, gerus, (+) Na2HPO4, (+) aquadest sedikit demi sedikit,
aduk secukupnya, masukkan ke dalam gelas ukur, (+) aquadest sisa ad 50 ml,
kocok sampai homogen.

Suspensi untuk gelas ukur 3 dan 4


Timbang Sulfa ... g, (+) CMC Na, masukkan mortar, (+) propilenglikol, aduk secukupnya
ad homogen, (+) aquadest ad terbentuk suspense, masukkan ke gelas ukur, (+) aquadest
sisa ad 50 ml, kocok ad homogen.

Suspensi untuk gelas ukur 5 dan 6


Timbang Sulfa ... g, (+) CMC Na, masukkan mortar, (+) propilenglikol, aduk secukupnya
ad homogen, (+) aquadest ad terbentuk suspense, (+) larutan Na2HPO4, aduk ad homogen,
masukkan ke gelas ukur, (+) aquadest sisa ad 50 ml, kocok ad homogen.

Semua gelas ukur ditutup dengan aluminium foil dengan dikocok bersama-sama

Amati tinggi sedimentasi yang terbentuk pada t tertentu


5. DATA PERHITUNGAN (Tipe 2)
Komposisi : bahan pada 6 gelas ukur
Tabung Ke :
Bahan
1 2 3 4 5 6
Sulfa 3g 3g 3g 3g 3g 3g
Na2HPO4 - 1% - - 0.5 % 1%
CMC Na - - 0.25 % 0.5 % 0.5 % 0.5 %
Propilen glikol - - 5 ml 5 ml 5 ml 5 ml
Aquapurificata Ad 50 ml Ad 50 ml Ad 50 ml Ad 50 ml Ad 50 ml Ad 50 ml
1a. Hitung kecepatan pengendapan suatu sediaan suspense jika diketahui diameter partikel
padatnya sebesar 10,2 mikron, berat jenis partikel padatnya sebesar 1,13 gram/ml,
berat jenis cairannya sebesar 1 gram/ml, viskositas cairannya sebesar 250 cps, dan
percepatan gravitasinya sebesar 981 cm/s2! (Dikerjakan oleh : Richo Yordan Bun
110119078)
Waktu Gelas Ukur Ke :
(Menit) 1 (cm) 2 (cm) 3 (cm) 4 (cm) 5 (cm) 6 (cm)
15 8,5 9,5 10 10 10 10
30 8,3 8,8 9,3 9,5 9,2 9
45 7,2 8,4 8,2 9 8,8 8,5
60 6,4 7,5 7,4 8.1 8,3 8
90 5,6 6,5 6,5 7,6 7,7 7
120 5,2 6,1 6,1 7 6 6,1
Perhitungan
d = 10,2 mikron = 0,00102 cm
ρ1 = 1,13 gram/cm3
ρ2 = 1 gram/cm3
n = 250 cps = 2,5 poise
g = 981 cm/s2

V=

V=

V = 0.0000029484936 = 2.9484936 x 10-6 cm/s


1b. Hitung tinggi endapan apabila didiamkan selama 30 hari! (Dikerjakan oleh : Eryka
Normawati 110119082)
Tinggi endapan = laju sedimentasi x waktu
= 2.9484936 x 10-6 x 2,592 x 106 detik
= 7.6424954112 cm
2. Hitunglah harga F (volume sedimentasi) dan harga derajat flokulasi, bila diketahui
tinggi suspense awal dalam tabung adalah 10 ml
 Konversi satuan ml : (Dikerjakan oleh : I Kadek Adi Guna Mahendra 110119127)
Waktu Gelas Ukur Ke :
(Menit) 1 (ml) 2 (ml) 3 (ml) 4 (ml) 5 (ml) 6 (ml)
15 21,25 23,75 25 25 25 25
30 20,75 22 23.25 23.75 23 22.5
45 18 21 20.5 22.5 22 21.25
60 16 18,75 18.5 20.25 20.75 20
90 14 16,25 16.25 19 19.25 17.5
120 13 15,25 15.25 17.5 15 15.25
Perhitungan :
a. Gelas ukur 1 c. Gelas ukur 3

- -

- -

- -

- -

- -

- -

b. Gelas ukur 2 d. Gelas ukur 4

- -

- -

- -

- -

- -

- -
e. Gelas ukur 5 f. Gelas ukur 6

- -

- -

- -

- -

- -

- -

 Perhitungan volume sedimentasi (Dikerjakan oleh : Violine Ekaputri Suwardy


110119067)

F=
Waktu Volume Sedimentasi (=F) Gelas Ukur Ke:
(Menit) 1 2 3 4 5 6
15 0,85 0,95 1 1 1 1
30 0,83 0,88 0,93 0,95 0,92 0,9
45 0,72 0,84 0,82 0,9 0,88 0,85
60 0,64 0,75 0,74 0,81 0,83 0,8
90 0,56 0,65 0,65 0,76 0,77 0,7
120 0,52 0,61 0,61 0,7 0,6 0,61
Perhitungan :
a. Gelas ukur 1 b. Gelas ukur 2

- -

- -

- -

- -

- -

- -
c. Gelas ukur 3 e. Gelas ukur 5

- -

- -

- -

- -

- -

- -

d. Gelas ukur 4 f. Gelas ukur 6

- -

- -

- -

- -

- -

- -

 Perhitungan derajat flokulasi (Dikerjakan oleh : Richo Yordan Bun 110119078)

Waktu Derajat Flokulasi (=β) Gelas Ukur Ke:


(Menit) 1:3 1:4 1:5 1:6 2:3 2:4 2:5 2:6
15 0,85 0,85 0,85 0,85 0,95 0,95 0,95 0,95
30 0,892 0,874 0,902 0,922 0,946 0,926 0,957 0,978
45 0,878 0,8 0,818 0,847 1,024 0,933 0,955 0,988
60 0,865 0,790 0,771 0,8 1,014 0,926 0,904 0,938
90 0,862 0,736 0,727 0,8 1 0,855 0,844 0,929
120 0,852 0,743 0,867 0,852 1 0,871 1,017 1
Perhitungan :
a. Gelas ukur 1:3 e. Gelas ukur 2:3

- -

- -

- -

- -

- -

- -

b. Gelas ukur 1:4 f. Gelas ukur 2:4

- -

- -

- -

- -

- -

- -

c. Gelas ukur 1:5 g. Gelas ukur 2:5

- -

- -

- -

- -

- -

- -

d. Gelas ukur 1:6 h. Gelas ukur 2:6

- -

- -

- -

- -

- -

- -
6. PEMBAHASAN
Pertanyaan Penuntun
1) Manakah diantara keenam tabung kecepatan sedimentasinya paling besar? Coba
urutkan! (Dikerjakan oleh : Eryka Normawati 110119082)
 Berdasarkan Teori: Gelas 2 > Gelas 1 > Gelas 6 > Gelas 5 > Gelas 3 > Gelas 4
Karena pada gelas 2 terdapat Na2HPO4 merupakan flocculating agent sehingga
partikel lebih mudah mengendap (terjadi flokulasi) sedangkan pada gelas 4 terdapat
CMC Na bersifat sebagai suspending agent yang dapat menghambat sedimentasi
karena turunnya tegangan permukaan antar partikel akibatnya partikel lebih susah
untuk mengendap.
 Berdasarkan Praktikum: Gelas 1 > Gelas 2 > Gelas 3 > Gelas 5 = Gelas 6 > Gelas 4
Terjadi beberapa perbedaan urutan pada hasil praktikum dengan teori dikarenakan
ada beberapa factor, seperti pembuatan suspensi tidak dilakukan secara kuantitatif
sehingga hasil yang didapatkan tidak sesuai harapan. Selain itu juga bisa disebabkan
karena adanya kesalahan pengamatan oleh praktikan.

2) Apakah kegunaan CMC Na, Propilen Glikol, dan Na2HPO4 dalam pembuatan suatu
sediaan suspensi ini? (Dikerjakan oleh : I Kadek Adi Guna Mahendra 110119127)
 CMC Na, sebagai suspending agent yang berfungsi untuk memperlambat
sedimentasi dengan menurunkan tegangan permukaan antar partikel dengan
pembawa (surfaktan), guna mempertahankan partikel agar tidak cepat mengendap
dan mendispersikan zat-zat yang tidak larut.
 Propilen glikol, sebagai wetting agent yang berfungsi membiarkan air berpenetrasi
ke celah-celah antara partikel dan membasahi supaya lebih mudah bila ditambah
pembawa dan memperbesar luas permukaan sehingga saat dikocok mudah
terdispersi kembali.
 Na2HPO4, sebagai elektrolit yang memflokulasi dan mengurangi barrier elektrik
antarpartikel. Na yang bermuatan positif akan mengikat sulfa yang bermuatan
negatif, sehingga partikel lebih cepat mengendap dan terjadi flokulasi (filtrat dan
sedimen terpisah, filtrat menjadi bening).
3) Manakah diantara keenam tabung yang merupakan sistem terflokulasi dan mana yang
deflokulasi?? (Dikerjakan oleh : Richo Yordan Bun 110119078)
 Sistem terflokulasi : Tabung 1 dan 2 (pengaruh ion)
 Sistem terdeflokulasi : Tabung 3, 4, 5, 6 (pengaruh senyawa berstruktur)

4) Suspensi mana yang paling stabil? Mengapa? (Dikerjakan oleh : I Kadek Adi Guna
Mahendra 110119127)
Suspensi yang paling stabil pada praktikum ini adalah suspensi yang memiliki sistem
terdeflokulasi, yaitu tabung 3,4,5, dan 6. Hal ini dikarenakan pada waktu pendiaman,
tabung ini tidak cepat mengendap dan pada saat dituang sulit. Selain itu juga
mengandung suspending agent dan propilen glikol.

5) Apakah suspensi yang paling stabil tersebut merupakan suspensi yang ideal? Apa yang
dimaksud dengan suspensi ideal itu? (Dikerjakan oleh : Violine Ekaputri Suwardy
110119067)
Suspensi stabil belum tentu dikatakan ideal. Suspensi yang ideal adalah bila laju
sedimen lambat, ukuran partikel dalam suspensi tersebut seragam, mudah terdispersi
kembali membentuk campuran yang homogen sehingga dosisnya sama. Ciri-ciri
suspensi ideal:
 Zat terdispersi harus halus dan bila dikocok perlahan harus segera terdispersi
kembali secara seragam.
 Ukuran partikel relatif kecil dan seragam.
 Tidak terjadi interaksi antara partikel.
 Kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar mudah dituang dan dikocok.
6) Gambar di bawah ini adalah gambar tiga formula suspensi yang disimpan dalam gelas
ukur. Pada gelas ukur manakah yang menunjukkan nilai F<1, F=1, F>1? (Dikerjakan
oleh : Eryka Normawati 110119082)

A B C
Jelaskan kemungkinan yang terjadi pada ketiga gelas ukur tersebut!

a. Gelas Ukur A
Perbandingan volume akhir sedimentasi (Vu) terhadap volume awal (Vo) suspensi
yaitu 0.5 dimana F<1 dan selebihnya adalah filtrat bening yang tidak mengendap.
Hal ini menunjukkan bahwa sediaan ini kurang baik digunakan karena adanya
supernatant saat pendiaman.
b. Gelas Ukur B
Perbandingan volume akhir sedimentasi (Vu) terhadap volume awal suspensi (Vo)
yaitu 1 dimana F=1. Dalam gelas ukur B ini tidak terlihat filtrat karena sedimen
tersebar merata atau melayang di dalam suspensi. Hal ini terjadi karena adanya
penambahan flocculating agent menyebabkan tegangan antara zat aktif dan
pembawanya menurun sehingga menyebabkan zat aktif terdispersi dengan baik
dalam pembawanya.
c. Gelas Ukur C
Perbandingan volume akhir sedimentasi (Vu) terhadap volume awal suspensi (Vo)
yaitu 1.5 dimana F > 1. Hal ini terjadi karena terjadi pengembangan suatu zat
komponen dalam sediaan akibat penambahan air sehingga volume bertambah secara
keseluruhan sediaan.
7) Laju sedimentasi terjadi pada sediaan dengan sistem flokulasi maupun deflokulasi.
Sistem seperti apakah yang diharapkan oleh formulator untuk mendapatkan sediaan
yang paling stabil? Jelaskan! (Dikerjakan oleh : Violine Ekaputri Suwardy 110119067)
Gabungan sediaan dengan sistem flokulasi dan deflokulasi, yaitu dengan ciri-ciri:
a. Laju sedimentasi lambat
b. Partikel terdispersi secara visual dan tidak membentuk agregat
c. Volume sedimentasi kecil
d. Ukuran partikel kecil dan seragam
e. Tidak membentuk hardcake
f. Kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan
dituang.
g. Jika dikocok perlahan-lahan endapan harus segera terdispersi kembali.
h. Tidak terjadi interaksi partikel yang dapat berakibat:
- Deflokulasi: bila partikel sejenis (tolak menolak) lambat mengendap, tapi jika
yang mengendap partikel berukuran besar dahulu, rongga akan diisi oleh partikel
berukuran kecil, sehingga akan sulit terdispersi kembali atau cenderung memadat.
- Flokulasi: partikel tidak sejenis (tarik menarik), lebih cepat mengendap tetapi
mudah terdispersi kembali.
Sehingga formulasi yang terbaik adalah menggabungkan kedua sistem tersebut, yaitu
lambat megendap tetapi harus mudah terdispersi kembali.

7. KESIMPULAN DAN SARAN


a. Kesimpulan (Dikerjakan oleh : Richo Yordan Bun 110119078 dan I Kadek Adi Guna
Mahendra 110119127)
Berdasarkan data yag diperoleh maka :
 Gelas 1 dan 2 pada berbagai waktu memiliki nilai F < 1 yang menandakan sediaan
tersebut kurang baik karena adanya supernatant yang jernih pada pendiaman.
 Gelas 3, 4, 5, 6 pada waktu 15 menit memiliki nilai F = 1 yang menandakan sediaan
tersebut baik untuk digunakan karena tidak adanya supernatant yang jernih pada
pendiaman.
 Gelas 3, 4, 5, 6 pada waktu 30, 45, 60, 90, dan 120 menit memiliki nilai F < 1 yang
menandakan sediaan tersebut kurang baik karena pengembangan suatu zat
komponen dalam sediaan akibat penambahan air sehingga volume bertambah secara
keseluruhan sediaan.
 Laju sedimentasi pada gelas 3,4,5 dan 6 cenderung lebih lambat daripada gelas 1 dan
2 karena adanya penggunaan CMC-Na sebagai suspending agent yang menyebabkan
sediaan pada gelas 3, 4, 5, 6 lebih lambat mengendap.
 Derajat flokulasi (β) yang diperoleh < 1 berarti suspensi tidak stabil (volume
endapan flokulasi < deflokulasi).
 Penambahan propilenglikol sebagai wetting agent dapat membasahi sulfa sehingga
sulfa tidak mengapung di permukaan.
 Pada sistem terflokulasi, kumpulan partikel-partikel cendrung mengendap bersama-
sama menghasilkan batasan yang jelas antara sedimen (endapan) dan supernatan, dan
memiliki laju sedimentasi yang besar.
 Pada sistem deflokulasi, partikel-partikel dengan berat massa besar lebih cepat
mengendap, dan berat massa kecil lambat mengendap, sehingga menyebabkan
suspensi menjadi keruh dan tidak diperoleh batas yang jelas antara sedimen dan
supernatant, serta cenderung memiliki laju sedimentasi yang lambat.
b. Saran (Dikerjakan oleh : Eryka Normawati 110119082)
 Pada pengukuran volume akhir endapan dari sistem terflokulasi atau deflokulasi,
perlu diperhatikan waktu setelah filtrat dituang sampai waktu pengamatan, sehingga
hasil pengamatan yang diperoleh bisa lebih baik.
 Propilenglikol dan Sulfa perlu dicampur terlebih dahulu dalam mortir, setelah itu
baru dicampur dengan mucilago supaya suspensi menjadi homogen.

8. PUSTAKA
Michael. E. Aulton et al. 2011. The Design and Manufacture of Medicines 4th ed. London
UK: Elsevier. Page 416-434.
Paul B. et al. 2011. Remington The Science and Practice of Pharmacy 21st ed. Lippincott
Williams and Wilkins Page 319-336.
Sinko PJ. 2012. Physical Pharmacy and Pharmaceutical Sciences 6th ed. Lippincott
Williams and Wilkins. Page 410-441.

Anda mungkin juga menyukai