Anda di halaman 1dari 10

JURNAL TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID

‘’ PASTA ’’

DISUSUN OLEH :

Khofifah Indah Septiana ( PO.71.39.0.17.054 )

Kristiana Pakpahan ( PO.71.39.0.17.055 )

Leti Artika ( PO.71.39.0.17.056 )

Lia Marsela ( PO.71.39.0.17.057 )

Maghfiroh Kusumastuti ( PO.71.39.0.17.058 )

Margareta ( PO.71.39.0.17.059 )

Marliani Octarina ( PO.71.39.0.17.060 )

KELAS :

Regular 1B

DOSEN PEMBIMBING :

Drs. Sadakarta Sinulingga, Apt.,M.Kes

NILAI PARAF

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG

JURUSAN FARMASI

TAHUN AKADEMIK 2017/2018


I. TUJUAN PRAKTIKUM

1. Mahasiswa mampu mengetahui rancangan formula dalam pembuatan


Pasta
2. Mahasiswa dapat memahami proses pembuatan sediaan Pasta
3. Mahasiswa mampu memahami evaluasi pada sediaan Pasta

II. DASAR TEORI


1. DEFINISI PASTA
Pasta adalah salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat
serbuk. Karena merupakan salep yang tebal, keras dan tidak meleleh
pada suhu badan maka digunakan sebagai salep penutup atau pelindung.
( buku farmasetika, prof.Drs.Moh.Anief,Apt 0.
Menurut Farmakope Edisi ke-3 adalah sediaan berupa masa
lembek yang dimaksudkan untuk pemakaian luar. Biasanya dibuat dengan
mencampurkan bahan obat yang berbentuk serbuk dalam jumlah besar
dengan vaselin atau paraffin cair atau dengan bahan dasar yang tidak
berlemak yang dibuat dengan Gliserol, mucilage atau sabun. Digunakan
sebagai antiseptic atau pelindung.
Menurut Farmakope Edisi ke-4 adalah sediaan semi padat yang
mengandung satu atau lebih bahan obat yang digunakan untuk
pemakaian topical.
Menurut DOM, Pasta adalah sediaan semi padat dermatologis
yang menunjukan aliran dilatan yang penting. Ketika digunakan pasta
memiliki nilai yield tertentu dan tahan untuk mangalir meningkat dengan
meningkatnya gaya pada penggunaan. Pasta biasanya disiapkan dengan
menambahkan sejumlah serbuk yang tifak larut yang disignifikan
( biasanya 20% atau lebih ) pada basis salep konvensional sehingga akan
mengubah aliran plastic dari salpe menjadi aliran dilatan.
Menurut Scoville’s, pasta terkenal pada daerah dermatologi dan
tebal, salep kental yang mana pada dasarnya tidak melebur pada suhu
tubuh, sehingga membentuk dan menahan lapisan pelindung pada area
dimana pasta digunakan. Sehingga secara umum pasta adalah sediaan
semi padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang digunakan
secara topical. Biasanya mengandung serbuk sampai 50% hingga pasta
lebih kaku dan kental dan kurang berminyak dibandingkan salep. Pasta
tidak melebur pada suhu tubuh dan memberi perlindungan berlebih pada
daerah pasta digunakan.

2. TEORI ZAT BERKHASIAT DAN ZAT TAMBAHAN


1. Gelatin
Adalah salah satu hidrokoloid yang dapat digunakan sebagai
gelling, bahan pengental ( thickner ) atau penstabil. Gelatin merupakan
protein yang mudah dicerna, mengandung semua asam-asam amino
essensial kecuali triptofan. Gelatin adalah derivate protein dari serta
kolagen yang ada pada kulit, tulang, dan tulang rawan. Susunan asam
amino nya hamper mirip dengan kolagen, dimana glisin sebagai asam
amino utama dan merupakan 2/3 dari seluruh asam amino yang akan
menyusunnya, 1/3 asam amino yang tersisa diisi dengan prolin dan
hidroksiprolin ( charley 1982 ).
Gelatin secara kimiawi diperoleh melalui rangkaian proses hidrolisis
klagen yang terkandung dalam kulit ( Abustam dan Said 2004 ).
Protein ini secara ilmiah dapat ‘’ditangkap’’ untuk dikonversi menjadi
gelatin.
2. Clindamycin
Merupakan antibiotic macrolide yang termasuk kedalam kelas
lincosamide, dan Cindamycin seringkali digunakan untuk infeksi
bakteri anaerob. Clindamycin bekerja dengan menghambat sintesis
protein dari bakteri dengan menghambat translokasi ribosomal,
clindamycin akan berikatan dengan ribosom RNA 50S dari subunit
ribosom bakteri.
3. Gliserin
Merupakan cairan kental yang tidak berwarna dan terasa manis.
Gliserin memiliki titik didih yang tinggi dan membeku membentuk
pasta. Gliserin paling umum digunakan untuk produk kecantikan
seperti lotion dan sabun, meskipun juga digunakan dalam bentuk
nitrogliserin, untuk membuat dinamit. Sifat gliserin melembabkan dan
menyerap air di udara. Gliserin dapat dilarutkan dengan mudah dalma
alcohol dan air tetapi tidak larut dalam minyak. Senyawa kimia
murninya disebut gliserol, yang menunjukan bahwa itu alcohol. Jika
gliserin dibiarkan ditempat terbuka, maka akan menyerap air dari
udara sekitarnya hingg cairan itu akhirnya mengandung 20% air.

Keuntungan Sediaan Pasta


1. Mengikat cairan secret
2. Tidak mempunyai daya penetrasi gatal dan terbuka, sehingga
mengurangi rasa gatal local.
3. Lebih melekat pada kulit sehingga kotaknya dengan jaringan lebih
lama
4. Konsentrasi lebih kental dari salep
5. Daya adrobsi sediaan pasta lebih besar dan kurang berlemak
disbanding sediaan salep

Kerugian Sediaan Pasta

1. Karena sifat pasta yang kaku dan tidak dapat ditembus, pasta pada
umumnya tidak sesuai untuk pemakaian pada bagian tubuh yang
berbulu
2. Dapat mengeringkan kulit dan merusak lapisan kulit epidermis
3. Dapat menyebabkan iritasi kulit

Indikasi dan Kegunaan Clindamycin

Berdasarkan mekanisme kerja dan sifat antimikroba yang


dimiliki obat ini, maka obat ini dapat digunakan untuk: Infeksi pada
bagian panggul wanita dan saluran kemih. Infeksi serius bagian bawah
saluran pernapasan. Infeksi serius pada kulit dan jaringan lunak.
Infeksi serius intra-abdominal. Osteomyelitis (infeksi sendi dan tulang).
Septikemia (multiplikasi bakteri penyebab penyakit di dalam darah.
Abses intra-abdominal (infeksi dalam perut). Infeksi gigi. Masalah
jerawat. Bisul (furuncle)

Kontraindikasi

Sangat banyak manfaat dari Clindamycin, namun tidak semua


orang bisa menggunakan obat ini. Perhatikan! obat ini tidak boleh
digunakan oleh orang dengan kondisi seperti di bawah ini: Memiliki
hipersensitif atau alergi terhadap Clindamycin atau Linkomisin.

Dosis Clindamycin pasta (penggunaan topikal):

Untuk penggunaan topikal dapat digunakan sebanyak 2 kali


dalam sehari. Untuk pengobatan jerawat kronis, dosis yang dianjurkan
adalah 200 mg dan digunakan selama 2 minggu.

Efek Samping Clindamycin

Seperti halnya dengan obat-obat lainnya, Clindamycin juga


berpotensi menyebabkan efek samping. Efek samping yang umum
terjadi diantaranya: Mual, muntah, atau sakit perut. Pola pencernaan
berubah (terutama pada orang tua). Vagina terasa gatal atau
mengeluarkan cairan. Nyeri sendi. Ruam atau terasa ringan. Rasa
nyeri pada ulu hati. Sakit tenggorokan. Selain gejala efek samping
tersebut, hentikan penggunaan obat ini dan segera menghubungi
dokter untuk mendapatkan tindakan medis, jika Anda mengalami
tanda-tanda atau gejala seperti di bawah ini: Kulit atau mata
menguning. Diare berdarah atau berair. Jarang atau tidak sama sekali
buang air kecil. Reaksi kulit parah – demam, sakit tenggorokan,
bengkak pada wajah atau lidah, mata terasa terbakar, sakit pada kulit,
diikuti dengan ruam merah atau ungu yang menyebar (terutama ke
wajah atau tubuh bagian atas) dan kulit melepuh dan mengelupas.
Demam, menggigil, dan nyeri, Gangguan pernapasan, seperti gejala
flu, sakit pada mulut dan tenggorokan. Mudah memar, terjadi
pendarahan (pada hidung, mulut, vagina, atau rektum).

III. PREFORMULASI
1. Gelatin (Sumber FI Edisi III, Halaman 265)
Warna : Tidak berwarna atau kekuningan pucat
Rasa : Rasa lemah
Bau : Berbau
Pemerian : Lembaran, kepingan, serbuk atau butiran,
tidak berwarna atau kekuningan pucat, bau dan rasa lemah.
Kelarutan : Jika direndam dalam air mengembang dan menjadi lunak,
berangsur-angsur menyerap air 5 sampai 10 kali bobotnya. Larut
dalam air panas dan jika didinginkan terbentuk gudir, praktis tidak larut
dalam etanol (95%) P,dalam kloroform P dan dalam eter P, larut dalam
campuran gliserol P dan air, jika dipanaskan lebih mudah larut, larut
dalam asetat.
Identifikasi : Larutan encer membentuk endapan dengan
larutan trinitrofenol P, dengan larutan tanin P dan dengan larutan
kromtrioksida. Tidak membentuk endapan dengan asam lain, dengan
larutan encer tawas, dengan timbal asetat P dan dengan larutan besi
(III) klorida.
Khasiat : Zat Tambahan

2. Aqua (Sumber FI Edisi III, Halaman 96)


Warna : Tidak berwarna
Rasa : Manis diikuti rasa hangat higroskopik
Bau : Tidak Berbau
Pemerian Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,
manis diikuti rasa hangat higroskopik, jika disimpan beberapa lama
pada suhu rendah, dapat memadat membentuk massa hablur tidak
berwarna yang tidak melebur hingga suhu mencapai kurang lebih 20o.
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol, tidak larut
dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak lemak.
Identifikasi : Panaskan pada kalium bisulfat terjadi uap
merangsang, jika dibakar dengan sedikit natrium tetra borat diatas
nyala hijau.
Khasiat : Zat tambahan, antimikroba, kelembaban.

3. Gliserin (Sumber FI Edisi III, Halaman 271)


Warna : Tidak berwarna
Rasa : Manis diikuti rasa hangat higroskopik
Bau : Tidak Berbau
Pemerian : Cairan seperti sirop, jernih tidak berwarna
tidak berbau, manis diikuti rasa hangat higroskopik. Jika disimpan
beberapa lama pada suhu rendah dapat memadat membentuk massa
hablur tidak berwarna tidak melebur hingga suhu mencapai lebih
kurang 200.
Kelarutan :
Identifikasi : Panaskan dengan kalium bisulfat terjadi uap
merangsang. Jika dibakar dengan sedikit natrium tetraborat di atas
nyala api terjadi nyala hijau.
Khasiat : Zat tambahan, antimikroba, kelembaban.

4. Clindamisin, Clindamycini (Sumber FI Edisi III, Halaman 234)


Warna : Putih
Rasa :-
Bau : Tidak Berbau
Pemerian : Serbuk hablur, putih, praktis putih, tidak
berbau, stabil di udara dan cahaya.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, dalam
dimetilformamida, metanol.
Khasiat : Antibiotik..

IV. USULAN FORMULA


A. FORMULA ACUAN
R/ Gelatin 2g
Aqua 4g
Gliserin 2,5g
Clindamisin 1,5g

B. FORMULA USULAN
R/ Gelatin 2g
Aqua 4g
Gliserin 2,5g
Clindamisin 1,5g

V. PERHITUNGAN DAN PENIMBANGAN BAHAN


a. Perhitungan bahan

Perhitungan Bahan 10 g
N
Bahan Jumlah
O
1 Gelatin 2g
2 Aqua 4g
3 Gliserin 2,5 g
4 Clindamisin 1,5 g

Perhitungan Bahan 75 mg
N
Bahan Jumlah
O
1 Gelatin 2/10 × 75 = 15 g
2 Aqua 4/10 × 75 = 30 g
3 Gliserin 2,5/ 10 × 75 = 18,75 g
4 Clindamisin 1,5/10 × 75 = 11,25 g

b. Penimbangan bahan
No Nama Bahan 10 g 75 g
1. Gelatin 2g 15 g
2. Aqua 4g 30 g
3. Gliserin 2,5 g 18,75 g
4. Clindamisin 1,5 g 11,25

VI. ALAT DAN BAHAN


a. alat
 Mortir
 Stamper
 Gelas Ukur
 Erlenmeyer
 Beaker Glass
 Tube 10 g ( 7 buah )
 Wadah besar
 Neraca Garam
 Neraca Miligram
 Anak Timbangan
 Sendok
 Pemanas Air ( kompor gas )
b. Bahan
 Gelatin
 Aqua
 Gliserin
 Cindamycin
VII. PEMBUATAN

1. Masukkan gelatin dan aqua di dalam cawan, biarkan hingga


mengembang.
2. Setelah mengembang panaskan di atas penangas air hingga gelatin larut
(massa I).
3. Larutkan clindamisin dengan sedikit air dalam erlenmeyer.
4. Tambahkan gliserin kedalam erlenmeyer, aduk hingga homogen (massa
II).
5. Masukkan massa I ke dalam massa II, lalu aduk homogen.
6. Dimasukkan ke dalam wadah yang telah disiapkan.
7. Beri etiket dan penandaan.

VIII. HASIL DAN PENGAMATAN


EVALUASI HASIL PARAF

Anda mungkin juga menyukai