Anda di halaman 1dari 19

SEMIINAR HASIL PENELITIAN SKRIPSI

PENGARUH PEMBUATAN SERBUK TERHADAP KADAR VITAMIN


C PADA CABAI RAWIT MERAH (Capsicum frutescens L.) DENGAN
METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

FAHROLI AKBAR YULIANSYAH


200209132

PROGRAM STUDI S1 FARMASI FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS DUTA BANGSA
• LATAR BELAKANG

Cabai Rawit Merah

Spektrofotometri
Vitamin C
UV-VIS

Serbuk Cabai
Rumusan Masalah

1. Apakah perbedaan pengambilan sampel berpengaruh


terhadap kadar vitamin C yang terkandung didalam
cabai rawit merah segar ?

2. Apakah pembuatan serbuk buah cabai rawit merah


(Capsicum frutescens L.) mempengaruhi kadar vitamin
C dalam buah cabai rawit merah yang diukur dengan
metode spektrofotometri UV-VIS?
Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pengaruh perbedaan pengambilan sampel


terhadap kadar vitamin C yang terkandung didalam cabai
rawit merah segar

2. Mengetahui pengaruh pembuatan serbuk buah cabai


rawit merah (Capsicum frutescens L.) terhadap kadar
vitamin C dalam buah cabai rawit merah yang diukur
dengan metode spektrofotometri UV-VIS
Manfaat Penelitian

1. Sebagai sumber data ilmiah atau rujukan bagi peneliti


lanjutan, peneliti lainnya dan mahasiswa tentang
kandungan vitamin C pada serbuk dan buah cabai rawit
merah (Capsicum frutescens L.)

2. Penelitian diharapkan dapat memberi informasi bagi


pembaca mengenai pengaruh pembuatan serbuk
terhadap kadar vitamin C buah cabai rawit merah
(Capsicum frutescens L.)
Hipotesis

Perbedaan pengambilan sampel cabai rawit


merah dan pembuatan serbuk terhadap
kadar vitamin C pada cabai rawit merah
(Capsicum frutescens L.) berpengaruh
terhadap kadar vitamin C yang diuji secara
spektrofotometri UV-VIS
Batasan Masalah

1. Luas lingkup hanya meliputi informasi seputar kadar


vitamin C yang terkandung pada cabai rawit merah serta
tempat pengambilan sampel hanya diambil di dipetik
didaerah Cemani. Dibeli dipasar Legi dan di supermarket
(Lottemart)

2. Informasi yang disajikan yaitu cara pengambilan sampel


dan determinasi, pengeringan dan pembuatan serbuk cabai
rawit, preparasi sampel, skrining fitokimia, penentuan
panjang gelombang vitamin C, pembuatan kurva baku
vitamin C, penetapan kadar vitamin C dalam cabai rawit
dan analisis data
Klasifikasi Tanaman Cabai Rawit

Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta (Tumbuhan berbiji)
Subdivisi : Angiospermae (Biji berada didalambuah)
Kelas : Dicotyledoneae (Biji berkeping dua / Biji belah)
Ordo (Bangsa) : Corolliforea
Famili (Suku) : Solanaceae
Genus (Marga) : Capsicum
Spesies (Jenis) : Capsicum frutescens L (Cahyono, 2003)
Diagram Alir

(Hal, 20)
METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian Eksperimental

Waktu dan Tempat Maret- April 2022 di Laboratorium


Penelitian Kimia Jurusan Farmasi UDB

Objek Penelitian Buah cabai rawit merah, didapatkan


dari petani daerah Cemani, pasar Legi
dan supermarket (Lotte Mart), Jawa
Tengah.
Pembuatan kurva baku vitamin C

Pembuatan kurva baku vitamin C dilakukan dengan cara mengambil larutan vitamin
C 2000 ppm sebanyak 2,5 mL, 3,75 mL, 5 mL, 6,25 mL dan 7,5 mL. Selanjutnya
dimasukkan labu ukur 10 mL dan ditambahkan aquadest sampai tanda batas,
sehingga didapatkan seri konsentrasi vitamin C (500, 750, 1000, 1250 dan 1500
ppm) dan dibaca absorbansinya pada panjang gelombang maksimum (Rosmainar, et
al,. 2018)

Penentuan panjang gelombang vitamin C

Larutan vitamin C 2000 ppm dipipet 3,75 mL dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL
(konsentrasi 750 ppm) dan ditambah aquades sampai tanda batas. Serapan
maksimum diukur dengan Spektrofotometer UV-VIS pada panjang gelombang 200-
400 nm. Aquades bebas CO2 digunakan sebagai blanko (Rosmainar, et al,. 2018)
Penetapan kadar vitamin C dalam cabai rawit

Di timbang 100 g sampel dan ditambahkan 50 ml aquades bebas CO2 lalu


dihaluskan didalam blender dan didiamkan selama 10 menit, kemudian saring
dengan kertas saring. Selanjutnya masing-masing filtrat dimasukkan kedalam
tabung sentrifus dan disentrifus dengan kecepatan 3000 rpm selama 20 menit
sampai larutan jernih. Filtrat diambil sebanyak 1 mL larutan sampel ke dalam labu
ukur 10 mL, ditambahkan aquades bebas CO2 hingga tanda batas.

Penetapan kadar vitamin C pada sampel dilakukan dengan cara larutan sampel
dimasukkan kedalam kuvet dan diukur absorbansinya pada panjang gelombang
maksimum yang didapat (Rinanda, 2019)
Analisis data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan persamaan


regresi linier berdasarkan hasil pembacaan spektrofotometer
UV-VIS dari kurva baku vitamin C dengan konsentrasi sebagai
sumbu x dan absorbansi sebagai sumbu y, sehingga didapatkan
persamaan regresi linier y = bx + a

Dimana (y) menyatakan nilai pengukuran absorbansi sampel


dan (x) menyatakan nilai konsentrasi sampel
Hasil Skrining Fitokimia

Hal ini sesuai dengan literatur dari jurnal ilmiah Munira tahun 2019 dan Sutomo
tahun 2017.
Hasil Penentuan Panjang Gelombang Maksimum

(Tabel 6. hal
53)
Hasil Kurva Baku Vitamin C

Berdasarkan hasil kurva baku vitamin C didapatkan persamaan regresi


linear yaitu y = 0,0001x + 0,4188 dengan nilai koefisien determinasi (R²)
sebesar 0,9962. (Lampiran 10, hal 53)
Hasil Penetapan Kadar Vitamin C

Kandungan kadar vitamin C yang tertinggi diperoleh pada cabai rawit merah
segar yang tempat pengambilannya dibeli dipasar Legi sebesar 6,2337 mg/g dengan
persentase penurunan tertinggi kadar vitamin C yang dibeli dipasar Legi sebesar
47,9987 %
Kesimpulan

Perbedaan pengambilan sampel berpengaruh terhadap kadar


vitamin C yang terkandung didalam buah cabai rawit merah
(Capsicum frutescens L.) segar yang dipetik dari petani didaerah
Cemani, dipasar Legi, dan di Lottemart berturut-turut sebesar
5,0554 mg/g, 6,2337 mg/g, dan 3,2521 mg/g

Pembuatan serbuk buah cabai rawit merah (Capsicum


frutescens L.) mempengaruhi kadar vitamin C dalam buah cabai
rawit merah yang dipetik dari petani didaerah Cemani, dipasar Legi,
dan di Lottemart berturut-turut yang diukur dengan metode
spektrofotometri UV-VIS sebesar 23,6776 %, 47,9987 % , dan
30,5279 %.
Saran

Pada peneliti selanjutnya disarankan, dilakukan penelitian pada variasi


jenis buah cabai rawit lainnya dan tempat pengambilan yang berbeda, baik
menggunakan metode spektrofotometri UV-VIS ataupun menggunakan
metode yang lain seperti metode 2,6 diklorofenol indofenol, iodometri,
KCKT dan sebagainya.

Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai