Anda di halaman 1dari 7

Karya Tulis Ilmiah, 2017

PENENTUAN KADAR VITAMIN C PADA CABAI SEGAR DAN CABAI KERING MENGGUNAKAN
METODE IODIMETRI

Fahrizal Soleman

STIKes Maharani Malang (fahrifhita@gmail.com)

Abstrak : Konsumsi makanan sehat dan bervitamin berpengaruh terhadap status gizi. Cabai salah
satu buah penghasil vitamin C dimana banyak di-gemari masyarakat. Vitamin C dalam cabai
berperan sebagai antioksidan yang dapat melindungi sel dari agen – agen penyebab kanker.
Penelitian bertujuan mengetahui kadar vitamin C pada cabai segar dan cabai kering. Sampel
penelitian 4 jenis cabai sebanyak 100 gram, cabai merah besar segar,cabai hijau besar segar,cabai
kecil merah segar,cabai hijau kecil segar,cabai merah besar kering,cabai hijau besar kering,cabai
merah kecil kering dan cabai hijau kecil kering. menggunakan metode iodimetri. Hasil penelitian
Cabai merah segar memiliki kadar vitamin C 0,4452g/100g, Cabai hijau besar segar
0,0708g/100g, Cabai kecil merah segar 0,1720g/100g, Cabai kecil hijau segar 0,3238g/100g,
Cabai besar merah kering 0,2327g/100g, Cabai hijau besar kering 0,2428g/100g, Cabai kecil
hijau kering 0,2833g/100g dan Cabai merah kecil kering 0,0910g/100g. Hasil penelitian
disimpulkan bahwa rata-rata kadar vitamin C pada cabai segar lebih tinggi dari cabai kering dan
kadar vitamin C pada sampel lebih tinggi dari standar kadar vitamin C. Kadar vitamin C dalam
buah cabai dipengaruhi pengeringan, oksidasi dan waktu pengambilan sampel saat pasca panen.
Untuk penelitian selanjutnya dapat menggunakan 2 metode berbeda yaitu metode iodimetri dan
metode spektrofotometri uv-vis untuk penentuan kadar vitamin C pada cabai

Kata kunci : cabai segar dan cabai kering, metode iodimetri, Vitamin C, titrimetri

PENDAHULUAN
Pola hidup sehat mempunyai peranan yang esensial, dan kelebihan zat gizi dalam tubuh dapat
penting untuk meningkatkan dan mempertahankan menimbulkan efek toksis atau membahayakan bagi
kebugaran jasmani seseorang. Pola hidup sehat tubuh, Baik pada orang yang mengalami status gizi
merupakan suatu gaya hidup dengan memperhatikan kurang, maupun status gizi yang berlebih (Almatsier,
faktor – faktor yang mempengaruhi kesehatan, antara 2003).
lain makanan dan olahraga. Makanan yang sehat Agar tubuh tetap sehat secara layak setiap
merupakan makanan yang melalui standar gizi, manusia memerlukan makan yang cukup, baik
sedangkan olahraga sendiri memiliki manfaat dalam kuantitas maupun kualitas, yakni memenuhi syarat
memperlancar aliran darah ke otak sehingga makanan sehat berimbang, cukup energi, dan nutrisi
meningkatkan daya pikir dan meregenerasi sel-sel (suryanto, 2011). Makanan yang bervitamin
tubuh. Makanan yang tidak sehat dan kandungan merupakan salah satu syarat dalam melaksanakan
vitaminnya sedikit, dapat mempengaruhi proses pola hidup yang sehat, Seperti buah-buahan maupun
pengaturan atau proses kegiatan tubuh yang berujung sayur - sayuran. Buah cabai merupakan salah satu
pada timbulnya suatu penyakit. buah penghasil vitamin C terbesar dimana banyak di
Konsumsi makanan yang sehat dan bervitamin gemari masyarakat Indonesia. Selain berguna dalam
berpengaruh terhadap status gizi sesorang. Status gizi penyedap masakan, cabai juga memiliki manfaat
baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh untuk kesehatan manusia antara lain sebagai
memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan penambah nafsu makan, melarutkan lendir di
secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan tenggorokan, mengobati perut kembung atau sebagai
fisik, perkembangan otak, dan kesehatan secara obat gosok, bahkan masakan yang di campuri cabai
umum. Kekurangan gizi terjadi apabila tubuh mampu membakar kalori hingga 25 persen (Dewi,
mengalami kekurangan satu atau lebih zat – zat gizi 2009).
Karya Tulis Ilmiah, 2017

Salah satu vitamin yang terkandung dalam buah (Setiadi, 2000) dengan menggunakan titrasi
cabai adalah vitamin C (asam askorbat). Manfaat iodimetri. Digunakan metode iodimetri karena dapat
vitamin C yang terkandung dalam buah cabai dilakukan secara langsung dalam menganalisis
berperan sebagai anti oksidan yang kuat yang dapat senyawa yang bersifat asam. Metode titrasi iodimetri
melindungi sel dari agen - agen penyebab kanker, dan ini lebih banyak digunakan, dibandingkan dengan
secara khusus mampu meningkatkan daya serap metode lain, karena spesifik dalam menganalisa
tubuh atas kalsium (mineral untuk pertumbuhan gigi senyawa-senyawa yang bersifat asam pelaksanannya
dan tulang) serta zat besi dari bahan makanan lain yang sederhana, praktis dan tidak banyak masalah
(Rachmawati, 2009). Selain mempunyai manfaat serta mudah (Masitoh, 2014). Titrasi iodimetri
yang sangat besar kandungan dalam buah cabai merupakan titrasi langsung dengan menggunakan
sangat beragam terdapat zat – zat gizi yang sangat larutan baku iodin (I2) dan digunakan untuk analisis
diperlukan oleh tubuh manusia, seperti sumber pro- kuantitatif senyawa – senyawa yang mempunyai
vitamin A, protein, lemak, karbohidrat, kalsium (Ca), potensial oksidasi, senyawa –senyawa yang bersifat
fosfor (P), besi (Fe), dan senyawa – senyawa reduktor yang cukup kuat seperti vitamin C.
alkaloid. (Vanny, 2013)
Dalam menentukan kadar vitamin C pada buah METODE
ataupun sayuran dapat dilakukan dengan
menggunakan beberapa metode. Penelitian yang telah Rancangan penelitian eksperimental yaitu melakukan
dilakukan oleh Ayu (2014), mengenai penentuan kegiatan percobaan yang bertujuan untuk mengetahui
viamin C pada berbagai macam buah cabai telah kadar vitamin C pada cabai segar dan cabai kering
dilakukan dengan metode tirasi potensiometri, dengan perlakuan Titrasi Iodimetri, dengan 4 jenis
dengan menggunakan platina sebagai indikator. Ayu Cabai yaitu: Cabai merah besar Cabai hijau besar,
(2014) menentukan kadar vitamin C yang terdapat Cabai rawit merah, Cabai rawit hijau yang dijual di
pada 9 sampel buah cabai (capsicum Sp) dengan jenis Pasar Induk KarangPloso Kabupaten Malang, pada
kematangan tingkat yang berbeda. Dengan beberapa tempat penjual Kabupaten Malang
mengggunakan larutan peniter KIO3 0,002 mol/L, sebanyak 100 gram buah cabai, menggunakan teknik
yang dimana didapatkan kadar vitamin C pada purposive sampling. Data dikumpulkan secara
sampel kering berkisar 0,246% sampai dengan primer, dimana data yang dikumpulkan oleh peneliti
1,486% dan kandungan vitamin C tertinggi pada sendiri. Data di peroleh secara eksperimental dan
paprika hijau, dan terendah pada cabai rawit merah. analisis kuantitatif.
Berdasarkan tingkat kematangannya, pada cabai yang
sudah matang tingkat kandungan vitamin C lebih HASIL
rendah, dibandingkan dengan cabai yang masih
Analisis kadar Vitamin C dengan cara Iodimetri.
muda.
Data kadar Vitamin C pada buah Cabai Segar dan
Selain metode tirasi potensiometri, Cabai Kering dan perbandingan hasil kadar Vitamin
(Rachmawati,2009), telah mementukan juga kadar C dengan standart kadar Vitamin C Pada tabel
vitamin C dengan menggunakan metode Jacobs. dibawah ini
Dengan tujuan apakah suhu dan lama penyimpanan
memiliki pengaruh terhadap kadar vitamin C pada Tabel 5.1. Hasil penetapan kadar VitaminC pada
cabai rawit putih (capsicum frustescen). Dilakukan 100 gram buah cabai segar, pada bulan Mei 2017 di
perlakuan pada suhu 10oC, 20oC, 29oC selama 5 hari, Laboratorium STIKes Maharani Malang
10 hari, dan 15 hari. Hasil yang didapatkan adalah Sampel Kadar Vitamin C
kandungan vitamin C tertinggi, pada kontrol A. 0,2428 g/100 g
tertinggi yaitu yaitu 59,9 mg/100ml. Kandungan B. 0,4452 g/100 g
vitamin C terendah terdapat pada penyimpanan suhu C. 0,1720 g/100 g
29oC selama 15 hari yaitu 60,51% dan susut berat D. 0,3238 g/100 g
terendah pada kontrol yaitu 0%.

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti


ingin mengetahui kandungan vitamin C didalam
cabai segar dan cabai kering, yang dibatasi atas cabai
merah besar, cabai merah kecil, cabai hijau besar, dan Tabel 5.2. Hasil penetapan kadar Vitamin C pada
cabai hijau kecil, dengan hasil akhir yang akan 100 gram buah cabai kering, pada bulan Mei 2017 di
dibandingkan dengan acuan table 2.2 kandungan zat Laboratorium STIKes Maharani Malang
gizi buah Cabai segar dan kering dalam 100 gram Sampel Kadar Vitamin C
Karya Tulis Ilmiah, 2017

E. 0,0708 g/100g (artinya konsentrasi larutan standar adalah tepat dan


F. 0,2327 g/100g akurat), larutan yang telah diketahui normalitas
G. 0,0910g/100g dengan tepat menunjukan kepekatan dari suatu
H. 0,2833 g/100g larutan yang dinyatakan dalam jumlah ekuivalen zat
terlarut dalam tiap liter. Larutan standar dibedakan
Table 5.3 Perbandingan kadar Vitamin C pada Cabai menjadi larutan standar primer dan larutan standar
segar, Cabai kering dengan standar nilai kadar sekunder. Larutan standar primer adalah larutan
Vitamin C setiap 100gram bahan. Standar Nilai standar yang dipersiapkan dengan menimbang dan
Kadar Vitamin C Pada Buah Cabai ( Setiadi, 2000 ). melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian
tinggi ( konsentrasi diketahui dari massa - volum
Kadar Nilai larutan ) larutan standar primer yang digunakan
Sampel Vitamin standar Keterangan dalam titrasi iodimetri yaitu KIO3 dan Na2S2O3.
C Vitamin C Sedangkan larutan standar sekunder adalah larutan
0,2428 0,084 Lebih tingi standar yang dipersiapkan dengan menimbang dan
A melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian
g/100 g g/100g dari standar
0,4452 0,018 Lebih tinggi relatife rendah sehingga konsentrasi diketahui dari
B hasil standardisasi, larutan standar sekunder yang
g/100 g g/100g dari standar
0,1720 0,07 Lebih tinggi digunakan dalam titrasi iodimetri yaitu I2.
C (Padamaningrum, 2008 ).
g/100 g g/100g dari standar
0,3238 0,07 Lebih tinggi
D Agar mendapatkan hasil yang akurat dalam
g/100 g g/100g dari standar
0,0708 Tidak ada Nilai standar menentukan kadar vitamin C dilakukan pembakuan
g/100 g nilai tidak larutan standar Na2S2O3 oleh KIO3 dan I2 oleh
E Na2S2O3 dengan tujuan untuk menyamakan larutan
standar ditetapkan
yang digunakan dalam titrasi dengan standar larutan
0,2327 0,05g/100g Lebih tinggi baku. Indikator yang di gunakan adalah indikator
F amilum. Penggunaan indikator amilum akan
g/100 g dari standar
berfungsi sebagai pembentuk kompleks iod-amilum
0,0910 0,01g/100g Lebih tinggi
yang berwarna biru tua, kandungan kadar vitamin C
G g/100 g dari standar
yang terdapat dalam buah Cabai di lakukan proses
pengenceran yang dimana dicampur dengan Asam
0,2833 0,01g/100g Lebih tinggi
H Sulfat encer (H2SO4). Hal ini dilakukan karena kadar
g/100 g dari standar
Vitamin C dalam buah Cabai yang telah di encerkan
dengan aquades kadar keasamanya akan menurun,
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa
sehingga harus ditambahkan dengan larutan asam
kadar vitamin C pada masing – masing sampel cabai
agar kadar Vitamin C dalam Cabai selalu berada
segar dan cabai kering memiliki kadar vitamin C
dalam dalam keadaan asam. ( Padamaningrum, 2008
yang berbeda, nilai kadar vitamin C pada cabai segar
).
lebih tinggi dari nilai kadar vitamin C pada cabai
Sebelum melakukan titrasi dari 200 gram buah
kering.
cabai merah besar, cabai hijau besar, cabai merah
kecil dan cabai hijau kecil dilakukan proses
penyimpanan selama 5 hari di lemari pendingin,
dengan tahapan cabai di buang tangkainya lalu di
PEMBAHASAN
cuci bersih dan ditiriskan. Pada lemari pendingin
Penelitian ini di lakukan, untuk mengetahui Penyimpanan dilakukan dengan menggunakan suhu
kadar Vitamin C pada buah Cabai segar dan buah 10°C karena menurut ( Rachmawati, 2009 ) bahwa
Cabai kering serta membandingkan dengan nilai penyimpanan pada suhu 10°C selama 5 hari paling
standar vitamin C. Penelitian ini dilakukan baik untuk mempertahankan kandungan vitamin C
menggunakan metode titrasi iodimetri. Titrasi pada buah cabai.
iodimetri merupakan titrasi yang berdasarkan reaksi Dan pada hari ke 6 masing – masing 200
oksidasi antara iodin sebagai peniter dan zat larutan gram buah cabai diambil 100 gram dari setiap buah
yang dianalis sebagai reduktor. cabai merah besar, buah cabai hijau besar, buah cabai
Dalam Titrasi Iodimetri larutan standar merah kecil dan buah cabai hijau kecil dan dilakukan
memegang peranan penting, hal ini disebabkan Proses pengeringan dengan menggunakan oven pada
larutan telah diketahui konsentrasi secara pasti suhu 60°C, dengan waktu pengeringan 10 jam.
Karena menurut ( Taufik, 2011 ) pengeringan dengan
Karya Tulis Ilmiah, 2017

menggunakan oven pada suhu 60°C lebih baik, sebab sebagaimana menurut (Poedjiadji, 2008). Faktor yang
alat pengeringan memudahkan mengontrol suhu dan mempengaruhi kadar vitamin C adalah pengeringan.
kelembaban untuk mencapai kadar air 5-8% dari pada Adapun salah satu faktor yang mempengaruhi
dijemur dengan menggunakan sinar panas matahari. kadar vitamin C dalam buah cabai segar tetap terjaga,
setelah proses pengenceran sampel langsung
Pada hari ke 7 dari setiap 100 gram sampel buah dilakukan penentuan kadar melalui proses titrasi,
cabai segar yang disimpan dilemari pendingin dan sedangkan pada sampel cabai kering setelah
setiap 100 gram buah cabai yang telah dikeringkan dilakukan pengenceran masih di diamkan, pada
dilakukan proses pengenceran dan dilanjutkan proses ini keadaan sampel cabai kering mengalami
dengan penentuan kadar vitamin C melalui proses oksidasi dan sampel cabai segar tidak mengalami
titrasi. oksidasi, sebab apabila sampel didiamkan begitu
lama vitamin C yang terdapat dalam sampel akan
Sampel pada penilitian ini, berasal dari buah mengalami oksidasi dan kadar vitamin C akan
cabai segar yang dipanen pada pagi hari kemudian menurun, sebagaimana menurut ( Nurhayati, 2007 )
diditribusikan ke pasar induk Karang Ploso. sifat vitamin C dalam larutan mudah berubah akibat
oksidasi oleh oksigen dari udara namun stabil jika
6.1 Hasil Kadar Vitamin C antara Cabai Segar merupakan kristal (murni). Rendahnya kadar vitamin
dan Cabai Kering pada masing – masing C pada cabai kering diduga setelah proses
sampel. pengenceran, keterlambatan perlakuan titrasi yang
menyebapkan keadaan sampel mengalami oksidasi
Pada hasil yang didapatkan melalui analisa sehingga kadar vitamin C dalam sampel menurun
perhitungan kadar vitamin C pada masing – masing sebagaimana dengan pendapat ( Nurhayati, 2007 ),
buah cabai segar memiliki kadar vitamin C yang sifat vitamin C dalam larutan mudah berubah akibat
berbeda-beda pada buah cabai hijau segar oksidasi oleh oksigen dari udara, dan selama proses
0,2428g/100g, cabai merah besar segar memiliki pengeringan adanya pemanasan yang terlalu lama
kadar vitamin C 0,4452g/100g, cabai kecil merah saat pengolahan, Karena menurut ( Pokorny et al,
segar memiliki kadar vitamin C 0,1720g/100g dan 2001 ) penggunaan panas tinggi pada proses
cabai hijau kecil segar memiliki kadar vitamin C pengolahan dapat merusak senyawa antioksidan.
0,3238g/100g.
6.3 Perbandingan Kadar Vitamin C pada sampel
Sedangkan pada buah cabai kering didapatkan
penilitian dengan nilai standar kadar vitamin
nilai kadar vitamin C yang berbeda – beda juga
C
diantaranya cabai hijau besar kering memiliki nilai
kadar vitamin C nya, 0,0708g/100g, cabai besar
Pada sampel hasil penilitian buah cabai segar
merah kering 0,2327g/100g, cabai kecil merah kering
dan buah cabai kering memiliki kadar vitamin C yang
0,0910g/100g dan cabai kecil hijau kering
tinggi, dibandingan dengan nilai standar pada buah
0,2833g/100g. dari kedua nilai kadar vitamin C.
cabai segar dan buah cabai kering. Nilai kadar
Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi vitamin C standar buah cabai hijau besar segar
kadar vitamin C yaitu pemanasan yang terlalu lama, mempunyai kadar vitamin C 0,084g/100g, cabai
adanya alkali atau suasana basa selama pengolahan, merah besar segar, 0,018g/100g, cabai kecil merah
pengeringan dan vitamin C mudah teroksidasi bila segar 0,1720g/100g, cabai kecil hijau segar
terlarut dalam suatu pelarut (Poedjiadji, 2008). 0,3238g/100g, cabai besar merah kering
Berdasarkan hasil nilai kadar vitamin C pada 0,2327g/100g, cabai besar hijau kering 0,2428g/100g,
cabai segar dan cabai kering menunjukan perbedaan. cabai kecil hijau kering 0,2833g/100g, cabai kecil
Pada masing - masing sampel buah cabai segar nilai merah kering 0,0910g/100g.
kadar vitamin C nya rata-rata lebih tinggi dari pada
kadar vitamin C yang terdapat pada masing – masing 6.4 Faktor – Faktor yang mempengaruhi kadar
sampel buah cabai kering. vitamin C pada standar.

6.2 Faktor – Faktor yang mempengaruhi kadar Rendahnya kadar vitamin C pada standar
vitamin C dalam sampel. kemungkinan diakibatkan adanya faktor selisih
pengambilan waktu sampel dan cara penyimpanan
Tingginya kadar vitamin C pada masing – yang berbeda, karena menurut ( Purwatiningsih, 2012
masing buah cabai segar diduga tidak adanya ) waktu pengambilan sampel dan cara penyimpanan
perlakukan pengeringan yang menyebabkan kadar juga mempengaruhi kadar vitamin C, sebab setelah
vitamin C dalam cabai segar tetap terjaga pasca panen. Selama waktu penyimpanan adanya
Karya Tulis Ilmiah, 2017

enzim - enzim dalam buah bekerja aktif untuk kecil merah segar 0,1720g/ 100g, Cabai
mengubah gula sederhana menjadi Vitamin C. Hal ini kecil hijau segar 0,3238g/100g.
didukung oleh penelitian ( Baktiar, 2009 ) yang 2. Pada cabai kering didapatkan kadar
menyatakan bahwa lama penyimpanan, dapat vitamin C yaitu: Cabai hijau besar kering
menurukan kandungan Vitamin C dan penurunan 0,07080g/100g, Cabai besar merah kering
aktivitas antioksidan. Pada penelitian ini 0,2327 g/100g, , Cabai kecil hijau kering
penyimpanan buah cabai dilakukan selama 5 hari 0,2833 g/100g dan Cabai merah kecil
dengan menggunakan lemari pendingin pada suhu kering 0,0910 g/100g.
10°C, hal ini didukung oleh penelitian (Rachmawati, 3. Perbandingan nilai kadar vitamin C yang
2009) yang menyatakan bahwa penyimpanan suhu terdapat pada sampel penilitian jauh lebih
10°C selama 5 hari paling baik untuk tinggi di bandingkan dengan nilai standar
mempertahankan kandungan vitamin C pada buah kadar vitamin C pada cabai segar dan
cabai. Selain pengambilan sampel dan cara cabai kering.
penyimpanan diduga adapun salah faktor yang
menyebabkan nilai kadar vitamin C pada standar SARAN
rendah, yaitu proses pengeringan yang berbeda. 1. Untuk penelitian selanjutnya tentang analisis
Dalam penilitian ini proses pengeringan buah cabai kadar vitamin C pada buah cabai segar dan
menggunakan oven pada suhu 60°C sebab menurut ( buah cabai kering dapat menggunakan 2
Taufik, 2011 ) pengeringan dengan menggunakan metode pengeringan yang berbeda yaitu
oven pada suhu 60°C lebih baik, dikarenakan alat pengeringan menggunakan oven dan
pengeringan memudahkan mengontrol suhu dan pengeringan menggunakan sinar panas
kelembaban untuk mencapai kadar air 5-8% dari pada matahari agar dapat mengetahui hasil kadar
dijemur dengan menggunakan sinar panas matahari. vitamin C yang valid.
2. Untuk penelitian selanjutnya tentang analisis
Dari ke 4 sampel yang diteliti menunjukkan kadar vitamin C dapat menggunakan
kadar vitamin C tertinggi terdapat pada masing – perbandingan dua metode iodimetri dan
masing sampel buah cabai segar dan kadar vitamin spektrofometri uv-vis untuk mendapatkan
C terendah terdapat pada masing - masing sampel hasil yang lebih valid.
buah cabai kering dan perbandingan kadar vitamin
C pada sampel penelitian jauh lebih tinggi nilai kadar
vitamin C nya dibandingkan dengan nilai standar. DAFTAR RUJUKAN
Semua sampel cabai segar dan cabai kering dapat
memenuhi kebutuhan vitamin C didalam tubuh kita, Almatsier, S. (2001). Prinsip Dasar Ilmu gizi,
karena masih dalam nilai batas konsumsi Jakarta: Gramedia Pustaka Umum
sebagaimana dikatakan (Almatsier, 2001) bahwa
rata-rata absorbsi vitamin C didalam tubuh adalah Almatsier, S. (2003). Prinsip – Prinsip Dasar Ilmu
diantara 20 dan 120 mg sehari. Gizi, Jakarta: PT Granmedia Pustaka
Utama
6.5 Keterbatasan Penelitian
Arum Etika A. (2014). Titrasi Iodometri. Program
Adanya keterbatasan alat : buret terlalu sedikit Studi Kimia Universitas Negeri Syarif
sehingga sampel yang telah di ambil sarinya, Hidayatullah Jakarata
mengalami oksidasi sebelum ke tahap titrasi. Dan
menyebabkan terjadinya penurunan kadar Vitamin C Bakhtiar, Moh. Ali Hasan, (2009). Pengaruh cara
pada sampel penilitian. dan lama penyimpanan dingin terhadap
kandungan vitamin C dan aktivitas anti
PENUTUP oksidan cabai merah (Capsicum annum
L.). Sarjana Biologi Universitas Islam
Kesimpulan Negeri Malang: Skripsi.
1. Dari peniilitian yang dilakuan didapatkan
Cahyono, Bambang, (2003). Cabai Rawit Teknik
nilai kadar vitamin C pada cabai segar
Budidaya dan Analisis Usaha Tani,
yang diperoleh di Pasar Induk Karang
Yogyakarta: Penerbit Kansius ( Anggota
Peloso Kabupaten Malang yaitu: pada IKAPI )
Cabai hijau besar segar 0,2428g/100g,
Cabai merah segar 0,4452g/100g, Cabai
Karya Tulis Ilmiah, 2017

Dewi, Rosana, T. (2009). Analisi Permintaan Cabai dan lama penyimpanan,vol 2, no 2.Maret
Merah. Program Pasca Sarjana Fakultas 2012
Pertanian, Universitas Sebelas Maret
Surakarta: Thesis tidak dipublikasikan Rachmawati, Rani, (2009). Pengaruh suhu dan lama
penyimpanan terhadap kandungan vitamin c
Hudzaifah,(2014). Pengaruh Proses Pemasakan pada cabai rawit putih (capsicum
pada Cabai Besar (Capsicum Anunum L) frustescen), Jurnal biologi
Terhadap Kadar Vitamin C dan
Provitamin A (ß – karoten). Program Regina, Tutik, Padmaningrum (2008). Titrasi
Studi Diploma Fakultas Ilmu Kesehatan iodimetri, Jurnal Pendidikan Kimia.
Universitas Muhammadiyah Surakarta:
Thesis tidak di publikasikan Rohim, Abdul, Alimudin, Erwin, (2016). Analisis
Kandungan Asam Askorbat dalam Buah
Karinda, Mona.lisa, (2013). Perbandingan Hasil Naga Merah (Hylocereus Polyihizus)
Kadar Vitamin C Mangga Dodol, Jurnal dengan Iodimetri, Jurnal Kimia
ilmiah farmasi Mulawarman volume 14 nomor 1
november 2016.
Laraswati, Ayu, A. (2014). Penentuan kadar vitamin
c pada berbagai macam buah cabai ( Safaryani, Nurhayati, Haryanti Sri, Hastuti Dwi
capsicum. Sp). Dengan metoda titrasi Endah, (2007). Pengaruh Suhu dan Lama
potensiometri. Program pasca sarjan kimia Penyimpanan Terhadap Penurunan Kadar
Universitas andalas: thesis tidak di Vitamin C Brokoli (Brassica oleracea L),
publikasikan Jurnal Buletin Anatomi dan Fisiologi.

Mardianto, Riki, (2014). Pertemuan dan hasil cabai Sari, Novita, Kristanti, (2014). Kandungan Serat
(Capsicum Annum. L) dengan pemberian Vitamin C, Aktivitas Anti Oksidan dan
pupuk organik, cair daun tithonia dan gamal, Oraganoleptik Keripik Ampas Brokoli
www.journal.Universitas-pdgn.ac.id (Brasica Oleraca Var Italica) Panggang.
Program Studi Ilmu Gizi Fakultas
Masitoh,S.,(2014). Titrasi iodimetri penentuan kadar Kedokteran Universitas Diponegoro : Thesis
Vitamin C. Jakarta: Universitas Islam Syarif tidak dipublikasikan
Hidayatullah.
Setiadi, (2000). Bertanam cabai, Jakarta : Penebar
Nadia, Aidia, (2014). Titrasi Iodimetri dari Asam Swadaya
Askorbat dalam Tablet Vitamin C. Peogram
Studi Pendidikan Kimia Universitas Islam Silviani, Christy, Vanny, (2013). Uji aktivitas
Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta antioksidan ekstrak etanolik Buah Cabai
Rawit putih (Capiccan Frustescen L)
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian dengan metode DPPH ( I,I- difenil-2-
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta pirichiarazil) dan penatapan kadar
kapsaisin kromatografi Lapis tipis (KLT)-
Nuraini, Andria, (2010). Physical Fitnes, Jurnal Desitrometri. Program Pasca Sarjana
Kesehatan Farmasi Universitas Sanata Dharna : Thesis
tidak dipublikasikans
Poedjiadi dan Titin Supriyanti.2008. Dasar-dasar
Biokimia. Jakarta : UI Press
Sugiyono. (2013). Metodelogi penelitian pendidikan
Pokorny, J., N. Yanishlieva, dan M. Gordon. 2001. pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D,
Antioxidan in food. CRC Press Boca Ration Bandung: ALFABETA
Boston, New York.
Sulastri, Oni, (2016). Analisis kadar Vitamin C Pada
Purwantiningsih, Budi, Leksono Setyo Amin, jamu Tradisonal kunyit asam dikelurahan
Yanuwiadi Bagyo, (2012). Pengaruh umur Tunggul Wulung Kota malang dengan
petik dan lama penyimpanan terhadap menggunakan metode titrasi kolorimetri.
vitamin C pada buah anggurm (Vitis Program studi DIII Analis Kesehatan Stikes
vinifera L.), Jurnal pengaruh umur petik
Karya Tulis Ilmiah, 2017

Maharani Malang: Thesis tidak Winarno F.G (2002). Kimia pangan dan Gizi.
dipublikasikan. Granmedia Pustaka Utama. Jakarta

Suryanto, (2011). Peranan pola hidup sehat terhdap Winarya, Bernardinus T.W, (2002). Bertanam cabai
kebugaran jasmani. Artikel penilitian. pada musim hujan Jakarta: Agro Media
Jurusan pendidikan kesehatan dan Pustaka
rekreasi,fakultas ilmu keolahragaan UNY,
yogyakarta Wiryanta, W, (2002). Bertanam tomat. Agramedia
Pustaka. Jakarta
Taufik, Muh, (2011). Analisis Pendapatan Usaha
Tani dan Penanganan Pascapanen Cabai Zega, Kristian,mei, (2009). Penetapan kadar tablet
Merah, Jurnal Litbang Pertanian, 30 (2), antalgin secara titrasi iodimetri di Pt. Kimia
2011. Farmasi (persero) Tbk. Plant Medan Program
Diploma DIII Analis farmasi dan makanan
Wardani, Andria, Laras, (2012). Validasi metode Universitas Sumatra Utara. Thesis tidak
analisis dan penentuan kadar Vitamin C dipublikasikan
pada minuman Buah Kemasan dengan
spektrofotometri UV-Visible. Program Pasca
Sarjana Fakultas matmatika dan Ilmu
pengetahuan Alam Program Studi Kimia:
Thesis tidak dipublikasikan.

Anda mungkin juga menyukai