Anda di halaman 1dari 42

PENETAPAN KADAR VITAMIN C PADA BUAH SENTUL

(Sandoricum koetjape Merr.) SECARA SPEKTROFOTOMETRI


SINAR TAMPAK

TUGAS AKHIR

Oleh:
CINDY MARLINA TAMBUNAN
NIM 182410019

PROGRAM STUDI DIPLOMA III


ANALIS FARMASI DAN MAKANAN
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan

berkat dan kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir

yang berjudul “Penetapan Kadar Vitamin C Pada Buah Sentul (Sandoricum

koetjape Merr.) Secara Spektrofotometri Sinar Tampak”. Tujuan penyusunan

Tugas Akhir ini sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan

Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara.

Selama penulisan Tugas Akhir ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa

jika tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, penulis tidak akan dapat

menyelesaikan Tugas Akhir ini sebagaimana mestinya. Oleh karena itu, penulis

mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis

dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini, yaitu kepada :

1. Ibu Khairunnisa, S.Si., M.Pharm., Ph.D., Apt., selaku Dekan Fakultas

Farmasi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Popi Patilaya, S.Si., M.Sc., Apt., selaku Ketua Prgram Studi

Diploma Analis Farmasi dan Makanan Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Sri Yuliasmi S.Si., M.Si., Apt., selaku Dosen Penasehat Akademik

sekaligus Dosen Pembimbing Tugas Akhir yang telah membimbing

dengan penuh kesabaran, tulus dan ikhlas.

4. Seluruh dosen dan pegawai di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera

Utara.

iii
5. Teristimewa kepada keluarga terkasih yang selalu menjadi

penyemangat dan inspirasi : Ayahanda Pasker Tambunan, Ibunda

Tumiar Munte, Abang Rizaldi Boloni Tambunan, Kakak Nova

Caecilia Hasugian dan Keponakan Frans Agave Tambunan atas doa,

dukungan dan pengorbanan baik secara moril maupun materil selama

perkuliahan, penelitian dan dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

6. Sahabat-sahabat seperjuangan : Anastasya Tambunan, Yohana

Gultom, Sri Sinurat, dan Yeremia Hutabarat atas segala bantuan

semangat yang diberikan dalam perkuliahan maupun penyelesaian

Tugas Akhir ini.

7. Sahabat-sahabat yang selalu menemani dan mendukung saya dari

sebelum memasuki perkuliahan sampai penulisan Tugas Akhiri ini :

Emmas Marbun, Restika Silalahi, Windy Simbolon, Yurike Tamba,

Winda Manurung, Hyasinta Tampubolon, Theresia Sitanggang dan

Angel Limbong atas dukungan dan dorongan dalam penyelesaian

Tugas Akhir ini.

8. Karmila Karosekali, Natalika Lumban Gaol, Jelita Simanjuntak, Intan

Ginting, Riana Sinaga, Novi Sinabariba, Louis Lumbanraja, dan

Yovinianus Sinambela atas dukungan dan bantuan dalam penyelesaian

Tugas Akhir ini.

9. Teman-teman mahasiswa Fakultas Farmasi 2018, Senior Fakultas

Farmasi 2017 dan Senior Farmasi 2016 yang terus memberikan

semangat dan motivasi selama ini.

iv
10. Semua pihak yang tidak dapat disebut satu persatu yang telah

membantu dan memberikan kelancaran selama proses penelitian

hingga penyelesaian Tugas Akhir ini.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini tidak luput dari kekurangan. Oleh

karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan

demi kesempurnaan tulisan ini. Semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi

ilmu pengetahuan dan pendidikan.

Medan, 09 Agustus 2021

Penulis,

Cindy Marlina Tambunan

NIM 182410019

v
PENETAPAN KADAR VITAMIN C PADA BUAH SENTUL
(Sandoricum koetjape Merr.) SECARA SPEKTROFOTOMETRI
SINAR TAMPAK

ABSTRAK

Latar Belakang: Buah sentul tumbuh pada daerah dataran rendah dengan
ketinggian 1200 mdpl atau lebih. Buah sentul memiliki kulit buah yang cukup
tebal berwarna hijau ketika masih muda dan ketika telah masak berubah warna
menjadi kuning. Buah sentul memiliki rasa yang didominasi asam dibandingkan
manis. Kandungan gizi dalam 100 g buah sentul yaitu kadar air 79,847 g, kadar
protein 0,7 g, kadar lemak 1 g, kadar karbohidrat 13,7 g, kadar serat 1 g, kadar
abu 1,1 g, kadar kalsium 11 mg, kadar fosfor 20 mg, kadar besi 1,2 mg, kadar
kalium 328 mg, dan kadar vitamin C 14 mg. Vitamin C berfungsi untuk
meningkatkan daya tahan tubuh sehingga di masa pandemi ini, vitamin C sangat
berperan penting untuk kekebalan tubuh kita. Kandungan vitamin C yang tinggi
dalam buah sentul menarik peneliti untuk juga memeriksa kandungan vitamin C
buah sentul yang pohonnya tumbuh di daerah asal peneliti.
Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan kadar vitamin C
pada buah sentul secara spektrofotometri sinar tampak.
Metode: Sampel diperoleh dari salah satu daerah yaitu Simpang tiga, Kecamatan
Sei Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai. Pengujian dilakukan secara
spektrofotometri sinar tampak dengan menggunakan pewarna dari pereaksi 2,6-
diklorofenol indofenol dan diukur serapan nya pada panjang gelombang
maksimum 515,50 nm.
Hasil: Hasil penenelitian yang dilakukan secara spektrofotometri sinar tampak
diperoleh kadar vitamin C pada buah sentul sebesar 1,39 mg/g buah segar utuh
dimana hasil diperoleh dari menguji kadar vitamin C buah yang juga terikut
dengan biji nya.
Kesimpulan: Dari hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa
buah sentul yang telah diteliti memiliki kadar vitamin C.

Kata Kunci : Buah Sentul, Kadar Vitamin C, Spektrofotometri Sinar Tampak

vi
DAFTAR ISI

JUDUL ................................................................................................................. i

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... iii

KATA PENGANTAR ....................................................................................... iv

SURAT PERNYATAAN.................................................................................... v

ABSTRAK ......................................................................................................... vi

DAFTAR ISI ..................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL .............................................................................................. ix

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1

1.2 Tujuan ............................................................................................... 2

1.3 Manfaat ............................................................................................. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 3

2.1 Uraian Tumbuhan.......................................................................................... 3

2.2 Vitamin C ...................................................................................................... 4

2.3 Metode Pengujian Vitamin C ........................................................................ 5

2.4 Instrumentasi Spektrofotometer UV-Vis ...................................................... 7

BAB III METODE PENELITIAN.................................................................... 11

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................................... 11

3.2 Alat dan Bahan ............................................................................................ 11

3.2.1 Alat ........................................................................................................... 11

vii
3.2.2 Bahan......................................................................................... 11

3.3 Pengambilan Sampel ....................................................................... 11

3.4 Prosedur Penelitian.......................................................................... 12

3.4.1 Pembuatan Pereaksi .................................................................. 12

3.4.2 Penyiapan Larutan Sampel........................................................ 12

3.4.3 Pembuatan Baku Vitamin C ...................................................... 12

3.4.4 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum ............................. 13

3.4.5 Pembuatan Kurva Kalibrasi Vitamin C.................................... 13

3.4.6 Pengukuran Kadar Vitamin C .................................................. 13

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 14

4.1 Hasil ............................................................................................ 14

4.2 Pembahasan ................................................................................. 16

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 18

5.1 Kesimpulan ................................................................................. 18

5.2 Saran ............................................................................................ 18

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 19

LAMPIRAN ...................................................................................................... 21

viii
DAFTAR TABEL

4.1 Nilai Absorbansi vitamin C dengan Berbagai Konsentrasi Pada

Panjang Gelombang 515,50 nm .................................................................. 14

4.2 Hasil Penetapan Kadar Vitamin C dalam 100 g Sampel Buah

Sentul ......................................................................................................... 15

ix
DAFTAR GAMBAR

2.1 Rumus Bangun Vitamin C ........................................................................... 4

2.2 Diagram Skematis Spektrofotometri UV-Vis .............................................. 8

4.1 Kurva Panjang Gelombang Maksimum Vitamin C ................................... 13

4.2 Kurva Kalibrasi Vitamin C ........................................................................ 14

x
DAFTAR LAMPIRAN

1. Sertifikat Bahan Baku Pembanding ........................................................... 21

2. Sertifikat Bahan Pemberi Warna................................................................ 22

3. Gambar Tumbuhan Sentul, Buah Sentul.................................................... 23

4. Larutan Uji ................................................................................................. 24

5. Alat Penelitian ............................................................................................ 25

6. Bagan Pembuatan Larutan Induk Baku Vitamin C, Penentuan

Panjang Gelombang Maksimum, dan Kurva Kalibrasi Vitamin C ............ 26

7. Bagan Penentuan Kadar Vitamin C pada Sampel ...................................... 28

8. Perhitungan Penetapan Kadar Vitamin ...................................................... 29

xi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Buah sentul tumbuh pada daerah dataran rendah dengan ketinggian 1200

mdpl atau lebih. Buah sentul memiliki kulit buah yang cukup tebal berwarna hijau

ketika masih muda dan ketika telah masak berubah warna menjadi kuning. Buah

sentul memiliki rasa yang didominasi asam dibandingkan manis. Karena memiliki

kulit buah yang cukup keras biasanya masyarakat membuka buah ini dengan

menggunakan pisau atau dapat menjepit buah ini diantara daun pintu. Daging

buah berwarna putih dengan tekstur berserat lunak dan berair, memiliki biji

berbagai macam ukuran (Kamila, dkk., 2020).

Sentul memiliki habitat pohon yang rimbun dan besar, dapat mencapai 30

m. Daunnya majemuk berselang-seling, tulang daun menyirip beranak daun tiga,

bentuk jorong sampai bundar telur, membulat atau agak runcing di pangkal,

berwrna hijau berkilat di bagian atas dan hijau kusam di bawah. Sentul

mengandung antioksidan seperti β-Karoten dan substansi bioaktif flavonoid dalam

jumlah besar yang bermanfaat bagi kesehatan seperti untuk penyembuhan jantung

koroner (Kamila, dkk., 2020). Kandungan gizi dalam 100 g buah sentul yaitu

kadar air 79,847 g, kadar protein 0,7 g, kadar lemak 1 g, kadar karbohidrat 13,7 g,

kadar serat 1 g, kadar abu 1,1 g, kadar kalsium 11 mg, kadar fosfor 20 mg, kadar

besi 1,2 mg, kadar kalium 328 mg, dan kadar vitamin C 14 mg (Soeroto, dkk.,

2018).

Metode spektroskopis visibel berdasarkan atas absorbansi sinar tampak

oleh suatu larutan berwarna. Oleh karena itu, metode ini dikenal juga sebagai

1
metode kolorimetri. Hanya larutan senyawa berwarna saja yang dapat ditentukan

dengan metode ini. Senyawa yang tidak berwarna dapat dibuat berwarna dengan

mereaksikannya dengan pereaksi yang menghasilkan senyawa berwarna

(Techinamuti dan Rimadani, 2018).

Vitamin C adalah vitamin yang dapat dibentuk oleh beberapa jenis spesies

tanaman dan hewan dari prekursor karbohidrat. Manusia tidak dapat mensintesis

vitamin C dalam tubuhnya, karena tidak memiliki enzim L-gulonolakton oksidase.

Manusia mutlak memerlukan vitamin C dari luar tubuh untuk memenuhi

kebutuhannya. Vitamin C merupakan salah satu zat gizi yang berperan sebagai

antioksidan dan efektif mengatasi radikal bebas yang bisa merusak sel atau

jaringan, termasuk melindungi lensa dari kerusakan oksidatif yang ditimbulkan

oleh radiasi. Kebutuhan vitamin C seseorang sangat tergantung dari usia, asupan

vitamin C harian, jenis kelamin, kemampuan absorpsi dan ekskresi, serta adanya

penyakit tertentu (Arel, dkk., 2017).

1.2 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan kadar vitamin C pada

buah sentul secara spektrofotometri sinar tampak.

1.3 Manfaat

Manfaat dari penelitian ini untuk memberikan informasi cara penetapan

kadar vitamin C secara spektrofotometri sinar tampak dan memberikan informasi

kadar vitamin C pada buah sentul.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tumbuhan Sentul

Menurut Ambariyanto, (2019), tumbuhan sentul memiliki taksonomi

sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Sapindales

Famili : Meliaceae

Genus : Sandoricum

Spesies : Sandoricum koetjape

Pohon sentul adalah pohon yang rimbun dan besar, tinggi pohon sentul

mencapai 30 meter. Batang pohon dapat mencapai diameter 90 cm, bergetah

seperti susu. Daun majemuk berselang-seling, bertangkai sampai dengan 18 cm,

menyirip beranak daun tiga, bentuk jorong sampai bundar telur, membulat atau

agak runcing di pangkal, meruncing di ujung, hijau kerkilat di sebelah atas, hijau

kusam di bawahnya (Ambariyanto, 2019).

Buah sentul bulat agak gepeng, 5-6 cm, kuning atau kemerahan jika sudah

matang, berbulu halus seperti beludru. Daging buah bagian luar tebal dan keras,

menyatu dengan kulit, kemerahan, agak masam; daging buah bagian dalam lunak

dan berair, melekat pada biji, putih, rasanya masam sampai manis. Biji 2-5 butir,

3
besar, bulat telur agak pipih, coklat kemerahan berkilat; keping biji berwarna

merah (Ambariyanto, 2019).

Kandungan gizi dalam 100 g buah sentul yaitu kadar air 79,847 g, kadar

protein 0,7 g, kadar lemak 1 g, kadar karbohidrat 13,7 g, kadar serat 1 g, kadar

abu 1,1 g, kadar kalsium 11 mg, kadar fosfor 20 mg, kadar besi 1,2 mg, kadar

kalium 328 mg, dan kadar vitamin C 14 mg (Soeroto, dkk., 2018).

2.2 Vitamin C

Rumus bangun asam askorbat (berat molekul 176,13) atau vitamin C dapat

dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Rumus Bangun Vitamin C

Dalam larutan air vitamin C mudah dioksidasi, terutama apabila

dipanasankan. Oksidasi dipercepat apabila ada tembaga atau suasana alkalis.

Kehilangan vitamin C sering terjadi pada pengolahan, pengeringan, dan cahaya.

Vitamin C penting dalam pembuatan zat-zat intraseluler, kolagen (Poedjiadi,

1994).

Vitamin C merupakan kristal putih yang mudah larut dalam air. Dalam

keadaan kering vitamin C cukup stabil, tetapi dalam keadaan larut, vitamin C

mudah rusak karena bersentuhan dengan udara (oksidasi) terutama bila terkena

panas. Oksidasi dipercepat dengan kehadiran tembaga dan besi. Vitamin C tidak

4
stabil dalam larutan alkali, tetapi cukup stabil dalam larutan asam (Almatsier,

2009).

Sumber vitamin C sebagian besar berasal dari sayuran dan buah-buahan,

terutama buah-buahan segar. Karena itu vitamin C sering disebut Fresh Food

Vitamin. Vitamin C mudah larut dalam air dan mudah rusak oleh oleh oksidasi,

panas, dan alkali. Karena itu agar vitamin C tidak banyak hilang, sebaiknya

pengirisan dan penghancuran yang berlebihan dihindari. Pemasakan dengan air

sedikit dan ditutup rapat sehingga empuk dapat mengurangi vitamin C.

Penambahan baking soda untuk mencegah hilangnya warna sayuran selama

pemasakan akan menurunkan kandungan vitamin C-nya dan mengubah sayuran

(Budiyanto, 2009).

Fungsi vitamin C banyak berkaitan dengan pembentukan kolagen. Vitamin

C berperan sebagai antioksidan, mempercepat penyembuhan luka, patah tulang,

perdarahan dibawah kulit dan perdarahan gusi serta membantu metabolisme

tubuh, meningkatkan daya tahan tubuh sehingga tidak mudah mengalami infeksi

(Mitayani dan Wiwi, 2010).

2.3 Metode Pengujian Vitamin C

Menurut Techinamuti dan Rimadani, (2018), pengujian vitamin C dapat

dilakukan dengan beberapa metode, diantaranya :

1. Metode Titrasi Asam-Basa

Titrasi Asam Basa merupakan contoh analisis volumetri, yaitu, suatu cara

atau metode yang menggunkan larutan yang disebut titran dan dilepaskan

dari perangkat gelas yang disebut buret. Bila larutan yang diuji bersifat

basa maka titran harus bersifat asam dan sebaliknya.

5
2. Metode Titrasi 2,6-Diklorofenol Indofenol

Analisis vitamin C juga dilakukan dengan metode titrasi 2,6-diklorofenol.

Pada titrasi ini, persiapan sampel ditambahkan asam oksalat atau asam

metafosfat, sehingga mencegah logam katalis lain mengoksidasi vitamin

C. Prinsip analisis kadar vitamin C metode titrasi 2,6-diklorofenol yaitu

menetapkan kadar vitamin C pada bahan pangan berdasarkan titrasi

dengan 2,6-diklorofenol indofenol dimana terjadinya reaksi reduksi 2,6-

diklorofenol indofenol dengan vitamin C dalam larutan asam. Asam

askorbat mereduksi 2,6-diklorofenol indofenol dalam suatu larutan yang

tidak berwarna. Titik akhir titrasi ditandai dengan perubaahan warna

menjadi merah muda dalam kondisi asam.

3. Metode Spektrofotometri

Spektrofotometri ultraviolet adalah bagian dari teknik analisis

spektroskopik yang memakai sumber REM (radiasi elektromagnetik)

ultraviolet dekat (190-380 nm), dan sinar tampak (380-780 nm) dengan

memakai instrumen spektrofotometer. Spektrofotometri ultraviolet adalah

alat yang digunakan untuk mengukur transmitansi, reflektansi dan absorbsi

dari cuplikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Spektrofotometer

terdiri dari alat spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan

sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu manakala

fotometer pula adalah alat pengukur intensitas cahaya yang diabsorbsi atau

ditransmisikan. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum

6
sinar tampak yang sinambung dan monokromatis. Sel pengabsorbsi untuk

mengukur perbedaan absorbsi diantara blanko dengan cuplikan ataupun

pembanding. Metode spektroskopis visibel berdasarkan atas absorbansi

sinar tampak oleh suatu larutan berwarna. Oleh karena itu, metode ini

dikenal juga sebagai metode kolorimetri. Hanya larutan senyawa berwarna

saja yang dapat ditentukan dengan metode ini. Senyawa yang tidak

berwarna dapat dibuat berwarna dengan mereaksikannya dengan pereaksi

yang menghasilkan senyawa berwarna. Contohnya ion Fe3+ dengan CNS-

menghasilkan larutan berwarna merah.

4. Metode Titrasi Iodium

Titrasi lain yang dapat digunakan adalah titrasi Iodium. Metode ini juga

paling banyak digunakan, karena murah, sederhana, dan tidak memerlukan

peralatan laboratorium yang canggih. Titrasi ini memakai Iodium sebagai

oksidator yang mengoksidasi vitamin C dan memakai amilum sebagai

indikatornya. Metode titrasi iodometri langsung (iodimetri) mengacu

kepada titrasi dengan suatu larutan iod standar. Metode titrasi iodometri

tidak langsung (iodometri) adalah berkenaan dengan titrasi dari iod yang

dibebaskan dalam reaksi kimia. Titrasi iodium juga adalah salah satu

metode analisis yang dapat digunakan dalam menghitung kadar vitamin C.

Dimana suatu larutan vitamin C (asam askorbat) sebagai reduktor

dioksidasi oleh Iodium, sesudah vitamin C dalam sampel habis teroksidasi,

kelebihan iodium akan segera terdeteksi oleh kelebihan amilum yang

dalam suasana basa berwarna biru muda.

7
2.4 Instrumentasi Spektrofotometer UV-Vis

Menurut Gandjar dan Abdul, (2012), spektrofotometer yang sesuai untuk

pengukuran di daerah spektrum ultraviolet dan sinar tampak terdiri atas suatu

sistem optik dengan kemampuan menghasikan sinar monokromatis dalam

jangkauan panjang gelombang 200-800 nm. Suatu diagram sederhana

spektrofotometer UV-Vis dengan komponen-komponennya meliputi sumber-

sumber sinar, monokromator, dan sistem optik dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Diagram Skematis spektrofotometri UV-Vis

1. Sumber Sinar

Sumber sinar atau lampu pada kenyataannya merupakan 2 lampu yang

terpisah, yang secara bersama-sama, mampu menjangkau keseluruhan

daerah spektrum ultraviolet dan tampak. Untuk sinar tampak, digunakan

lampu tungsten. Lampu tungsten mengemisikan sinar pada panjang

gelombang 350-2000 nm, karenanya cocok untuk kolorimetri. Untuk

senyawa-senyawa yang menyerap di spektrum daerah ultraviolet,

digunakan lampu deuterium. Suatu lampu deuterium merupakan sumber

8
energi tinggi yang mengemisikan sinar pada panjang gelombang 200-370

nm dan digunakan untuk semua spektroskopi dalam daerah spektrum

ultraviolet.

2. Monokromator

Pada kebanyakan pengukuran kuantitatif, sinar harus bersifat

monokromatik, yaitu sinar dengan satu panjang gelombang tertentu. Hal

ini dicapai dengan melewatkan sinar polikromatik (yakni sinar dengan

beberapa panjang gelombang) melalui suatu monokromator. Terdapat 2

jenis monokromator dalam spektrofotometer modern, yaitu prisma dan kisi

difraksi. Prisma merupakan suatu lempeng kuarsa yang membiaskan (atau

membelokkan) sinar yang melaluinya. Prisma selanjutnya berputar untuk

memilih panjang gelombang tertentu yang diperlukan untuk pengujian.

Kisi difraksi adalah kepingan kecil gelas bercermin yang di dalamnya

terdapat sejumlah garis yang berjarak sama yang terpotong-potong

beberapa ribu milimeter kisi, untuk memberikan struktur yang nampak

seperti suatu sisir kecil. Jarak antar potongan kurang lebih sama dengan

panjang gelombang sinar sehingga berkas sinar monokromatik akan

terpisah ke dalam komponen-komponen panjang gelombangnya oleh suatu

kisi. Kisi selanjutnya diputar untuk memilih panjang gelombang yang di

inginkan dalam pengujian.

3. Detektor

Setelah sinar melalui sampel, maka penurunan intensitas apapun yang

disebabkan oleh absorpsi diukur dengan suatu detektor. Detektor adalah

kepingan elektronik yang disebut dengan tabung pengganda foton, yang

9
beraksi untuk mengubah intensitas berkas sinar ke dalam sinyal elektrik

yang dapat diukur dengan mudah, dan juga beraksi sebagai suatu

pengganda (amflifier) untuk meningkatkan kekuatan sinyal. Sinar masuk

ke dalam tabung dan mengenai katoda; hal ini akan melepaskan elektron,

yang akan tertarik pada suatu anoda. Kebanyakan spektrofotometer

modern saat ini dihubungkan dengan komputer sehingga dimungkinkan

penyimpanan sejumlah data.

Prinsip kerja spektrofotometer adalah penyerapan cahaya pada panjang

gelombang tertentu oleh bahan yang diperiksa. Setiap zat memiliki absorbansi

pada panjang gelombang tertentu yang khas. Panjang gelombang dengan

absorbansi tertinggi digunakan untuk mengukur kadar zat yang diperiksa.

Banyaknya cahaya yang diabsorbsi oleh suatu zat berbanding lurus dengan kadar

zat. Memastikan ketepatan pengukuran, kadar yang hendak diukur dibandingkan

terhadap kadar yang diketahui (standar). Setelah dimasukkan blangko

(KEMENKES RI, 2010).

Syarat pengukuran pada spektrofotometri UV-Vis dapat digunakan untuk

penentuan terhadap sampel yang berupa larutan, gas, atau uap. Pada umumnya

sampel harus diubah menjadi suatu larutan yang jernih. Untuk sampel yang

berupa larutan perlu diperhatikan beberapa persyaratan pelarut yang dipakai

antara lain: 1. Harus melarutkan sampel dengan sempurna, 2. Pelarut yang dipakai

tidak mengandung ikatan rangkap terkonjugasi pada struktur molekulnya dan

tidak berwarna (tidak boleh mengabsorpsi sinar yang dipakai oleh sampel). 3.

Tidak terjadi interaksi dengan molekul senyawa yang dianalisis. 4. Kemurniannya

harus tinggi (Suhartati, 2017).

10
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU

pada bulan Mei 2021 - Juli 2021.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah aluminium foil, bola

hisap, kertas saring, kertas perkamen, neraca analitik (Boeco Germany), pipet

ukur 5 ml, pipet volum 10 ml, pisau (Stainless), spektrofotometri ultraviolet-

visible lengkap (Shimadzu 1800) dengan Personal Computer (PC), spatula, alat-

alat gelas, serta alat-alat lainnya yang diperlukan dalam penyiapan sampel.

3.2.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 2,6-diklorofenol

indofenol, akuades, asam askorbat, asam oksalat, buah sentul (Sandoricum

koetjape Merr.), dan natrium bikarbonat.

3.3 Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan secara

purposif, yaitu sampel dipilih hanya atas dasar pertimbangan peneliti dengan

anggapan bahwa unsur-unsur yang ingin diteliti sudah mewakili seluruh anggota

sampel (Sudjana, 2005). Sampel diambil dari Simpang tiga, Kecamatan Sei

Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai.

11
3.4 Prosedur Penelitian

3.4.1 Pembuatan Pereaksi

1. Larutan 2,6-Diklorofenol Indofenol

Ditimbang sebanyak 50 mg 2,6-diklorofenol indofenol yang telah

disimpan dalam eksikator, ditambahkan 50 ml larutan natrium bikarbonat 0,84%

(b/v), dikocok kuat jika sudah terlarut, ditambahkan air hingga 200 ml. Disaring

ke dalam botol bersumbat kaca berwarna coklat (Ditjen POM RI, 1979).

2. Larutan Asam Oksalat

Ditimbang 2 g asam oksalat, dimasukkan ke dalam labu ukur 500 ml,

kemudian dilarutkan dalam 50 ml air suling, dikocok hingga larut kemudian

dicukupkan volumenya hingga 500 ml (Tahir, 2017).

3. Larutan Natrium Bikarbonat 0,84% (b/v)

Dilarutkan 840 mg natrium bikarbonat dalam 100 ml akuades (Ditjen

POM RI, 1979).

3.4.2 Penyiapan Larutan Sampel

Buah sentul yang akan digunakan dalam penelitian terlebih dahulu

dibersihkan. Kemudian dibelah dan diambil bagian dalamnya yang berwarna putih

sebanyak 100 g kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur 500 ml dan di

tambahkan asam oksalat 0,4% sampai garis tanda lalu disaring.

3.4.3 Pembuatan Baku Vitamin C

Ditimbang 100 mg asam askorbat murni kemudian dimasukkan ke dalam

labu tentukur 100 ml lalu dilarutkan dengan asam oksalat 0,4% hingga garis tanda

sehingga konsentrasi menjadi 1000 µg/ml.

12
3.4.4 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum

Dipipet sebanyak 10 ml larutan baku asam askorbat (1000 µg/ml)

kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml. Dilarutkan dengan asam

oksalat 0,4% sampai garis tanda sehingga konsentrasinya 100 µg/ml. Selanjutnya

dipipet 4 ml larutan dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml dan ditambahkan

larutan 2,6-diklorofenol indofenol sampai tanda garis, dikocok dan segera

dilakukan pengukuran panjang gelombang.

3.4.5 Pembuatan Kurva Kalibrasi Vitamin C

Larutan asam askorbat dari 100 µg/ml dipipet sebanyak 2; 4; 5; 6; dan 8

ml kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur 10 ml. Masing-masing larutan

ditambahkan 1 ml larutan 2,6-diklorofenol indofenol dan dicukupkan dengan

asam oksalat 0,4% sampai garis tanda, sehingga diperoleh konsentrasi berturut-

turut 20, 40, 50, 60, dan 80 µg/ml. Kemudian diukur pada panjang gelombang

515,50 nm.

3.4.6 Pengukuran Kadar Vitamin C

Larutan contoh dipipet sebanyak 1 ml kemudian dimasukkan ke dalam

labu tentukur 10 ml. Setelah itu ditambahkan dengan larutan 2,6-diklorofenol

indofenol hingga garis tanda kemudian dikocok hingga homogen lalu diukur

serapan nya pada panjang gelombang 515,50 nm.

13
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Pada penentuan panjang gelombang maksimum vitamin C dari konsentrasi

100 µg/ml dipipet 4 ml ditambahkan larutan 2,6-diklorofenol indofenol sampai

garis tanda dan diukur dengan spektrofotometer UV-Vis sehingga diperoleh

panjang gelombang serapan maksimum 515,50 nm. Hasil pengukuran panjang

gelombang maksimum Vitamin C dapat dilihat pada Gambar 4.1

No. P/V Wavelength Abs. Description


1 515.50 0.413

Gambar 4.1 Kurva panjang gelombang maksimum Vitamin C

Pembuatan kurva kalibrasi vitamin C dilakukan dengan mengukur

absorbansi vitamin C pada konsentrasi 20 µg/ml, 40 µg/ml, 50 µg/ml, 60 µg/ml,

dan 80 µg/ml pada panjang gelombang 515,50 nm. Nilai absorbansi vitamin C

14
dengan berbagai konsentrasi dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan kurva kalibrasi

vitamin C dengan berbagai konsentrasi ditunjukkan oleh Gambar 4.2.

Tabel 4.1 Nilai absorbansi vitamin C dengan berbagai konsentrasi pada panjang

gelombang 515,50 nm.

Konsentrasi Larutan Vitamin C


Absorbansi
(µg/ml)
0 0
20 0,226
40 0,456
50 0,555
60 0,665
80 0,870

1
0.9
0.8
0.7
Absorbansi

0.6
0.5
y = 0.0109x + 0.0078
0.4 R² = 0.9993
0.3
0.2
0.1
0
0 20 40 60 80 100
Konsentrasi

Gambar 4.2 Kurva kalibrasi Vitamin C

Pengukuran sampel buah sentul untuk penetapan kadar vitamin C dengan

menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 515,50 nm,

dapat dilihat pada Tabel 4.2.

15
Tabel 4.2 Hasil penetapan kadar vitamin C dalam 100 g sampel buah sentul

Sampel Buah Konsentrasi Kadar Rata-Rata


Absorbansi Kadar (mg/g)
Sentul (µg/ml) (mg/g)

S1 0,314 28,09 1,40

S2 0,313 28 1,4 1,39

S3 0,312 27,90 1,39

4.2 Pembahasan
Hasil pengukuran panjang gelombang serapan maksimum larutan baku

vitamin C dengan pereaksi 2,6-diklorofenol indofenol menggunakan

spektrofotometer UV-Visibel diperoleh pada panjang gelombang 515,50 nm,

mendekati dengan literatur yaitu 516 nm (Widiastuti, 2015). Panjang gelombang

maksimum yang dihasilkan termasuk ke dalam rentang panjang gelombang pada

literatur yang berkaitan dengan warna larutan uji yaitu pada rentang panjang

gelombang 500-560, warna yang diserap yaitu warna hijau dan warna yang

diamati (warna komplementer) yaitu warna merah-ungu (Owen, 1996).

Hasil pengukuran dari kurva kalibrasi vitamin C dengan konsentrasi 0

µg/ml, 20 µg/ml , 40 µg/ml, 50 µg/ml, 60 µg/ml, dan 80 µg/ml didapatkan

persamaan regresi nya yaitu y = 0,0109 x + 0,0078 dimana koefisien korelasi (r)

yang didapat dari kurva kalibrasi larutan baku vitamin C sebesar 0,9993. Hasil

linearitas yang baik diperoleh jika nilai koefisien regresi mendekati 1. Dalam

penelitian penetapan kadar vitamin C diperoleh kadar vitamin C dalam buah

sentul yaitu 1,39 mg/g. Perhitungan penetapan kadar vitamin C pada buah sentul

dapat dilihat pada lampiran 8.

16
Kandungan gizi dalam 100 g buah sentul yaitu kadar air 79,847 g, kadar

protein 0,7 g, kadar lemak 1 g, kadar karbohidrat 13,7 g, kadar serat 1 g, kadar

abu 1,1 g, kadar kalsium 11 mg, kadar fosfor 20 mg, kadar besi 1,2 mg, kadar

kalium 328 mg, dan kadar vitamin C 14 mg (Soeroto, dkk., 2018).

Menurut Soeroto, dkk (2018), kadar vitamin C dalam 100 g buah sentul

yaitu 14 mg. Sedangkan dalam penelitian ini, peneliti mendapatkan hasil kadar

vitamin C dalam 100 g buah sentul yaitu 1,39 mg/g buah segar utuh dimana

sampel pada penelitian ini merupakan kadar vitamin C buah yang juga terikut

dengan biji nya. Menurut Counsell dan Hornig (1981), kadar vitamin C tersebar

dengan luas dalam tumbuhan, kadar vitamin C ini dapat berbeda-beda

dikarenakan beberapa faktor seperti varietas, pengolahan, suhu, masa pemanenan

dan yang terakhir adalah tempat tumbuh.

Fungsi vitamin C banyak berkaitan dengan pembentukan kolagen. Vitamin

C berperan sebagai antioksidan, mempercepat penyembuhan luka, patah tulang,

perdarahan dibawah kulit dan perdarahan gusi serta membantu metabolisme

tubuh, meningkatkan daya tahan tubuh sehingga tidak mudah mengalami infeksi

(Mitayani dan Wiwi, 2010).

17
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka

dapat diambil kesimpulan bahwa kadar vitamin C pada buah sentul secara

spektrofotometri sinar tampak yaitu 1,39 mg/g buah segar utuh dimana sampel

pada penelitian ini merupakan kadar vitamin C buah yang juga terikut dengan biji

nya.

5.2 Saran

Disarankan kepada peneliti selanjutnya agar dapat meneliti kandungan

kadar yang lain di dalam buah sentul misalnya kadar protein dan kadar

karbohidrat.

18
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. (2009). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Halaman 185, 190.

Ambariyanto, S. (2019). Pojok Tanaman Langka. Semarang: Undip Excellent


Research University. Halaman 31-32.

Arel, A., Martinus, dan Satiti, A. N. (2017). Penetapan Kadar Vitamin C Pada
Buah Naga Merah (Hylocereus costaricensis (F.A.C. Weber) Britton &
Rose) dengan Metode Spektrofotometri UV-Visibel. Scientia. 7(1):
Halaman 1.

Budiyanto, H., A., K. (2009). Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Malang: UMM Press.
Halaman 75.

Ditjen POM Depkes RI. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI. Halaman 745, 748, 772.

Gandjar, I., B., dan Abdul, R. (2012). Analisis Obat Secara spektrofotometri dan
Kromatografi. Yogyakarta: Pustaka pelajar. Halaman 80-83.

Heliawati, L. (2018). Kandungan Kimia Dan Bioaktivitas Tanaman Kecapi.


Bogor: PPS Unpak Press. Halaman 1.

Kamila, A., T., Pipit, M., dan Ika, R. (2020). Fructupedia Tanaman Buah Banten.
Banten: Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Halaman 51-52.

Mitayani, Wiwi, S. (2010). Buku Saku Ilmu Gizi. Jakarta: CV Trans Info Media.
Halaman 23.

Owen, T. (1996). Fundamentals of UV-Visible Spectroscopy. Germany: Agilent


Technologies. Halaman 13.

Poedjiadi, A. (1994). Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Universitas Indoneia Press.


Halaman 393-395.

Soeroto, E.H., Danang, P., Gautama, W., dan Inkorena G.S.S. (2018). Pembibitan
dan Pengembangan Tanaman Buah Lokal. Jakarta: PPM-UNAS. Halaman
62.

Sudjana. (2005). Metode Statistika. Edisi Keenam. Bandung: Tarsito. Halaman


168.

19
Suhartati, T. (2017). Dasar-Dasar Spektrofotometer UV-Vis dan Spektrofotometri
Massa Untuk Penentuan Struktur Senyawa Organik. Lampung: AURA.
Halaman 2-3.

Tahir, M., Nurul, H., dan Rahmawati. (2017). Analisis Kandungan Vitamin C dan
β-Karoten Dalam Daun Kelor (Moringa oleifra Lam.) dengan Metode
Spektrofotometri UV-Vis. Jurnal Fitofarmaka Indonesia. 3(1): Halaman
136.

Techinamuti, N., dan Rimadani P. (2018). Metode Analisis Kadar Vitamin C.


Jurnal Farmaka. 16 (2): Halaman 309-314.

Widiastuti, H. (2015). Standarisasi Vitamin C Pada Buah Bengkuang


(Pachyrhizus erosus) Secara Spektrofotometri UV-Vis. Jurnal
Fitofarmaka Indonesia. 2(1): Halaman 74.

20
Lampiran 1. Sertifikat Bahan Baku Pembanding

21
Lampiran 2. Sertifikat Bahan Pemberi Warna (2,6-Diklorofenol Indofenol)

22
Lampiran 3. Gambar Tumbuhan Sentul, Buah Sentul

Gambar 1. Tumbuhan Sentul Gambar 2. Buah Sentul

23
Lampiran 4. Larutan Uji

Gambar 3. Larutan Baku Vitamin C dengan 2,6-diklorofenol indofenol untuk


kurva kalibrasi

Gambar 4. Larutan Sampel dengan 2,6-diklorofenol indofenol untuk uji kadar


vitamin C

24
Lampiran 5. Alat Penelitian

Gambar 5. Spektrofotometer UV-Vis (Shimadzu 1800) dan Seperangkat PC

dengan Software UV Probe

25
Lampiran 6. Bagan Pembuatan Larutan Induk Baku Vitamin C, Penentuan

Panjang Gelombang Maksimum, dan Kurva Kalibrasi Vitamin C

Vitamin C

Ditimbang 100 mg

Dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml

Dilarutkan dan dicukupkan dengan asam

oksalat 0,4% sampai garis tanda

LIB I Vitamin C (1000 µg/ml)

Dipipet 10 ml
Dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml
Dilarutkan dan dicukupkan dengan asam oksalat
0,4% sampai garis tanda

LIB II Vitamin C (100 µg/ml)

Dipipet 4 ml
Dimasukkan ke labu tentukur 10 ml
Ditambahkan larutan 2,6-diklorofenol
indofenol sampai garis tanda, dikocok dan segera
diukur
Diukur panjang gelombang nya

Panjang Gelombang Maksimum


515,50 nm

26
Lampiran 8. Perhitungan Penetapan Kadar Vitamin C

- Faktor Pengenceran
FP = 10
1

= 10
- Absorbansi sampel buah sentul pada tabel 4.2 adalah 0,314
Nilai konsentrasi sampel yaitu :
Y = 0,0109x + 0,0078
0,314 = 0,0109 x + 0,0078
X = 28,09 mg/L
= 28,09 x 10-3 mg/ml

Kadar vitamin C dalam 100 g sampel yaitu :


𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 (𝑚𝑔/𝑚𝑙) × 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙(𝑚𝑙) × 𝐹𝑝
Kadar Vitamin C =
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑔)

28,09×10−3×500×10
=
100

= 1,40 mg/g

- Absorbansi sampel buah sentul pada tabel 4.2 adalah 0,313


Nilai konsentrasi sampel yaitu :
Y = 0,0109x + 0,0078
0,313 = 0,0109 x + 0,0078
X = 28 mg/L
= 28 x 10-3 mg/ml

Kadar vitamin C dalam 100 g sampel yaitu :


𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 (𝑚𝑔/𝑚𝑙) × 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙(𝑚𝑙) × 𝐹𝑝
Kadar Vitamin C =
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑔)

28×10−3×500×10
=
100

= 1,4 mg/g

29
- Salah satu absorbansi sampel buah sentul pada tabel 4.2 adalah 0,312
Nilai konsentrasi sampel yaitu :
Y = 0,0109x + 0,0078
0,312 = 0,0109 x + 0,0078
X = 27,90 mg/L
= 27,90 x 10-3 mg/ml

Kadar vitamin C dalam 100 g sampel yaitu :


𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 (𝑚𝑔/𝑚𝑙) × 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙(𝑚𝑙) × 𝐹𝑝
Kadar Vitamin C =
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑔)

27,90×10−3×500×10
=
100

= 1,39 mg/g

Kadar rata-rata Vitamin C yang diperoleh yaitu :


1,40 mg/ml +1,4 mg/ml+1,39 mg/g
=
3

= 1,39 mg/g

30

Anda mungkin juga menyukai