SKRIPSI
Sebagai sivitas akademik Universitas Jenderal Achmad Yani, saya yang bertanda
tangan di bawah ini :
Di buat di : Cimahi
Pada tanggal : 05 Agustus 2021
Yang menyatakan,
Agustus 2021
Disetujui oleh :
apt. Akhirul Kahfi Syam, M.Si. Dra. apt. Julia Ratnawati, M.S.
Pembimbing Pembimbing
Mengetahui,
Prof. Dr. apt. Afifah B.Sutjiatmo, M,S. apt. Ririn Puspadewi, M.Si
NID.412162949 NID. 412170277
ABSTRAK
Padi merupakan tanaman yang dijadikan bahan makanan utama warga negara
Indonesia. Tanaman padi dijadikan sebagai sumber energi karena kadar
karbohidratnya paling banyak. Beberapa bagian dari tanaman padi tetap bisa
dimanfaatkan untuk berbagai hal, salah satunya yaitu bekatul. Bekatul adalah
lapisan yang melapisi endosperma. Bubuk bekatul ini umumnya berwarna cokelat
muda dan memiliki rasa agak manis. Kandungan nutrisi yang ada pada bekatul
salah satunya yaitu Protein, lemak, karbohidrat, antioksidan (oryzanol,
tokoferol,asam ferulat), vitamin B (B1, B2, B3, dan B6), Vitamin B15, Mineral
kalsium dan magnesium. Untuk meningkatkan menjadi simplisia terstandar harus
dilakukan penetapan parameter standardisasi simplisia. Penetapan parameter
standardisasi dilakukan terhadap parameter spesifik dan non spesifik bekatul padi
yang terdiri dari sampel C1, C2, dan C3. Standardisasi dilakukan untuk menjamin
keseragaman mutu, keamanan dan khasiat produk akhir. Hasil skrining fitokimia
menunjukkan hasil positif pada pengamatan alkaloid, tanin, monoterpen,
seskuiterpen, triterpenoid, steroid dan kuinon. Hasil standardisasi mutu simplisia
bekatul padi didapatkan nilai standarisasi berupa kadar air 8,88±1,38; susut
pengeringan 0,26±0,16; kadar abu total 8,18±1,30; kadar abu larut air 4,20±0,34;
kadar abu tidak larut asam 1,32±0,30; kadar sari larut air 19,26±3,80 dan kadar
sari larut etanol 5,81±0,49
Rice is a plant that is used as the main food ingredient for Indonesian citizens.
Rice plants are used as an energy source because they contain the most
carbohydrates. Some parts of the rice plant can still be used for various things, one
of which is rice bran. The bran is the layer that lines the endosperm. This bran
powder is generally light brown in color and has a slightly sweet taste. The
nutritional content of rice bran includes protein, fat, carbohydrates, antioxidants
(oryzanol, tocopherol, ferulic acid), B vitamins (B1, B2, B3, and B6), vitamin
B15, minerals calcium and magnesium. To improve to become standardized
simplicia, it is necessary to determine the standardization of simplicia parameters.
Determination of standardization parameters was carried out on specific and non-
specific parameters of rice bran which consisted of samples C1, C2, and C3.
Standardization is carried out to ensure uniformity in quality, safety and efficacy
of the final product. The results of phytochemical screening showed positive
results on the observation of alkaloids, tannins, monoterpenes, sesquiterpenes,
triterpenoids, steroids and quinones. The results of standardization of the quality
of rice bran simplicia obtained standardization values in the form of water content
8.88±1.38; drying shrinkage 0.26±0.16; total ash content 8.18±1.30; water soluble
ash content 4.20±0.34; acid insoluble ash content 1.32±0.30; water soluble extract
content of 19.26±3.80 and ethanol soluble extract content of 5.81±0.49
Alhamdulillah, Puji dan Syukur dipanjatkan kepada Allah SWT, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya penulisan proposal penelitian yang berjudul
“Standardisasi pada Bekatul Tanaman Padi (Oryza sativa) di Tiga
Kecamatan Diwilayah Kabupaten Cirebon” ini dapat selesai tepat pada
waktunya. Shalawat beserta salam senantiasa tercurah kepada junjungan kita,
Rasulullah SAW, beserta keluarga, para sahabat dan umatnya.
Proposal penelitian ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk melaksanakan
penelitian tugas akhir untuk melengkapi syarat pengajuan seminar dan sidang
sarjana di Fakultas Farmasi Universitas Jenderal Achmad Yani.
Banyak pihak yang telah memberi bantuan, dorongan dan motivasi selama proses
penyusunan proposal penelitian ini berlangsung. Oleh karena itu pada kesempatan
ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Apt., Afifah B. Sudjiatmo, MS., ; Dekan Fakultas Farmasi,
Universitas Jenderal Achmad Yani.
2. Ibu Apt., Ririn Puspadewi, S.Si., M.Si.,.; Ketua Program Studi Sarjana
Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Jenderal Achmad Yani dan dosen wali
akademik yang membantu sejak awal perkuliahan.
3. Bapak apt., Akhirul Kahfi Syam, M.Si., dan ibu apt., Julia Ratnawati., M.S ;
tim dosen pembimbing atas segala dukungan, semangat dan masukan selama
penyusunan proposal penelitian ini.
4. Seluruh staff pengajar dan karyawan Fakultas Farmasi Universitas Jenderal
Achmad Yani.
5. Orangtua, yang selalu memberikan semangat, motivasi dan kasih sayang serta
tidak pernah letih untuk mendoakan yang terbaik.
6. Adik, teman – teman dan sahabat-sahabat yang selalu mendukung dan
memberikan semangat dalam penyelesaian studi ini.
7. Rekan-rekan Farmasi UNJANI 2017 yang telah memberi pengalaman,
pembelajaran dan arti kebersamaan.
8. Semua pihak yang telah membantu sehingga skripsi ini dapat selesai dengan
baik.
i
Semoga segala doa, bantuan dan dukungan yang telah diberikan, mendapat
balasan berupa kebaikan yang jauh lebih besar dari Allah SWT. Semoga proposal
penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
II.1 Komposisi Nutrisi Bekatul (edible grade) ....................................... 7
IV.1 Hasil Pengujian Metabolit Sekunder dengan Penapisan Fitokimia .. 17
IV.2 Hasil Pengujian Organoleptik ........................................................... 18
IV.3 Hasil Pengujian Spesifik dan Non Spesifik ...................................... 18
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
I.1 Tanaman Padi ....................................................................................... 4
v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. HASIL DETERMINASI ......................................................................... 28
2. BAGAN KERJA PENELITIAN ............................................................. 29
3. HASIL PENELITIAN ............................................................................. 38
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Cirebon juga merupakan salah satu kota yang memiliki industri batu alam cukup
besar di Jawa Barat, banyak pengrajin dan industri batu alam dengan skala
menengah ke bawah hingga kalangan menengah ke atas. Pembangunan industri
batu alam di Kabupaten Cirebon sudah ada dari tahun 2005, semakin tahun,
semakin bertambah hingga sekarang. Terdapat 3 sungai di Kabupaten Cirebon
yang tercemar limbah batu alam yaitu Sungai Jamblang, Sungai Cigambreng dan
Sungai Cipanas. Pencemaran sungai tersebut mencemari saluran irigasi pertanian.
Akibatnya tanah tidak subur, lahan pertanian rusak, penurunan kualitas dan
kuantitas pertanian(Ii 2020).
Padi merupakan tanaman utama yang dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat
Indonesia. Kebutuhan akan beras semakin lama semakin meningkat namun
kondisi pertanian di Indonesia semakin lama semakin berkurang. Kendala yang
dihadapi petani di Indonesia sangat banyak, salah satunya adalah saluran irigasi
yang tercemar menyebabkan kondisi lahan pertanian semakin kritis(Natalia 2006).
Padi merupakan tanaman yang dijadikan bahan makanan utama warga negara
Indonesia. Tanaman padi dijadikan sebagai sumber energi karena kadar
karbohidratnya paling banyak. Beberapa bagian dari tanaman padi tetap bisa
dimanfaatkan untuk berbagai hal, salah satunya yaitu bekatul. Bekatul adalah
lapisan yang melapisi endosperma. Bubuk bekatul ini umumnya berwarna cokelat
1
muda dan memiliki rasa agak manis. Kandungan nutrisi yang ada pada bekatul
salah satunya yaitu Protein, lemak, karbohidrat, antioksidan (oryzanol,
tokoferol,asam ferulat), vitamin B (B1, B2, B3, dan B6), Vitamin B15, Mineral
kalsium dan magnesium(Susanto 2011).
Pada proses pembuatan obat tradisional, simplisia yang digunakan sebagai bahan
baku harus memenuhi persyaratan mutu, seperti parameter spesifik maupun non
spesifik. Salah satu faktor yang mempengaruhi mutu suatu simplisia adalah
tempat tumbuh asal, berarti faktor luar dari tanaman tersebut, yaitu lingkungan
(tanah) dimana tumbuhan berinteraksi berupa energi (cuaca, temperatur, cahaya)
dan materi (air, senyawaorganik dan anorganik) dan akan dilakukan pengambilan
tanaman di tiga kecamatan yang berbeda, berdasarkan perbedaan tanah tempat
tumbuh tanaman tersebut. Standardisasi dilakukan agar dapat diperoleh bahan
baku yang seragam yang akhirnya dapat menjamin efek farmakologi tanaman
tersebut.
Oleh karena itu tujuan dilakukan penelitian ini untuk mendapatkan parameter
spesifik dan non spesifik standardisasi dari simplisia bekatul sesuai dengan
prosedur yang telah ditetapkan sehingga dapat diketahui apakah simplisia tersebut
memiliki mutu, aman, dan khasiat untuk tujuan kesehatan(Khorani 2013).
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
tanaman ini tumbuh kurang dari satu tahun dan produksi satu kali. Setelah
penanaman padi berbuah dan di panen, padi tidak dapat tumbuh seperti semula
lagi(Imansyah dan Andreyuni 2020).
Morfologi tanaman padi (Oryza sativa) ini terbagi menjadi beberapa bagian,
seperti akar, batang, daun, malai, bunga dan buah. Akar tanaman padi berbentuk
serabut, namun akar padi ini terdiri dari 4 bagian, seperti akar radikula
merupakan akar yang tumbuh pada saat benih mulai berkecambah. Pada benih
yang sedang berkecambah timbul calon akar dan batang, selanjutnya setelah 5-6
hari terbentuk akar tunggang, akar serabut akan tumbuh disebut akar serabut
(akaradventif). Memiliki batang yang tersusun dari beberapa ruas. Ruas-ruas itu
berbentuk bulat dengan kosong dibagian tengahnya, pada buku bagian bawah
dari ruas tumbuh daun pelepah yang membalut ruas sampai buku bagian atas.
mempunyai daun yang panjang dengan mempunyai tulang daun dibagian
tengahnya, pada bagian daun ditumbuhi bulu-bulu halus. Warna daun padi
berwarna hijau jika masih muda, dan jika sudah tua berwarna kuning. Daun padi
terbagi 3 bagian, yang pertama helaian padi, pelepah daun dan lidah daun. Bunga
padi berwarna putih, biasanya mulai mekar sekitar jam 9-10 pagi dan menutup
pada jam 3-4 sore. bunga padi tebagi menjadi beberapa bagian seperti kepala
sari, tangkai sari, palea (belahan yang besar), lemma (belahan yang kecil), kepala
putik, dan tangkai bunga. kumpulan bunga padi disebut malai padi. Buah padi
atau kita sering menyebutnya gabah, buah padi muda berwarna hijau jika sudah
matang buah padi akan berwarna kuning. Buah padi mempunyai lapisan pertama
yang disebut sekam, lapisan kedua disebut dedak dan lapisan ketiga disebut
bekatul. Bentuk buah padi lonjong dengan diujung buah runcing(Makarim dan
Suhartatik 2009).
Bagian tanaman padi yang dimanfaatkan yaitu buah(biji) sering disebut beras,
dimanfaatkan oleh menusia sebagai sumber utama makanan. Beras mengandung
karbohidrat yang tinggi sehingga dapat memenuhi kebutuhan energi bagi tubuh.
Bekatul biasanya dimanfaatkan sebagai makanan ungags. Bekatul mengandung
beragam nutrisi salah satunya beragam jenis vitamin B. Sekam dimanfaatkan
4
sebagai abu gosok, bahan bakar untuk menyalakan api, sebagai media tanaman
dan sebagai baku kertas. Tankai padi atau jerami untuk bahan baku: kertas, tikar,
topi dan kerajinan lainnya. Jerami dimanfaatkan sebagai makanan ternak dan
media tanam jamur(Dwi et al. 2015).
2.2 Bekatul
Bekatul adalah hasil samping dari pengolahan padi yang umumnya digunakan
untuk makanan ternak. Penggilingan padi menghasilkan rendemen berupa sekam
20%, bekatul 8%, lembaga 2% dan beras sosoh 70%. Pada umumnya bekatul
dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan jarang digunakan sebagai produk
makanan, padahal nilai gizi dan potensinya layak untuk digunakan sebagai
pangan fungsional(Tuarita dan Sadek 2017).
Bekatul merupakan hasil samping proses penggilingan padi yang selama ini
hanya dimanfaatkan sebagai pakan ternak, namun sebenarnya diketahui
mempunyai potensi untuk dikembangkan menjadi pangan fungsional yang
diharapkan mampu menurunkan faktor-faktor resiko terjadinya Diabetes Mellitus
(DM). Kandungan gizi dan karakteristik fungsional yang dimiliki dedak dan
bekatul beras merupakan potensi pemanfaatan keduanya sebagai pangan
fungsional dan food ingredient. Selain itu penelitian-penelitian yang mengarah
pada pemanfaatan bekatul menguntungkan kesehatan juga sudah banyak
dipublikasikan antara lain bekatul berfungsi sebagai antihiperkolesterol,
antidiabetes, antikanker dan antioksidan(Luthfianto, Noviyanti, dan Kurniawati
2017).
Manfaat bekatul bagi kesehatan tidak hanya disesbabkan oleh kandungan vitamin
B nya saja, tetapi juga karena kandungan zat gizi lainnya. Dari segi zat gizi,
bekatul mengandung asam amino lisin yang lebih tinggi dibandingkan beras.
Protein bekatul memang nilai gizinya lebih rendah dibandingkan telur dan
protein hewani, tetapi lebih tinggi dari kedelai, biji kapas, jagung dan terigu.
Bekatul juga merupakan sumber asam lemak tak jenuh esensial dan bermacam-
macam vitamin (B1, B2, B3, B5, B6 dan tokoferol), pangamic acid (Vit. B15),
5
serat pangan, serta mineral. Natrium, Kalium, dan Khlor yang terkandung dalam
bekatul mudah diserap dan dikeluarkan. Bekatul juga kaya akan serat pangan
(dietary fiber)(Damayanthi dan Listyorini 2007).
Disamping zat gizi, bekatul juga mengandung komponen bioaktif pangan atau
pangan fungsional. Komponen bioaktif tersebut adalah antioksidan tokoferol
(vitamin E), tokotrienol, oryzanol dan pangamic acid (vit. B15). Senyawa
tersebut merupakan bagian dari lemak bekatul dan merupakan senyawa yang
berharga untuk menjaga kesehatan manusia, antara lain sebagai zat yang dapat
menurunkan kadar kolestero darah, mencegah terjadinya kanker dan
memperlancar sekresi hormonal(Tuarita dan Sadek 2017).
6
efikasi yang terukur secara farmakologis dan menjamin keamanan konsumen.
Standardisasi obat herbal meliputi dua aspek :
7
Penapisan kimia adalah pemeriksaan kandungan kimia secara kualitatif untuk
mengetahui golongan senyawa metabolit sekunder yang memiliki khasiat bagi
kesehatan seperti alkaloid, flavonoid, terpenoid, tannin dan saponin. Pendekatan
fitokimia meliputi analisis kualitatif kandungan kimia tumbuhan atau bagian
tumbuhan (akar, batang, daun, bunga, buah dan biji), terutama kandungan
metabolit sekunder yang bioaktif yaitu alkaloida, antrakuinon, flavonoida,
glikosida jantung, saponin (steroid dan hiterprnoid), tannin (polifenolat), minyak
atsiri (terpenoid), iridoid, dan sebagainya. Dengan tujuan pendekatan skrining
fitokimia adalah untuk mensurvei tumbuhan untuk mendapatkan kandungan
bioaktif atau kandungan yang berguna untuk pengobatan(Kemenkes RI 2017).
B. Pemeriksaan Makroskopis
Pemeriksaan yang dilakukan dengan menggunakan mata telanjang atau dengan
bantuan kaca pembesar terhadap berbagai organ tanaman yang digunakan untuk
simplisia. Bertujuan untuk mengetahui morfologi, ukuran, dan warna
simplisia(Sumbayak dan Diana 2019).
C. Pemeriksaan Organoleptik
Parameter organoleptic digunakan untuk mendeskripsikan bentuk, warna bau,
rasa menggunakan panca indera dengan tujuan pengenalan awal sederhana dan
seobyektif mungkin(Utami et al. 2017).
8
E. Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi Lapis Tipis adalah metode kromatografi yang fase diamnya
berbentuk lapisan dan fase gerak berupa cairan tunggal ataupun campuran. Pola
kromatogram dilakukan sebagai analisis kromatografi sehingga memberikan pola
kromatogram yang khas. Bertujuan untuk memberikan gambaran awal komposisi
kandungan kimia berdasarkan pola kromatogram (KLT, KCKT). Kemudian
dibandingkan dengan data baku yang ditetapkan terlebih dahulu(Sari dan Laoli
2018).
Tujuan dari penetapan kadar air adalah utuk mengetahui batasan maksimal atau
rentang tentang besarnya kandungan air dalam bahan. Hal ini terkait dengan
kemurnian dan adanya kontaminan dalam simplisia tersebut. Dengan demikian,
penghilangan kadar air hingga jumlah tertentu berguna untuk memperpanjang
daya tahan bahan selama penyimpanan. Simplisia dinilai cukup aman bila
mempunyai kadar air kurang dari 10%(Utami et al. 2017).
9
Susut pengeringan = (bobot awal – bobot akhir) / bobot awal x 100%. Untuk
simplisia yang tidak mengandung minyak atsiridan sisa pelarut organik menguap,
susut pengeringan diidentikkan dengan kadar air, yaitu kandungan air karena
simplisia berada di atmoster dan ligkungan terbuka sehingga dipengaruhi oleh
kelembaban lingkungan penyimpanan(Mutiatikum et al. 2010).
C. Kadar Abu
Parameter kadar abu adalah bahan dipanaskan pada temperatur dimana senyawa
organik dan turunanya terdestruksi dan menguap. Sehingga tingga unsur mineral
dan anorganik, yang memberikan gambaran kandungan mineral internal dan
eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak. Parameter
kadar abu ini terkait dengan kemurnian dan kontaminasi suatu ekstrak. Penetapan
kadar abu merupakan cara untuk mengetahui sisa yang tidak menguap dari suatu
simplisia pada pembakaran. Pada penetapan kadar abu total, abu dapat berasal
dari bagian jaringan tanaman sendiri atau dari pengotoran lain misalnya pasir
atau tanah(Curcumae dan Riset 2020)
a. Penetapan Kadar Abu yang tidak larut asam
Ditujukan untuk mengetahui jumlah pengotoran yang berasal dari pasir atau
tanah silikat.
b. Penetapan Kadar Abu yang larut dalam air
Pengujian ini dimaksutkan untuk mengetahui jumlah senyawa yang dapat
tersari dengan air dari suatu simplisia.
c. Penetapan Kadar Abu yang larut dalam etanol
Pengujian ini dimaksutkan untuk mengetahui jumlah senyawa yang dapat
tersari dengan etanol dari suatu simplisia(Simplisia dan Centella 2015).
10
ditetapkan karena berbahaya bagi kesehatan(Amelia, Rachmadiarti, dan Yuliani
2015).
11
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
12
b. Identifikasi Steroid
Ditimbang 0,5 g simplisia diekstraksi dengan 10 mL eter. Sebanyak
0,5 mL larutan diuji dengan peraksi Lieberman Burchard,
Terbentuknya warna biru atau hijau menunjukkan adanya steroid.
c. Identifikasi Triterpenoid
Ditimbang 0,5 g simplisia diekstraksi dengan 10 mL eter. Sebanyak
0,5 mL larutan diuji dengan peraksi Lieberman Burchard,
Terbentuknya warna ungu menunjukkan adanya triterpenoid.
d. Identifikasi Flavonoid
Ditimbang 0,5 g simplisia dilaurtkan dalam 2,5 mL air dan diletakkan
diatas penangas air, lalu dimasukkan kedalam tabung dan ditambahkan
100 mg serbuk magnesium lalu tambakhkan 1 mL asam klorida pekat
dan 3 mL amil alkohol, dikocok kuat biarkan memisah, warna merah,
kuning, jingga pada lapisan amil alcohol menunjukkan adanya
flavonoid
e. Identifikasi Saponin
Ditimbang 0,5 g simplisia dilaurtkan dalam 2,5 mL air dan diletakkan
diatas penangas air, lalu dimasukkan kedalam tabung dikocok vertical
selama 10 detik, makaakan terbentuk busa stabil, dibiarkan selama 10
menit, tambahkan 1 tetes asam klorida 1%, jika busa tidak hilang maka
menunjukkan adanya saponin
f. Identifikasi Kuinon
Ditimbang 0,5 g simplisia dilarutkan dalam 2,5 mL air dan diletakkan
diatas penangas air, lalu dimasukkan kedalam tabung tambahkan
beberapa tetes natrium hidroksida1N, adanya filtrat warna merah
menunjukkan adanya kuinon
g. Identifikasi Polifenol
Ditimbang 0,5 g simplisia dilaurtkan dalam 2,5 mL air dan diletakkan
diatas penangas air, lalu dimasukkan kedalam tabung tambahkan
beberapa tetes larutan besi (III) klorida 1%, terbentuknya filtrat warna
biru tua atau hijau kehitaman menunjukkan adanya polifenol.
13
h. Identifikasi Tanin
Ditimbang 1 g simplisia ditambah NaCl 10% sebanyak 5 tetes lalu
disaring kemudian ditambah 1% gelatin dan 10 % NaCl, terbentuk
endapan putih menunjukkan adanya kandungan tanin pada simplisia.
B. Pemeriksaan Makroskopis
Tujuan uji makroskopik untuk menentukan ciri khas simplisia dengan
pengamatan secara langsung berdasarkan bentuk simplisia serta ciri-ciri
bekatul pada tanaman padi.
C. Pemeriksaan Organoleptis
Penetapan organoleptik dilakukan dengan mengamati bentuk fisik dari
simplisia bekatul tanaman padi yang bertujuan sebagai pengenalan awal
menggunakan panca indra dengan mendeskripsikan bentuk, warna, bau,
dan rasa.
14
Disaring cepat untuk menghindari penguapan etanol, 20 mL filtrate di
uapkan dalam cawan berdasar rata (yang telah ditara) di atas penangas
air hingga kering, di panaskan sisa pada suhu 105ºC hingga bobot
tetap. Kadar dalam persen dihitung terhadap bahan yang telah
dikeringkan.
15
B. Penetapan Susut Pengeringan
Sejumlah 1 g simplisia ditimbang dengan seksama dalam botol penimbang
bertutup yang sebelumnya telah dipanaskan dengan suhu 105ºC selama 30
menit dan dinginkan pada desikator. Sebelum ditimbang simplisia
diratakan dalam botol penimbang dengan menggoyangkan botol
penimbang hingga rata. Kemudian dimasukkan kedalam oven, buka tutup
botol penimbang dan biarkan tutup botol penimbang didalam oven.
Panaskan dengan suhu 105ºC selama 1 jam, kemudian timbang dan ulangi
pemanasan sampai beratnya konstan.
16
tetap. Hitung kadar abu yang larut dalam air(Ardi Wijanarko, Santi
Perawati 2020)
17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
18
Tabel IV.2 : Hasil Pengujian Organoleptik
No Parameter Deskripsi Hasil
Pemeriksaan C1 C2 C3
1 Aroma Khas Khas Khas
2 Warna Coklat muda Coklat sedikit Coklat
tua
3 Rasa Manis Manis Manis
4 Bentuk Serbuk kasar Serbuk kasar Serbuk kasar
Pemeriksaan organoleptik dilakukan bertujuan sebagai memberikan
pengenalan awal simplisia secara objektif berupa aroma, warna, rasa dan bentuk.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa yang membedakan dari ketiga
sampel yaitu pada warna bekatul padi.
Tabel IV.3 : Hasil Pengujian Spesifik dan Non Spesifik
No Jenis Pemeriksaan Hasil rata-rata (%) Persyaratan
C1 C2 C3 MMI
1 Kadar air 9,33±3,05 10±2 7,33±4,16 ≤ 10,00
2 Kadar minyak atsiri 0,67±0.28 1±0,5 0,67±0,28
3 Kadar abu 6,85±0,68 9,46±0,57 8,24±1,23
4 Kadar abu larut air 4,33±0,40 3,81±0,21 4,47±0,28
5 Kadar abu tidak larut 1,64±0,30 1,30±0,34 1,03±0,33
asam
6 Susut pengeringan 0,20±0,08 0,45±0,48 0,14±0,03 ≤ 10,00
7 Kadar sari larut air 17,07±1,11 23,66±0,90 17.06±1,85
8 Kadar sari larut 5,56±0,69 5,50±1,86 6,38±1,42
etanol
9 Kadar tanin 0,40±0,01 0,45±0,13 0,51±0,02
Tujuan dilakukan pengujian kadar air yaitu untuk menetapkan residu air
setelah proses pengentalan atau pengeringan. Berdasarkan tabel diatas dapat
diketahui bahwa kadar air dari bekatul padi didapatkan hasil yang diperoleh dari
sampel C1, C2 dan C3 berturut-turut yaitu 9,33±3,05% ; 10±2% dan 7,33±4,16%.
Dari hasil tersebut pada sampel C2 melebihi batas persyaratan lebih dari 10%
yang telah ditentukan dikarenakan pengeringan bekatul padi kurang sempurna
ataupun diakibatkan oleh kelembaban lingkungan sekitar saat penyimpanan.
Dengan tingginya kadar air yang tinggi kemungkinan mikroba dan jamur akan
tumbuh. Cara yang dapat dilakukan untuk menekan jumlah mikroba ataupun
jamur yang tumbuh adalah dengan mengeringkan simplisia hingga kadar air yang
dipersyaratkan yakni 10%. Selain itu setelah dibuat dalam bentuk serbuk,
19
simplisia disimpan di wadah yang tertutup, pada suhu kamar, ditempat kering dan
terlindungi dari sinar matahari,
Dari hasil percobaan, kadar minyak atsiri yang diperoleh dari 3 sampel
yang berbeda berturut-turut 0.67±0.28 ; 1±0,5 ; 0,67±0,28. Kadar minyak atsiri
hasil percobaan tidak memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Karena
bekatul padi tidak memiliki minyak atsiri.
Parameter penetapan kadar abu total secara umum bertujuan untuk
memberikan gambaran jumlah total material yang tersisa setelah pemijaran, yang
terdiri atas abu fisiologis yang berasal dari jaringan tanaman itu sendiri, dan abu
non fisiologis yang merupakan residu dari senyawa ekstraneous (seperti pasir dan
tanah) yang menempel pada permukaan tanaman.. Hasil penetapan kadar abu total
berturut-turut adalah 6,85±0,68% ; 9,46±0,57% ; 8,24±1,23% dan ini
menunjukkan sisa anorganik yang terdapat pada simplisia tersebut. Tingginya
kadar abu total menunjukkan adanya kandungan mineral internal. Semakin tinggi
kadar abu yang diperoleh maka kandungan mineral didalam bahan juga semakin
tinggi.
Hasil dari kadar abu tidak larut asam menggambarkan besarnya
kontaminasi dari pengotor seperti pasir dan tanah yang mungkin terjadi pada saat
proses awal hingga penetapan kadar abu tidak larut asam. Adanya kandungan abu
tidak larut asam tinggi mungkin menunjukkan adanya kontamisi pasir atau
kotoran yang lain selama proses penyiapan simplisia. Dari hasil kadar abu tidak
larut asam diperoleh hasil dari 3 sampel yaitu 1,64±0,30; 1,30±0,34 dan
1,03±0,33. C1 paling dekat dengan tempat batu bata. Keamanan dari C1 harus
diperhatikan. Kemungkinan bekatul pada sampel C1 terdapat kontaminasi bahan-
bahan yang mengandung silica seperti tanah dan pasir. Tingginya kadar abu tidak
larut dalam asam menunjukkan adanya kandungan silikat yang berasal dari tanah
atau pasir, unsur logam perak, timbal dan merkuri. Kadar abu larut air
menunjukkan adanya kandungan mineral internal yang berupa kandungan alami
yang terdapat pada simplisia. Hasil kadar abu larut air berturut-turut adalah
4,33±0,40; 3,81±0,21 dan 4,47±0,28. Dari hasil kadar abu tidak larut asam dan
kadar abu larut air menunjukkan bahwa kandungan mineral internal yang
20
diinginkan lebih besar daripada kandungan eksternal yang tidak diinginkan yang
biasanya berupa senyawa-senyawa pengotor dan logam.
Penetapan susut pengeringan pada simplisia merupakan salah satu
persyaratan yang harus dipenuhi dalam standardisasi tumbuhan yang berkhasiat
obat dengan tujuan dapat memberikan batas maksimal (rentang) tentang besarnya
senyawa yang hilang pada proses pengeringan. Pada uji susut pengeringan ini
dilakukan pengukuran sisa zat setelah pengeringan pada suhu 105oC. Air akan
menguap dan senyawa-senyawa yang mempunyai titik didih yang lebih rendah
dari air akan ikut menguap juga. Kandungan yang hilang antara lain air, minyak
atsiri dan senyawa-senyawa kandungan yang lain yang mudah menguap.
Didapatkan hasil sampel C1, C2 dan C3 yaitu 0,20±0,08; 0,45±0,48 dan
0,14±0,03. Massa yang dapat hilang karena pema2nasan ini meliputi molekul air,
minyak atsiri dan pelarut etanol.
Kadar sari larut air dan etanol merupakan indikator kadar senyawa aktif
yang dapat tersari, baik oleh pelarut air maupun etanol. Kadar senyawa aktif
dalam suatu simplisia dipengaruhi oleh umur tanaman, waktu panen, iklim dan
tempat tumbuh. Pada penetapan kadar sari yang larut dalam air ini bertujuan untuk
memberikan gambaran awal kandungan bahan-bahan kimia yang terdapat dalam
simplisia yang larut dalam air. Semakin banyak jumlah kandungan kimia yang
terdapat dalam air maka jumlah komponen-komponen kimia yang memiliki
aktivitas juga semakin banyak. Dari hasil penelitian diperoleh kadar sari yang
larut air pada sampel C1, C2 dan C3 berturut-turut 17,07±1,11; 23,66±0,90 dan
17,06±1,85. Kadar sari larut etanol menunjukkan kandungan senyawa simplisia
yang berada di dalam simplisia ataupun ekstrak yang diduga berperan dalam
menentukan efek tertentu tergantung senyawa yang di kandungnya. Hasil
penelitian kadar sari larut etanol berturut-turut pada sampel C1, C2, C3 adalah
5,56±0,69; 5,50±1,86 dan 6,38±1,42. Kadar sari larut air memiliki nilai lebih
tinggi dibandingkan dengan kadar sari larut etanol. Hal ini dimungkinkan
kandungan senyawa metabolit sekunder paling banyak adalah bersifat polar yang
terdapat pada sampel C1, C2 dan C3 dibandingkan senyawa metabolit sekunder
bersifat semi polar, sehingga senyawa-senyawa tersebut akan mudah larut dalam
air dibandingkan dalam etanol 96%.
21
Selanjutnya penatapan kadar tanin dilakukan dengan metode titrasi
permanganometri, metode ini berdasarkan proses oksidasi-reduksi atau redoks.
Pada penelitian ini digunakan sebagai standar zat pengoksidasi adalah KMnO4.
Karena termasuk oksidator kuat, umum digunakan, mudah diperoleh dan tidak
mahal. Dan sebagai larutan baku primer adalah asam oksalat. Berdasarkan hasil
penelitian yang telah dilakukan, maka didapatkan hasil pada sampel C1, C2 dan
C3 adalah 0,40±0,01; 0,45±0,13 dan 0,51±0,02.
22
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penetapan non spesifik dan spesifik simplisia didapatkan
hasil penelitian menunjukkan bahwa bekatul padi pada skrining fitokimia
menunjukkan hasil positif pada pengamatan alkaloid, tanin, monoterpen,
seskuiterpen, triterpenoid, steroid dan kuinon. Hasil standardisasi mutu simplisia
bekatul padi didapatkan nilai standarisasi berupa kadar air 8,88±1,38; susut
pengeringan 0,26±0,16; kadar abu total 8,18±1,30; kadar abu larut air 4,20±0,34;
kadar abu tidak larut asam 1,32±0,30; kadar sari larut air 19,26±3,80 dan kadar
sari larut etanol 5,81±0,49
5.2 Saran
Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk melakukan pengeringan bekatul
padi lebih lama agar mendapatka kadar air yang dipersyaratkan.
23
DAFTAR PUSTAKA
Amelia, Rizka Ayu, Fida Rachmadiarti, dan Yuliani. 2015. “Analisis Kadar
Logam Berat Pb dan Pertumbuhan Tanaman Padi di Area Persawahan Dusun
Betas , Desa Kapulungan , Gempol-Pasuruan.” LenteraBio 4(3):187–91.
Ardi Wijanarko, Santi Perawati, Lili Andriani. 2020. “Standardisasi simplisia
daun ciplukan.” Jurnal Farmasetis 9(1):31–40.
Bsn. 2009. “Buku Pengantar Standardisasi ini merupakan materi awal tentang
pendidikan standardisasi, yang terus disempurnakan oleh suatu tim dari BSN
dan beberapa Perguruan Tinggi.”
Curcumae, Kunyit dan Balai Riset. 2020. “Analisa kadar air dan kadar abu pada
simplisia temu giring (.”
Damayanthi, Evy dan Dwi Inne Listyorini. 2007. “Pemanfaatan Tepung Bekatul
Rendah Lemak Pada Pembuatan Kripik Simulasi.” Jurnal Gizi dan Pangan
1(2):34.
Dwi, Ni Made Ayuk Puspita, I. Ketut Suter, dan I. Wayan Rai Widarta. 2015.
“STABILISASI BEKATUL DALAM UPAYA PEMANFAATANNYA
SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL Ni Made Ayuk Puspita Dewi.” 10.
Fajriah, Sofa dan Megawati Megawati. 2015. “PENAPISAN FITOKIMIA DAN
UJI TOKSISITAS DARI DAUN Myristica fatua HOUTT.” Chimica et
Natura Acta 3(3):116–19.
Handayani, Selpida, Komar Ruslan Wirasutisna, dan Muhamad Insanu. 2017.
“Penapisan Fitokimia dan Karakterisasi Simplisia Daun Jambu Mawar
(Syzygium jambos Alston).” Jf Fik Uinam 5(3):174–79.
Ii, B. A. B. 2020. “Bab ii profil kabupaten jembrana 2.1.” 8:1–17.
Imansyah, Angga Adriana dan Frilynthia Dwi Ayu Andreyuni. 2020. “Identifikasi
Morfologi Benih Padi Sawah Varietas Pandanwangi Di Lima Lokas
Kecamatan.” Pro-STek 2(1):33–48.
Indrasuari, A.A.A.., Wijayanti, N.P.A.D, dan Dewantara, IG. N. .. 2011.
“Standarisasi Simplisia Kulit Buah Manggis (.” Farmasi 1–3.
Kemenkes RI. 2017. “Farmakope Herbal Indonesia Edisi 2.” 561.
24
Khorani, Nur. 2013. KARAKTERISASI SIMPLISIA DAN STANDARISASI
EKSTRAK ETANOL HERBA KEMANGI (Ocimum americanum L.).
Luthfianto, Dodik, Retno Dwi Noviyanti, dan Indah Kurniawati. 2017.
“Karakterisasi Kandungan Zat Gizi Bekatul pada Berbagai Varietas Beras di
Surakarta.” jurnal Kesehatan 2(1):371–76.
Maiti dan Bidinger. 1981. “済無No Title No Title.” Journal of Chemical
Information and Modeling 53(9):1689–99.
Makarim, A. Karim dan E. Suhartatik. 2009. “Morfologi dan Fisiologi Tanaman
Padi.” 297–330.
Mutiatikum, D., S. Alegantina, dan Y. Astuti. 2010. “Standarisasi simplisia dari
buah miaya (Plectranthus seutellaroides (L)) yang berasal dari 3 tempat
tumbuh Manado, Kupang dan Papua.” Buletin Penelitian Kesehatan 38(1):1–
16.
Natalia. 2006. “II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sejarah, Morfologi dan Sistematika
Tanaman Padi Berdasarkan sejarahnya, padi termasuk dalam marga.” 7–24.
Pranowo, Dodyk, Erliza Noor, Liesbetini Haditjaroko, dan Akhiruddin Maddu.
2015. “Karakterisasi Simplisia dan Ekstrak Daun Gedi ( Abelmoschus
manihot l .) sebagai Bahan Sediaan Obat.” Prosiding Seminar Agroindustri
dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI (261):2–3.
Sari, Rika Puspita dan Melfin Teokarsa Laoli. 2018. “Karakterisasi Simplisia Dan
Skrining Fitokimia serta Analasis secara KLT (Kromatografi Lapis Tipis)
Daun dan Kulit Buah Jeruk Lemon ( Citrus Limon ( L .) Burm . F .).” Jurnal
Ilmiah Farmasi Imelda 2(2):7–13.
Simplisia, Standarisasi dan Pegagan Centella. 2015. “TESIS STANDARISASI
SIMPLISIA PEGAGAN ( Centella asiatica ) DENGAN SIDIK JARI
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS-SPEKTROFOTODENSITOMETRI.”
Sumbayak, Amelia Rosenta dan Vivi Eulis Diana. 2019. “Formulasi Hand Body
Lotion Ekstrak Etanol Kulit Buah Semangka (Citrillus vulgaris) untuk
Pelembab Kulit.” Jurnal Dunia Farmasi 2(2):70–76.
Susanto, Dwi. 2011. “Potensi Bekatul Sebagai Sumber Antioksidan Dalam
Produk Selai Kacang.” Universitas Diponegoro 1–51.
Tuarita, M. Z. dan Nur F. (IPB/Fakultas Teknologi Pangan) Sadek. 2017.
25
“Pengembangan Bekatul sebagai Pangan Fungsional: Peluang, Hambatan,
dan Tantangan Rice Bran Development as Functional Foods: The
Opportunities, Obstacles, and Challenges.” Jurnal Pangan 26(22).
Utami, Yuri Pratiwi, Abdul Halim Umar, Reny Syahruni, dan Indah Kadullah.
2017. “Standardisasi Simplisia dan Ekstrak Etanol Daun Leilem
(Clerodendrum minahassae Teisjm. & Binn.).” Journal of Pharmaceutical
and Medicinal Sciences 2(1):32–39.
Vernanda, Renna Yulia, Maria Revina Puspitasari, dan Hadianto Nur Satya. 2019.
“Standarisasi Spesifik dan Non Spesifik Simplisia dan Ekstrak Etanol
Bawang Putih Tunggal Terfermentasi (Allium sativum Linn.).” Jurnal
Farmasi Sains dan Terapan 6(2):74–83.
Amelia, Rizka Ayu, Fida Rachmadiarti, dan Yuliani. 2015. “Analisis Kadar
Logam Berat Pb dan Pertumbuhan Tanaman Padi di Area Persawahan Dusun
Betas , Desa Kapulungan , Gempol-Pasuruan.” LenteraBio 4(3):187–91.
Ardi Wijanarko, Santi Perawati, Lili Andriani. 2020. “Standardisasi simplisia
daun ciplukan.” Jurnal Farmasetis 9(1):31–40.
Bsn. 2009. “Buku Pengantar Standardisasi ini merupakan materi awal tentang
pendidikan standardisasi, yang terus disempurnakan oleh suatu tim dari BSN
dan beberapa Perguruan Tinggi.”
Curcumae, Kunyit dan Balai Riset. 2020. “Analisa kadar air dan kadar abu pada
simplisia temu giring (.”
Damayanthi, Evy dan Dwi Inne Listyorini. 2007. “Pemanfaatan Tepung Bekatul
Rendah Lemak Pada Pembuatan Kripik Simulasi.” Jurnal Gizi dan Pangan
1(2):34.
Dwi, Ni Made Ayuk Puspita, I. Ketut Suter, dan I. Wayan Rai Widarta. 2015.
“STABILISASI BEKATUL DALAM UPAYA PEMANFAATANNYA
SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL Ni Made Ayuk Puspita Dewi.” 10.
Fajriah, Sofa dan Megawati Megawati. 2015. “PENAPISAN FITOKIMIA DAN
UJI TOKSISITAS DARI DAUN Myristica fatua HOUTT.” Chimica et
Natura Acta 3(3):116–19.
Handayani, Selpida, Komar Ruslan Wirasutisna, dan Muhamad Insanu. 2017.
“Penapisan Fitokimia dan Karakterisasi Simplisia Daun Jambu Mawar
26
(Syzygium jambos Alston).” Jf Fik Uinam 5(3):174–79.
Ii, B. A. B. 2020. “Bab ii profil kabupaten jembrana 2.1.” 8:1–17.
Imansyah, Angga Adriana dan Frilynthia Dwi Ayu Andreyuni. 2020. “Identifikasi
Morfologi Benih Padi Sawah Varietas Pandanwangi Di Lima Lokas
Kecamatan.” Pro-STek 2(1):33–48.
Indrasuari, A.A.A.., Wijayanti, N.P.A.D, dan Dewantara, IG. N. .. 2011.
“Standarisasi Simplisia Kulit Buah Manggis (.” Farmasi 1–3.
Kemenkes RI. 2017. “Farmakope Herbal Indonesia Edisi 2.” 561.
Khorani, Nur. 2013. KARAKTERISASI SIMPLISIA DAN STANDARISASI
EKSTRAK ETANOL HERBA KEMANGI (Ocimum americanum L.).
Luthfianto, Dodik, Retno Dwi Noviyanti, dan Indah Kurniawati. 2017.
“Karakterisasi Kandungan Zat Gizi Bekatul pada Berbagai Varietas Beras di
Surakarta.” jurnal Kesehatan 2(1):371–76.
Maiti dan Bidinger. 1981. “済無No Title No Title.” Journal of Chemical
Information and Modeling 53(9):1689–99.
Makarim, A. Karim dan E. Suhartatik. 2009. “Morfologi dan Fisiologi Tanaman
Padi.” 297–330.
Mutiatikum, D., S. Alegantina, dan Y. Astuti. 2010. “Standarisasi simplisia dari
buah miaya (Plectranthus seutellaroides (L)) yang berasal dari 3 tempat
tumbuh Manado, Kupang dan Papua.” Buletin Penelitian Kesehatan 38(1):1–
16.
Natalia. 2006. “II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sejarah, Morfologi dan Sistematika
Tanaman Padi Berdasarkan sejarahnya, padi termasuk dalam marga.” 7–24.
Pranowo, Dodyk, Erliza Noor, Liesbetini Haditjaroko, dan Akhiruddin Maddu.
2015. “Karakterisasi Simplisia dan Ekstrak Daun Gedi ( Abelmoschus
manihot l .) sebagai Bahan Sediaan Obat.” Prosiding Seminar Agroindustri
dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI (261):2–3.
Sari, Rika Puspita dan Melfin Teokarsa Laoli. 2018. “Karakterisasi Simplisia Dan
Skrining Fitokimia serta Analasis secara KLT (Kromatografi Lapis Tipis)
Daun dan Kulit Buah Jeruk Lemon ( Citrus Limon ( L .) Burm . F .).” Jurnal
Ilmiah Farmasi Imelda 2(2):7–13.
Simplisia, Standarisasi dan Pegagan Centella. 2015. “TESIS STANDARISASI
27
SIMPLISIA PEGAGAN ( Centella asiatica ) DENGAN SIDIK JARI
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS-SPEKTROFOTODENSITOMETRI.”
Sumbayak, Amelia Rosenta dan Vivi Eulis Diana. 2019. “Formulasi Hand Body
Lotion Ekstrak Etanol Kulit Buah Semangka (Citrillus vulgaris) untuk
Pelembab Kulit.” Jurnal Dunia Farmasi 2(2):70–76.
Susanto, Dwi. 2011. “Potensi Bekatul Sebagai Sumber Antioksidan Dalam
Produk Selai Kacang.” Universitas Diponegoro 1–51.
Tuarita, M. Z. dan Nur F. (IPB/Fakultas Teknologi Pangan) Sadek. 2017.
“Pengembangan Bekatul sebagai Pangan Fungsional: Peluang, Hambatan,
dan Tantangan Rice Bran Development as Functional Foods: The
Opportunities, Obstacles, and Challenges.” Jurnal Pangan 26(22).
Utami, Yuri Pratiwi, Abdul Halim Umar, Reny Syahruni, dan Indah Kadullah.
2017. “Standardisasi Simplisia dan Ekstrak Etanol Daun Leilem
(Clerodendrum minahassae Teisjm. & Binn.).” Journal of Pharmaceutical
and Medicinal Sciences 2(1):32–39.
Vernanda, Renna Yulia, Maria Revina Puspitasari, dan Hadianto Nur Satya. 2019.
“Standarisasi Spesifik dan Non Spesifik Simplisia dan Ekstrak Etanol
Bawang Putih Tunggal Terfermentasi (Allium sativum Linn.).” Jurnal
Farmasi Sains dan Terapan 6(2):74–83.
28
LAMPIRAN 1
DETERMINASI
29
LAMPIRAN 2
BAGAN TAHAPAN KERJA
A. Uji Fitokimia
a. Identifikasi Alkaloid
0,5 g simplisia
- Ditambang 5 mL HCl 10%
- Dikocok dan ditambahkan 5
mL larutan ammonia 10%
- Diekstraksi 10 mL kloroform
dan diuapkan
- Residu sisa penguapan
ditambah 1,5 mL HCl 2%
- Dibagi menjadi 2 tabung
Hasil
30
LAMPIRAN 2
(LANJUTAN)
b. Identifikasi Steroid
0,5 g simplisia
-
- Diekstraksi dengan 10 mL eter
- Sebanyak 0,5 mL larutan diuji
dengan pereaksi Lieberman
Burchard
- Terbentuk warna biru atau
hijau menujukkan adanya
steroid
Hasil
c. Identifikasi Triterpenoid
0,5 g simplisia
Hasil
31
LAMPIRAN 2
(LANJUTAN)
d. Identifikasi Flavonoid
0,5 g simplisia
- Dilarutkan 2,5 mL air , diletakkan diatas
penangas air
- Dimasukkan ke tabung dan ditambahkan
100 mg serbuk magnesium
- Ditambahkan 1 mL asam klorida pekat
dan 3 mL alkohol
- Dikocok kuat, dibiarkan memisah
- Terjadi perubahan warna merah, kuning,
jingga pada lapisan alkohol
menunjukkan adanya flavonoid
Hasil
e. Identifikasi Saponin
0,5 g simplisia
-
- Dilarutkan 2,5 mL air, diletakkan diatas
penangas air, dimasukkan ke dalam
tabung dikocok vertical 10 detik
- Terbentuk busa stabil dibiarkan 10 menit
- Ditambahkan 1 tetes asam klorida 1%
- Busa tidak hilang menunjukkan adanya
saponin.
Hasil
Hasil
32
LAMPIRAN 2
(LANJUTAN)
f. Identifikasi Kuinon
0,5 g simplisia
-
- Dilarutkan 2,5 mL air, Diletakkan diatas
penangas air dan dimasukkan beberapa
tabung
- Ditambahkan beberapa tetes natrium
hidroksida 1 N
- Filtrat warna merah menunjukkan adanya
kuinon
Hasil
g. Identifikasi Polifenol
0,5 g Simplisia
Hasil
h. Identifikasi Tanin
1 g simplisia
Hasil
33
LAMPIRAN 2
(LANJUTAN)
B. Pemeriksaan Makroskopis
Simplisia
Simplisia
- Diamati lansung berdasarkan bentuk dan
ciri simplisia
Hasil
C. Pemeriksaan Organoleptis
Simplisia
Hasil
5 g serbuk simplisia
Hasil
34
LAMPIRAN 2
(LANJUTAN)
5 g serbuk simplisia
Hasil
F. Kadar Air
1 g serbuk simplisia
Hasil
35
LAMPIRAN 2
(LANJUTAN)
G. Susut Pengeringan
1 g simplisia
- Ditibang dalam botol penimbang bertutup
yg dipanaskan dengan suhu 105oC selama
30 menit
- Sebelum ditimbang diratakan dengan
menggoyangkan botol penimbangan
- Dimasukkan oven, buka tutup botol
penimbang dan biarkna tutup di oven
- Dipanaskan suhu 105oC selama 1 jam
- Ditimbang dan ulangi hingga berat konstan
Hasil
3 g simplisia
Hasil
36
LAMPIRAN 2
(LANJUTAN)
Hasil
Abu total
37
LAMPIRAN 2
(LANJUTAN)
2 g simplisia
38