Oleh :
NOVIA ANGGRAINI
NIM. 1648401120190
Oleh :
NOVIA ANGGRAINI
NIM. 1648401120190
NOVIA ANGGRAINI
1648401120190
Formulasi dan Uji Sifat Fisik Lotion Antioksidan dari Ekstrak Etanol Daun
Kelakai (Stenochlaena palustris (Burm.) Bedd)
Abstrak
Banyak penyakit yang timbul disebabkan oleh radikal bebas dengan merusak sel-
sel tubuh melalui kulit. Lotion antioksidan merupakan sediaan kosmetik
perawatan kulit yang mampu menghambat radikal bebas. Daun kelakai
(Stenochlaena palustris (Burm.) Bedd) adalah salah-satu bahan alam yang
memiliki aktivitas antioksidan karena mengandung senyawa flavonoid yang tinggi
sehingga berpotensi dibuat sediaan lotion untuk mencegah kulit dari paparan
radikal bebas.
Penelitian ini bertujuan mengetahui formulasi dan mengevaluasi sifat fisik lotion
antioksidan dari ektrak etanol daun kelakai (Stenochlaena palustris (Burm.)
Bedd).
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahim
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis
dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Formulasi dan Uji Sifat
Fisik Lotion Antioksidan dari Ekstrak Etanol Daun Kelakai (Stenochlaena
palustris (Burm.) Bedd)”.
Penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini tidak lepas dari bantuan dukungan serta doa
dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan
penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Ahmad Khairudin, M.Ag selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Banjarmasin.
2. Ibu Risya Mulyani, M.Sc., Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Muhammadiyah Banjarrmasin.
3. Ibu Sri Rahayu, M.Farm., Apt selaku Ketua Program Studi D3 Farmasi
Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Banjarmasin.
4. Bapak Dedi Hartanto, M.Sc., Apt selaku Pembimbing 1 dan Penguji 1 yang
telah membimbing, memberikan banyak masukan serta meluangkan
waktunya untuk membimbing penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Bapak Yustan Azidin, M.Kep., Ns selaku Pembimbing 2 dan Penguji 2 yang
telah membimbing, memberikan banyak masukan serta meluangkan
waktunya untuk membimbing penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Bapak Hendera, M.Farm.Klin., Apt selaku Penguji 3 yang telah memberikan
banyak masukan untuk Karya Tulis Ilmiah ini.
7. Seluruh Dosen pengajar dan Staf Karyawan Universitas Muhammadiyah
Banjarmasin khususnya dosen Farmasi yang telah memberikan ilmu yang
bermanfaat sehingga turut membantu dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah
ini.
iv
8. Ayah (Kasmuyadi), Ibu (Muliyani) dan adik-adikku (Muhammad Rizky dan
Qatratunnida) yang telah memberikan dukungan dan doa agar diberi
kemudahan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
9. Sahabat-Sahabatku (Gurita, War As) dan Hasan Baihaqi yang selalu
memberikan dukungan, motivasi, dan do’a dalam penyelesaian Karya Tulis
Ilmiah ini
10. Teman-teman angkatan IX dan orang-orang terdekat yang telah memberikan
motivasi serta pihak lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna,
banyak kekurangan yang terdapat dalam Karya Ilmiah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman penulis, meskipun penulis telah berusaha
semaksimal mungkin dalam menyajikannya. Segala bentuk saran dan kritik yang
bersifat membangun sangat penulis harapkan.
Penulis
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN KARYA TULIS ILMIAH ........................................ iii
ABSTRAK ............................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR .............................................................................................v
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................3
1.3 Tujuan Penelian ............................................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian........................................................................................3
1.4.1 Bagi Peneliti ........................................................................................3
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan ....................................................................3
1.4.3 Bagi Masyarakat .................................................................................3
1.5 Penelitian Terkait .........................................................................................4
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di bumi ini terdapat banyak keanekaragaman tumbuhan, diperkirakan
terdapat 40.000 spesies tumbuhan. Dari jumlah tersebut sekitar 30.000
spesies hidup di kepulauan Indonesia (Rahman et al., 2012). Indonesia
merupakan negara besar yang terkenal karena keanekaragamannya di
berbagai daerah. Salah-satunya adalah Kalimantan. Kalimantan merupakan
daerah yang mempunyai sebaran lahan rawa (rawa air tawar dan rawa
gambut) yang banyak ditumbuhi oleh berbagai jenis paku-pakuan dan salah
satunya tumbuhan kelakai (Ceri et al., 2014). Tumbuhan kelakai salah satu
tumbuhan yang di konsumsi masyarakat suku Dayak sebagai sayuran dan
diduga mampu berperan sebagai antioksidan karena mengandung flavonoid
yang tinggi (Suhartono et al., 2012).
Proses penuaan dini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain karena
faktor genetik, gaya hidup, lingkungan, mutasi gen, rusaknya sistem
kekebalan dan radikal bebas. Dari faktor-faktor tersebut radikal bebas
merupakan yang paling sering diungkapkan. Sumber radikal bebas dapat
berasal dari polusi, debu maupun diproduksi secara terus-menerus sebagai
konsekuensi dari metabolisme normal (Zuhra et al., 2008).
2
Kulit merupakan pelindung utama tubuh dari dunia luar, sehingga sangat
rentan terpapar oleh radikal bebas. Produk kosmetik memiliki salah satu
manfaat untuk melindungi kulit karena bahan yang dikandungnya, sehingga
dapat mempengaruhi fungsi biologis kulit. Beberapa ekstrak tumbuhan dan
antioksidan yang diperoleh dari sumber alami mampu mencegah penuaan
dan dapat meningkatkan kesehatan kulit (Pareetha dan Karthika, 2009).
Salah satu produk kosmetik yang dapat digunakan sebagai pelindung adalah
lotion (Kardinan dan Dhalimi, 2010).
1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah Mengetahui Formulasi dan Sifat Fisik
Lotion Antioksidan dari Ektrak Etanol Daun Kelakai (Stenochlaena
palustris (Burm.) Bedd).
Sedangkan pada penelitian ini dibuat Formulasi dan Uji Sifat Fisik Lotion
Antioksidan dari Ekstrak Etanol Daun Kelakai (Stenochlaena palustris
(Burm.) Bedd) dengan metode ekstraksi maserasi, kadar ekstrak 75µg/ml
dengan variasi emulgator setil alkohol 2%, 4% dan 6%.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
begerigi tajam dan halus, yrat daun berjarak lebar, anak daun fertil
lebarnya 2-5 mm (Sutomo dan Arnida, 2010).
2.1.4 Habitat dan Penyebaran
Tumbuhan kelakai tumbuh hingga pada ketinggian 900 meter di
bawah permukaan laut dan merambat pada hutan-hutan bekas
penebangan kayu terutama dekat air tawar, air payau, hutan bakau,
khususnya disepanjang tepi sungai dan sumber air. Paku ini didapati
di mana-mana seperti di dataran rendah, di tempat terbuka, hutan
sekunder dan umum ditemukan di wilayah rawa termasuk rawa
gambut (Stephanie, 2015).
2.1.5 Kandungan kimia
2.1.5.1 Steroida/triterpenoida
Steroid merupakan senyawa kimia yang memiliki kerangka
dasar siklopentanafenantren. Pada umumnya, gugus metil
berada pada C10dan C13. Rantai samping alkil dapat juga
berada pada C17. Sterol adalah steroid yang memiliki gugus
hidroksi pada C3 (Stephanie, 2015).
Steroid adalah senyawa organik lemak sterol tidak
terhidrolisis yang dapat dihasilkan dari reaksi penurunan
dari terpena atau skualena. Steroid merupakan kelompok
senyawa yang penting dengan struktur dasar sterana jenuh
(bahasainggris: saturated tetracyclic hydrocarbon: 1,2 –
cyclopentano-perhydro-phenanthrene) dengan 17 atom
karbon dan 4 cincin (Dwilistiani, 2013).
2.2 Ekstrak
2.2.1 Pengertian Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan penyari
simplisia menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya
matahari langsung. Ekstrak kering harus mudah digerus menjadi
serbuk (Depkes RI, 2008).
2.2.2 Metode Pembuatan Ekstrak
Menurut Departemen Kesehatan RI (2000) pada skripsi
Fadhilaturrahmi (2015), metode yang banyak digunakan untuk
ekstraksi bahan alam antara lain:
10
e. Dekok
Dekok adalah infusa pada waktu yang lebih lama (≥300º
C) dan temperatur sampai titik didih air.
2.2.3 Macam-Macam Ekstrak
Menurut Ditjen POM (2000), ekstrak dapat dibedakan berdasarkan
konsistesinya:
2.2.3.1 Ekstrak Cair
Ekstrak cair adalah sediaan dari simplisia nabati yang
mengandung etanol sebagai pelarut atau sebagai pengawet.
Jika tidak dinyatakan lain pada masing-masing monografi
tiap ml ekstrak mengandung senyawa aktif dari 1 g
simplisia yang memenuhi syarat.
2.2.3.2 Ekstrak Kental
Sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi
senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani
menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau
hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang
tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku
yang telah ditetapkan.
2.2.3.3 Ekstrak Kering
Ekstrak kering adalah sediaan padat yang memiliki bentuk
serbuk yang didapatkan dari penguapan oleh pelarut yang
digunakan untuk ekstraksi. Ekstrak kering harus mudah
digerus menjadi serbuk.
2.3 Lotion
Lotion adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi
dalam pembawa cair yang ditujukan untuk penggunaan pada kulit (Ditjen
POM, 2014). Lotion adalah salah satu sediaan kosmetik perawatan kulit
mengandung senyawa antioksidan (Rusdiana et al., 2007).
13
2.4 Kulit
2.4.1 Struktur Kulit
Secara struktural kulit terdiri atas tiga lapisan, yaitu: lapisan
epidermis, dermis, dan hipodermis.
2.6 Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai struktur molekul yang dapat
memberikan elektronnya kepada molekul radikal bebas dan memutus reaksi
berantai dari radikal bebas (Kumalaningsih, 2006). Antioksidan atau
reduktor berfungsi untuk mencegah terjadinya reaksi oksidasi atau
menetralkan senyawa yang telah teroksidasi dengan cara menyumbangkan
hidrogen dan atau elektron (Silalahi, 2006).
17
2.6.1 Vitamin C
Vitamin C atau asam askorbat mempunyai berat molekul 176,13
dengan rumus bangun C6H8O6, dengan titik lebur 190-192°C. Asam
askorbat mengandung tidak kurang dari 99,0% C6H8O6. Pemerian:
serbuk atau hablur putih atau agak kuning, tidak berbau, rasa asam,
oleh pengaruh cahaya lambat laun menjadi lotionap, dalam larutan
cepat teroksidasi. Penyimpanan dalam wadah tertutup rapat, terlindung
dari cahaya. Vitamin C mengandung khasiat sebagai antiskorbut
(Stephanie, 2015).
pengemulsi pada fase air dalam sediaan lotion dan merupakan bahan
kimia organik yang terdiri dari amine dan alkohol yang berfungsi
sebagai penyeimbang pH pada formulasi lotion (Depkes RI, 1993).
2.7.3 Paraffin Cair
Minyak mineral (paraffin cair) adalah campuran hidrokarbon cair yang
berasal dari sari minyak tanah. Minyak ini merupakan cairan bening,
tidak berwarna, tidak larut dalam alkohol atau air, jika dingin tidak
berbau dan tidak berasa namun jika dipanaskan sedikit berbau minyak
tanah. Minyak mineral berfungsi sebagai pelarut dan penambah
viskositas dalam fase minyak (Depkes RI, 1993).
2.7.5 Gliserin
Gliserin (C3H8O3) disebut juga gliserol atau gula alkohol, merupakan
cairan yang kental, jernih, tidak berwarna, sedikit berbau, dan
mempunyai rasa manis. Gliserin larut dalam alkohol dan air tetapi
tidak larut dalam pelarut organik. Gliserin tidak hanya berfungsi
sebagai humektan tetapi juga berfungsi sebagai pelarut, penambah
viskositas, dan perawatan kulit karena dapat melumasi kulit sehingga
mencegah terjadinya iritasi kulit (Depkes RI, 1993). Bahan ini
ditambahkan ke dalam sediaan kosmetik untuk mempertahankan
kandungan air produk pada permukaan kulit saat pemakaian.
Humektan berpengaruh terhadap kulit yaitu melembutkan kulit dan
mempertahankan kelembaban kulit agar tetap seimbang. Humektan
juga berpengaruh terhadap stabilitas lotion yang dihasilkan karena
dapat mengurangi kekeringan ketika produk disimpan pada suhu
ruang. Komposisi gliserin yang digunakan pada formula berkisar 3-
10%. Gliserin diperoleh dari hasil samping industri sabun atau asam
lemak dari tanaman dan hewan (Mitsui, 1997).
2.7.6 Metil Paraben
Metil paraben banyak digunakan sebagai pengawet dan
antimikroba dalam kosmetik, dan formulasi farmasi dan digunakan
baik sendiri atau kombinasi dengan paraben lain atau dengan
antimikroba lain. Pada kosmetik, metil paraben adalah pengawet
yang paling sering digunakan. Metil paraben meningkatkan aktivitas
antimikroba dengan panjangnya rantai alkil, namun dapat
menurunkan kelarutan terhadap air, sehingga paraben sering
dicampur dengan bahan tambahan yang berfungsi meningkatkan
kelarutan. Kemampuan pengawet metil paraben ditingkatkan
dengan penambahan propilen glikol (Rowe et al., 2009). Metil paraben
merupakan pengawet yang larut baik dalam minyak, propilen glikol,
dan dalam gliserol. Metil paraben digunakan sebagai pengawet dalam
sediaan topical dalam jumlah 0,02-0,3% (Rowe et al., 2009).
24
2.7.7 Pewangi
Penambahan pewangi pada produk merupakan upaya agar produk
mendapatkan tanggapan yang positif. Pewangi sensitif terhadap panas,
oleh karenanya bahan ini ditambahkan pada temperatur rendah
(Rieger, 2000). Jumlah pewangi yang ditambahkan harus serendah
mungkin yaitu berkisar antara 0,1-0,5%. Pada proses pembuatan lotion
pewangi dicampurkan pada suhu 35˚C agar tidak merusak emulsi yang
sudah terbentuk (Schmitt, 1996).
2.7.8 Aquadest
Air merupakan komponen yang paling besar persentasinya dalam
pembuatan lotion. Air yang digunakan dalam pembuatan lotion
merupakan air murni yaitu air yang diperoleh dengan cara
penyulingan, proses penukaran ion dan osmosis sehingga tidak lagi
mengandung ion-ion dan mineral. Air murni hanya mengandung
molekul air saja dan dideskripsikan sebagai cairan jernih, tidak
berwarna, tidak berasa, memiliki pH 5,0-7,0, dan berfungsi sebagai
pelarut (Depkes RI, 1993).
Pada pembuatan lotion, air merupakan bahan pelarut dan bahan baku
yang tidak berbahaya, tetapi air mempunyai sifat korosi. Air yang
dugunakan juga dapat mempengaruhi kestabilan dari emulsi yang
dihasilkan. Pada sistem emulsi air juga berperan penting sebagai
emolien yang efektif (Mitsui, 1997).
a. Pengujian Organoleptik
b. Pengujian Homogenitas
c. Pengujian Daya Sebar
d. Pengujian Daya Lekat
e. Pengujian pH
27
28
Variabel dan definisi operasional akan disajikan dalam bentuk tabel sebagai
berikut :
Tabel 3.1 Definisi Operasional Penelitian
Definisi
Variabel Parameter Alat Ukur Kategori
Operasional
Formulasi Uji a. Uji a. Visual Memenuhi syarat jika :
dan Uji berdasarkan Organoleptik b. Visual 1. Visual
Sifat Fisik sifat fisik b. Uji c. pH meter Bentuk : semi padat
Lotion lotion dari Homogenitas d. Milimeter Warna :sesuai warna basis
Antioksid ekstrak c. Uji pH blok atau Bau : khas lotion
an dari etanol daun d. Uji Daya penggaris Homogenitas :tidak ada
Ekstrak kelakai yang Sebar e. Kedua partikel kasar
Etanol dibuat secara e. Uji Daya objek 2. pH : 4,5-8,0
Daun maserasi Lekat glass 3. Daya Sebar : 5-7 cm
Kelakai terlepas, 4. Daya Lekat : ≥ 4 detik
(Stenochl kemudian
aena catat Tidak memenuhi syarat jika :
palustris waktu 1. Visual
(Burm.) Bentuk : tidak semi padat
Bedd) Warna :tidak sesuai warna
basis
Bau : tidak khas lotion
Homogenitas : ada partikel
kasar
2. pH : <4,5 atau > 8,0
3. Daya Sebar : < 5cm atau
> 7cm
4. Daya Lekat : < 4 detik
29
3.5.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah asam
stearat, trietanolamin, paraffin cair, setil alkohol, gliserin,metil
paraben, vanili essense, etanol 96%, daun kelakai, dan aquadest.
beban. Lotion memenuhi syarat jika daya sebar berada pada rentang
5-7 cm.
3.7.4 Pengujian Daya Lekat
Uji Daya Lekat dilakukan dengan cara letakkan lotion (secukupnya)
di atas objek glass yang telah ditentukan luasnya. Letakkan objek
glass yang lain di atas lotion tersebut tekanlah dengan beban 1 kg
selama 5 menit. Pasanglah objek glass pada alat. Lepaskan beban
seberat 100 g dan catat waktunya hingga kedua objek glass tersebut
terlepas.
3.7.5 Pengujian pH
Uji pH dilakukun untuk mengetahui tingkat keasaman sediaan lotion
untuk menjamin sediaan lotion tidak mengiritasi kulit. Pengujian pH
dilakukan dengan mencelupkan pH meter ke dalam sediaan lotion,
lalu diukur dengan pH meter. Lotion memenuhi syarat pH produk
pelembab kulit jika berkisar antara 4,5-8,0 sesuai SNI 16-4399-1996
(Rahayu, 2016).
3.8.5 Memakai Alat Pelindung Diri (APD) seperti jas praktikum, sarung
tangan dan yang lainnya dengan baik dan benar.
3.8.6 Tidak makan dan minum pada saat berada di laboratorium.
3.8.7 Orang yang tidak berkepentingan dilarang masuk untuk mencegah
hal yang tidak diinginkan.
BAB 4
Kingdom : Plantae
Divisio : Pterydophyta
Kelas : Filicopsida
Ordo : Filicales
Familia : Blechnaceae
Genus : Stenochlaena
Species : Stenochlaena palustris (Burm.) Bedd
35
36
Ekstrak kental yang diperoleh dibuat sediaan lotion yang kemudian dibuat
dalam 3 formulasi dengan variasi konsentrasi setil alkohol sebagai
emulgator yaitu formula I dengan konsentrasi setil alkohol 2%,formula II
4%, dan formula III 6%. Hasil formulasi dapat dilihat pada gambar 4.2.
37
Ketiga formula tersebut dilakukan beberapa uji sifat fisik yaitu uji
organoleptik, homogenitas, uji daya sebar, uji daya lekat dan uji pH yang
dihasilkan berdasarkan perbedaan konsentrasi setil alkohol sebagai
emulgator. Berikut data evaluasi uji sifat fisik dari ketiga formula lotion.
4.2.1 Uji Organoleptik
Uji organoleptik lotion diamati secara visual dengan mengamati
konsistensi, warna dan bau lotion.
Tabel 4.1 Hasil Uji Organoleptik
Formula Warna Bau Bentuk
Berdasarkan hasil pada tabel 4.1 sediaan lotion formula I, II, dan III
memenuhi syarat uji organoleptik.
4.2.2 Uji Homogenitas
Uji homogenitas dengan mengoleskan sedikit sediaan lotion pada
sekeping kaca/ obyek glass transparan. Uji ini dilakukan agar dapat
mengetahui bahwa zat aktif terdistribusi merata dalam sediaan dan
tidak ada partikel yang menggumpal.
Tabel 4.2 Hasil Uji Homogenitas
Formula Uji Homogenitas
Berdasarkan hasil pada tabel 4.2 sediaan formula I, II, dan III
memenuhi syarat karena tidak terdapat partikel kasar pada sediaan.
4.2.3 Uji Daya Sebar
Uji daya sebar dengan cara sejumlah zat tertentu diletakkan di atas
kaca yaang berskala kemudian bagian atasnya diberi kaca yang sama,
dan ditingkatkan bebannya, dan diberi rentang waktu 1-2 menit.
Diameter penyebaran diukur pada setiap penambahan beban, saat
sediaan berhenti menyebar (dengan waktu tertentu secara teratur).
Hasil yang diperoleh sediaan lotion memiliki daya sebar rata-rata
Formula I 6,08 cm; Formula II 5,93 cm; dan Formula III 6,17cm
yang menandakan bahwa lotion memiliki daya sebar yang baik
karena memenuhi syarat uji daya sebar yaitu 5-7 cm.
39
Berdasarkan hasil pada tabel 4.3 sediaan lotion formula I, II dan III
memenuhi syarat uji daya sebar yaitu berada pada rentang 5-7 cm.
4.2.4 Uji Daya Lekat
Uji Daya Lekat dilakukan dengan cara letakkan lotion sebanyak 1
gram diatas obyek glass yang telah ditentukan luasnya. Letakkan
obyek glass yang lain di atas lotion tersebut tekanlah dengan beban 1
kg selama 5 menit. Pasanglah obyek glass pada alat. Lepaskan beban
seberat 1 kg dan catat waktunya hingga kedua obyek glass tersebut
terlepas.
Tabel 4.4 Hasil Uji Daya Lekat
Beban Daya Lekat (detik)
FI FII FIII
1 kg 3,36 4,34 5,87
1 kg 3,21 4,95 5,15
1 kg 2,97 4,78 5,63
Rata-rata 3,18 4,69 5,55
Berdasarkan hasil pada tabel 4.4 sediaan lotion formula II dan III
memenuhi syarat uji daya lekat karena daya lekat > 4 detik.
40
4.2.5 Uji pH
Uji pH bertujuan untuk mengetahui tingkat keasaman sediaan lotion
untuk menjamin sediaan lotion yang tidak mengiritasi kulit.
Pengujian pH dilakukan dengan mencelupkan pH meter digital ke
dalam sediaan lotion, lalu diukur dengan pH meter digital. Hasil
yang diperoleh sediaan lotion memiliki pH rata-rata Formula I 7,48;
Formula II 7,4; dan Formula III 7,56 yang menandakan bahwa lotion
memiliki pH yang baik karena memenuhi syarat pH yaitu 4,5 - 8,0.
Tabel 4.5 Hasil Uji pH
No. FI FII FIII
Berdasarkan hasil pada tabel 4.5 sediaan lotion formula I, II, dan III
memenuhi syarat uji pH karena nilai pH berada pada rentang 4,5-8,0.
4.3 Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk membuat formulasi sediaan lotion dari ekstrak
daun kelakai (Stenochlaena palustris (Burm.) Bedd) dan mengetahui
evaluasi lotion yang sesuai dengan persyaratan farmasetika berdasarkan
variasi konsentrasi setil alkohol.
Tanaman ini memiliki banyak khasiat, seperti antidiare. Selain itu, juga
dipercayai oleh masyarakat Dayak sebagai obat penambah darah serta obat
awet muda. Tidak lupa juga, pucuk muda kelakai ini adalah bahan masakan
yang cukup lezat. Menariknya, tumbuhan yang kerap dijadikan sayur itu
41
Simplisia kering daun kelakai yang diperoleh sebanyak 125 gram, yang
kemudian diekstraksi dengan pelarut sampai simplisia terendam sempurna
yaitu 2.000 ml. Pengekstrakan menggunakan metode maserasi selama 5 hari.
Maserasi dilakukan dengan cara merendam simplisia dalam cairan penyari.
Cairan penyari akan menembus dinding sel, zat aktif akan larut karena
adanya perbedaan konsentrasi antara larutan yang terpekat didesak keluar.
Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi
antara di dalam dan di luar sel. Keunggulan metode maserasi ini adalah
maserasi merupakan cara ekstraksi yang paling sederhana dan paling banyak
digunakan, peralatannya mudah ditemukan dan pengerjaannya sederhana
(Agoes, 2007).
Selain itu menurut Poeloengan et al. (2007) etanol merupakan pelarut yang
bersifat polar, universal, mudah didapat, dan merupakan pelarut yang sering
digunakan untuk ekstraksi. Etanol bersifat polar karena mudah larut dalam
air dan mempunyai gugus hidroksida (OH), sehingga zat aktif lebih mudah
tersari dalam jumlah yang besar. Sedangkan jika pelarut yang bersifat
nonpolar yang sukar larut dalam air, maka zat aktif yang tersari akan lebih
sedikit. Selama proses maserasi atau perendaman dilakukan pengocokan
berulang-ulang. Upaya ini menjamin keseimbangan konsentrasi bahan
43
ekstraksi yang lebih cepat di dalam cairan (Istiqomah, 2013). Hasil ekstrak
dari daun kelakai memiliki bau khas, bentuk ekstrak cair dan berwarna hijau
tua.
Ekstrak kental yang didapat kemudian dibuat menjadi bentuk sediaan lotion
dalam 3 formulasi dengan variasi konsentrasi setil alkohol yaitu 2%, 4%,
dan 6%. Sediaan yang sudah jadi dilakukan pengujian sifat fisik untuk
mengetahui lotion yang sesuai dengan persyaratan farmasetika.
Lotion yang telah dibuat dari formula I, formula II, dan formula III dengan
variasi konsentrasi setil alkohol yaitu 2%, 4%, dan 6% dilanjutkan dengan
evaluasi sediaan. Evaluasi sediaan dalam penelitian ini dilakukan
berdasarkan Farmakope Indonesia Edisi V (2014) meliputi uji sifat fisik
yaitu uji organolptis, uji homogenitas, uji daya sebar, uji daya lekat, dan uji
pH.
4.3.1 Uji Organoleptik
Uji Organoleptik dengan melakukan pengamatan secara visual
dengan memeriksa tampilan fisik dari sediaan lotion. Pemeriksaan
yang dilakukan meliputi bentuk, bau, dan warna (Karina, 2014).
Hasil uji organoleptik dapat dilihat pada tabel 4.1 bahwa sediaan
berbentuk massa semi padat, berbentuk agak kental hingga sangat
kental, berbau khas lotion, dan sediaan berwarna putih susu. Adanya
perbedaan bentuk sediaan lotion formula I, formula II, dan formula
III karena pengaruh perbedaan konsentrasi setil alkohol sebagai
emulgator yaitu 2%, 4% dan 6% yang berbentuk lilin, serpihan putih,
dan butiran (Rowe et al., 2009). Sehingga dapat disimpulkan
semakin tinggi konsentrasi setil alkohol bentuk sediaan semakin
kental.
4.3.2 Uji Homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk melihat dan mengetahui
tercampurnya bahan-bahan sediaan lotion (Juwita et al., 2013). Pada
evaluasi ini, homogenitas sediaan diukur menggunakan plat kaca
dengan cara sediaan lotion diambil pada masing-masing formula
secukupnya dan dioleskan pada plat kaca, diraba dan digosokkan
45
Data hasil uji daya lekat dapat dilihat pada tabel 4.4 dan terdapat
perbedaan daya lekat antara sediaan formula I, II, dan III. Sediaan
lotion formula II dan III memenuhi syarat karena waktu daya lekat >
4 detik, sedangkan sediaan lotion formula I dengan konsentrasi setil
alkohol yang kecil tidak memenuhi syarat karena waktu daya lekat <
4 detik. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa variasi
konsentrasi setil alkohol sebagai emulgator memiliki pengaruh
terhadap waktu daya lekat dari sediaan lotion. Dari data tersebut
memperlihatkan bahwa semakin tinggi konsentrasi setil alkohol pada
formula semakin meningkat kemampuan melekat sediaan lotion
tersebut. Hal ini dikarenakan setil alkohol yang berbentuk lilin,
serpihan putih, dan butiran yang membuat kemampuan melekat
lotion semakin meningkat (Rowe et al., 2009).
4.3.5 Uji pH
Pengujian pH dilakukan untuk mengetahui berapa nilai keasaman
dari sediaan kosmetik yang dibuat, menentukan pH sediaan lotion
yang sesuai dengan pH kulit dan syarat rentang pH produk pelembab
kulit agar tidak mengiritasi kulit saat pemakaian. Berdasarkan SNI
16-4399-1996 bahwa nilai pH produk pelembab kulit disyaratkan
berkisar antara 4,5-8,0 (Rahayu, 2016). Jika sediaan memiliki pH
yang rendah atau asam dapat mengiritasi kulit, dan sebaliknya jika
pH sediaan terlalu tinggi atau basa akan mengakibatkan kulit
47
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada penelitian ini yaitu bahwa formulasi lotion yang
dibuat dari ekstrak daun kelakai untuk formula II dan III memenuhi semua
persyaratan uji sifat fisik yaitu uji organoleptik, uji homogenitas, uji daya
sebar, uji daya lekat dan uji pH. Formulasi yang terbaik adalah formula II
karena memiliki daya sebar dan daya lekat yang stabil.
5.2 Saran
5.2.1 Saran untuk peneliti, yaitu:
5.2.1.1 Penelitian mengenai lotion dari ekstrak daun kelakai
merupakan penelitian tahap awal sehingga dibutuhkan
beberapa penyempurnaan dalam uji sifat seperti uji
visikositas, uji stabilitas fisik dan uji acceptabilitas (syarat
diterima) pada kulit manusia untuk mengetahui efektivitas
dan keamanannya jika digunakan pada kulit manusia.
5.2.1.2 Diharapkan untuk mampu melanjutkan penelitian dengan
melakukan uji antioksidan terhadap sediaan lotion dari
ekstrak daun kelakai
5.2.1.3 Diharapkan untuk dapat melakukan alternatif variasi zat
aktif lainnya yang terkandung di dalam sediaan lotion
dengan variasi bahan alami lainnya, hal ini agar dapat
mengeksplorasi kekayaan alam Indonesia yang melimpah
mulai dari tumbuhan hingga hewani.
5.2.2 Saran untuk tenaga teknisi kefarmasian, yaitu diharapkan apabila
telah dilakukan penyempurnaan penelitian pada lotion ini, produk
tersebut diharapkan dapat dikomersilkan.
48
49
DAFTAR RUJUKAN
Ainaro, E.P., Amila, G. dan Sani, E.P. (2015). Formulasi Sediaan Masker Gel
Pell-off mengandung Lendir Bekicot (Achatina Fulica Bowdich) sebagai
Pelembab Kulit. Skripsi. Fakultas MIPA Unisba.
Ditjen POM. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI. Hal. 10-11.
Djuanda, A. (2007). Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Edisi kelima. Jakarta :
Balai Penerbit FK UI.
Erungan, A.C., Sri, P. Dan Syeni, B.D. (2009). Aplikasi Karaginan dalam
Pembuatan Skin Lotion. Bogor : Departemen Teknologi dan Hasil Perairan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.
Hamid, A.A., Aiyelaagbe, O.O., Usman, L.A., Ameen, O.M., dan Lawal, A.
(2010). Antioxidant: its Medicinal and Pharmacological Application.
African Journal of Pure and Applied Chemistry.4(8): 142-151.
Heinrich M., Barnes, J., Gibbons, S., Williamson, E. M. (2009). Farmakologi dan
Fitoterapi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Juwita, A.P., Paulina, V.Y. dan Hosea, J.E. (2013). Formulasi Krim Ekstrak
Etanol Daun Lamun (Syringodium isoetifolium). Pharmacon Jurnal Ilmiah
Farmasi-UNSRAT. Vol.2 No.02 Mei 2013 ISSN 2302-2493.
Karina, RH. (2014). Formulasi dan uji sifat fisikokimia sediaan losio dengan
berbagai variasi konsentrasi vitamin e. Skripsi. Fakultas Kedokteran
Universitas Tanjungpura, Potianak.
Poeloengan, M., Andriani., Susan., Komala, I. Dan Hasnita, M. (2007). Uji Daya
Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Batang Bungur (Largerstoremia speciosa
Pers) Terhadap Staphylococcus aureus dan Eschericia coli Secara In vitro.
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Hal:776—782.
Pradana, D., Suryanto, D.,Yunasfi. (2014). Uji Daya Hambat Ekstrak Kulit
Batang Rhizophora mucronataTerhadap Pertumbuhan Bakteri Aeromonas
hydrophila, Streptococcus agalactiae Dan Jamur Saprolegnia sp. Secara In
Vitro. Jurnal Aquacoastmarine. 2 (1): 78-92.
Sari, D. K., Sugihartini, N., Yuwono, T. (2015). Evaluasi Uji Iritasi Dan Uji Sifat
Fisik Sediaan Emullotion Minyak Atsiri Bunga Cengkeh (Syzigium
aromaticum). Pharmaҫiana. 5 (2): 115-120.
Suhartono E., Viani E., Rahmadhan MA., Gultom IS., Rakhman MF.,
Indrawardhana D. (2012). Total flavonoid and Antioxidant Activity of Some
Selected Medicinal Plants in South Kalimantan of Indonesian. APCBEE
Procedia.4, pp.235–239.
Suryani, A., Sailah dan Hambali, E. (2000). Teknologi Emulsi. Bogor : Fakultas
Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Zuhra, F. C., Juliati, T., dan Herlince, S. (2008). Aktivitas Antioksidan Senyawa
Flavonoid dari Daun Katuk (Sauropus androgunus (L) Merr.). Jurnal
Biologi Sumatera. 3(1): 7-10.
55
RIWAYAT HIDUP