Anda di halaman 1dari 31

EVALUASI WAKTU TUNGGU PELAYANAN RESEP PASIEN RAWAT

JALAN DI RUMAH SAKIT LABUANG BAJI DAN RUMAH SAKIT HAJI


DI MAKSSAR

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Farmasi

Jurusan Farmasi Pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Oleh

ALIEF SYAH

NIM : 70100119002

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2023
JUDUL PENELITIAAN : EVALUASI WAKTU TUNGGU PASIEN

RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT

LABUANG BAJI DAN RUMAH SAKIT

HAJI DI MAKASSAR

NAMA MAHASISWA : ALIEF SYAH

NIM : 70100119002

PEMBIMBING I : Dr. Hj. Gemy Nastity Handayany., S. Si., M.

Si., Apt.

PEMBIMBING II : Apt.Indah,S.Si.,M.Si

PENGUJI KOMPETENSI : Haeria, S. Si., M. Si.

PENGUJI AGAMA : Nurkhalis A.Gaffar,S.Ag.,M.Hum

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelayanan kesehatan yang efisien dan berkualitas adalah salah satu aspek

penting dalam sistem perawatan kesehatan. Salah satu indikator kualitas

pelayanan yang dapat diukur adalah waktu tunggu pelayanan, terutama dalam hal

pelayanan resep pasien rawat jalan. Waktu tunggu yang terlalu lama dapat

menyebabkan ketidakpuasan pasien, peningkatan risiko komplikasi penyakit, dan

beban kerja yang berlebih pada tenaga medis (Anughrahsari, Darmadjaja,

Rosalina, & Djasri, 2021).

1
2

Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan Rumah Sakit yang berorientasi

kepada pelayanan pasien, penyediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan

Bahan Medis Habis Pakai yang bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan

masyarakat termasuk pelayanan farmasi klinik (Permenkes, 2016)

Waktu tunggu pelayanan resep obat jadi merupakan tenggang waktu mulai

pasien menyerahkan resep sampai dengan menerima obat jadi dengan standar

minimal yang ditetapkan kementrian kesehatan yaitu ≤30 menit, sedangkan waktu

tunggu pelayanan resep obat racikan merupakan tenggang waktu mulai pasien

menyerahkan resep sampai dengan menerima obat racikan dengan standar

minimal yang ditetapkan kementrian kesehatan yaitu ≤60 menit (Kemenkes,

2008).

Rumah Sakit Labuang Baji dan Rumah Sakit Haji Makassar adalah dua

rumah sakit yang berlokasi di Kota Makassar, Indonesia. Kedua rumah sakit ini

memiliki peran penting dalam menyediakan pelayanan kesehatan kepada

masyarakat. Namun, dalam upaya untuk terus meningkatkan kualitas pelayanan,

perlu dilakukan evaluasi terhadap waktu tunggu pelayanan resep pasien rawat

jalan di kedua rumah sakit ini. Evaluasi ini akan memberikan pemahaman yang

lebih baik tentang efisiensi sistem pelayanan dan memungkinkan identifikasi

masalah serta pengembangan solusi yang sesuai untuk meningkatkan pelayanan

(Arni Rizqiani Rusydi, 2022).

RSUD Haji Makassar Provinsi Sulawesi Selatan merupakan salah satu

rumah sakit milik Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan yang berlokasi di Jln.

Daeng Ngeppe No.14 Kelurahan Jongaya, Kecamatan Tamalate, Kota Makassar.


3

Situasi Rumah Sakit Haji Makassar saat ini memiliki Instalasi Rawat Jalan

sebanyak 15 (lima belas) Poliklinik, sedangkan Instalasi Rawat Inap dengan 7

(tujuh) ruang keperawatan dan kapasitas 251 (dua ratus lima puluh satu) tempat

tidur. Selain itu terdapat beberapa instalasi diantaranya Instalasi Rawat Darurat,

Instalasi Bedah Central, Intensive Care Unit (ICU), Instalasi Laboratorium,

Instalasi Radiologi, Instalasi Farmasi, Instalasi Fisiotherapy, Instalasi

Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit, Instalasi Gizi, CSSD dan Laundry serta

Instalasi Pemulasaran Jenazah.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan

Kefarmasian juga dinyatakan bahwa dalam menjalankan praktek kefarmasian

pada Fasilitas Pelayanan Kefarmasian, Apoteker harus menerapkan Standar

Pelayanan Kefarmasian yang diamanahkan untuk diatur dengan Peraturan Menteri

Kesehatan (Permenkes,2014: 9).

Waktu tunggu yang panjang dapat menyebabkan ketidakpuasan pasien.

Ketika pasien harus menunggu dalam waktu yang lama, hal tersebut dapat

mengurangi kenyamanan mereka dan berdampak pada kepuasan mereka terhadap

pelayanan yang diberikan. Selain itu, pengalaman waktu tunggu yang tidak efisien

juga dapat berpengaruh pada utilitas pasien di masa mendatang. Pasien mungkin

merasa tidak dihargai atau merasa bahwa waktu mereka tidak dihormati, yang

dapat memengaruhi persepsi mereka terhadap kualitas dan profesionalisme rumah

sakit atau lembaga kesehatan yang bersangkutan.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu dilakukan penelitian untuk

mengetahui Waktu Tunggu Pelayanan Resep Pasien Rawat Jalan di Instalasi

Farmasi Rumah Sakit Labuang Baji dan Rumah Sakit Haji Makassar.
4

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang diatas maka rumusan masalah pada
penelitian ini yaitu :
1. Berapa rata-rata waktu tunggu pelayanan obat jadi dan obat racikan
pada
pasien rawat jalan di Instalasi Farmasi Rawat Jalan RS Rumah Sakit
Labuang Baji dan Rumah Sakit Haji Makassar?
2. Apakah waktu tunggu pelayanan resep di Instalasi Farmasi Rawat
Jalan Rumah Sakit Labuang Baji dan Rumah Sakit Haji Makassar
sesuai Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit??
C. Definisi Operasional Dan Ruang Lingkup
1. Definisi Operasional
a. Pelayanan kefarmasian adalah pelayanan kesehatan yang sangat
penting, baik dari ketersediaan obat serta mutu pelayanan kefarmasian
itu sendiri. Pelayanan kefarmasian merupakan bentuk pelayanan
seorang Apoteker kepada pasien dalam menetapkan, menerapkan, dan
memantau pemanfaatan obat sehingga menghasilkan terapi obat yang
baik.
b. Waktu tunggu pelayanan obat adalah tenggang waktu mulai pasien
menyerahkan resep sampai dengan menerima obat waktu tunggu
pelayanan resep obat jadi lebih cepat dibandingkan dengan obat racikan
karena pelayanan resep obat jadi tidak melalui proses peracikan.
Apotek juga merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan yang
penting dalam membantu mewujudkan tercapainya derajat kesehatan
yang optimal bagi masyarakat.(Qamarul huda,2022 : 138)
2. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini meliputi evaluasi kepuasan pasien
terhadap pelayanan kefarmasian di Apotek rawat jalan Rumah Sakit
Umum Sinjai dengan menggunakan pendekatan survey dengan cara
menyebarkan kuesioner dan melakukan wawancara menggunakan tekhnik
accidental sampling.
5

D. Kajian Pustaka
1. Berdasarkan penelitian oleh Depi Yuliana tahun 2022 yang berjudul
“Evaluasi Kepuasan Pasien Ditinjau Dari Kinerja Tenaga Teknis
Kefarmasian Di Apotek Pagesangan Mataram” Salah satu indikator
kepuasan pasien dalam bidang kesehatan adalah tersedianya pelayanan
kesehatan yang berkualitas. Kepuasan akan terpenuhi bila pelayanan yang
diberikan dalam suatu apotek dirasakan telah sesuai dengan harapan pasien,
sehingga kepuasan pasien akan memberikan keuntungan dan dampak yang
sangat penting bagi manajemen apotek. Penelitian ini menggunakan desain
observasional dengan rancangan deskriptif kuantitatif dan pendekatan cross
sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran
atau observasi data dalam satu kali pada satu waktu yang dilakukan pada
variabel terikat dan variabel bebas. Teknik pengambilan sampel
menggunakan Accidental Sampling yaitu pasien yang kebetulan datang
menebus obat dan sesuai sebagai sumber data dengan besar sampel
sebanyak 95 responden. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa pasien
yang menebus obat di Apotek Pagesangan Mataram memiliki nilai rata-rata
berturut-turut per dimensi (Kecepatan Pelayanan, KIE, Keramahan Petugas)
sebesar (90,22%, 85,36%, 99,5%). Hasil penelitian ini dapat di gunakan
sebagai pemacu pelayanan kefarmasian yang lain untuk mempertahankan
serta memberikan pelayanan kefarmasian kepada pasien untuk menjadi lebih
baik lagi.
2. Berdasarkan penelitian (Bintari Tri S) “Evaluasi kepuasan pasien rawat
jalan reguler terhadap pelayanan kefarmasian di apotek rawat jalan rsud
dr. Moewardi surakarta” Standar pelayanan kefarmasian adalah tolak ukur
yang dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam
menyelenggarakan pelayanan kefarmasian. Sedangkan pelayanan
kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab
kepada pasien yang berkaitan dengansediaan farmasi dengan maksud
mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian jenis studi deskriptif tentang
6

evaluasi pelayanan. Pendekatan pada penelitian ini adalah jenis penelitian


deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Peneliti dalam penelitian ini
tidak melakukan intervensi atau perlakuan terhadap subjek penelitian tetapi
hanya memberikan kuesioner (self administered). Dalam hal ini
pengumpulan data pasien dari pasien diperoleh dari pasien rawat jalan
reguler RSUD Dr. Moewardi Surakarta pada bulan februari 2021. Hasil:
Menunjukkan bahwa tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan
kefarmasian di RSUD. Dr. Moewardi total adalah 84,5 %. Kesimpulan:
Pasien rawat jalan reguler di RSUD Dr. Moewardi merasa sangat puas
terhadap pelayanan kefarmasian apotek rawat jalan reguler.
3. Berdasarkan penelitian (Ratih Eka Nikmatuzaroh,) “Evaluasi Tingkat
Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Kefarmasian Di Apotek Wilayah
Kota Yogyakarta Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta” Apotek
merupakan salah satu fasilitas pelayanan kesehatan yang penting dalam
pembangunan kesehatan di masyarakat. Untuk menjaga mutu pelayanan
kefarmasian, apotek harus secara rutin melakukan evaluasi mutu pelayanan.
Salah satu metode dalam evaluasi mutu pelayanan adalah dengan
mengevaluasi kepuasan pasien. Tingkat kepuasan pasien tergantung pada
mutu pelayanan baik jasa maupun produk yang diberikan di apotek. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengevaluasi tingkat
kepuasan pasien terhadap pelayanan kefarmasian yang diberikan di apotek
Wilayah Kota Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan desain penelitian
deskriptif non-eksperimental. Data dikumpulkan dengan survey
menggunakan metode Cross Sectional. Penilaian terhadap kepuasan
didapatkan dari hasil penyebaran kuesioner SERVQUAL yang memuat 5
dimensi pelayanan kefarmasian, yaitu dimensi fasilitas berwujud (tangible),
dimensi kehandalan (reliability), dimensi ketanggapan (responsiveness),
keyakinan/jaminan (assurance), dan empati (emphaty). Analisis data
menggunakan nilai mean gap atau kesenjangan antara nilai rata-rata harapan
dan rata-rata kinerja, persentase kesesuaian kepuasan pasien, dan
Importance Performance Matrix. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah
7

294 sampel yang dikumpulkan dari 30 apotek di wilayah Kota Yogyakarta.


Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner, diketahui bahwa harapan pasien
akan pelayanan kefarmasian di apotek Kota Yogyakarta belum terpenuhi
dengan nilai kesenjangan rata-rata seluruh dimensi -0,06. Namun, pasien di
apotek Kota Yogyakarta secara keseluruhan sudah puas terhadap pelayanan
kefarmasian yang diberikan dengan persentase kesesuaian kepuasan pasien
rata-rata 98,15%. Importance Performance Matrix menunjukkan bahwa
seluruh item dalam 5 dimensi pelayanan kefarmasian yang diujikan berada
pada Kuadran II yang berarti bahwa pihak pengelola apotek di wilayah Kota
Yogyakarta dapat mempertahankan kinerja pelayanannya.
4. Berdasarkan penelitian (Suvia Harpiani)” Analisis Tingkat Kepuasan
Pasien Terhadap Kualitas Pelayanan Di Instalasi Farmasi Rawat Jalan
RSUD Provinsi NTB Periode Maret-April 2019”Pelayanan medis dapat
diukur berdasarkan mutu pelayanan kefarmasian yang baik yang
berorientasi langsung kepada pasien. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui tingkatan pasien kepuasan terhadap mutu pelayanan
kefarmasian di Apotek Rawat Jalan Instalasi RSUD Provinsi NTB. Metode
yang digunakan adalah metode servQual by membandingkan nilai kinerja
dan harapan pasien. Tingkat kepuasan diukur berdasarkan lima dimensi,
antara lain kehandalan, daya tanggap, jaminan, empati dan bukti nyata
(bukti langsung). Data dianalisis dengan menggunakan kepuasan formula
untuk melihat tingkat kepuasan pasien dan formula kualitas pelayanan untuk
melihat tingkat kualitas pelayanan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
rata-rata pasien umum dan BPJS tingkat kepuasan sangat puas (>0,8).
Kualitas layanan menunjukkan kesabaran itu harapan lebih besar dari
kenyataan dengan rata-rata nilai negatif. Analisis rasio dari tingkat kepuasan
pasien pada pasien umum dan BPJS juga dilakukan yang menunjukkan
bahwa tidak ada perbedaan antara masing-masing dimensi (p>0,5) kecuali
dalam bukti langsung dimensi (p <0,5). Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa secara umum dan Pasien BPJS sangat puas dengan
pelayanan yang diberikan.
8

5. Berdasarkan penelitian (Listiana Oktawilova) “Tingkat Kepuasan Pasien


Rawat Jalan Terhadap Pemberian Informasi Obat (Pio) Diinstalasi
Farmasi Rawat Jalan RSUD Curup Rejang Lebong” Pemberian informasi
Obat (PIO) merupakan kegiatan penyediaan dan pemberian informasi
rekomendasi obat yang independen, akurat, tidak bias, terkini dan
komprehensif yang dilakukan oleh apoteker. Pelayanan yang didapat dalam
instalasi farmasi rumah sakit dapat berupa interaksi dengan pelayanan
medis, pasien, sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan seperti
adiminitrasi, keuangan, pelayananin formasi obat, waktu tunggu obat, sert
tenaga kesehatan. Tujuan penelitian untuk mengetahui tingkat kepuasan
pasien rawat jalan terhadap pemberian Informasi Obat di Instalasi Farmasi
RSUD Curup Rejang Lebong Berdasarkan survey awal yang dilakukan
peneliti terhadap 8 pasien yang telah menebus obat di Instalasi Farmasi
RSUD Curup, mengenai bagai manakah pelayanan informasiobat diRSUD
Curup, didapat kan hasil dengan penilaian tidak puas yang didapat sebanyak
5 orang dan puas 3 orang untuk pelayanan informasi obat di Instalasi
Farmasi RSUD Curup. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitia ini
adalah deskriptif analitik dengan jumlah sampel 98 orang di instalasi
farmasi rawat jalan RSUD Curup pada tanggal 1–30 April 2019. Data
dianalisis secara univariat. Hasil penelitian menunjukkan 48% responden
tidak puas, 32,7% responden puas terhadap pemberian informasiobat (PIO),
19,3% responden sangat puas terhadap pemberian informasi obat(PIO) di
instalasi farmasi rawat jalan RSUD Curup Rejang Lebong.
9

E. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui presentase kepuasan pasien terhadap pelayanan
kefarmasian pada Apotek Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Sinjai.
2. Untuk mengetahui sistem pelayanan kefarmasian yang dilaksanakan oleh
apoteker atau asisten apoteker yang bertugas pada apotek rawat jalan Rumah
Sakit Umum Sinjai.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai referensi atau titik tolak
ilmu tambahan bila diadakan penelitian lebih lanjut khususnya bagi pihak lain
yang ingin mempelajari mengenai pengaruh kualitas pelayanan kefarmasian
terhadap kepuasan pasien serta sebagai pemacu pelayanan kefarmasian yang
lain untuk mempertahankan serta memberikan pelayanan kefarmasian kepada
pasien untuk menjadi lebih baik lagi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Evaluasi adalah proses mengumpulkan informasi mengenai objek evaluasi
dan menilai objek evaluasi dengan membandingkannya dengan standar evaluasi.
Hasilnya berupa informasi mengenai objek evaluasi yang kemudian digunakan
untuk mengambil keputusan mengenai objek evaluasi. Objek evaluasi dapat
berupa kebijakan, program, proyek, pegawai, orang, benda dan lain-lain
(Wirawan, 2009:3).
Kepuasan merupakan fungsi dari kesan kinerja dan harapan pasien baru
akan merasa puas apabila kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya sama atau
melebihi harapannya dan sebaliknya, ketidakpuasan atau perasaan kecewa pasien
akan muncul apabila kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya itu tidak sesuai
dengan harapannya (rhmawati.2018:2)
Kepuasan pasien merupakan perasaan senang yang muncul di dalam diri
seorang setelah mendapat pelayanan yang diterima atau dialami secara langsung.
Salah satu model yang banyak dipakai untuk mengukur kepuasan pelanggan
adalah model SERVQUAL (Service Quality) dengan cara membuat survey
penilaian kepuasan pelanggan secara komprehensif bagi pelayanan di bidang
barang dan jasa yang mengutamakan aspek pelayanan. Analisis kepuasan
pelanggan dilakukan bedasarkan lima dimensi kualitas layanan, yakni
responsiveness, reliability, assurance, empathy, dan tangible (Yuniar, 2016: 2)
Pelayanan farmasi merupakan salah satu bagian penting yang tidak bisa
dipisahkan dari pelayanan rumah sakit secara keseluruhan salah satunya apotek.
Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan dalam membantu
mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat
(rhmawati.2018:2)
Analisis kepuasan pelanggan dilakukan bedasarkan lima dimensi kualitas
layanan, yakni responsiveness, reliability, assurance, empathy, dan tangible
(Yuniar, 2016: 2)

10
11

B. Standar pelayanan kefarmasian di apotek


Pelayanan kefarmasian di apotek saat ini telah mempunyai standar dengan
diterbitkannya Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35 tahun
2014 tentang standar pelayanan kefarmasian di apotek. Pengaturan standar
pelayanan kefarmasian di apotek bertujuan untuk meningkatkan mutu Pelayanan
Kefarmasian, menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian dan
melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak rasional
dalam rangka keselamatan pasien(Republik Indonesia, 2014: 1)
Pelayanan kefarmasian telah mengalami perubahan yang semula hanya
berfokus kepada pengelolaan obat (drug oriented) berkembang menjadi pelayanan
komprehensif meliputi pelayanan obat dan farmasi klinik yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien. Peraturan pemerintah nomor 51 tahun 2009
tentang pekerjaan kefarmasian menyatakan bahwa pekerjaan kefarmasian adalah
pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan,
pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan
obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta
pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.
Dalam konteks pelayanan kefarmasian apotek, kepuasan pasien merupakan
perasaan senang yang muncul di dalam diri seorang setelah mendapat pelayanan
yang diterima atau dialami secara langsung. Analisis kepuasan pelanggan
dilakukan bedasarkan lima dimensi kualitas layanan, yakni:
a) Daya Tanggap (responsiveness), yaitu suatu kebijakan untuk membantu
dan memberikan pelayanan yang cepat dan tepat kepada pasien ,dengan
penyampaian informasi yang jelas. Membiarkan konsumen menunggu
tanpa ada alasan yang jelas menyebabkan persepsi negatif dalam kualitas
pelayanan.
b) Keandalan (reliability), kemampuan rumah sakit memberikan pelayanan
sesuai dengan yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya. Kinerja harus
sesuai dengan harapan pelanggan yang berarti ketepatan waktu, pelayanan
yang sama untuk semua pasien tanpa kesalahan, sikap yang simpatik dan
dengan akurasi yang tinggi
12

c) Jaminan (assurance), yaitu pengetahuan, kesopansantunan dan


kemampuan para pegawai rumah sakit menumbuhkan rasa percaya para
pasien. Hal ini meliputi beberapa komponen antara lain komunikasi
(communication), kredibilitas (credibility), keamanan (security),
kompetensi (competence), dan sopan santun (courtesy).
d) Empati (empathy), yaitu memberikan perhatian yang tulus dan bersifat
individual atau pribadi yang diberikan kepada para pelanggan dengan
berupaya memahami keinginan pasien. Dimana suatu perusahaan maupun
rumah sakit diharapkan memiliki pengetahuan dan pengertian tentang
pelanggan secara spesifik, serta memiliki waktu pengoperasian yang
nyaman bagi pasien (Tjiptono, 2006: 42)
e) Bukti langsung (tangibles), yaitu kemampuan rumah sakit menunjukkan
eksistensinya kepada pihak eksternal. Penampilan dan kemampuan sarana
dan prasarana fisik rumah sakit yang dapat diandalkan keadaan lingkungan
sekitarnya merupakan bukti nyata dari pelayanan yang diberikan oleh
pemberi jasa. Hal ini meliputi fasilitas fisik. Contoh gedung, gudang,
perlengkapan dan tehnologi kedokteran yang digunakan serta penampilan
pegawainya. (Yuniar, 2016: 2)
Apoteker juga harus mampu berkomunikasi dengan tenaga kesehatan
lainnya dalam menetapkan terapi untuk mendukung penggunaan obat yang
rasional. Dalam melakukan praktik tersebut, apoteker juga dituntut untuk
melakukan monitoring penggunaan obat, melakukan evaluasi serta
mendokumentasikan segala aktivitas kegiatannya. Untuk melaksanakan semua
kegiatan itu, diperlukan standar pelayanan kefarmasian (Republik Indonesia,
2014: 8)
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, di bidang
kefarmasian telah terjadi pergeseran orientasi pelayanan kefarmasian dari
pengelolaan obat sebagai komoditi kepada pelayanan yang komprehensif
(pharmaceutical care) dalam pengertian tidak saja sebagai pengelola obat namun
dalam pengertian yang lebih luas mencakup pelaksanaan pemberian informasi
untuk mendukung penggunaan obat yang benar dan rasional, monitoring
13

penggunaan obat untuk mengetahui tujuan akhir, serta kemungkinan terjadinya


kesalahan pengobatan (Republik Indonesia, 2014: 8).
Pelayanan kefarmasian di apotek meliputi 2 (dua) kegiatan, yaitu kegiatan
yang bersifat manajerial berupa pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai dan kegiatan pelayanan farmasi klinik. Kegiatan tersebut
harus didukung oleh sumber daya manusia, sarana dan prasarana (Republik
Indonesia, 2014: 8)
1. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alkes, Dan Bahan Medis Habis Pakai
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai dilakukan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pemusnahan,
pengendalian, pencatatan dan pelaporan.
a. Perencanaan Dalam membuat perencanaan pengadaan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai perlu diperhatikan pola
penyakit, pola konsumsi, budaya dan kemampuan masyarakat.
b. Pengadaan Untuk menjamin kualitas Pelayanan Kefarmasian maka
pengadaan Sediaan Farmasi harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan
peraturan perundangundangan.
c. Penerimaan Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin
kesesuaian jenis spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga
yang tertera dalam surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima.
d. Penyimpanan
1) Obat/bahan Obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik.
Dalam hal pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada
wadah lain, maka harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus
ditulis informasi yang jelas pada wadah baru. Wadah sekurang-
kurangnya memuat nama Obat, nomor batch dan tanggal
kadaluwarsa.
2) Semua Obat/bahan Obat harus disimpan pada kondisi yangsesuai
sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya.
14

3) Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk


sediaan dan kelas terapi Obat serta disusun secara alfabetis.
4) Pengeluaran Obat memakai sistem FEFO (First Expire First Out)
dan FIFO (First In First Out)
e. Pemusnahan
1) Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan
jenis dan bentuk sediaan. Pemusnahan Obat kadaluwarsa atau rusak
yang mengandung narkotika atau psikotropika dilakukan oleh
Apoteker dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Pemusnahan Obat selain narkotika dan psikotropika dilakukan oleh
Apoteker dan disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang
memiliki surat izin praktik atau surat izin kerja.
2) Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun
dapat dimusnahkan. Pemusnahan Resep dilakukan oleh Apoteker
disaksikan oleh sekurang-kurangnya petugas lain di Apotek dengan
cara dibakar atau cara pemusnahan lain yang dibuktikan dengan
Berita Acara Pemusnahan Resep menggunakan Formulir 2
sebagaimana terlampir dan selanjutnya dilaporkan kepada dinas
kesehatan kabupaten/kota.
f. Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan
jumlah persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan
sistem pesanan atau pengadaan, penyimpanan dan pengeluaran.
Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya kelebihan,
kekurangan, kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, kehilangan serta
pengembalian pesanan. Pengendalian persediaan dilakukan
menggunakan kartu stok baik dengan cara manual atau elektronik.
Kartu stok sekurang-kurangnya memuat nama Obat, tanggal
kadaluwarsa, jumlah pemasukan, jumlah pengeluaran dan sisa
persediaan.
15

g. Pencatatan dan Pelaporan


Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi
pengadaan (surat pesanan, faktur), penyimpanan (kartu stock),
penyerahan (nota atau struk penjualan) dan pencatatan lainnya
disesuaikan dengan kebutuhan. Pelaporan terdiri dari pelaporan
internal dan eksternal. Pelaporan internal merupakan pelaporan
yang digunakan untuk kebutuhan manajemen Apotek, meliputi
keuangan, barang dan laporan lainnya. Pelaporan eksternal
merupakan pelaporan yang dibuat untuk memenuhi kewajiban
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan meliputi
pelaporan narkotika (menggunakan Formulir 3 sebagaimana
terlampir), psikotropika (menggunakan Formulir 4 sebagaimana
terlampir) dan pelaporan lainnya.
2. Pelayanan farmasi klinik
Pelayanan Farmasi Klinis adalah pelayanan langsung yang diberikan
apoteker kepada pasien dalam rangka meningkatkan outcome terapi dan
meminimalkan risiko terjadinya efek samping karena obat, untuk tujuan
keselamatan pasien (patient safety) sehingga kualitas hidup pasien (quality of life)
terjamin.
Pelayanan Farmasi Klinis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
untuk Klinik rawat jalan terdiri atas:
a. pengkajian dan pelayanan Resep
Kegiatan pengkajian Resep meliputi administratif, kesesuaian
farmasetik, dan pertimbangan klinis. Jika ditemukan adanya
ketidaksesuaian dari hasil pengkajian maka Apoteker harus
mengomunikasikannya kepada dokter penulis Resep dan mencatat
hasilnya. Pelayanan Resep dimulai dari penerimaan, pemeriksaan
ketersediaan, penyiapan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan BMHP
termasuk peracikan Obat, pemeriksaan, penyerahan disertai pemberian
16

informasi Obat. Pada setiap tahap alur pelayanan Resep dilakukan upaya
pencegahan terjadinya kesalahan pemberian Obat (medication error).
b. pelayanan informasi Obat
Merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Apoteker dalam pemberian
informasi mengenai Obat yang tidak memihak, dievaluasi dengan kritis
dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek penggunaan Obat kepada
profesi kesehatan lain, pasien atau masyarakat. Informasi mengenai Obat
termasuk Obat Resep, Obat bebas, Obat bebas terbatas dan Obat herbal.
Informasi meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi khusus, rute dan
metode pemberian, farmakokinetik, farmakologi, terapeutik dan alternatif,
efikasi, keamanan penggunaan pada ibu hamil dan menyusui, efek
samping, interaksi, stabilitas, ketersediaan, harga/Harga Eceran Tertinggi
(HET), sifat fisika atau kimia dari Obat dan lain-lain.
c. konseling
Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker dengan
pasien/keluarga untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran
dan kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku dalam penggunaan
Obat dan menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien. Untuk mengawali
konseling, Apoteker menggunakan three prime questions. Apabila tingkat
kepatuhan pasien dinilai rendah, perlu dilanjutkan dengan metode Health
Belief Model. Apoteker harus melakukan verifikasi bahwa pasien atau
keluarga pasien sudah memahami Obat yang digunakan.
d. pemantauan terapi Obat
Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien mendapatkan
terapi Obat yang efektif dan terjangkau dengan memaksimalkan efikasi
dan meminimalkan efek samping.
e. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)/ farmakovigilans
Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap Obat yang
merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang
digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau
memodifikasi fungsi fisiologis.
17

f. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)


Merupakan kegiatan untuk mengevaluasi penggunaan Obat secara
terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin Obat yang digunakan
sesuai indikasi, efektif, aman, dan terjangkau (rasional).
g. Pelayanan Kefarmasian di rumah (home pharmacy care).
Apoteker sebagai pemberi layanan diharapkan juga dapat melakukan
Pelayanan Kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk
kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya.
Jenis Pelayanan Kefarmasian di rumah yang dapat dilakukan oleh
Apoteker (permenkes .2021)
C. Apotek
Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik
kefarmasian oleh apoteker. Sarana dan prasarana apotek dapat menjamin mutu
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai serta kelancaran
praktik pelayanan kefarmasian. Sarana dan prasarana yang diperlukan untuk
menunjang pelayanan kefarmasian di apotek meliputi sarana yang memiliki
fungsi:
1. Ruang penerimaan resep sekurang-kurangnya terdiri dari tempat
penerimaan resep, 1 (satu) set meja dan kursi, serta 1 (satu) set komputer.
Ruang penerimaan resep ditempatkan pada bagian paling depan dan
mudah terlihat oleh pasien.
2. Ruang pelayanan resep dan peracikan (produksi sediaan secara terbatas).
Di ruang peracikan sekurang-kurangnya disediakan peralatan peracikan,
timbangan obat, air minum (air mineral) untuk pengencer, sendok obat,
bahan pengemas obat, lemari pendingin, termometer ruangan, blanko
salinan resep, etiket dan label obat. Ruang ini diatur agar mendapatkan
cahaya dan sirkulasi udara yang cukup, dapat dilengkapi dengan pendingin
ruangan (air conditioner).
3. Ruang penyerahan obat berupa konter penyerahan obat yang dapat
digabungkan dengan ruang penerimaan resep.
18

4. Ruang konseling sekurang-kurangnya memiliki satu set meja dan kursi


konseling, lemari buku, buku-buku referensi, leaflet, poster, alat bantu
konseling, buku catatan konseling dan formulir catatan pengobatan pasien.
5. Ruang penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai. Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi sanitasi,
temperatur, kelembaban, ventilasi, pemisahan untuk menjamin mutu
produk dan keamanan petugas. Ruang penyimpanan harus dilengkapi
dengan rak/lemari obat, pallet, pendingin ruangan (ac), lemari pendingin,
lemari penyimpanan khusus narkotika dan psikotropika, lemari
penyimpanan obat khusus, pengukur suhu dan kartu suhu.
6. Ruang arsip dibutuhkan untuk menyimpan dokumen yang berkaitan
dengan pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai serta pelayanan kefarmasian dalam jangka waktu tertentu
(Republik Indonesia, 2014).
D. Rawat jalan
Rawat jalan adalah pelayanan medis kepada seorang pasien dan tidak lebih
dari 24 jam pelayanan untuk tujuan pengamatan, diagnosis, pengobatan,
rehabilitasi, dan pelayanan kesehatan lainnya, tanpa mengharuskan pasien tersebut
di rawat inap.
Tujuan dari pelayanan rawat jalan adalah mengupayakan kesembuhan dan
pemulihan pasien secara optimal melalui prosedur dan tindakan yang dapat
dipertanggung jawabkan (Standart pelayanan Rumah sakit, dirjen yanmed depkes
RI thn 1999). Sedangkan Fungsi dari pelayanan rawat jalan adalah sebagai tempat
konsultasi, penyelidikan, pemeriksaan dan pengobatan pasien oleh dokter ahli
dibidang masing-masing yang disediakan untuk pasien yang membutuhkan waktu
singkat untuk penyembuhannya atau tidak memerlukan pelayanan perawatan.
Berdasarkan Keputusan Menteri kesehatan Nomor:
129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit,
standar minimal rawat jalan adalah sebagai berikut:
1. Dokter yang melayani pada Poliklinik Spesialis harus 100 % dokter
spesialis.
19

2. Rumah sakit setidaknya harus menyediakan pelayanan klinik anak, klinik


penyakit dalam, klinik kebidanan, dan klinik bedah.
3. Ketersediaan Pelayanan di RS Jiwa; Anak Remaja, NAPZA, Gangguan
Psikotik, Gangguan, Neurotik, Mental Retardasi, Mental Organik, Usia
Lanjut
4. Jam buka pelayanan adalah pukul 08.00 – 13.00 setiap hari kerja, kecuali
hari Jumat pukul 08.00 – 11.00.
5. Waktu tunggu untuk rawat jalan tidak lebih dari 60 menit.
6. Kepuasan pelanggan lebih dari 90 %
E. Rumah sakit
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Republik Indonesia, 2017: 2).
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sinjai merupakan satu satunya
Rumah Sakit milik Pemerintah Kabupaten Sinjai, dibangun diatas tanah seluas
14.496 m², dengan luas bangunan 10.147,2 m² dan diresmikan pada tahun 1982.
Rumah Sakit Daerah Kabupaten Sinjai pada awal pendiriannya sesuai dengan
Peraturan Daerah No. 15 tahun 1994 merupakan Rumah Sakit Tipe D.Rumah
sakit ini memberikan pelayanan kesehatan paripurna, bermutu, dan terjangkau
oleh seluruh lapisan masyarakat sekaligus sebagai tempat pendidikan dan
pelatihan tenaga kesehatan serta tempat penelitian dan pengembangan dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Namun seiring dalam perkembangannya status Rumah Sakit Umum
Daerah Kabupaten Sinjai meningkat menjadi Rumah Sakit Tipe C ditandai dengan
terbitnya Surat keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1412/Menkes/SK/XI/2006,
pada tanggal 15 Desember 2006. Selanjutnya pada tahun 2007 sesuai dengan
penilaian Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS) terbit SK Menteri Kesehatan
nomor HK.00.06.3.5.2627 tanggal 3 Mei 2007 tentang Status Akreditasi Penuh
Tingkat Dasar maka Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sinjai mendapat
pengakuan di bidang pelayanan kesehatan untuk 5 (lima) pelayanan.
20

F. Tinjauan islam tentangh pelayanan

Suatu pelayanan dinilai memuaskan bila pelayanan tersebut dapat


memenuhi kebutuhan dan harapan konsumen. Pengukuran kepuasan konsumen
merupakan elemen penting dalam menyediakan pelayanan yang lebih baik, lebih
30 efisien, dan lebih efektif. Apabila konsumen merasa tidak puas terhadap suatu
pelayanan yang disediakan, maka pelayanan tersebut dapat dipastikan tidak efektif
dan tidak efisien. Hal ini terutama sangat penting bagi pelayanan publik. Sesuai
dengan sabda Rasulullah saw. :

Artinya:

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, sesungguhnya Rasulullah


Shallallahu „alaihi wa Sallam telah bersabda : “Barang siapa yang
beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia berkata baik
atau diam, barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat,
maka hendaklah ia memuliakan tetangga dan barang siapa yang beriman
kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia memuliakan tamunya”
(HR. Bukhari dan Muslim).
Kalimat “barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat”, maksudnya
adalah barang siapa beriman dengan keimanan yang sempurna, yang (keimanannya itu)
menyelamatkannya dari adzab Allah dan membawanya mendapatkan ridha Allah, “maka
hendaklah ia berkata baik atau diam” karena orang yang beriman kepada Allah dengan
sebenar-benarnya tentu dia takut kepada ancaman-Nya, mengharapkan pahala-Nya,
bersungguh-sungguh melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan-Nya. Kalimat
“hendaklah ia memuliakan tetangganya, dan kalimat “maka hendaklah ia memuliakan
tamunya” , menyatakan adanya hak tetangga dan tamu, keharusan berlaku baik kepada
mereka dan menjauhi perilaku yang tidak baik terhadap mereka.

“Hadits ini mengandung hukum, hendaklah kita berkeyakinan bahwa


menghormati tamu itu suatu ibadah yang tidak boleh dikurangi nilai ibadahnya,
apakah tamunya itu orang kaya atau yang lain. Juga anjuran untuk menjamu
tamunya dengan apa saja yang ada pada dirinya walaupun sedikit. Menghormati
21

tamu itu dilakukan dengan cara segera menyambutnya dengan wajah senang,
perkataan yang baik, dan menghidangkan makanan. Kata tamu disini bisa
diartikan sebagai seseorang pasien yang berkunjung ke rumah sakit. Dan pegawai
rumah sakit sebagai pemilik rumahnya.

Kemampuan untuk memberikan jasa yang dijanjikan secara terpercaya dan


akurat. Pelayanan akan dapat dikatakan baik apabila dalam perjanjian telah
diungkapkan dicapai secara akurat. Ketepatan dan keakuratan inilah yang akan
menumbuhkan kepercayaan konsumen.
Allah SWT berfirman dalam surah An-Nahl (16) ayat 90:

‫َٓاى ِذى ۡالقُ ۡر ٰبى َويَ ۡن ٰهى َع ِن ۡالفَ ۡح َشٓا ِء َو ۡال ُم ۡن َك ِر‬ ‫هّٰللا‬
ِ ‫اِ َّن َ يَ ۡا ُم ُر بِ ۡال َع ۡد ِل َوااۡل ِ ۡح َس‬
ِٕ ‫ان َواِ ۡيت‬
٩٠ َ‫َو ۡالبَ ۡغىِۚيَ ِعظُ ُكمۡ لَ َعلَّ ُكمۡ تَ َذ َّكر ُۡون‬
Terjemahnya:
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat
kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji,
kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu
dapat mengambil pelajaran.
Ayat tersebut berbicara tentang memberikan perhatian yang tulus dan
bersifat individual atau pribadi yang diberikan kepada pasien dengan berupaya
memahami keinginan pasien, dimana suatu pelayanan diharapkan mampu
memberikan rasa puas terhadap pelayanan yang diberikan dan memahami
kebutuhan pasien yang spesifik, serta memiliki waktu pengoperasian yang
nyaman bagi pasien.
Allah SWT berfirman dalam QS. Ali Imran ayat 159:

‫هّٰللا‬
ُ ‫ك ۖ فَا ْع‬
‫ف‬ َ ِ‫ب اَل ْنفَضُّ وْ ا ِم ْن َحوْ ل‬ ِ ‫فَبِ َما َرحْ َم ٍة ِّمنَ ِ لِ ْنتَ لَهُ ْم ۚ َولَوْ ُك ْنتَ فَظًّا َغلِ ْيظَ ْالقَ ْل‬
ُّ‫اورْ هُ ْم فِى ااْل َ ْم ۚ ِر فَا ِ َذا َع َز ْمتَ فَتَ َو َّكلْ َعلَى هّٰللا ِ ۗ اِ َّن هّٰللا َ يُ ِحب‬
ِ ‫َع ْنهُ ْم َوا ْستَ ْغفِرْ لَهُ ْم َو َش‬
َ‫ْال ُمتَ َو ِّكلِ ْين‬
22

Terjemahnya:

Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut


terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah
mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah
dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah
membulatkan tekad, maka betakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah
mencintai orang yang bertawakal.
Maka dari itu kita sebagai ummat muslin diharuskan untuk bersikap lemah
lembut serta berkata yang baik agar orang lain merasakan kenyamanan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk adalah penelitian non eksperimental dengan
rancangan penelitian secara deskriptif dengan menggunakan analisis kuantitatif,
yaitu menggunakan analisis data secara mendalam dalam bentuk angka yang
bertujuan untuk mengetahui kepuasan pasien terhadap pelayanan kefarmasian
terhadap peningkatan kualitas hidup pasien.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di apotek rawat jalan Rumah Sakit Umum Sinjai
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan april 2023 – juli 2023.
C. Populasi Dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien rawat jalan yang
datang di apotek Rumah Sakit Umum Sinjai.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah jumlah dari keseluruhan populasi
(total sampling) dengan tekhnik accidental sampling (Kebetulan).
Pengambilan sampel didasarkan pada kriteria inklusi dan eksklusi sebagai
berikut ;
a. Kriteria inklusi :
1. Pasien yang berumur 17-65 tahun
2. Pasien yang bersedia untuk menjadi responden
3. Pasien yang melakukan pengobatan rawat jalan di Rumah Sakit
Sinjai Utara
4. Dapat berkomunikasi dengan baik
5. Pasien yang mendapatkan resep dari dokter

23
24

b. Kriteria eksklusi :
1. Pasien rawat inap
2. Pasien yang tidak bersedia
3. Pasien berumur dibawah 17 tahun
Sampling adalah bagian proses pengambilan sampel dari populasi
untuk dapat mewakili populasi tersebut. Untuk menentukan jumlah sampel
dalam penelitian, maka besar sampel dapat dihitung menggunakan rumus
slovin dibawah ini:

N
n ¿
1+ Nd 2
keterangan :

n : jumlah sampel

N : jumlah populasi

d : tingkat kesalah dalam penelitian 10%

Dalam penelitian ini, jumlah populasi pasien rawat jalan di Rumah


Sakit Umum Sinjai januari-desember 2022 sebanyak 75.807. pengambilan
sampel sesuai dwngan kriteria inklusi dengan nilai d yang peneliti gunakan
adalah 10% jadi perhitungannya sebagai berikut:

a) Rata-rata populasi pasien rawat jalan

Rumah Sakit Umum Sinjai sebanyak 75,807

b) Perhitungan sampel rumah sakit dengan nilai tingkat kesalahan


penelitian 10%

Rumah Sakit Umum Sinjai

N
n ¿
1+ Nd 2
25

75.807
n =
1+(75.807) ( 0,1 ) ❑2
75.807
=
759,07
= 99 orang

D. Metode pengumpulan data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer. Data

primer merupakan persepsi pasien Apotek rawat jalan Rumah Sakit Umum Sinjai

terhadap kepuasan pasien dalam hal pelayanan kefarmasian yang diperoleh dari

wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner

1. Variabel bebas (independent): Bukti fisik, kehandalan, ketanggapan,

jaminan dan empati.


2. Variabel terikat atau (dependen): kepuasan pasien
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan ada peneletian ini adalah Kuesioner yang
dibuat oleh peneliti, kuesioner ini akan digunakan sebagai alat untuk
mengumpulkan data yang meliputi penilaian tingkat kepuasan pasien rawat jalan
pada Rumah Sakit Umum Sinjai. Kuesioner ini diisi dengan mengisi biodata
responden berupa Nama, Umur, dan Alamat, Pekerjan, dan Pendidikan responden.
Pengumpulan data menggunakan kuesioner berdasarkan lima dimensi
yaitu Bukti nyata (Tangible), Kehandalan (Realiability), Ketanggapan
(Responsiveness), Jaminan (Assurance), Empati (Empathy). Semua jawaban diberi
skor berdasarkan skala likert. Dengan tingkat penilaian sebagai berikut :

Penilaian Skor

Sangat puas 5

Puas 4

Cukup 3

Kurang puas 2
26

Tidak puas 1

Skala likert merupakan skala yang dapat digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat, dan presepsi seseorang atau sekelompok orang tentang suatu fenomena
dalam penelitian. Skala likert terdiri dari serangkaian pernyataan tentang sikap
responden terhadap objek yang diteliti. Setiap pernyataan memiliki 5 poin,
masing-masing item dijumlahkan untuk menghasilkan skor total bagi responden.

F. Teknik dan alat pengumpulan data


Teknik Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan kuesioner, pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
menyebarkan daftar pernyataan mengenai kualitas pelayanan dan kepuasan pasien
rawat jalan di apotek Rumah Sakit Umum Sinjai.
G. Uji validitas menggunakan spss
1. Siapkan data Excel yang akan di kelola
2. Buka SPSS, klik Variabel View, lalu masukkan data-data sesuai kolom
yang tersedia
3. Klik Data View, masukkan data Pelayanan Kefarmasian (X), Kepuasan
Pasien (Y) yang sudah dipersiapkan ke dalam program SPSS
4. Selanjutnya pilih Analyze, kemudian klik Regression, lalu klik Linear
5. Setelah itu, akan muncul dialog Linear Regression, masukkan variabel
Pelayanan Kefarmasian (X) ke kotak Independen(s), dan masukkan
vaiabel Kepuasan Pasien (Y) ke kotak Dependent, lalu pada bagian
Method: pilih Enter
6. Selanjutnya klik OK, maka akan muncul hasil pada SPSS
7. Setelah itu, proses pada point ke 5 diulangi dengan memasukkan
variabel Kepuasan Pasien (Y) ke kotak Dependent(s), dan masukkan
variabel Pelayanan Kefarmasian (X) ke kotak Independen(s) dan
output SPSS akan muncul.
27
28

H. Langkah analisis data


1. Editing adalah tahapan kegiatan memeriksa validitas data yang masuk
seperti memeriksa kelengkapan pengisian kuesioner, kejelasan jawaban,
dan keseragaman suatu pengukuran.
2. Coding adalah tahapan kegiatan mengklasifikasikan data dan jawaban
menurut kategori masing-masing sehingga memudahkan dalam
pengelompokkan data.
3. Processing adalah tahapan kegiatan memproses data agar dapat
dianalisis.
4. Pemrosesan data dilakukan dengan cara meng-entry (memasukkan) data
hasil pengisian kuesioner ke dalam master tabel atau database computer.
(Lapau, 2013: 302)
KEPUSTAKAAN

Bintari tri s , Nurul Huda, Noor Haryati,(2020) evaluasi kepuasan pasien rawat jalan
reguler terhadap pelayanan kefarmasian di apotek rawat jalan rsud dr.
Moewardi surakarta. Indoneisa Jurnal Farmasi Vol. 7 No. 1

Lapau, B. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2013.

Listiana Oktawilova , NoriWirahmi, Maiyulis, (2020) Tingkat Kepuasan Pasien


Rawat Jalan Terhadap Pemberian Informasi Obat (Pio) Diinstalasi Farmasi
Rawat Jalan RSUD Curup Rejang Lebong.jurnal voaksi keperawatan.
https://doi.org/10.33369/jvk.v2i2.10692

Permenkes ,(2021)Peraturan menteri kesehatan republik indonesia No. 34 tahun 2021


tentang standar pelayanan kefarmasian di klini.jakarta:kementeri kesehatan
republik indonesia,

Permenkes, (2016). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72


Tahun 2016 TentangStandar Pelayanan kefarmasian di Rumah sakit.Jakarta:
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Permenkes, (2014) .peraturan mentri kesehatan No. 75 Tahun 2014 Tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Prihartini, N., Yuniar, Y., Susyanty, A. L., & Raharni, R. (2020). Kepuasan Pasien
Rawat Jalan terhadap Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit dan Puskesmas
di 11 Provinsi di Indonesia. Jurnal Kefarmasian Indonesia, 10(1), 42–49.
https://doi.org/10.22435/jki.v10i1.1697
Profil Rumah Sakit umum sinjai (n. d.)
Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35
Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek. Jakarta: Departemen

28
29

Kesehatan, 2014.

Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


34Akreditasi Rumah Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan, 2017.

Harpiani, S., Puspitasari, C.E., Erwinayanti, G.A.P.S., & Annisa, B.S. (2020).
Analisis Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap Kualitas Pelayanan di Instalasi
Farmasi Rawat Jalan RSUD Provinsi NTB Periode Maret-April 2019. Sasambo
Journal of Pharmacy, 1(1), 17-21.

Ratih Eka Nikmatuzaroh, Nurul Maziyyah, M.Sc., Apt,(2018) evaluasi tingkat kepuasan
pasien terhadap pelayanan kefarmasian di apotek wilayah kota yogyakarta provinsi
daerah istimewa Yogyakarta, research repositpry
http://repository.umy.ac.id/handle/123456789/20621

Yuniar, Yuyun. Kepuasan Pasien Peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional


terhadap Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta: Jurnal Kefarmasian, 2016

Anda mungkin juga menyukai