Anda di halaman 1dari 61

STUDI LITERATUR PENGUNAAN DAUN SELEDRI

(Apium graveolens L.) SEBAGAI KOSMETIK RAMBUT

SKRIPSI

RIZWANSYAH
PO714251161051

PEMBIMBING I : ARISANTY, S.Si., M.Si.,Apt.


PEMBIMBING II : HENDRA STEVANI, S.Si.,M.Kes.,Apt.

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN FARMASI


JURUSAN FARMASI
POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR
2020

i
STUDI LITERATUR PENGUNAAN DAUN SELEDRI
(Apium graveolens L.) SEBAGAI KOSMETIK RAMBUT

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk


Memperoleh Gelar Sarjana Terapan Farmasi
Pada Jurusan Farmasi
Poltekkes Kemenkes Makassar

RIZWANSYAH
PO7142511610251

Disetujui oleh:

Pembimbing I pembimbing II

Arisanty, S.Si., M.Si.,Apt.. Hendra Stevani, S.Si,


M.Kes.,Apt
NIP. 198004200050120004 NIP. 198005082005011002

ii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

Judul : Studi Literatur Penggunaan Daun Seledri


(Apium graveolens L.) Sebagai Kosmetik Rambut
Penyusun : Rizwansyah
NIM : PO714251161051
Pembimbing I : Arisanty, S.Si., M.Si.,Apt
Pembimbing II : Henrdra Stevai, S.Si, M.Kes.,Apt

Disetujui Oleh

Pembimbing I pembimbing II

Arisanty, S.Si., M.Si.,Apt.. Hendra Stevani, S.Si, M.Kes.,Apt


NIP.198004200050120004 NIP. 198005082005011002

Mengetahui,

Ketua Jurusan Farmasi Ketua Program Studi


Sarjana Terapan Farmasi

Drs. H. Ismail Ibrahim, M. Kes, Apt Ida Adhayanti, S.Si, M.Sc, Apt
NIP. 196502241992031002 NIP. 198408292008012005

iii
PEDOMAN PENGGUNAAN SKRIPSI

Skripsi ini tidak dipublikasikan, namun tersedia diperpustakaan dalam lingkungan

Poltekkes Kemenkes Makassar untuk dipakai sebagai referensi kepustakaan ,tetapi

pengutipan harus seizin penyusun dan harus menyebutkan sumbernya sesuai

kebiasaan ilmiah .Dokumen ,skripsi ini merupakan hak milik poltekkes kemenkes

makassar .

iv
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhirabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “ Penggunaan Daun Seledri (Apium graveolens L.) Sebagai Kosmetik

Rambut”. Shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi

Muhammad SAW. Penulisan skripsi ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk

mencapai gelar Sarjana Terapan Farmasi Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar.

Penulis menyadari tanpa bantuan berbagai pihak, skripsi ini tidak dapat terselesaikan

dengan baik, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan

yang setinggi-tingginya kepada Keluarga besar penulis, Ayah yang sudah sepenuh

hati membesarkan dan mendidik serta selalu mendoakan yang terbaik untuk anaknya

disetiap sujudnya, untuk Ibu yang sudah melahirkanku dan mendidik saya menjadi

anak yang kuat dan mandiri, teruntuk adik-adik saya yang selalu mendukung dan

mempercayai setiap langkah saya. Dan kepada Ibu Arisanty, S.Si., M.Si.,Apt selaku

pembimbing pertama dan Bapak Hendra Stevani, S.Si, M.Kes.,Apt., selaku

pembimbing kedua yang dengan sabar memberikan bimbingan, ilmu, masukan,

dukungan, dan semangat kepada penulis. Penulis juga ingin mengucapkan rasa terima

kasih kepada :

1. Bapak Dr.Ir.H.Agustian Ipa,M.kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kemenkes Makassar yang telah memberikan kesempatan mengikuti pendidikan di

Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar

v
2. Bapak Drs. H. Ismail Ibrahim, M.kes, Apt selaku Ketua Jurusan Farmasi

Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar.

3. Ibu Ida Adhayanti, S.Si., M.Sc., Apt. selaku Ketua Program Studi DIV Farmasi

Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar sekaligus Dosen Pembimbing

Akademik yang telah membimbing dan menerima keluh kesah selama

perkuliahan berjalan.

4. Bapak, Ibu Dosen serta Para Laboran yang telah membantu memberikan ilmu,

motivasi dan arahan selama mengikuti pendidikan

5. Staf Tata Usaha yang telah banyak membantu dalam proses administrasi selama

menjalani perkuliahan

6. Sahabat saya, Akib Taqwin, Fathul Rahman, Arfandy Gunawan, Yogi Angka,

Muh. Akbar, Muh. Fadly, Firda, Rike dan terkhusus Dek Wanwan yang selalu

menjadi support system dan menjadi keluarga kedua di Tanah Rantau

7. Teman seperjuangan DIV Farmasi Angkatan 2016 yang selalu kompak dan

penuh drama.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda atas semua bantuan dan

dukungan yang diberikan. Saran serta kritik yang membangun sangat diharapkan.

vi
Semoga proposal ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Aamiin Ya

Rabbal’alamiin.

Makassar, Mei 2020

Penulis

vii
ABSTRAK

Daun Seledri (Apium graveolens L.) merupakan anggota keluarga Apiaceae.


selain sebagai penyedap masakan juga memiliki banyak potensi salah satunya
menstimulasi pertumbuhan rambut. Tujuan penelitian ini Untuk mengetahui
penggunaan Daun Seledri (Apium graveolens) dalam formulasi sediaan kosmetik
rambut dan konsentrasi Daun Seledri (Apium graveolens L.) yang baik digunakan
agar berefek untuk perawatan rambut berdasarkan studi literatur. Metode penelitian
ini yaitu studi literatur, Jurnal yang digunakan diakses dari berbagai situs penyedia
jurnal secara daring, seperti scopus, research gate dan google cendikia. Ekstrak
seledri dengan konsentrasi 2% dibuat menjadi sediaan Mikroemulsi air dalam minyak
(a/ m) dan minyak dalam air (m / a) dikembangkan dengan menyusun diagram fase berbagai
rasio dari Crodamol GTCC, Croduret 50 SS, gliserin / alkohol, air dan ekstrak seledri (2%).
Mikroemulsi diterapkan pada area kulit yang dicukur dari punggung tikus Wistar, dan
panjang rata-rata 10 sampel rambut adalah ditentukan pada hari ke 7, 14, dan 21
dibandingkan dengan daerah yang tidak dirawat. Berat area rambut / cm2 juga dianalisis pada
hari ke 21. pertumbuhan rambut . mikroemulsi dibandingkan dengan kelompok tikus lain
yang diaplikasikan ekstrak seledri dalam air dan minyak.Hasil menunjukkan Mikroemulsi a /
m dan m/ a terdiri dari gumpalan pada ukuran rata-rata 61,7 dan 81,5 nm, masing-masing,
yang menunjukkan ukuran stabil mengikuti enam siklus pembekuan. Mikroemulsi a / m
meningkatkan pertumbuhan rambut secara drastic dimulai pada hari ke 7 (220%) dan hari ke
14 (275%) dan melambat pada hari ke 21 (163%) Sebaliknya, pertumbuhan rambut
Mikroemulsi m/a tertunda hingga hari ke 14 tetapi dipertahankan hingga hari ke 21 (143,7,
214,5, 171,9. Dapat disimpulkan bahwa formulasi Daun Seledri (Apium graveolens)
yang baik dijadikan sebagai sediaan kosmetik rambut yaitu dalam bentuk
mikroemulsi a/m dengan konsentrasi Daun Seledri (Apium graveolens) yaitu 2%
yang berefek sebagai penumbuh rambut.
Kata kunci : Daun Seledri, Apium graveolens L, Sediaan Kosmetik Rambut

viii
ABSTRACT

Celery (Apium graveolens L.) leaves are members of the Apiaceae family. besides as
a food flavoring it also has a lot of potential one of which stimulates hair growth. The
purpose of this study was to determine the use of celery leaves (Apium graveolens) in
a cosmetic formulation of hair cosmetics and the concentration of celery leaves
(Apium graveolens L.) which are both used to have an effect for hair care based on
literature studies. This research method is the study of literature, journals used are
accessed from various online journal provider sites, such as Scopus, Research Gate
and Google Cendikia. Celery extract with a concentration of 2% was made into a
microemulsion of water in oil (W / O) and oil in water (O / W) developed by
compiling phase diagrams of various ratios from Crodamol GTCC, Croduret 50 SS,
glycerin / alcohol, water and celery extract (2%). Microemulsion was applied to the
area of skin shaved from the back of the Wistar rat, and the average length of 10 hair
samples was determined on days 7, 14, and 21 compared to the untreated area. Hair
area / cm2 was also analyzed on day 21. hair growth. microemulsion compared to
other groups of rats that were applied celery extracts in water and oil (CEW and
CEO). The results showed W / O and O / W microemulsions consisted of lumps at an
average size of 61.7 and 81.5 nm, respectively , which shows a stable size following
six freezing cycles. W / O microemulsion drastically increases hair growth starting
on day 7 (220%) and day 14 (275%) and slowing on day 21 (163%) with the same
profile shown by AVW (74.5, 65.8, 31.7%, respectively). On the contrary, O / W
Microemulsion hair growth is delayed until the 14th day but is maintained until the
21st day (143.7, 214.5, 171.9. in the form of W / O microemulsion with a
concentration of Celery Leaves (Apium graveolens) which is 2% which has an effect
as a hair grower.
Keywords : Celery, Apium graveolens L, Hair Cosmetic

ix
DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL............................................................................................i
HALAMAN PERNYATAAN..........................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................iii
HALAMAN PEDOMAN PENGGUNAAN SKRIPSI....................................iv
KATA PENGANTAR......................................................................................v
ABSTRAK........................................................................................................vii
DAFTAR ISI....................................................................................................viii
DAFTAR TABEL............................................................................................x
DAFTAR GAMBAR........................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................xii

BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................1


I.1 Latar Belakang..................................................................................3
I.2 Rumusan Masaslah...........................................................................3
I.3 Tujuan Penelitian..............................................................................3
I.4 Manfaat Penelitian............................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................4

II.1 Anatomi Rambut..............................................................................4


II.1.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Rambut.....6
II.1.2 Fisiologi Rambut.....................................................................8
II.1.3 Siklus Aktivitas.......................................................................8
II.2 Kosmetika......................................................................................10
II.2.1 Pengertian Kosmetika...........................................................11
II.2.2 Penggolongan Kosmetika.....................................................11
II.2.3 ujuan Penggunaan Kosmetika ..............................................12
II.2.4 Kosmetik Perawatan Rambut ...............................................12

x
II.2.5 Evaluasi Kosmetik ...............................................................17
II.3 Uraian Tanaman............................................................................19
II.3.1 Klasifikasi.............................................................................19
II.3.2 Morfologi.............................................................................19
II.3.3 Kandungan Kimia.................................................................21
II.3.4 Manfaat Tanaman.................................................................22

BAB III METODE PENELITIAN...............................................................23


III.1 Jenis Penelitian............................................................................23
III.2 Waktu Penelitian.........................................................................23
III.3 Teknik Pengumpulan Data..........................................................23
III.4 Teknik Analisa Data....................................................................23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................24
IV.1 Hasil Studi Literatur....................................................................24
IV. 2 Pembahasan Studi Literatur.......................................................37
BAB V PENUTUP.......................................................................................46
V.1 Kesimpulan................................................................................46
V.2 Saran...........................................................................................46
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................47

xi
DAFTAR TABEL

Judul Tabel Halaman


Hasil Studi Literatur 37

xii
DAFTAR GAMBAR

Judul gambar Halaman

Daun Seledri 19

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1 : Skema kerja …………………………………………………… 44

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Masalah pada rambut banyak dialami oleh orang dewasa, salah satunya

rambut rontok. Rambut rontok yaitu penurunan jumlah helaian rambut pada

kulit kepala. Kerontokan dapat disebabkan oleh gangguan hormon, efek

samping obat, makanan yang dikonsumsi, dan stres. Kerontokan rambut sering

diakhiri dengan kebotakan yang sangat dikhawatirkan oleh setiap orang

(Borowska and Brzóska 2015).

Rambut memiliki peranan penting bagi makhluk hidup dilihat dari

fungsinya sebagai pelindungan terhadap lingkungan yang merugikan antara lain

suhu dingin atau panas dan sinar ultraviolet. Pada manusia rambut tidak hanya

sebagai perlindungan tetapi lebih kepada penampilan. Tidak jarang kepercayaan

diri seseorang meningkat dengan rambut yang indah. Namun keadaan dan

kesehatan rambut setiap orang berbeda-beda karena adanya faktor-faktor yang

mempengaruhi. Faktor tersebut dapat berupa faktor genetik maupun pengaruh

lingkungan yang akhirnya dapat mempengaruhi pertumbuhan rambut

(Tranggono and Latifah 2007)

1
Berbagai produk perawatan rambut dengan keunggulan masing-masing

telah banyak diproduksi untuk menjaga kesehatan rambut dan sebagai pemicu

pertumbuhan rambut baik dengan bahan herbal maupun kimia namun beberapa

produk kimia memberikan efek yang beragam dalam pemakaiannya satunya

dengan menggunakan sediaan kosmetik berupa cairan penumbuh rambut yaitu

tonic rambut yang berasal dari sintesis salah satunya Minoxidil. Minoxidil

memiliki keuntungan dan kerugian, salah satu kerugian dari minoxidil yaitu

memiliki efek samping diantaranya gatal-gatal, iritasi, kerontokan diawal

penggunaan (2-6 minggu), ketergantungan penggunaannya serta berpotensi

sakit kepala, vertigo, edema sampai hipotensi. Sejalan dengan hal ini,

perawatan rambut secara tradisional kembali diminati (Sinaga et al.2013).

Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mencari tanaman yang

berperan dalam merangsang pertumbuhan rambut dan dibuat dalam berbagai

macam jenis sediaan seperti shampo dan kondisioner, salah satunya adalah

tanaman seledri. Seledri (Apium graveolens L.) termasuk dalam suku Apiaceae

telah diteliti dan diketahui dapat memacu pertumbuhan rambut. Daun seledri

mengandung senyawa apiin, apigenin, manitol, inositol, asparagina, glutamina,

kolina, linamarosa kalium dan natrium. Apigenin terbentuk dari proses

hidrolisis apiin (glikosida flavonoid) yang dibantu oleh asam lambung (HCl)

dan merupakan zat aktif yang berkhasiat untuk mengatasi inflamasi. Apigenin

ini merupakan kandungan kimia utama pada seledri dan diketahui mempunyai

2
aktivitas sebagai vasodilator yang juga dapat memacu pertumbuhan rambut.

Kandungan seledri yang kaya ftalides, magnesium, apigenin dan kalium sangat

baik untuk pembuluh darah, ternyata turut berperan dalam memacu

pertumbuhan rambut Pertumbuhan rambut pada umumnya mengalami 3 fase

utama yaitu anagen, katagen dan telogen. Lama masing-masing fase berbeda-

beda. Pada manusia, anagen lamanya 2-6 tahun (rata-rata 3 tahun atau 1000

hari), katagen hanya beberapa minggu, sedangkan telogen rata-rata berkisar 100

hari.1,6 Saat ini telah tersedia bermacam-macam bentuk sediaan farmasi yang

dapat digunakan sebagai bahan kosmetik penumbuh rambut (Triarini and

Hendriani 2015)

Berdasarkan uraian diatas, peneliti merasa tertarik untuk melakukan

penelitian kajian Pustaka untuk mengetahui konsentrasi penggunaan Daun

Seledri (Apium graveolens L.) dan jenis sediaan yang yang baik untuk

digunakan sebagai sediaan kosmetik rambut.

I.2 Rumusan Masalah

Bagaimana penggunaan seledri dalam formulasi kosmetik rambut dan

berapa konsentrasi Daun Seledri (Apium graveolens L.) yang baik digunakan

agar berefek untuk perawatan rambut ?

I.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui penggunaan Daun Seledri (Apium graveolens) dalam

formulasi sediaan kosmetik rambut dan konsentrasi Daun Seledri (Apium

3
graveolens L.) yang baik digunakan agar berefek untuk perawatan rambut

berdasarkan studi literatur.

I.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai sumber informasi tentang penggunaan seledri sebagai kosmetik

rambut

2. Dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dibidang farmasi

3. Sebagai referensi atau informasi bagi peneliti selanjutnya

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Anatomi Rambut

Rambut merupakan salah satu adneksa kulit yang terdapat pada

seluruh tubuh kecuali telapak tangan, telapak kaki, kuku, ujung zakar,

permukaan dalam bibir-bibir kemaluan wanita, dan bibir. Jenis rambut pada

manusia pada garis besarnya dapat digolongkan 2 jenis: 1. Rambut terminal,

rambut kasar yang mengandung banyak pigmen. Terdapat di kepala, alis, bulu

mata, ketiak, dan genitalia eksterna. Rambut terminal diproduksi oleh folikel-

folikel rambut besar yang ada di lapisan subkutis. Secara umum diameter

rambut > 0,03 mm. 2. Rambut velus, rambut halus sedikit mengandung

pigmen, terdapat 16drene di seluruh tubuh. Rambut velus diproduksi oleh

folikel-folike rambut yang sangat kecil yang ada di lapisan dermis,

diameternya < 0,03 mm. Rambut dapat dibedakan menjadi bagian-bagian

sebagai berikut: (Triarini et al. 2015)

a. Folikel Rambut, yaitu suatu tonjolan epidermis ke dalam berupa tabung

yang meliputi:

1) Akar rambut (folliculus pili), yaitu bagian rambut yang tertanam

secara miring dalam kulit.

2) Umbi rambut (bulbus pili), yaitu pelebaran bagian terbawah akar

rambut. Bagian terbawah umbi rambut adalah matriks rambut, yaitu

5
daerah yang terdiri dari sel-sel yang membelah dengan cepat dan

berperan dalam pembentukan batang rambut. Dasar umbi rambut

yang melekuk ini mencakup gumpalan jaringan ikat, pembuluh darah

dan saraf yang berguna untuk 16drene makanan kepada matriks

rambut.

Selain itu, folikel rambut juga menyelubungi akar rambut, mulai

dari permukaan kulit sampai di bagian terbawah umbi rambut. Pada

selubung ini dapat dibedakan 16drene yang berasal dari dermis dan

16drene yang berasal dari epidermis. Unsur dari epidermis terdiri dari

kandung akar luar dan kandung akar dalam. Kandung akar luar terdiri

atas sel bening, dan baru mulai berdiferensiasi pada daerah ismus tanpa

membentuk stratum granulosum. Kandung akar dalam terdiri atas 3

bagian yaitu: lapisan Henle, lapisan Huxley, dan kutikula kandung akar

dalam.

b. Batang Rambut, yaitu bagian rambut yang berada diatas permukaan kulit.

Batang rambut keluar dari kulit secara miring. Batang rambut terdiri atas

3 bagian, yaitu kutikula (selaput rambut), yang terdiri dari 6-10 lapis sel

tanduk dan tersusun seperti genteng atap; korteks (kulit rambut), terdiri

atas serabut polipeptida yang memanjang dan saling berdekatan; dan

medulla (sumsum rambut), yang terdiri atas 3-4 lapis sel kubus yang

berisi keratohialin, badan lemak, dan rongga udara.

6
c. Otot Penegak Rambut (muskulus arector pili), merupakan otot polos yang

berasal dari batas dermo-epidermis dan melekat di bagian bawah kandung

rambut. Otot-otot ini dipersarafi oleh saraf-saraf 17drenergic dan

berperan untuk menegakkan rambut bila kedinginan serta sewaktu

mengalami tekanan emosional (Kalangi 2014)

II.1.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Rambut

Rambut Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

rambut adalah sebagai berikut: (Kalangi 2014)

1. Hormon Hormon yang berperan adalah androgen, estrogen, tiroksin,

dan kortikosteroid. Masa pertumbuhan rambut 0,35 mm/hari, lebuh

cepat pada wanita daripada pria. Hormon androgen dapat mempercepat

pertumbuhan dan menebalkan rambut di daerah janggut, kumis, ketiak,

kemaluan, dada, tungkai laki-laki, serta rambut-rambut kasar lainnya.

Namun, pada kulit kepala penderita alopesia androgenetik hormone

androgen bahkan memperkecil diameter batang rambut serta

memperkecil waktu pertumbuhan rambut anagen. Pada wanita

aktivitas hormon androgen akan menyebabkan hirsutisme, sebaliknya

hormon estrogen dapat memperlambat pertumbuhan rambut, tetapi

memperpanjang anagen.

2. Nutrisi Malnutrisi berpengaruh pada pertumbuhan rambut terutama

malnutrisi protein dan kalori. Pada keadaan ini rambut menjadi kering

7
dan suram. Adanya kehilangan pigmen setempat sehingga rambut

tampak berbagai warna. Kekurangan vitamin B12, asam folat, dan zat

besi juga dapat menyebabkan kerontokan rambut.

3. Kehamilan Pada kehamilan muda, yaitu tiga bulan pertama, jumlah

rambut telogen masih dalam batas normal, tetapi pada kehamilan tua

menurun sampai 10%.

4. Masa baligh Pada masa ini terjadi peningkatan kadar hormon seks. Ini

berakibat pertumbuhan rambut ketiak dan rambut kemaluan, tetapi

rambut kepal justru akan rontok.

5. Kelahiran Dalam masa 3 bulan setelah melahirkan folikel-folikel

rambut kepala sang ibu dengan cepat beralih ke fase telogen, sehingga

selama masa ini dijumpai nilai telogen 35%.

6. Masa baru lahir Jika rambut janin dalam rahim seluruhnya berada

dalam fase anagen, maka beberapa minggu setelah bayi lahir akan

tampak kerontokan rambut, yang disusul dengan pertumbuhan rambut

baru selama tahun pertama dan kedua kehidupannya.

7. Masa menjadi tua Wanita dan pria sama-sama menderita kerontokan

rambut karena usia lanjut. Kerontokan dimulai di ubun-ubun, dahi, dan

pelipis, lalu bergeser ke belakang. Di bagian-bagian ini fase anagen

rambut menjadi singkat, rambut lebih cepat rontok dan rambut halus

tumbuh sebagai gantinya, folikel rambut mengalami atrofi, fase

8
pertumbuhan bertambah singkat, rambut lepas lebih cepat dan densitas

rambut juga berkurang.

8. Vaskularisasi Vaskularisasi dapat mempengaruhi pertumbuhan rambut,

namun bukan merupakan penyebab primer dari gangguan

pertumbuhan pertumbuhan rambut, karena destruksi bagian 2/3 bawah

folikel sudah berlangsung sebelum susunan pembuluh darah

mengalami perubahan.

II.1.2 Fisiologi Rambut (Umborowati and Rahmadewi 2014)

Pengaturan Suhu Badan Rambut pada manusia memiliki fungsi

yang beraneka ragam, salah satunya adalah sebagai pengaturan suhu

tubuh. Rambut yang menutupi kulit dapat mengurangi kehilangan

panas dari tubuh. Dalam kondisi dingin, pori-pori rambut akan

mengecil. Apabila dalam kondisi panas, maka kondisi tersebut berlaku

sebaliknya. (M. Ridwan) 2. Fungsi Sebagai Alat Perasa Rambut

memperbesar efek rangsang sentuhan terhadap kulit. Sentuhan

terhadap bulu mata menimbulkan reflex menutup kelopak mata.

Kepekaan kulit terhadap sentuhan berbanding sejajar dengan kelebatan

pertumbuhan rambut. Maka kulit kepala dengan kelebatan

pertumbuhan rambut 312/cm2 sangat peka terhadap sentuhan.

(Kusumadewi, dkk). Rambut meningkatkan kepekaan kulit terhadap

rangsangan sentuhan. Pada beberapa spesies yang lebih rendah, fungsi

9
ini mungkin lebih disempurnakan. Sebagai contoh, sungut kucing

sangat peka dalam hal ini. Peran rambut yang lebih penting pada

hewan-hewan rendah adalah konservasi panas, tetapi fungsi ini tidak

begitu bermakna bagi manusia yang relative tidak berbulu

II.1.3 Siklus Aktivitas (Sinaga et al.2013)

Folikel Rambut Setelah pembentukan folikel rambut dan rambut,

perkembangan folikel rambut selanjutnya akan berhenti pada bulan ke-5

kehamilan. Folikel mengalami involusi memasuki fase katagen, dimana

papilla dermis akan mengalami regresi dan akhirnya folikel memasuki

fase istirahat. Sampai saat ini belum diketahui mengapa papilla dermis

yang telah terbentuk harus mengalami regresi terlebih dahulu dan

kemudian mengalami aktivitas embali. Siklus pertumbuhan folikel

rambut adalah demikian. Sejak pertama kali terbentuk folikel rambut

mengalami siklus pertumbuhan yang berulang. Fase pertumbuhan dan

fase istirahat bervariasi berdasarkan umur dan regio tempat rambut

tersebut tumbuh dan juga dipengaruhi faktor fisiologis maupun

patologis. Siklus pertumbuhan yang normal adalah masa anagen, masa

katagen, dan masa telogen.

10
1. Masa anagen: sel-sel matriks melalui mitosis membentuk sel-sel baru

mendorong sel-sel yang lebih tua ke atas. Aktivitas ini lamanya antara

2-6 tahun

2. Masa katagen: masa peralihan yang didahului oleh penebalan jaringan

ikat di sekitar folikel rambut, disusul oleh penebalan dan mengeriputnya

selaput hialin. Papil rambut lalu mengelisut dan tidak lagi berlangsung

mitosis dalam matriks rambut. Bagian tengah akar rambut menyempit

dan bagian dibawahnya melebar dan mengalami pertandukan sehingga

terbentuk gada (club). Masa peralihan ini berlansung 2-3 minggu.

3. Masa telogen atau masa istirahat dimulai dengan memendeknya sel

epitel dan berbentuk tunas kecil yang membuat rambut baru sehingga

rambut gada akan trdorong keluar

Lama masa anagen adalah berkisar 1000 hari, sedang masa

telogen sekitar 100 hari sehingga perbandingan rambut anagen dan

telogen berkisar antara 9:1. Jumlah folikel rambut pada kepala manusia

sekitar 100.000, rambut pirang dan merah jumlahnya lebih sedikit dari

rambut hitam. Jumlah rambut yang rontok per hari 100 helai. Densitas

folikel rambut pada bayi 1135/cm2 dan berkurang menjadi 615/cm2

pada umur tiga puluhan, karena meluasnya permukaan kulit. Pada umur

50 tahunan ada pengurangan atau kerusakan beberapa folikel sehingga

jumlah menjadi 485/cm2. Untuk mengetahui jumlah rambut anagen dan

11
telogen yang disebut trikogram, sedikitnya 50 helai rambut harus

dicabut dan diperiksa untuk menghindari deviasi standar yang tinggi.

Jumlah rambut anagen pada wanita + 85% dan laki-laki 83% dan jumlah

rambut telogen pada wanita + 11%, sedang pada laki-laki 15%

II.2 Kosmetika

Kosmetika dikenal sejak berabad-abad yang lalu. Pada abad ke-19,

pemakaian kosmetika mulai mendapat perhatian, yaitu selain untuk

kecantikan juga untuk Kesehatan. Kosmetika berasal dari kata kosmein

(Yunani) yang berarti ”berhias”. Bahan yang dipakai dalam usaha untuk

mempercantik diri ini, dahulu diramu dari bahan bahan alami yang terdapat di

sekitarnya. Sekarang kosmetika dibuat manusia tidak hanya dari bahan alami

tetapi juga bahan buatan untuk maksud meningkatkan kecantikan (Tommy

Setiawan et al.2012)

II.2.1 Pengertian Kosmetika

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 220/Menkes/Per/X/76,

kosmetika adalah bahan atau campuran bahan untuk digosokkan,

dilekatkan, dituangkan, dipercikkan atau disemprotkan pada,

12
dimasukkan ke dalam, dipergunakan pada badan atau bagian badan

manusia dengan maksud untuk membersihkan, memelihara, menambah

daya tarik atau mengubah rupa, dan tidak termasuk golongan obat

(Tommy Setiawan and Andrew 2012)

II.2.2 Penggolongan Kosmetika

Direktorat Jenderal POM Departemen Kesehatan RI yang dikutip

dari berbagai karangan ilmiah tentang kosmetika, membagi

kosmetika dalam:

1. Preparat untuk bayi

2. Preparat untuk mandi

3. Preparat untuk mata

4. Preparat wangi-wangian

5. Preparat untuk rambut

6. Preparat untuk rias (make up)

7. Preparat untuk pewarna rambut

8. Preparat untuk kebersihan mulut

9. Preparat untuk kebersihan badan

10. Preparat untuk kuku

11. Preparat untuk cukur

12. Preparat untuk perawatan kulit

13
13. Preparat untuk proteksi sinar matahari (Wasitaatmadja 1997)

II.2.3 Tujuan Penggunaan Kosmetika

Tujuan utama penggunaan kosmetik pada masyarakat modern

adalah untuk kebersihan pribadi, meningkatkan daya tarik melalui make

up, meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan tenang, melindungi

kulit dan rambut dari kerusakan sinar ultra violet, polusi dan faktor

lingkungan yang lain, mencegah penuaan, dan secara umum membantu

seseorang lebih menikmati dan menghargai hidup (Tranggono et al

2007)

II.2.4 Kosmetik Perawatan Rambut

Sediaan kosmetika rambut adalah sediaan kosmetika yang

berguna untuk pemeliharaan atau perawatan serta pengobatan rambut

agar rambut tetap sehat, bagus dan menarik.

Beberapa kosmetika yang digunakan dalam perawatan kulit

kepala dan rambut antara lain.

1. Shampoo (Tranggono et al 2007)

Shampoo merupakan kosmetika pembersih, yaitu berguna

untuk membersihkan kulit kepala dan rambut dari berbagai kotoran

14
yang melekat. Kotoran terjadi karena adanya lemak, minyak dan

keringat di kulit kepala dan rambut yang berasal dari kelenjar palit.

Penggunaan kosmetika dekorasi rambut, dan debu dari udara juga

menyebabkan rambut menjadi kotor. Pada umumnya shampoo

bersifat lindi atau alkali. Kealkalian ini akan membuka ibrikasi

rambut, sehingga lemak dan kotoran yang melekat pada kulit kepala

dan rambut akan mudah dibersihkan. Ada berbagai macam bahan

yang terdapat dalam shampoo, yaitu surfaktan, pelembut, pembentuk

busa, pengental, pengeruh dan pemisah logam. Dewasa ini banyak

dijumpai berbagai jenis shampoo yang dibuat khusus untuk

memenuhi kebutuhan perawatan rambut, antara lain.

a. Shampoo Telur (Egg Shampoo) Dibuat dari telur atau bahan

dasar lesitin. Digunakan pada rambut kering atau normal

cenderung kering, rontok, dan pada rambut yang telah

mengalami pengeritingan atau pewarna.

b. Shampoo Krim (Cream Shampoo) Berbentuk dari bahan yang

mengandung minyak. Digunakan pada rambut kering, normal

cenderung kering, dan rambut normal yang susah diatur.

c. Shampoo Jeruk (Lemon Shampoo) Bahan dasar pembuatannya

adalah asam nitrat karena dapat melarutkan minyak atau lemak

kulit kepala dan rambut. Shampoo ini digunakan pada rambut

jenis minyak.

15
d. Shampoo Obat (Medicated Shampoo) Mengandung zat

pembunuh kuman (bakterisida). Digunakan untuk mencegah

gangguan penebalan kulit kepala yang menyebabkan ketombe

atau sindap.

e. Shampoo Antiseptik (Antiseptic Shampoo) Mengandung zat

desinfektan. Digunakan untuk mengatasi terjadinya gangguan

kulit kepala dan rambut seperti ketombe dan penyakit yang lain.

Misalnya diberikan atas saran dokter. Shampoo yang baik

mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.

1) Mudah diratakan pada kulit.

2) Mudah larut dalam air.

3) Derajat kebasaannya memenuhi standar kosmetika.

4) Efek pada rambut mudah disisir dan ditata. Bentuk shampoo

dapat dikemas dalam berbagai bentuk sediaan, yaitu: (1)

Bubuk, (2) Larutan jernih, (3) Larutan pekat, (4) Krim, (5) Jel

(6) Derasol.

2. Pelembut atau Pengkondisi (Conditioner) (Tranggono et al 2007)

Pelembut (conditioner) merupakan kosmetika perawatan

rambut yang digunakan setelah rambut dicuci agar mudah disisir,

ditata dan dibentuk. Tujuan penggunaan conditioner adalah:

a. Menurunkan friksi antar rambut sehingga mudah disisir.

16
b. Mengembalikan kondisi rambut yang rusak akibat

overshampooed, overbrushed, overcombed, keriting, pewarnaan,

dan styling.

c. Membersihkan sisa shampoo yang masih tertinggal pada kulit

kepala dan rambut.

d. Menetralkan rambut solution.

Semula conditioner merupakan kosmetika tersendiri yang

digunakan setelah pemakaian shampoo. Namun sekarang cenderung

dijadikan satu dengan shampoo, berupa kosmetika shampoo 2 in 1

atau bahkan 3 in 1 (ditambah vitamin). Apabila menjadi satu dengan

shampoo, conditioner ditujukan bagi rambut yang kering, rusak atau

dalam pengobatan. Dalam shampoo 2 in 1 untuk rambut normal atau

rambut berminyak conditioner digunakan hanya yang mempunyai

daya sedang atau minimal. Penggabungan shampoo dan conditioner

dalam satu kosmetika masih menjadi masalah karena secara logis

tentu sukar dimengerti bagaimana suatu kosmetika dapat

membersihkan kotoran dan minyak sekaligus, juga melembutkan

dengan memberi minyak. Apabila hal ini terjadi berarti kosmetika

tersebut tidak mempunyai daya kerja pembersih yang baik dan tidak

juga mempunyai daya pelembut yang baik. Pada dasarnya

conditioner terpisah, dapat ditemui berupa kosmetika dengan

berbagai macam jenis, antara lain:

17
a. Pelembut seketika (Instant Conditioner) Adalah pelembut yang

dipakai setelah pemberian shampoo dan segera dicuci, berisi

deterjen kationik (Quartenery Amonium Compound), film

forming (Polivinil Pirolidon) atau protein hewani.

b. Pelembut dengan kerja mendalam (Deep Conditioner) Berisi

deterjen yang sama dengan konsentrasi yang lebih tinggi untuk

rambut yang sangat kering, sedang diobati atau dengan aroma

terapi.

c. Blow Dry Lotion, lotion tanpa lemak digunakan pada rambut yang

berminyak.

d. Hair Glaze untuk menebalkan rambut dengan cara membuat

bungkus batang rambut sehingga rambut akan kelihatan tebal.

e. Hair Rinse, digunakan segera setelah shampoo dan dibilas

sebelum rambut dikeringkan.

3. Hair Tonic (Tranggono et al 2007)

Hair tonic merupakan kosmetika perawatan kulit kepala dam

rambut yang digunakan setelah keramas atau kulit kepala dalam

keadaan bersih. (Lihat Gambar 3.1). Cara penggunaannya, hair tonic

diteteskan pada kulit kepala, kemudian dipijit-pijit sehingga cairan

meresap dan merata. Manfaat hair tonic, antara lain.

a. Merangsang pertumbuhan rambut.

18
b. Mencegah kerontokan rambut.

c. Menghilangkan ketombe (medicated tonic)

II.2.5 Evaluasi Kosmetik

a. Uji Organoleptik (Lachman 1994)


Evalusai organoleptis menggunakan panca indra, mulai dari bau,
warna, tekstur sedian, konsistensi pelaksanaan menggunakan
subyek responden (dengan kriteria tertentu) dengan menetapkan
kriterianya pengujianya (macam dan item), menghitung prosentase
masing- masing kriteria yang di peroleh, pengambilan keputusan
dengan analisa statistic.
b. Uji PH
Evaluasi pH menggunakan alat pH meter, dengan cara
perbandingan 60 gram: 200 ml air yang di gunakan untuk
mengencerkan , kemudian aduk hingga homogen, dan diamkan agar
mengendap, dan airnya yang di ukur dengan pH meter, catat hasil
yang tertera pada alat pH meter.
c. Uji Homogenitas (Lachman,1994)
Pengujian homogenitas dilakukan untuk memastikan sediaan tidak
mengandung partikel asing atau partikel tidak terlarut antara basis
dengan komponen lain pada ingridient yang dapat menurunkan
kualitas suatu produk.
d. Uji Freeze-Thaw thaw (Lachman,1994)
Sampel disimpan pada suhu ± 5 oC selama 24 jam kemudian
dipindahkan pada suhu penyimpanan ± 40 oC selama 24 jam
(dihitung sebagai satu siklus). Uji ini dilakukan sebanyak 6 siklus,
kemudian diamati perubahan fisik yang terjadi, apakah terjadi
perubahan pada sediaan yang diamati secara visual.

19
e. Uji Daya Sebar (Lachman,1994)
dengan cara sejumlah zat tertentu di letakkan di atas kaca yang
berskala. Kemudian bagian atasnya di beri kaca yang sama, dan di
tingkatkan bebanya, dan di beri rentang waktu 1 – 2 menit.
kemudian diameter penyebaran diukur pada setiap penambahan
beban, saat sediaan berhenti menyebar (dengan waktu tertentu
secara teratur).

II.3 Uraian Tanaman

II.3.1 Klasifikasi (Cobbaert et al. 2004)

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub-divisi : Angiospermae

20
Kelas : Magnolisia

Sub-kelas : Rosidace

Ordo : Apiacedes

Keluarga : Apiaceae

Genus : Apium

Spesies : Apium graveolens L

21
II.3.2 Morfologi

Seledri merupakan tanaman terna tegak dengan ketinggian

kurang lebih 50 cm, semua bagian tanaman memiliki bau yang khas,

memiliki bentuk batang bersegi, bercabang, memiliki ruas, dan tidak

berambut, memiliki buah berwarna putih kecil menyerupai payung

termasuk bunga majemuk, memiliki daun menyirip berwarna hijau dan

bertangkai, dan memiliki tangkai daun yang berair. Tanaman seledri

dapat tumbuh dengan baik di dataran rendah maupun tinggi dan dapat

dipanen setelah berumur enam minggu setelah penanamannya

(Meydiza Fahrefi 2013).

Seledri merupakan tanaman tahunan yang berbentuk semak

atau rumput. Dalam kehidupn sehari-hari seledri biasanya digunakan

sebagai bahan pelengkap dalam makanan karena memiliki cita rasa

yang khas dan renyah. Susunan tubuh tanaman seledri terdiri dari

daun, tangkai daun, batang, dan akar. Seledri merupakan tanaman

22
tahunan yang berbentuk semak atau rumput. Dalam kehidupn sehari-

hari seledri biasanya digunakan sebagai bahan pelengkap dalam

makanan karena memiliki cita rasa yang khas dan renyah. Susunan

tubuh tanaman seledri

terdiri dari daun, tangkai daun, batang, dan akar. Daun seledri bersifat

majemuk, menyirip ganjil dengan anak daun antara 3 sampai 7 helai.

Tepi daun pada umumnya beringgit dan berujung runcing. Tulang-

tulang daun menyirip dengan ukuran panjang 2 sampai 7,5 cm dan

memiliki lebar 2 sampai 5 cm. Tangkai daun tumbuh tegak keatas atau

ke pinggir batang dengan panjang sekitar 5 cm dan berwarna hijau atau

hijau keputih-putihan (Meydiza Fahrefi 2013)

Batang seledri pendek sehingga seolah-olah tidak kelihatan. Sistem

perakaran menyebar ke semua arah pada kedalam 30 sampai 40 cm.

Berdasarkan habitusnya, seledri dibagi menjadi 3 golongan yaitu :

1. Seledri daun (Apium graveolens L.). Ciri khas seledri ini terletak

pada tata cara panennya yang dicabut batang atau tangkai

daunnya.

2. Seledri potongan (Apium graveolens L.). Jenis seledri ini biasanya

dipanen dengan cara memotong tanaman pada pangkal batangnya

dan bagian akar tidak ikut diambil.

23
3. Seledri berumbi (Apium graveolens L.). Seledri ini biasanya yang

dipanen hanya daunnya saja dengan bagian yang lain tidak ikut

dipanen. Ciri khas seledri berumbi adalah pada bagian pangkal

batangnya yang membengkak merupakan umbi Jenis seledri yang

banyak di temukan di Indonesia adalah jenis seledri daun. Seledri

tidak tergolong sebagai sayuran utama yang dikonsumsi, namun

lebih banyak digunakan sebagai bahan pelengkap maupun bumbu

dalam makanan (Jayadi 2015)

II.3.3 Kandungan Kimia

Daun seledri mengandung flavonoid, saponin, tannin, minyak

atsiri, flavor-glukosida (apiin), apigenin, kolin, lipse, asparagin,

alkaloid serta vitamin. Seluruh herba seledri mengandung glikosida

apiin (glikosida flavon), isoquersetin, dan umbelliferon, mengandung

mannite, inosite, asparagine, glutamine, choline, linamarose,

provitamin A, vitamin C dan vitamin B. Kandungan asam-asam dalam

minyak atsiri pada biji, antara lain: asam-asam resin, asam-asam lemak

terutama palmitate, oleat, linoleate, dan petroselinat. Senyawa kumarin

lain ditemukan dalam biji yaitu bergapten, seselin, isomperatorin,

osthenol, dan isopimpinelin (Ruedig et al. 2016).

II.3.4 Manfaat Tanaman

24
Herba seledri merupakan salah satu tanaman obat yang

memiliki khasiat yang penting bagi manusia. Herba seledri secara

turun-temurun telah digunakanmsebagai obat tradisional untuk

memperlancar pencernaan, penyembuhan demam, flu, penambah

nafsu makan, dan penurun tekanan darah tinggi. Beberapa penelitian

menyebutkan bahwa kandungan senyawa kimia dalam herba seledri

memiliki aktivitas sebagai antimikroba, antihipertensi, antioksidan,

antiketombe, antidepresan, dan anti-inflamasi (Ruedig et al. 2016).

25
BAB III

METODE PENELITIAN

III.1 Jenis Penelitian

Penelitian Ini Merupakan Jenis Penelitian Studi Literatur Dengan

Mencari referensi teori yang relevan dengan permasalahan yang ditemukan

yakni untuk mengetahui penggunaan Daun Seledri (Apium graveolens) dalam

formulasi kosmetik rambut.

III.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan bulan April – Mei 2020.

III.3 Populasi dan Sampel

III.3.1 Populasi

Pada penelitian ini populasi yang digunakan adalah jurnal

penelitian yang membahas tentang Daun seledri (Apium graveolens).

III.4 Sumber Data

Semuber data yang digunakan adalah data sekunder yakni data pendukung

yang diperoleh dari literatur atau referensi dari jurnal, buku dan internet.

Jurnal yang digunakan diakses dari berbagai situs penyedia jurnal secara

daring, seperti scopus, research gate dan google cendikia dengan rentang

waktu jurnal 2014 – 2018 Terkait informasi kandungan senyawa kimia Daun

26
Seledri dalam pertumbuhan rambut dan formulasi sediaan Daun Seledri

sebagau kosmetik rambut. Jurnal-jurnal tersebut ialah sebagai berikut:

No. Nama Penulis Tahun Judul Tujuan


1. Siti Jubaidah, 2018 Formulasi dan Uji Membuat
Ria Indriani, Pertumbuhan Rambut formulasi sediaan
Hayatus Kelinci dari Sediaan Hair Hair tonic
Sa’adah, Heri Tonic Kombinasi Ekstrak dengan kombinasi
Wijaya Daun Seledri (Apium Kombinasi
graveolens) dan Daun Ekstrak Daun
Mangkokan (Polyscias Seledri (Apium
scutellaria) graveolens) dan
Daun Mangkokan
(Polyscias
scutellaria)
2. Siti Hindun, 2016 Formulation of Hair Tonic Untuk
Akmal, Aji Combination 0f Celery mengetahui
Najihudin, And Green Tea Leaves apakah kombinasi
Nurmaya Sari Ethanol Extract for Rabbit ekstrak seledri
Hair Growth dan daun the hijau
mempunyai
aktivitas sebagai
pertumbuhan
rambut dan
kombinasi mana
yang memiliki
aktivitas paling
optimum.
3. Riska Surya 2017 Celery Herb Essential Oil Untuk mengetaui
Ningrum, in The Formulation of apakah minyak
Antonius Budi Antidandruff Hair Tonic seledri dapat
Prasetyo, Against Pityrosporum dijadikan sebagai
Alfinda Novi ovale Hair tonic anti
Kristanti ketombe
4. Jessie Sofia 2015 Microemulsion Untuk

27
Pamudji, Tri Formulation of Aloe Vera mengetehahui
Suciati, Lidia, Gel and Apium graveolens apakah Daun
Elin Yulinah Ethanol Extract for seledri dan aloe
Sukandar, Irda Optimizing Hair Growth vera dapat
Fidriani Promotion dijadikan sebagai
sediaan
mikroemulsi dan
mengetahui
formulasi yang
optimum dalam
pertumbuhan
rambut tikus
wistar
5. Emma Sri 2014 Uji Iritasi dan Aktivitas Untuk
Kuncari, Pertumbuhan Rambut mengetahui efek
Iskandarsyah Tikus Putih: Efek Sediaan daun seledri
dan Praptiwi Gel Apigenin Dan Perasan dalam
Herba Seledri (Apium pertumubhun
graveolens L.) rambut tikus putih
dan uji iritasi
6. Diah Wardani, 2016 Hair Growth Potential Untuk
Marline Combination of Celery mengetahui
Abdassah, (Apium graveolens L.) kombinasi Daun
Yasmiwar And Mangkokan Seledri dan Dan
Susilawati dan (Nothopanax scutellarium) Mangkokan
Anas Subarnas Leaf Extract on Male dalam
White pertumbuhan
rambut
7. Hexy Tri 2016 Formulasi dan Uji Untuk mengetahi
Prima Putra Efektivitas Sediaan Emulsi efektivitas
Perangsang Pertumbuhan Perangsang
Rambut Ekstrak Seledri Pertumbuhan
(Apium graveolens) Rambut Ekstrak
Seledri
(Apium
graveolens)

8. Kusnadi 2017 Isolasi dan Identifikasi Untuk


Kusnadi, Egie Senyawa Flavanoid Pada mengatahui
Triana Devi Ekstrak Daun Seledri senyawa kimia
(Apium graveolens L.) dalam Ekstrak
dengan Metode Refluks Daun Seledri

28
(Apium
graveolens L.)
9. Djatmiko M. 2017 Standarisasi Sediaan Daun Untuk
dan Pramono Seledri (Apium graveolens mengatahui
S L.) Secara Klt- senyawa kimia
Densitometri dalam Ekstrak
Menggunakan Apigenin Daun Seledri
Sebagai Parameter (Apium
graveolens L.)
.

III.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder

yakni data pendukung yang diperoleh dari literatur atau referensi dari jurnal,

buku dan internet. Jurnal yang digunakan diakses dari berbagai situs penyedia

jurnal secara daring, seperti scopus, research gate dan google cendikia.

Pencarian referensi dilakukan dengan menggunakan kata kunci “Daun

seledri”, “Celery”, “Apium graveolens” dan “Kosmetik rambut Daun Seledri”

29
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Studi Literatur

No. Judul Metode Hasil Identitas Identitas


Penelitian Penelitian Penelitian Peneliti Pustaka

1. Formulasi dan Sampel Hasil menunjukkan Siti Jurnal


Uji diekstraksi bahwa formulasi Hair Jubaidah, Ilmiah
Pertumbuhan dengan metode tonic dengan Ria Manuntu
Rambut maserasi dengan konsentrasi Indriani, ng
Kelinci dari pelarut etanol 7,5%:2,5% Hayatus 2018
Sediaan Hair 96% , dan dibuat mempunyai aktivitas Sa’adah,
Tonic formulasi dalam terbaik dalam Heri Wijaya
Kombinasi bentuk Hair tonic pertumbuhan kelinci
Ekstrak Daun dengan
Seledri (Apium perbandingan
graveolens) konsentrasi antara
dan Daun Daun Seledri dan
Mangkokan Daun Mangkokan
(Polyscias yaitu ( 5%;5%,
scutellaria) 7,5;2,5%,
2,5:7,5).

2. Formulation of Metode penelitian kombinasi ekstrak Siti Hindun, Jurnal


Hair Tonic ini meliputi seledri dan daun teh Akmal, Aji Ilmiah
Combination pengumpulan dan hijau mempunyai Najihudin, Farmako
0f Celery And persiapan sampel, aktivitas sebagi Nurmaya Bahari
Green Tea pengolahan dan pertumbuhan rambut Sari 2016
Leaves pembuatan dan kombinasi yang
Ethanol simplisia, paling optimum
Extract for ekstraksi, skrining adalah kombinasi 3
Rabbit Hair fitokimia, dengan karakteristik
Growth formulasi sediaan, warna hijau pekat, bau
evaluasi sediaan khas, homogen, pH
dan pengujian 4,6, viskositas 10,
sediaan terhadap bobot jenis 0,973 g/ml
hewan uji. dan efektif sebagai
pertumbuhan rambut

30
1,890 mm dalam 28
hari
3. Celery Herb Isolasi minyak Uji bioaktivitas Riska Surya Jurnal
Essential Oil atsiri dilakukan menunjukkan bahwa Ningrum, Kimia
in The dengan destilasi minyak seledri, baik Antonius Riset,
Formulation of uap. Identifikasi dalam bentuk murni Budi Volume
Antidandruff dengan GC-MS atau dalam formulasi Prasetyo, 2
Hair Tonic menunjukkan tonik rambut Alfinda 2017
Against bahwa senyawa menunjukkan aktivitas Novi
Pityrosporum utama minyak penghambatan Kristanti
ovale atsiri seledri pertumbuhan yang
adalah 3- sangat baik dari
isobutylidenphali Pityrosporum ovale
de.
4. Microemulsion Mikroemulsi air Mikroemulsi W / O Jessie Sofia Asian
Formulation 0f jernih dalam dan O / W terdiri dari Pamudji, Journal
Aloe Vera Gel minyak (W / O) gumpalan pada ukuran Tri Suciati, of
and Apium dan minyak rata-rata 61,7 dan 81,5 Lidia, Elin pharmac
graveolens dalam air (O / W) nm, masing-masing, Yulinah eutical
Ethanol dikembangkan yang menunjukkan Sukandar, and
Extract for dengan menyusun ukuran stabil setelah Irda clinical
Optimizing diagram fase enam siklus Fidriani research
Hair Growth berbagai rasio pembekuan-pencairan. Vol 8
Promotion Crodamol GTCC, Mikroemulsi W / O 2015
Croduret 50 SS, meningkatkan
gliserin / alkohol, pertumbuhan rambut
dan air. A. vera secara drastis dimulai
(1%) dan ekstrak pada hari 7 (220%)
seledri (2%) dan hari 14 (275%)
dimasukkan dan melambat pada
selama persiapan hari 21 (163%)
mikroemulsi. dengan profil yang
Mikroemulsi sama ditunjukkan oleh
diterapkan pada AVW (74,5, 65,8,
area kulit yang 31,7%, masing-
dicukur dari masing. ). Sebaliknya,
punggung tikus pertumbuhan rambut
Wistar. mikroemulsi O / W
tertunda hingga hari
ke 14 tetapi
dipertahankan hingga
hari ke 21 (143,7,

31
214,5, 171,9 pada hari
ke 7, 14, dan 21,
masing-masing)
dengan profil yang
sama ditunjukkan oleh
CEW dan CEO.
Kepadatan rambut
juga dua kali lipat di
daerah yang dirawat
oleh kedua jenis
mikroemulsi daripada
di daerah yang diobati
dengan kombinasi
AVCEW dalam air.
5. Uji Iritasi dan Uji iritasi Berdasarkan indeks Emma Sri Media
Aktivitas menggunakan iritasi primer, semua Kuncari, Litbangk
Pertumbuhan metode Kamkaen formulasi gel tidak Iskandarsya es, Vol.
Rambut Tikus dan Rao, potensial h dan 25 No. 1
Putih: Efek sedangkan uji menyebabkan iritasi Praptiwi 2014
Sediaan Gel aktivitas pada kulit tikus putih.
Apigenin Dan penumbuh rambut Gel yang mengandung
Perasan Herba menggunakan apigenin dan perasan
Seledri (Apium metode Hattori- herba seledri
graveolens L.) Ogawa dan menunjukkan aktivitas
Suzuki-Hamada. lebih baik dalam
memacu pertumbuhan
rambut dibandingkan
kontrol tanpa
perlakuan. Apigenin
menunjukkan aktivitas
lebih baik dalam
meningkatkan
ketebalan rambut
dibandingkan kontrol
tanpa perlakuan.
Namun perlakuan
perasan herba seledri
tidak nyata
meningkatkan
ketebalan rambut.
6. Hair Growth metode ekstraksi Uji aktivitas bulu / Diah Internati
Potential menggunakan rambut kelinci jantan Wardani, onal

32
Combination etanol 96%, dan menggunakan daun Marline Journal
of Celery uji aktivitas seledri dan ekstrak Abdassah, of
(Apium dilakukan dengan daun mangkokan lebih Yasmiwar Current
graveolens L.) ekstrak ekt 2.5%, baik dari pada ekstrak Susilawati Medical
And 5%, dan 7.5% dan tunggal. Kombinasi dan Anas Scinces
Mangkokan rasio masing- dari ekstrak seledri Subarnas 2016
(Nothopanax masing ekstrak dan mangkokan yang
scutellarium) kombinasi ekstrak mempengaruhi lebih
Leaf Extract 1: 1, 1: 2, 2: 1 , baik daripada
on Male White dan 2: 2. minoxidil 5% tersedia
Minoxidil 5% di pasar. Kombinasi
perbandingan. ekstrak seledri dan
Tes aktivitas daun mangkokan 1: 2
dilakukan dengan menunjukkan efek
menggosok kombinasi terbaik
ekstrak pada lainnya. Pengamatan
punggung kelinci iritasi sangat baik
yang dibersihkan karena tidak ada iritasi
dari bulu dua kali atau edema dalam uji
sehari di pagi hari aktivitas ekstrak
dan sore hari tunggal atau
selama 28 hari. kombinasi. flavonoid
yang terkandung
dalam kombinasi
ekstrak bekerja secara
sinergis untuk
menghasilkan
aktivitas farmakologis
yang maksimal.
7. Formulasi dan penelitian ini Herba seledri dalam Hexy Tri World
Uji Efektivitas Journal
dilakukan bentuk ekstrak kental Prima Putra
Sediaan Of
Emulsi formulasi sediaan dapat diformulasikan Pharmac
Perangsang eutical
emulsi sebagai sebagai sediaan emulsi
Pertumbuhan 2016
Rambut perangsang perangsang
Ekstrak Seledri
pertumbuhan pertumbuhan rambut
(Apium
graveolens) rambut dengan 3 yang stabil, dimana
formula yang selama 2 bulan masa
berbeda, yaitu pengamatan tidak ada

33
dengan perubahan pH, bobot
penambahan jenis, dan viskositas
ekstrak kental yang berarti. Ketiga
herba seledri formula emulsi stabil
untuk formula A jika disimpan pada
(2,5%), formula B suhu kamar yaitu 25-30
(5%) dan formula º C.
C (7,5%). Ketiga Sediaan emulsi
formula sediaan ekstrak herba seledri
emulsi yang (Apium graveolens L.)
dihasilkan mempunyai khasiat
dilakukan mempercepat
pengujian pertumbuhan rambut
stabilitas selama 2 pada kelinci jantan,
bulan dengan dari ketiga formula
parameter emulsi ekstrak herba
pengujian seledri formula C
meliputi dengan konsetrasi
pemeriksaan 7,5% ekstrak herba
organoleptik, uji seledri merupakan
pH, uji berat jenis formula yang
dan uji viskositas mempunyai aktifitas
serta dilakukan yang paling efektif
pengujian dalam mempercepat
efektivitas pertumbuhan rambut
sediaan untuk kelinci.
melihat efek
pertumbuhan

34
rambut terhadap
kelinci New-
Zealand White
jantan.

8. Isolasi dan metode refluks Kandungan daun Kusnadi Pancasak


Identifikasi dengan etanol seledri memiliki ti
Kusnadi,
Senyawa 96% sebagai manfaat antara lain Science
Flavanoid pelarut. Pada uji menurunkan tekanan Egie Triana Educatio
Pada Ekstrak identifikasi yang darah (hipertensi), n Journal
Devi
Daun Seledri digunakan memperlancar 2017
(Apium meliputi uji pengeluaran urin, dan
graveolens L.) pewarnaan rheumatik. Salah satu
dengan dengan NaOH kandungan daun
Metode dan H2SO4, uji seledri yaitu
Refluks KLT, dan uji flavonoid. Flavonoid
Spektrofotometri merupakan salah satu
UV-Vis dengan golongan fenol alam
kuersetin sebagai yang terbesar
larutan bakunya jumlahnya. Tumbuhan
yang mengandung
flavonoid dapat
digunakan untuk
antioksidan, anti
hipertensi, dan anti
inflamasi.Pada
penelitian ini untuk
mendapatkan ekstrak
digunakan metode
refluks dengan etanol
96% sebagai pelarut.
Pada uji identifikasi
yang digunakan
meliputi uji
pewarnaan dengan
NaOH dan H2SO4, uji
KLT, dan uji
Spektrofotometri UV-
Vis dengan kuersetin
sebagai larutan

35
bakunya. Hasil
penelitian
menunjukkan adanya
senyawa flavonoid
pada ekstrak daun
seledri (Apium
graveolens L.). Hasil
refluks ditandai
adanya perubahan
warna menjadi kuning
ketika ditetesi NaOH
10 % dan perubahan
warna menjadi merah
bata ketika ditetesi
H2SO4 (pekat). Nilai
rata-rata Rf sampel
yang didapat 0,84 cm
nilai ini mendekati
nilai Rf standar yaitu
0,88 cm. Kadar rata-
rata flavonoid yang
diperoleh dari ekstrak
sampel 5 µl sebesar
16mg/100 g sampel,
pada sampel 10 µl
diperoleh kadar rata-
rata sebesar 20,79
mg/100 g sampel, dan
pada sampel20µl
diperoleh kadar rata-
rata sebesar
22,47mg/100 g
sampel, serta pada
sampel 25µl diperoleh
kadar rata-rata sebesar
24,71mg/100 g sampel
9. Standarisasi Metodi KLT- Hasil penelitian Djatmiko Majalah
Sediaan Daun Densitometri menunjukkan bahwa Farmasi
M. dan
Seledri (Apium metode KLT – Indonesi
graveolens L.) densitometri Pramono S a
Secara Klt- menunjukkan 2017
Densitometri linearitas (r = 0,9994)

36
Menggunakan dan presisi (koefisien
Apigenin variasi : 6,6 %) yang
Sebagai baik untuk apigenin
Parameter pembanding dengan
baik, deteksi minimal
3 μg. Akurasi
penetapan kadar
mencapai
89,6%.Kadar apigenin
dalam sediaan kapsul
yang diuji adalah
0,017%.

37
IV.2 Pembahasan Studi Literatur

Seledri (Apium graveolens L.) merupakan anggota keluarga Apiaceae

Spesies seledri dibagi menjadi dua varietas, yakni A. graveolens var. dulce

atau yang lebih dikenal dengan sebutan seledri batang, varietas ini banyak

digunakan sebagai penyedap makanan terutama pada bagian batang dan

daunnya. Tidak hanya sebagai penyedap makanan, seledri memiliki segudang

manfaat. Secara empiris air perasan Daun Seledri (Apium graveolens L) telah

digunakan sebagai penyubur rambut karena kandungan apigenin yang dapat

memperbaiki sirkulasi darah pada rambut sehingga tidak mudah rontok

(Emma Sri Kuncari 2014)

Identifikasi senyawa flavonoid pada Daun Seledri (Apium graveolens

L) juga dilakukan oleh Kusnadi (2017), Kusnadi berhasil membuktikan bahwa

Daun Seledri (Apium graveolens L) mengandung senyawa flavonoid. uji

identifikasi yang digunakan meliputi uji pewarnaan dengan NaOH dan

H2SO4, uji KLT, dan uji Spektrofotometri UV-Vis dengan kuersetin sebagai

larutan bakunya. Hasil penelitian menunjukkan adanya senyawa flavonoid

pada ekstrak Daun Seledri (Apium graveolens L.). Hasil refluks ditandai

adanya perubahan warna menjadi kuning ketika ditetesi NaOH 10 % dan

perubahan warna menjadi merah bata ketika ditetesi H2SO4 (pekat). Nilai

rata-rata Rf sampel yang didapat 0,84 cm nilai ini mendekati nilai Rf standar

yaitu 0,88 cm. Kadar rata-rata flavonoid yang diperoleh dari ekstrak sampel 5

38
µl sebesar 16mg/100 g sampel, pada sampel 10 µl diperoleh kadar rata-rata

sebesar 20,79 mg/100 g sampel, dan pada sampel20µl diperoleh kadar rata-

rata sebesar 22,47mg/100 g sampel, serta pada sampel 25µl diperoleh kadar

rata-rata sebesar 24,71mg/100 g sampel (Kusnadi and Devi 2017)

Senyawa flavonoid dan polifenol yang terkandung dalam Daun Seledri

(Apium graveolens L.) berfungsi sebagai antioksidan. Antioksidan

didefinisikan sebagai senyawa yang dapat menunda, memperlambat dan

mencegah proses oksidasi lipid. Dalam arti khusus, antioksidan adalah zat

yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal

bebas.

Daun seledri tidak hanya mengandung Flavonoid jenis isovlavon tetapi

juga mengandung flavonoid jenis apigenin. Hal ini dibuktikan oleh Djatmiko

M (2017), Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode KLT – densitometri

menunjukkan linearitas (r = 0,9994) dan presisi (koefisien variasi : 6,6 %)

yang baik untuk apigenin pembanding dengan baik, deteksi minimal 3 µg.

Akurasi penetapan kadar mencapai 89,6%.Kadar apigenin dalam sediaan

kapsul yang diuji adalah 0,017% (Djatmiko and Pramono 2017)

melihat dari kandungan senyawa daun seledri inilah dikembangkan

berbagai macam penelitian untuk memanfaatkan daun seledri sebagai

pengobatan dan perawatan alami. Salah satu penelitian tersebut yaitu dengan

mengelolah daun seledri sebagai sediaan kosmetik rambut.

39
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Emma Sri Kuncari (2014),

dengan judul Uji Iritasi dan Aktivitas Pertumbuhan Rambut Tikus Putih: Efek

Sediaan Gel Apigenin Dan Perasan Herba Seledri (Apium graveolens L.).

Berdasarkan indeks iritasi primer, semua formulasi gel tidak potensial

menyebabkan iritasi pada kulit tikus putih (p>0,05). Gel yang mengandung

apigenin dan perasan herba seledri menunjukkan aktivitas lebih baik dalam

memacu pertumbuhan rambut (p<0,05) dibandingkan kontrol tanpa perlakuan.

Apigenin menunjukkan aktivitas lebih baik (p<0,05) dalam meningkatkan

ketebalan rambut dibandingkan kontrol tanpa perlakuan. Namun perlakuan

perasan herba seledri tidak nyata (p>0,05) meningkatkan ketebalan rambut.

Dapat disimpulkan bahwa gel yang mengandung apigenin dan perasan herba

seledri dapat meningkatkan pertumbuhan rambut pada tikus putih

dibandingkan kontrol tanpa perlakuan (Emma Sri Kuncari 2014)

Menurut Penelitian Pamudji (2015) dengan judul Microemulsion

Formulation 0f Aloe Vera Gel and Apium graveolens Ethanol Extract for

Optimizing Hair Growth Promotion. Hasil menunjukkan bahwa Mikroemulsi

O/W menunjukkan aktivitas pertumbuhan rambut tertinggi, menunjukkan

bahwa sistem pengiriman bahan aktif hidrofilik dan semi-polar dalam bentuk

mikroemulsi efektif untuk menembus ke dalam kelenjar pilosebaceous dan

karenanya mendorong pertumbuhan rambut (Pamudji et al. 2015)

40
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Siti Hindun (2016) dengan

judul Formulation of Hair Tonic Combination 0f Celery And Green Tea

Leaves Ethanol Extract for Rabbit Hair Growth. Hair tonic yang mengandung

kombinasi ekstrak dari seledri dan dau teh hijau dengan berbagai

perbandingan yaitu 1:3, 2:2, dan 3:1 dengan mengandung ekstrak sebanyak

2,5% menunjukan kestabilan fisik yang baik dilihat dari evaluasi yang

meliputi uji organoleptik dan homogenitas, pengukuran viskositas,

pemeriksaan pH, pemeriksaan bobot jenis, uji iritasi terhadap kulit kelinci,

dan uji akivitas rambut terhadap kelinci (Garut et al. 2017)

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Arunprasad (2016), Uji

aktivitas bulu / rambut kelinci jantan menggunakan Daun Seledri dan ekstrak

Daun Mangkokan lebih baik dari pada ekstrak tunggal. Kombinasi dari

ekstrak seledri dan mangkokan yang mempengaruhi lebih baik daripada

minoxidil 5% tersedia di pasar. Kombinasi ekstrak seledri dan daun

mangkokan 1: 2 menunjukkan efek kombinasi terbaik lainnya. Pengamatan

iritasi sangat baik karena tidak ada iritasi atau edema dalam uji aktivitas

ekstrak tunggal atau kombinasi. flavonoid yang terkandung dalam kombinasi

ekstrak bekerja secara sinergis untuk menghasilkan aktivitas farmakologis

yang maksimal (Arunprasad 2016)

Menurut penelitian yang dulakukan oleh Hexa Tri Prima Putra (2016)

dengan judul Formulasi dan Uji Efektivitas Sediaan Emulsi Perangsang

41
Pertumbuhan Rambut Ekstrak Seledri (Apium graveolens). Sediaan emulsi

ekstrak herba seledri (Apium graveolens L.) mempunyai khasiat mempercepat

pertumbuhan rambut pada kelinci jantan, dari ketiga formula emulsi ekstrak

herba seledri formula C dengan konsetrasi 7,5% ekstrak herba seledri

merupakan formula yang mempunyai aktifitas yang paling efektif dalam

mempercepat pertumbuhan rambut kelinci ( Hexa Tri 2016)

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Riska Surya (2017), dengan

judul penelitian Celery Herb Essential Oil in The Formulation of Antidandruff

Hair Tonic Against Pityrosporum Ovale. minyak atsiri seledri dapat

menghambat pertumbuhan Pityrosporum ovale. Oleh karena itu, penggunaan

minyak esensial ini sebagai bahan dalam ramuan rambut tonik atau sampo

anti-ketombe dapat direkomendasikan. Selain itu, bisa juga berfungsi sebagai

pewangi (Ningrum et al 2017)

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Siti Jubaidah (2018) dengan

judul Formulasi dan Uji Pertumbuhan Rambut Kelinci dari Sediaan Hair

Tonic Kombinasi Ekstrak Daun Seledri (Apium graveolens) dan Daun

Mangkokan (Polyscias scutellaria). Pada penelitian tersebut dibuat sediaan

hair tonic dari kombinasi ekstrak daun seledri dan ekstrak dun mangkokan

Perbandingan konsentrasi ekstrak daun seledri dan ekstrak daun mangkokan

yang digunakan adalah (5:5; 7,5:2,5 dan 2,5:7,5)% b/v. kombinasi formulasi

sediaan memenuhi uji sifat fisik meliputi uji organoleptis, uji pH dan uji

42
viskositas. Kombinasi ekstrak daun seledri dan ekstrak daun mangkokan

dengan perbandingan konsentrasi (7,5:2,5)% b/v mempunyai aktivitas terbaik

dalam pertumbuhan rambut kelinci. Daun seledri yang diketahui mempunyai

aktivitas sebagai vasodilator yang dapat memacu pertumbuhan rambut. Apiin

merupakan glikosida flavonoid yang mengalami hidrolisis sehingga menjadi

aglikon apigenin. Pelebaran pembuluh darah di rambut memungkinkan

tercukupinya suplai darah yang lancar untuk proses pertumbuhan rambut

(Jubaidah et al. 2018)

43
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil studi literatur yang telah dilakukan dapat

disimpulkan bahwa formulasi Daun Seledri (Apium graveolens) yang baik

dijadikan sebagai sediaan kosmetik rambut yaitu dalam bentuk mikroemulsi

W/O dengan konsentrasi Daun Seledri (Apium graveolens) yaitu 2% yang

berefek sebagai penumbuh rambut.

V.2 Saran

Peneliti diharapkan mampu menguasai materi dan penelitian yang

akan dilakukan dan mengkaji lebih dalam literatur-literatur yang ada agar data

yang diperoleh dapat dipertanggung jawabkan.

44
DAFTAR PUSTAKA

XArunprasad, S. 2016. “International Journal of Current Medical Sciences Research


Article Reducing Morbidies Among Preterm Neonates.” : 2–4.
Borowska, Sylwia, and Malgorzata M. Brzóska. 2015. “Metals in Cosmetics:
Implications for Human Health.” Journal of Applied Toxicology.
Cobbaert, D, ; Rochefort, and J S Price. 2004. Applied Vegetation Science
Nomenclature: Gleason & Cronquist (1991) for Vascular Plants; Anderson
(1990) for Sphagnopsida; Anderson et Al. (1990) for Other Mosses.
Djatmiko, M, and S Pramono. 2001. “Standarisasi Sediaan Daun Seledri ( Apium
Graveolens L .) Secara Klt- Densitometri Menggunakan Apigenin Sebagai
Parameter.” Majalah Farmasi Indonesia 12(2): 59–64.
Emma Sri Kuncari, Iskandarsyah dan Praptiwi. 2014. “Evaluasi, Uji Stabilitas Fisik
Dan Sineresis Sediaan Gel Yang Mengandung Minoksidil, Apigenin Dan
Perasan Herba Seledri (.” Buletin Penelitian Kesehatan.
Garut, Mipa-universitas et al. 2017. “Jurnal Ilmiah Farmako Bahari Formulation Of
Hair Tonic Combination Of Celery And Green Tea Leaves Ethanol Extract For
Rabbit Hair Growth Formulasi Sediaan Hair Tonic Kombinasi Dari Ekstrak
Etanol Seledri ( Apium graveolens L .) Dan Daun Teh Hijau ( Camell.” : 21–33.
Jayadi, A.C. 2015. “Uji Efektivitas Infusa Akar Seledri ( Apium Graveolens L .)
Sebagai Diuretik Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar ( Rattus Novergicus ).”
PHARMACON Jurnal Ilmiah Farmasi.
Jubaidah, Siti, Ria Indriani, Hayatus Sa’adah, and Heri Wijaya. 2018. “Formulasi
Dan Uji Pertumbuhan Rambut Kelinci Dari Sediaan Hair Tonic Kombinasi
Ekstrak Daun Seledri (Apium Graveolens Linn) Dan Daun Mangkokan
(Polyscias Scutellaria (Burm.f.) Fosberg).” Jurnal: Ilmiah manuntung 4(1): 8–
14.
Kalangi, Sonny J. R. 2014. “Histofisiologi Kulit.” Jurnal Biomedik (JBM).
Kusnadi, Kusnadi, and Egie Triana Devi. 2017. “Isolasi Dan Identifikasi Senyawa
Flavanoid Pada Ekstrak Daun Seledri (Apium graveolens L.) Dengan Metode
Refluks.” PSEJ (Pancasakti Science Education Journal).
Lachman, Leon. 1994. “Teori Dan Praktek Farmasi Industri.” Edisi Ketiga.
Meydiza Fahrefi, Surya Dharma Helmi Arifin. 2013. “Pengaruh Fraksi Air Herba
Seledri ( Apium Graveolens L.) Terhadap Kadar Kolesterol Total Mencit Putih
Jantan Hiperkolesterol.” Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini
Sains Farmasi dan Klinik III 2013.

45
Ningrum, R.S., Prasetyo, A.B., dan Kristanti, A.N. 2017. “Celery Herb Essential Oil
in the Formulation.” Jurnal Kimia Riset 2(2): 93–97.
Pamudji, Jessie Sofia et al. 2015. “Microemulsion Formulation of Aloe Vera Gel and
Apium Graveolens Ethanol Extract for Optimizing Hair Growth Promotion.”
Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Research 8(4): 319–23.
Ruedig, Elizabeth et al. 2016. “Fukushima Derived Radiocesium in Subsistence-
Consumed Northern Fur Seal and Wild Celery.” Journal of Environmental
Radioactivity.
Sinaga, Roslin, Sunny Wangko, and Marie Kaseke. 2013. “PERAN MELANOSIT
PADA PROSES UBAN.” JURNAL BIOMEDIK (JBM).
Tommy Setiawan, Richard Ruslim, and Andrew. 2012. “Pengaruh Brand Image Dan
Product Knowledge Terhadap Purchase Intention (Kasus : Kosmetik Merk ‘X’).”
E-Journal Fakultas Ekonomi Tarumanagara.
Tranggono, Retno Iswari, and Fatimah Latifah. 2007. “Buku Pegangan Ilmu
Pengetahuan Kosmetik.” Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik.
Triarini, Dila, and Rini Hendriani. 2015. “Tanaman Herbal Dengan Aktivitas
Perangsang Pertumbuhan Rambut.” Fakultas Farmasi Universitas Padjajaran.
Umborowati, Menul Ayu, and Rahmadewi. 2014. “Rambut Rontok Akibat
Lingkungan Dan Kosmetik ( Environment and Cosmetic Induced Hair Loss ).”
Berkala Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin.
Wasitaatmadja, Sjarif M. 1997. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia Penuntun
Lmu Kosmetik Medik.

46
Lampiran 1

SKEMA KERJA

Mengumpulkan berbagai literatur dari situs


jurnal online seperti scopus, research gate dan
google cendikia dengan kata kunci“Daun seledri”,
“Celery”, “Apium graveolens” dan “Kosmetik
rambut Daun Seledri”

Menilai kelayakan jurnal dengan membaca jurnal


secara keseluruhan

Menentukan rumusan masalah berdasarkan


literatur dan judul penelitian

Membuat ringkasan literatur yang akan menjadi


kajian Pustaka dengan membuat tabel mberisikan
Judul, metode penelitian, hasil, identitas penulis,
dan identitas pustaka

Pembahasan

Kesimpulan

47

Anda mungkin juga menyukai