Diajukan Oleh :
MA
Kepada
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2021
FORMULA SERUM MYRICETIN DENGAN PENAMBAHAN
CARBOMER, VISCOLAM, DAN XANTHAN GUM TERHADAP MUTU
FISIK DAN UJI ANTIOKSIDAN
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai
derajat Sarjana Farmasi (S.F)
Program Studi Ilmu Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Setia Budi
Oleh:
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2021
ii
PENGESAHAN SKRIPSI
berjudul:
Oleh:
iii
PERSEMBAHAN
Dengan penuh rasa syukur saya naikan kepada Tuhan YME, karna berkat rahmat
dan kasih sayang-Nya karya ini dapat diselesaikan dengan baik.
Mercy, Runi, Tika, Rico, Fajar, Iwan, dan makhluk lainnya yang selalu bertanya
“kapan ko selesai?” “skripsi su sampe mana?”, terimakasih karna tetap selalu
bersama saya dalam jangka waktu yang lama, terimakasih untuk selalu
mendampingi saya meskipun terpisah jarak yang jauh.
iv
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil perkerjaan
saya sendiri dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh
gelar kesarjanaan disuatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya tidak
terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain,
kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar
pustaka.
Apabila skripsi ini merupakan jiplakan dari penelitian/ karya ilmiah/skripsi
orang lain, maka saya siap menerima sanksi, baik secara akademis maupun
hukum.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan YME yang telah melimpahkan
berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan
menyusun skripsi yang berjudul “FORMULASI SERUM MYRICETIN
DENGAN PENAMBAHAN CARBOMER, VISCOLAM, DAN XANTHAN
GUM TERHADAP MUTU FISIK DAN UJI ANTIOKSIDAN” sebagai salah
satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas
Setia Budi Surakarta.
Penulis menyadari bahwa keberhasilan penelitian skripsi ini tidak lepas dari
bantuan dan bimbingan dai banyak pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali
ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Ir. Djoni Tarigan.,MBA, selaku Rektor Universitas Setia Budi Surakarta.
2. Prof. Dr. R.A. Oetari, SU., MM., M.Sc., Apt, selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Setia Budi Surakarta.
3. apt. Drs. Widodo Priyanto, M.M. selaku pembimbing utama dan apt.
Muhammad Dzakwan, M.Si. selaku pembimbing pendamping yang telah
memberikan bimbingan, pengarahan dan dorongan semangat dari awal
pengerjaan proposal hingga penulisan skripsi ini selesai.
4. Dr. Wiwin Herdwiani, M.Sc.,Apt selaku pembimbing akademik yang telah
membimbing, membantu, dan memberi semangat kepada penulis dalam
menghadapi permasalahan akademik.
5. Tim penguji, dosen dan karyawan Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi
Surakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan selama perkuliahan
kepada penulis serta saran dan kritik untuk perbaikan skripsi ini.
6. Bapak/Ibu di perpustakaan dan Bapak/Ibu di Laboratorium Fitokimia, dan
Teknologi Farmasi yang telah banyak memberi bimbingan dan membantu
selama penelitian.
vi
7. Ibu, Bapak, dan keluarga besar yang selalu memberikan kasih sayang,
semangat baik moril maupun materil, dan doa yang tiada henti. Dukungan
serta kasih sayang yang kalian berikan sungguh tak ternilai.
vii
8. Segenap sahabat dan teman seperjuangan yang tidak bisa saya sebutkan satu
persatu yang selalu mendukung, menyemangati, dan memberikan doa yang
menjadi bagian atas kelancaran penulisan skripsi ini.
9. Teman-teman S1 Farmasi angkatan 2015 yang telah memberikan semangat,
bantuan, dan doa selama ini.
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu
tersusunnya skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Penulis berodoa semoga amal baik seluruh pihak yang terlibat serta membantu
penulis dalam pembuatan skripsi ini mendapat balasan dari Tuhan YME. Penulis
juga berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberi sumbangan bagi
pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di Program Studi Fakultas Farmasi,
Universitas Setia Budi Surakarta dan pembaca pada umumnya.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................v
DAFTAR TABEL...................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................3
C. Tujuan...............................................................................................3
D. Manfaat.............................................................................................3
A. Myricetin..........................................................................................4
B. Radikal Bebas...................................................................................5
1. Pengertian..................................................................................5
2. Sumber radikal bebas................................................................6
C. Antioksidan.......................................................................................6
1. Uji antioksidan...........................................................................8
1.1. CUPRAC..........................................................................8
1.2. DPPH...............................................................................8
1.3. Metode FRAP..................................................................9
1.4. Metode Tiosianat..............................................................9
D. Kulit................................................................................................10
1. Struktur Kulit...........................................................................10
2. Fungsi Kulit.............................................................................12
3. Jenis-jenis kulit wajah.............................................................12
E. Penuaan Dini...................................................................................13
1. Proses penuaan dini.................................................................14
2. Penyebab penuaan dini............................................................14
F. Serum..............................................................................................15
G. Bahan Penstabil..............................................................................16
H. Tinjauan Bahan dalam Formulasi Serum.......................................17
1. Caprylyl Glycol.......................................................................17
2. Gliserin....................................................................................17
3. Xanthan Gum...........................................................................17
4. Sodium Hyaluronate................................................................18
5. Carbomer.................................................................................19
6. Aquades...................................................................................19
I. Uji Aktivitas Antioksidan Metode DPPH......................................19
J. Landasan Teori...............................................................................21
K. Hipotesis.........................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................32
DAFTAR GAMBAR
Halaman
3. Struktur gliserin................................................................................................26
4. Xanthan gum....................................................................................................27
5. Carbomer..........................................................................................................29
7. Pembuatan serum.............................................................................................31
1
2
ABSTRACT
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kecantikaan merupakan gaya hidup, bahkan hal tersebut sudah ada
sejak dulu, diamana teknik perawatan tubuh merupakan unsur kebudayaan
turun temurun seiring dengan perkembangan zaman (Kustanti et al., 2008).
Semakin bertumbuhnya perkembangan dari waktu ke waktu, sehingga
teknik perawatan pada tubuh juga ikut berkembang, dulunya orang hanya
menggunakan beberapa metode tradisional dalam merawat kulit, namun di
zaman sekarang orang memiliki banyak pilihan kosmetik yang dapat
digunakan untuk merawat kulit. Salah satu kosmetik yang digunakan yaitu
kosmetik anti-aging. Kosmetik anti aging adalah kosmetik perawatan yang
digunakan untuk mencegah tanda-tanda penuaan pada kulit
(Noormindhawati, 2013). Penggunaan bahan sintetis pada produk
kosmetik memiliki pengaruh besar dimana zat aktif yang digunakan dapat
memberi efek yang lebih cepat dibandingkan penggunaan bahan alam.
Penggunaan kosmetik anti-aging berfungsi untuk mengurangi penuaan dini
pada kulit. penuaan dapat terjadi akibat berbagai faktor kehidpuan salah
satunya radikal bebas.
Makhluk hidup pada akhirnya akan mengalami penuaan. Proses
penuaan dapat di tandai dengan timbulnya kerutan dan flek hitam pada
wajah serta kemunduran lainnya. Ada dua hal yang dapat menyebabkan
terjadinya penuaan yaitu penuaan akibat bertambahnya usia dan penuaan
akibat kerusakan anatomi atau fisiologi, mulai dari pembuluh darah, semua
organ tubuh hingga kulit. Hal tersebut dapat dipicu oleh aktivitas sehari-
hari. Kulit yang terpapar langsung oleh polusi udara, radiasi matahari,
serta penggunaan bahan-bahan kimia memicu munculnya penuaan dini
yang disebabkan radikal bebas (Prianto, 2014). Penuaan dini dapat
ditandai dengan berkurangnya kolagen yang dihasilkan, degenerasi
4
elastisitas kulit dan hilangnya kelembaban kulit. Pada keadaan normal, sel
memproduksi radikal bebas akibat reaksi biokimia.
Secara alami tubuh memiliki pertahanan pertama terhadap radikal
bebas yaitu antioksidan (Wirakusumah, 2007). Dewasa ini antioksidan
telah banyak dikembangkan dan dimodifikasi agar dalam penggunaannya
memberikan kenyamanan, baik untuk antioksidan alami maupun sintetik.
Salah satu kandungan yang memiliki aktivitas antioksidan yaitu myricetin.
Myricetin sendiri merupakan flavonoid yang alami, dan dapat di temukan
dalam beberapa tanaman seperti pada sayuran, buah-buahan, teh, dan pada
tanaman obat. Myricetin memiliki beberapa aktivitas yang bermanfaat bagi
makhluk hidup, diantaranya adalah sebagai antioksidan alami,
antiinflamasi, antialergi, dan antikanker (Gaber et al., 2017). Antoksidan
adalah senyawa pemberi elektron atau reduktan. Antioksdian diketahui
memiliki kemampuan untuk mencegah terbentuknya radikal bebas dengan
menginaktivasi perkembangan reaksi oksidasi. Energi disosiasi gugus
hidroksil (OH) dan momel dipol memperlihatkan bahwa myricetin
memeiliki aktivitas antioksidan yang tinggi dengan mengikat radikal
seperti hidroksil (OH), azide (N3), dan peroxyl ROO (DU et al., 2008).
Hal tersebut dapat dibuktikan menurut Yuan X (2015) dengan hasil
penelitiannya yang menunjukan hasil IC50 dari myricetin sebesar 65,84
ppm angka tersebut dapat menunjukan bahwa myricetin memiliki aktivitas
antioksidan yang kuat. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik
untuk memformulasikan myricetin pada sediian serum.
Serum merupakan salah satu sediaan farmasi yang banyak di
gunakan di masyarakat. Serum ialah sediaan dengan zat aktif tinggi dan
viskositas rendah, yang menghantarkan film tipis dari bahan aktif pada
permukaan kulit (Draelos, 2010) serum mengandung lebih banyak zat aktif
di bandingkan sediaan topikal lainnya, sehingga serum dengan
viskositasnya yang tidak begitu tinggi dapat lebih mudah menyebar di
permukaan kulit dan nyaman digunakan. Serum yang memiliki tekstur
lebih pekat yang akan meresap ke lapisan terdalam kulit, dan dapat
5
melindungi kulit dari kerusakan sel yang di akibatkan oleh radikal bebas
(Basuki, 2007). Serum myricetin di formulasikan dengan penambahan
carbomer, viscolam, dan xanthan gum sebagai penstabil menggunakan
konsentrasi yang sama. Dengan konsentrasi yang sama diharapkan tiap
penstabil dapat memepertahankan stabilitas serum selama masa pengujian,
sehingga serum yang di hasilkan dapat cepat memeberikan efek, minim
terjadinya risiko efek samping dan nyaman ketika digunakan. Pemilihan
penstabil carbomer, viscolam, dan xanthan gum pada penelitian ini
dikarenakan ketiganya dapat digunakan secara luas pada berbagai bentuk
sediaan, selain itu bersifat tidak toksik (Rowe dkk, 2009). Penelitian ini
dilakukan dengan tujuan membuat formulasi serum dari zat myricetin serta
mengetahui aktivitas antioksidan dari zat aktif ketika di formulasikan
dalam sediaan serum.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan pernyataan diatas maka dibuatlah rumusan masalah
sebagai berikut :
Pertama bagaimana pengaruh penambahan carbomer, viscolam,
dan xanthan gum terhadap mutu fisik sediaan serum myricetin ?
Kedua apakah sediaan serum myricetin yang dibuat mempunyai
aktivitas antioksidan ?
Ketiga manakah formula yang memberi mutu fisik sediaan serum,
dan aktivitas antioksidan yang terbaik?
3. Tujuan
Pertama mengetahui variasi basis memberikan pengaruh terhadap
mutu fisik sediaan serum myricetin.
Kedua mengetahui myricetin yang dibuat dalam bentuk serum
dengan berbagai variasi basis memiliki aktivitas antioksidan
6
4. Manfaat
Penelitian ini memberikan informasi kegunaan variasi stabilisator
carbomer yang dapat menghasilkan sediaan serum yang baik dan stabil.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Myricetin
7
8
ethyl acetate, namun memiliki kelarutan yang rendah pada air (Comoglio
et al., 1995). Myricetin mempunyai kelarutan yang rendah yaitu 0,002
mg/ml dengan bioavailibilitas sistemik 10-44%, selain kelarutan yang
rendah, Dang et al (2014) dan Yao et al (2013) menambahkan bahwa
myricetin merupakan zat termolabil yaitu zat yang tidak stabil terhadap
suhu panas. Myricetin yang diketahui memiliki aktivitas antioksidan
mempunyai energi disosiasi gugus hidroksil (OH) dan momen dipol
mendukung bahwa myricetin mengandung aktivitas antioksidan tinggi
dengan mengikat radikal seperti azide (N3), hidroksil (OH), dan Peroxyl
(ROO). Myricetin dapat mengikat antar kepala polar dan ekor hidrofobik
dari fosfolipid pada permukaan fosfatidilkolin liposom (Khan et al., 2015).
2. Radikal Bebas
3. Pengertian
Proses pelepasan elektron dari suatu senyawa disebut oksidasi
sedangkan sebaliknya proses penangkapan elektron disebut reduksi. Suatu
senyawa yang dapat melepaskan atau memberikan elektron disebut
reduktan atau reduktor. Senyawa yang sifatnya bertolak belakang dengan
reduktan disebut oksidan atau oksidator yaitu senyawa yang dapat menarik
atau menerima elektron (Winarsi, 2007).
Menurut Winarti (2010) radikal bebas ialah senyawa yang
memiliki bentuk oksigen reaktif, yang diketahui memiliki senyawa
elektron yang tidak berpasangan. Radikal bebas ialah atom, molekul atau
senyawa yang dapat berdiri sendiri dan memiliki elektron yang tidak
berpasangan, sehingga menjadikan radikal bebas tidak stabil dan sangat
reaktif. Elektron pada radikal bebas yang tidak berpasangan akan berusaha
untuk mencari pasangan yang akan diikat, mengakibatkan radikal bebas
mudah bereaksi pada dengan zat lain dalam tubuh.
Dalam tubuh manusia mempunyai molekul oksigen yang stabil dan
tidak stabil. Sel didalam tubuh dapat bertahan karena adanya oksigen
9
5. Antioksidan
Antioksidan merupakan senyawa-senyawa yang mampu
menghilangkan, mebersihkan, menahan pembentukan atau memasukan
efek spesies oksigen reaktif. Senyawa ini memiliki berat molekul kecil
tetapi mampu menginaktivasi berkembangnya reaksi oksidasi dengan cara
mencegah terbentuknya radikal. Radikal bebas adalah senyawa kimia yang
mempunyai satu atau lebih elektron tidak berpasangan, sehingga tidak
stabil dan sangat reaktif. Salah satu penyebab timbulnya radikal bebas
adalah polusi lingkungan (Hassan, 2009). Antioksidan dibagi menjadi dua
yaitu antioksidan enzim (superoksida dismutase (SOD), katalase dan
glutation peroksidase (GSH.PRx) dan antioksidan vitamin (alfa tokoferol,
betakaroten, vitamin C) yang banyak terdapat dalam tanaman dan hewan.
Tubuh menghasilkan antioksidan tetapi jumlahnya sering kali tidak cukup
untuk menangkal radikal bebas yang masuk kedalam tubuh dan untuk
mengatasi hal tersbut dibutuhkan asupan dari luar tubuh.
Penggunaan antioksidan semakin meluas seiring dengan semakin
besarnya pemahaman masyarakat tentang perannya bagi kesehatan.
Antioksidan tidak hanya berfungsi dalam menghambat penyakit
degeneratif, namun juga dapat dimanfaatkan dalam dunia kosmetik. Pada
proses penuaan dini, radikal bebas juga berkontribusi dalam mempercepat
proses penuaan seseorang. Bahkan hasil penelitian menunjukkan radikal
bebas merupakan penyebab utama penuaan dini. Salah satu upaya
11
1. Uji antioksidan
Pengujian antioksidan dapat dilakukan dengan beberapa cara.
Menurut Widyastuti (2010) pengujian antioksidan dapat dilakukan dengan
CUPRAC, DPPH, FRAP, dan metode tiosianat.
1.1. CUPRAC. Metode ini dilakukan dengan menggunakan pereaksi
kromogenik seperti bis(neukuproin) tembaga (II) (Cu(Nc)22+). pereaksi
Cu(Nc)22+ dengan warna biru akan di reduksi sehingga berubah menjadi
Cu(Nc)2+ dengan membentuk waran kuning dengan reaksi :
12
2. Kulit
Pada tubuh manusia kulit sebagai pembatas antara manusia dan
lingkungannya dimana kulit terletak pada bagian paling luar tubuh. Kulit
dengan turunannya mulai dari rambut, kuku, kelenjar sebase, kelenjar
keringat, dan kelenjar mamma disebut juga dengan sebutan integumen.
Kulit memiliki fungsi spesifik tergantung dari sifat epidermis dari kulit itu
sendiri. Epitel yang ada pada epidermis berfungsi untuk membungkus utuh
seluruh bagian tubuh dan mempunyai kekhususan setempat sesuai dengan
terbentuknya turunan kulit yaitu rambut, kuku, dan kelenjar (Sonny, 2013).
Kulit sebagai pebungkus seluruh permukaan tubuh memiliki sifat sangat
kompleks, elastis, dan sensitif. Serta bervariasi pada keadaan iklim, umur,
seks, ras dan lokasi tubuh (Wasitaatmaja, 1997).
1. Struktur Kulit
14
atau lebih. Lapisan lemak tersebut disebut juga dengan sebutan pannikulus
adiposus.
2. Fungsi Kulit
Kulit sebagai organ terluar dari tubuh yang menjadi pembatas
antara tubuh dan lingkungannya, memiliki banyak fungsi yaitu melindungi
agar tidak terjadi kontak langsung dari paparan sinar matahari, polusi,
bakteri serta gesekan, dan tekenan yang dapat mengakibatkan terjadinya
kerusakan. Selain menjadi pembatas kulit juga berfungsi untuk
mengeluarkan zat-zat hasil metabolisme dari dalam tubuh, dimana hasil
metabolisme tersebut dikeluarkan bersamaan dengan keluarnya keringat
dari pori-pori kulit (Achroni, 2012). Sebagai pengontrol suhu tubuh, kulit
juga berfungsi untuk mengontrol suhu tubuh ketika terjadi perubahan suhu
panas ataupun suhu dingin, sehingga dengan seiringnya perubahan suhu
diluar, tubuh dapat menyeimbangkan perubahan suhu tersebut. Tidak
hanya menjadi pelindung tubuh kulit sebagai organ terluar, kulit memiliki
fungsi sebagai indra peraba, yang mana jaringan terluar kulit dapat
memberikan respon ke otak ketika merasakan rasa sakit, sentuhan,
tekanan, dan menahan panas atau dingin (Fauzi dan Nurmalina, 2012).
4. Penuaan Dini
Memiliki kulit bersih, cerah, kencang, dan sehat merupakan
dambaan setiap orang. Kulit yang memiliki kualitas demikian akan
memberi kesan bugar, awet muda, dan mendukung penampilan semakin
terlihat menawan. Namun, seperti organ tubuh lainnya, kulit juga
mengalami penurunan kondisi dan kualitas seiring dengan berjalannya
waktu. Semakin bertambahnya usia akan semakin menurunkan kualitas
kulit dan keremajaan kulit sehingga terjadi penuaan dini.
Penuaan yang terjadi pada makhluk hidup merupakan salah satu
proses dalam kehidupan yang tidak dapat di hindari. Penuaan dapat terjadi
pada seluruh bagian tubuh manusia. Kulit sebagai organ terluar dari tubuh
akan sangat memberi dampak ketika kulit mulai mengalami penuaan.
Penuaan tidak hanya proses seseorang menjadi tua. Tetapi penuaan
merupakan apa yang membuat “tua tidak sebaik baru” dan ketika tubuh
mengalami menurunnya kondisi kesehatan bersamaan dengan
bertambahnya usia, orang menjadi sakit, lemah, dan kadang sekarat.
Secara praktis penuaan dapat dilihat sebagai menurunnya fungsi biologik
dari usia seseorang. Penuuan kulit yang terjadi sebelum waktunya, dapat
terjadi ketika seseorang memasuki umur 20-30 tahun. Dalam usia yang
muda regenerasi sel terjadi setiap 28-30 hari. Namun ketika memasuki
umur 50 tahun regenerasi sel akan terjadi lebih lama yaitu sekitar 37 hari.
18
3. Serum
Sediaan serum masuk kedalam jenis skin care cosmetics. Serum
merupakan sediaan dengan zat aktif konsentrasi tinggi dan viskositas
rendah, yang menghantarkan film tipis dari bahan aktif pada permukaan
20
kulit (Draelos, 2010). Serum dapat dibuat dengan 2 basis yaitu fase air dan
fase minyak. Serum diformulasikan dengan viskositas yang rendah dan
kurang jernih (semi-transparan), yang mengandung kadar bahan aktif yang
lebih tinggi dari sediaan topikal pada umumnya. Viskosits pada serum
yang rendah sehingga serum dapat dikategorikan sebagai emulsi. Serum
dapat menyebar dengan mudah pada permukaan kulit, dengan konsentrasi
zat aktif yang tinggi maka akan meningkatkan penyerapan zat aktif
(Basuki, 2007).
Serum kosmetik merupakan istilah komersil dalam dunia kosmetik.
Serum memiliki kelebihan dengan memberi efek yang lebih nyaman dan
mudah menyebar di permukaan kulit karena serum yang dirancang dengan
memiliki viskositas rendan dan tingginya zat aktif yang terkandung. Hal
tersebut dikarenakan bahan bioaktif pada serum yang lebih dominan
dibandingkan pelarutnya yang lebih sedikit.
4. Bahan Penstabil
Bahan penstabil adalah keseimbangan antara gaya tolak dan gaya
tarik menarik yang bekerja dalam sistem. Stabilitas pada emulsi akan
mencapai maksimum apabila gaya tolak antara globula-globula fase tidak
kontinyu mencapai maksimum. Gaya tolak menolak berasal dari lapisan
ganda dan gaya tarik menarik berasal dari gaya Van der Waals (Petrowski,
1976). Kestabilan koloid ini disebabkan karena adanya gerak emulsi.
Meskipun telah sampai ke dasar wadah, partikel koloid dapat naik kembali
dan terus bergerak dalam mediumnya. Penyebab lainnya karena umumnya
partikel koloid mengadsorpsi ion. Partikel koloid yang sama akan
mengadsorpsi ion-ion yang sejenis, sehingga partikel-partikel koloid itu
saling tolak-menolak karena pengaruh ion sejenis yang telah diadsorpsi
(Petrowski, 1976) Emulsi dikatakan tidak stabil bila mengalami creaming,
koaleser dan eracking. Creaming yaitu terpisahnya emulsi menjadi dua
lapisan, dimana yang satu mengandung fase dispers lebih banyak daripada
21
1. Gliserin
3. Viscolam
Viscolam mengandung sodium polyacryloyldimethyl taurate,
hidrogeneted polidecene, dan tridecet 10. Ketiga kandungan tersebut
berfungsi sebagai emulgator. sodium polyacryloyldimethyl taurate adalah
bahan yang tidak berwarna atau berwarna putih kekuningan, berfungsi
sebagai pengikat viskositas dari fase air (Sari S, 2013). Viscolam memiliki
konsentrasi 0,5-10% dengan pH yang mendekati pH kulit.
4. Xanthan Gum
5. Carbomer
6. Aquades
24
7. Landasan Teori
Myricetin merupakan flavonoid yang berasal dari tanaman yang
memiliki bioavaibilitas dengan aktivitas antioksidan yang tinggi. Struktur
myricetin tersusun dari 2 cincin benzen yang di hubungkan oleh cincin
pyrone heterosiklik. Myricetin yang telah diektahui sebagai flavonoid
alami memungkinkan myricetin dapat di peroleh dari sayur-sayuran, buah-
buahan, teh, dan tanaman obat. Selain sebagai antioksidan alami myricetin
memiliki aktivitas lain yaitu sebagai antinflamasi, antialergi, dan
antikanker (Gaber et al., 2017). Myricetin dengan kelartuan pada air yang
rendah (0,002 mg/ml) menjadikan myricetin mempunyai bioavaibilitas
sistemik yang sangat rendah yaitu 10-44% (Hong et al.2014). Namun
26
8. Hipotesis
Berdasarkan permasalahan di atas maka di buat beberapa hipotesis
dalam penelitian ini yaitu:
Pertama carbomer, viscolam, dan xanthan gum dapat memberi
pengaruh pada mutu fisik sediaan serum myricetin yang akan digunakan
sebagai stabilisator.
Kedua sediaan serum myricetin mempuyai aktivitas antioksidan.
Ketiga akan didapatkan diantara carbomer, viscolam, dan xanthan
gum sebagai stabilisator yang baik dalam sediaan serum myricetin,
sehingga memperoleh sediaan serum dengan mutu fisik yang paling baik.
28
9.
BAB III
METODE PENELITIAN
29
30
1. Bahan
31
2. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi alat-alat gelas
(Pyrex), batang pengaduk, Erlenmeyer (Pyrex), gelas ukur (Pyrex), neraca
analitik (Ohaus PA213 ketelitian 1 mg dan Ohaus AV264 ketelitian 0,1
mg), pipet volume (Pyrex), beaker glass (Pyrex), Viskometer VT-04 E
Rion.,LTD, pH meter (Eutech Instrumen, Ecoscan, hand-held series,
Singapura) , spektrofotometer UV-Vis (Genesys 10s, Thermo scientifict)
(Zhongcheng et al. 2015), dan peralatan pendukung lainnya. Semua alat
yang disebutkan diperoleh dari Laboratorium Teknologi Farmasi
(Laboratorium 13), Laboraturium Instrumen (Laboraturium 1) Universitas
Setia Budi.
3. Jalannya Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian Ilmiah dilakukan di Laboratorium Teknologi Farmasi
(Laboratorium 13), Laboraturium Instrumen (Laboraturium 1) Universitas
Setia Budi.
2. Pembuatan Serum
Myricetin dilarutkan terlebih dahulu dengan optiphen. Kemudian
carbomer dikembangkan dengan air hangat lalu di tambahkan satu tetes
TEA, penambahan TEA diberikan juga kepada viscolam. Secara terpisah
ditambahkan pengental viscolam, carbomer, dan xanthan gum kedalam
myricetin yang sudah di larutkan dengan optiphen. Dilanjutkan dengan
32
Formula Serum
Tabel 1. Formulasi sediaan serum myricetin (Makingcosmetics,2018 )
Formula serum (gram)
Bahan
I II III
Optiphen 0,50 0,50 0,50
Myricetin 0,15 0,15 0,15
Carbomer 0,25
Viscolam 0,25
Xanthan gum 0,25
Gliserin 1,50 1,50 1,50
Aquadest ad 50 50 50 50
5. Analisis Data
Data yang diperoleh dari penelitian ini yaitu, organoleptis,
homogenitas viskositas, daya sebar, perpindahan volume, pH. Data yang
diperoleh selanjutnya akan dianalisis menggunakan One Sample
Kolmogorov Smirnov dan One Way Anova dengan spss.
36
Myricetin, optiphen,
gliserin, carbomer, Myricetin, optiphen, gliserin, Myricetin, optiphen, gliserin,
aquadest viscolam, aquadest xanthan gum, aquadest
BAB IV
larut. Formula III yang mengandung xanthan gum memiliki tekstur yang
kental namun semua bahan dapat tercampur merata. Setiap formula serum
tidak memberikan bau yang khas.
Formula Homogenitas
Formula I Tidak homogen
Formula II Homogen
Formula III Homogen
Keterangan :
Formula I : Sediaan dengan penambahan carbomer
Formula II : Sediaan dengan penambahan viscolam
Formula III : Sediaan dengan penambahan xanthan gum
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui tiap bahan yang
terkandung dalam serum myricetin dapat tercampur rata sehingga
memberikan efek yang maksimal, selain itu agar dapat mencapai sediaan
serum yang sesuai. Hasil pengamatan menunjukkan sediaan serum yang
homogen yaitu formula II dan formula III, sedangkan formula I
menunjukkan adanya bulir-bulir carbomer yang tidak tercampur pada
sediaan serum. Hal tersebut karena pencampuran carbomer yang
dikembangkan dengan air lalu ditambahkan TEA sehingga semakin
meningkatkan bentuk hydrogel dari carbomer dan mempersulit
pencampuran carbomer dengan basis yang lain. Selain itu carbomer
inkompatibilitas terhedap asam kuat, walaupun pH pada sediaan masuk
dalam rentang pH kulit, tetapi carbomer akan lebih netral pada pH 7,7.
hari ke -21 pada suhu 27oC, hal ini bertujuan untuk mengetahui kestabilan
sediaan serum selama penyimpanan.
Tabel 4. Uji stabilitas sediaan serum myricetin
4. Uji viskositas. Uji ini dilakukan untuk mengetahui kekentalan dari sediaan
serum myricetin, viskositas yang didapatkan dari sediaan serum
mempengaruhi terhadap mudah atau tidaknya sediaan di aplikasikan ke
kulit, viskositas juga berpengaruh terhadap organoleptis dan daya alir
sediaan serum. Semakin kecil nilai viskositas seiaan maka menunjukan
sediaan semakin encer, sebaliknya semakin besar nilai viskositas maka
semakin kental sediaan serum yang mengakibatkan sulitnya
pengaplikasian sediaan pada kulit.
Tabel 5. Uji viskositas sediaan serum myricetin
40
Chart Title
2
1.8
1.6
1.4
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
hari ke-0 hari ke-14 hari ke-21
Chart Title
Formula I Formula II Formula III
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
h ar i k e-0 h ar i k e-1 4 h ar i k e-2 1
Chart Title
Formula I Formula II Formula III
50
49.5
49
48.5
48
47.5
47
46.5
46
h ar i k e-0 h ar i k e-1 4 h ar i k e-2 1
IC50
Formula
Hari ke-7 Hari ke-21
Formula I 44,273 166,9694
Formula II 52,8281 130,4158
Formula III 41,9827 110,1699
Keterangan :
Formula I : Sediaan dengan penambahan carbomer
Formula II : Sediaan dengan penambahan viscolam
Formula III : Sediaan dengan penambahan xanthan gum
46
80
60 52.8281
44.273 41.9827
40
20
0
Carbomer VIscolam X.gum
Serum
yang kuat dengan nilai IC50 52,8281 ppm. ketiga formula tersebut tidak
berbeda signifikan sehingga tiap formula dapat menjaga kestabilan. Selain
itu tiap serum myricetin yang menggunakan penstabil carbomer, x.gum,
dan viscolam, dengan konsentrasi penggunaan penstabil yang sama, tidak
mempengaruhi kestabilan myricetin pada serum. Nilai IC50 tiap formula
masuk dalam antioksidan sangat kuat hingga kuat karena konsentrasi
myricetin yang digunakan sebesar 150mg. Aktivitas antioksidan ke 21
memperlihatkan penurunan. Dimulai dari sedang hingga lemah. Nilai IC50
formula III yaitu 110,1699 ppm, pada Formula II nilai IC50 sebesar
130,4158 ppm, dan pada Formula I memiliki nilai IC50 sebesar 166,9694
ppm, dimana tiap formula menunjukkan adanya penurunan aktivitas
antioksidan. Formula I dengan penstabil carbomer memberikan penurunan
aktivtias antioksidan yang paling besar dengan masuk dalam kategori
lemah di bandingkan dua penstabil lainnya, dari hasil yang diperoleh
menunjukkan bahwa carbomer tidak dapat mempertahankan kestabilan
dari myricetin. Hal ini dapat disebabkan karena pH dari formula I yang
asam dan bentuk sediaan yang tidak homogen. Terdapat bulir-bulir gel
pada sediaan formula I dikarenakan penambahan TEA yang banyak.
Penambahan TEA meningkatan bentuk hydrogel pada carbomer, dan
menyebabkan carbomer banyak mengikat air sehinggaa menjadi salah satu
penyebab carbomer tidak dapat mempertahankan kestabilan dari zat aktif.
Carbomer dapat stabil apabila di lakukan kombinasi denga HPMC seperti
pada penelitian Suryani, 2019, dengan kombinasi hpmc dan carbomer
dengan menggunakan TEA secukupnya sediaan tidak memperlihatkan
adanya butiran-butiran dan gumpalan-gumpalan, selain itu walaupun
terjadi kenaikan dan penurunan pH yang bervariasi namun kenaikan dan
penerunan ketiga formula masih masuk dalam rentang kulit manusia.
Sehingga dibutuhkan penambahan HPMC untuk memaksimalkan
kestabilan carbomer agar penambahan TEA tidak mempengaruhi stabilitas
carbomer. Di hari ke 21 formula II mengalami penurunan aktivitas
antioksidan namun penurunan aktivtias antioksidan formula II masih
48
masuk dalam kategori sedang dan jika dilihat dari bentuk sediaan formula
II memiliki bentuk sediaan yang paling stabil, sehingga dapat dikatakan
formula II lebih stabil di banding formula I dan formula III. Pada formula
III menunjukkan perubahan warna dari warna kuning keruh hingga
menjadi kuning kecoklatan. Hal tersebut terjadi karena zat aktif yang
mulai teroksidasi, dari hasil pengujian formula III menunjukkan
penurunan aktivitas antioksidan tetapi penurunan aktivitas antioksidan
yang terjadi masih masuk dalam kategori sedang. Dari hasil di atas dapat
di katakana bahwa bentuk hydrogel pada penstabil tidak menjamin dapat
menjaga stabilitas zat aktif yang terkandung. Penurunan aktivtias
antioksidan pada tiap formula juga dapat di sebabkan oleh wadah
penyimpanan serum, sehingga diperlukan penggunaan wadah yang gelap
agar sediaan tidak rusak ketika terkena cahaya. Dari hasil yang di peroleh
menunjukkan dengan konsentrasi yang sama memberikan efek sebagai
penstabil yang berbeda.
49
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulam
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dibuat
kesimpulan bahwa:
Pertama dengan dengan menggunakan carbomer, viscolam, dan
xanthan gum pada pembuatan serum myricetin dapat memepengaruhi
mutu fisik.
Kedua, aktivitas antioksidan formula II sebesar 130,4158 ppm, dan
formula III 110,1699 ppm dimana kedua formula tersebut masuk dalam
kategori sedang dan memiliki aktivtias antioksidan. Sedangkan pada
formula I memiliki aktivitas antioksidan namun masuk dalam kategori
lemah dengan nilai IC50 166,9694 ppm.
Ketiga, pada formula I, II, dan III tidak memberi efek yang baik
sebagai penstabil sehingga tidak di dapatkan formula dengan mutu fisik
terbaik. Namun dari ketiga formula dapat di simpulkan bahwa formula III
memiliki aktivtias antioksidan yang terbaik dibandingkan kedua formula
yang lain.
B. Saran
Pertama, di penelitian selanjutnya perlu penambahan HPMC untuk
meningkatkan kestabilan carbomer
DAFTAR PUSTAKA
Achroni, Keen. 2012. Semua Rahasia Kulit Cantik dan Sehat Ada di sini.
Yogyakarta: Javalitera.
Adeng H. 2010 Uji Antioksidan dan Antibakteri Ekstrak Air Bunga Kecombrang
(Etlingera elatior) Sebagai Pangan Fungsional Terhadap Staphylococcus
aureus dan Escherichia coli, Skripsi. Jakarta: UIN Syarif Hidayatuallah.
Aizah S. 2016. Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Makan Pada Anak Usia Pra
Sekolah Di Dusun Pagut Desa Blabak. Jurnal Ilmu Kesehatan.
Beckman K.B, Bruce N. Amies. 1998. The Free Radical Theory of Aging
Matures. Physiol Rev. 78: 547-81.
51
Blois, M.S. 1958. Antioxidant determinations by the use of a stable free radical,
Nature, 181: 1199- 1200.
Fauzi, R. A dan Nurmalina, R. 2012. Merawat Kulit dan Wajah. Jakarta. Elex
Media Komputindo. Halaman 60, 171-173.
Gaber DM, Nafee N, Abdallah OY. 2017. Myricetin solid lipid nanoparticels:
Stability assurance from system preparation to site of action. European
Journal of Pharmaceutical Sciences.
Khan N, Deeba N. Syed, Nihal A, Hasan M. 2013. Fisetin: a dietary for health
promotion. Antioxidants and Redox Signaling. 19(2).
Martin, A., Swarbrick, J., and Cammarta, A., 1993. Physical Pharmacy, Physical
Chemical Principles in The Pharmaceutical Science, diterjemahkan oleh
Yoshita, Edisi ketiga, Universitas Indonesia Press, Jakarta,1022.
53
Petrowski dan Gary E. 1976. Emulsion Stability and its Relation to Foods by
Carnation Research Laboratories Van Nuys. California.
Ross JA. Kasum CM. 2002. Dietary flavonoids: bioavailabilty, metabolic effect,
and safety. Annual Review of Nutrition. 22: 19-34.
Rowe RC, Sheskey PJ, Owen SC. 2006. Handbook of Pharmaceutical Excipients
Fifth Edition. London: Pharmaceutical Press. hlm 182-184.
Suryani N dkk. 2019. Pengembangan dan Evaluasi Stabilitas Formulasi Gel yang
Mengandung Etil p-metoksisinamat. Pharmaceutical and Biomedical
Sciences Journal
54
Trilestari. 2002. Hand and Body lotion: Pengaruh Penambahan Nipagin, Nipasol,
dan Campuran keduanya terhadap Stabilitas Fisika dan Efektivitasnya
sebagai Anti Jamur, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.
Wirakusumah E. 2007. Cantik Awet Muda Dengan Buah, Sayur, dan Herbal.
Jakarta. Penebar Plus.
L
A
M
P
I
R
56
A
N
45.000 0.121
46.000 0.120
47.000 0.121
48.000 0.120
49.000 0.121
50.000 0.120
51.000 0.120
52.000 0.120
53.000 0.120
54.000 0.119
55.000 0.120
56.000 0.119
57.000 0.120
58.000 0.119
59.000 0.119
60.000 0.119
25.000 0.562
26.000 0.562
27.000 0.562
28.000 0.562
29.000 0.562
30.000 0.562
31.000 0.563
32.000 0.562
33.000 0.563
34.000 0.563
35.000 0.564
36.000 0.563
37.000 0.564
38.000 0.563
39.000 0.564
40.000 0.563
41.000 0.563
42.000 0.564
43.000 0.564
44.000 0.564
45.000 0.565
46.000 0.564
47.000 0.565
48.000 0.565
49.000 0.565
50.000 0.565
51.000 0.565
52.000 0.566
53.000 0.565
54.000 0.565
55.000 0.566
56.000 0.565
57.000 0.566
58.000 0.566
59.000 0.566
60.000 0.566
5.000 0.585
6.000 0.585
7.000 0.585
8.000 0.586
9.000 0.586
10.000 0.586
11.000 0.585
12.000 0.586
13.000 0.586
14.000 0.586
15.000 0.586
16.000 0.586
17.000 0.586
18.000 0.586
19.000 0.586
20.000 0.586
21.000 0.587
22.000 0.587
23.000 0.587
24.000 0.587
25.000 0.587
26.000 0.587
27.000 0.587
28.000 0.587
29.000 0.587
30.000 0.588
31.000 0.587
32.000 0.587
33.000 0.588
34.000 0.588
35.000 0.588
36.000 0.588
37.000 0.588
38.000 0.588
39.000 0.588
40.000 0.588
41.000 0.589
42.000 0.589
43.000 0.589
44.000 0.589
45.000 0.589
46.000 0.589
47.000 0.590
48.000 0.590
49.000 0.590
50.000 0.590
63
51.000 0.590
52.000 0.591
53.000 0.591
54.000 0.591
55.000 0.591
56.000 0.591
57.000 0.591
58.000 0.591
59.000 0.591
60.000 0.591
31.000 0.642
32.000 0.643
33.000 0.643
34.000 0.643
35.000 0.643
36.000 0.644
37.000 0.644
38.000 0.644
39.000 0.645
40.000 0.645
41.000 0.645
42.000 0.645
43.000 0.646
44.000 0.646
45.000 0.647
46.000 0.647
47.000 0.647
48.000 0.647
49.000 0.648
50.000 0.648
51.000 0.648
52.000 0.648
53.000 0.649
54.000 0.649
55.000 0.649
56.000 0.649
57.000 0.649
58.000 0.650
59.000 0.650
60.000 0.650
11.000 0.747
12.000 0.747
13.000 0.747
14.000 0.748
15.000 0.748
16.000 0.748
17.000 0.748
18.000 0.748
19.000 0.749
20.000 0.750
21.000 0.749
22.000 0.750
23.000 0.750
24.000 0.750
25.000 0.750
26.000 0.751
27.000 0.751
28.000 0.751
29.000 0.751
30.000 0.752
31.000 0.752
32.000 0.753
33.000 0.753
34.000 0.753
35.000 0.753
36.000 0.754
37.000 0.754
38.000 0.754
39.000 0.755
40.000 0.755
41.000 0.755
42.000 0.755
43.000 0.755
44.000 0.756
45.000 0.756
46.000 0.757
47.000 0.757
48.000 0.757
49.000 0.757
50.000 0.758
51.000 0.758
52.000 0.758
53.000 0.758
54.000 0.759
55.000 0.759
56.000 0.759
66
57.000 0.759
58.000 0.760
59.000 0.760
60.000 0.760
37.000 0.758
38.000 0.758
39.000 0.758
40.000 0.758
41.000 0.759
42.000 0.759
43.000 0.759
44.000 0.759
45.000 0.759
46.000 0.759
47.000 0.760
48.000 0.760
49.000 0.760
50.000 0.760
51.000 0.760
52.000 0.760
53.000 0.760
54.000 0.760
55.000 0.761
56.000 0.761
57.000 0.761
58.000 0.761
59.000 0.761
60.000 0.761
17.000 0.770
18.000 0.771
19.000 0.771
20.000 0.771
21.000 0.772
22.000 0.72
23.000 0.772
24.000 0.772
25.000 0.772
26.000 0.772
27.000 0.772
28.000 0.772
29.000 0.772
30.000 0.772
31.000 0.773
32.000 0.772
33.000 0.773
34.000 0.773
35.000 0.774
36.000 0.773
37.000 0.774
38.000 0.773
39.000 0.774
40.000 0.773
41.000 0.773
42.000 0.774
43.000 0.774
44.000 0.774
45.000 0.775
46.000 0.774
47.000 0.774
48.000 0.775
49.000 0.775
50.000 0.775
51.000 0.775
52.000 0.776
53.000 0.775
54.000 0.775
55.000 0.775
56.000 0.776
57.000 0.776
58.000 0.776
59.000 0.776
60.000 0.776
69
Konsentrasi 25 ppm
V(larutan induk) x C(larutan induk) = V(larutan sampel) x C(larutan sampel)
V(larutan induk) x 50 ppm = 10 mL x 25 ppm V(larutan induk)
= 5 mL
Konsentrasi 12,5 ppm
V(larutan induk) x C(larutan induk) = V(larutan sampel) x C(larutan sampel)
V(larutan induk) x 50 ppm = 10 mL x 12,5 ppm V(larutan induk)
= 2,5 mL
Konsentrasi 6,25 ppm
V(larutan induk) x C(larutan induk) = V(larutan sampel) x C(larutan sampel)
V(larutan induk) x 50 ppm = 10 mL x 6,25 ppm V(larutan induk)
= 1,25 mL
Konsentrasi 3,125 ppm
V(larutan induk) x C(larutan induk) = V(larutan sampel) x C(larutan sampel)
V(larutan induk) x 50 ppm = 10 mL x 3,125 ppm105 105 V(larutan induk)
= 0,625 mL
Larutan induk dipipet 5 mL dimasukkan kedalam labu takar 10 mL dan di add
dengan ethanol p.a sampai tanda batas sehingga diperoleh konsentrasi 25 ppm.
larutan konsentrasi 25 ppm dipipet sebanyak 2,5 mL dan di add dengan ethanol
p.a sampai tanda labu takar 10 mL sehingga diperoleh konsentrasi 12,5 ppm.
larutan konsentrasi 12,5 ppm dipipet sebanyak 1,25 mL dan di add dengan ethanol
p.a sampai tanda labu takar 10 mL sehingga diperoleh konsentrasi 6,25ppm.
larutan konsentrasi 6,25 ppm dipipet sebanyak 0,625 mL dan di add dengan
ethanol p.a sampai tanda labu takar 10 mL sehingga diperoleh konsentrasi 3,125
ppm.
Lampiran 14. Data perhitungan dan pembuatan seri konsentrasi dari larutan
induk formula 1, 2, dan 3 serum myricetin.
Penimbangan larutan stok formula dilakukan dengan cara ditimbang 5 mg
dimasukkan dalam labu takar 100 mL kemudian ditambahkan ethanol p.a sampai
tanda batas, sehingga diperoleh konsentrasi 50 ppm.
Konsentrasi formula = 5 mg/100 mL
= 50 mg/1000 mL
71
= 50 ppm
Larutan formula konsentrasi 50 ppm diencerkan menjadi 4 seri konsentrasi, yaitu
25 ppm, 12,5 ppm, 6,25 ppm, dan 3,125 ppm.
Konsentrasi 25 ppm
V(larutan induk) x C(larutan induk) = V(larutan sampel) x C(larutan sampel)
V(larutan induk) x 50 ppm = 10 mL x 25 ppm V(larutan induk)
= 5 mL
Konsentrasi 12,5 ppm
V(larutan induk) x C(larutan induk) = V(larutan sampel) x C(larutan sampel)
V(larutan induk) x 50 ppm = 10 mL x 12,5 ppm V(larutan induk)
= 2,5 mL
Konsentrasi 6,25 ppm
V(larutan induk) x C(larutan induk) = V(larutan sampel) x C(larutan sampel)
V(larutan induk) x 50 ppm = 10 mL x 6,25 ppm V(larutan induk)
= 1,25 mL
Konsentrasi 3,125 ppm
V(larutan induk) x C(larutan induk) = V(larutan sampel) x C(larutan sampel)
V(larutan induk) x 50 ppm = 10 mL x 3,125 ppm109 109 V(larutan induk)
= 0,625 mL
Larutan induk dipipet 5 mL dimasukkan kedalam labu takar 10 mL dan di add
dengan ethanol p.a sampai tanda batas sehingga diperoleh konsentrasi 25 ppm.
larutan konsentrasi 25 ppm dipipet sebanyak 2,5 mL dan di add dengan ethanol
p.a sampai tanda labu takar 10 mL sehingga diperoleh konsentrasi 12,5 ppm.
larutan konsentrasi 12,5 ppm dipipet sebanyak 1,25 mL dan di add dengan ethanol
p.a sampai tanda labu takar 10 mL sehingga diperoleh konsentrasi 6,25ppm.
larutan konsentrasi 6,25 ppm dipipet sebanyak 0,625 mL dan di add dengan
ethanol p.a sampai tanda labu takar 10 mL sehingga diperoleh konsentrasi 3,125
ppm.
Perhitungan aktivitas antioksidan dan IC50 myricetin
Absorbansi blanko = 0,8137
Perhitungan persentasen peredaman menggunakan rumus :
72
a=4,837
b=1,8374
r =0,9094
sehingga didapatkan persamaan : y = a + bx
50 = 4,837 + 1,8374x
x = 24,57
IC50 = 24,57 ppm
Perhitungan aktivitas antioksidan hari ke 7
0,8137−0,565
50 ppm = х 100% = 30,564%
0,8137
0,8137−0,626
25 ppm = х 100% = 23,06%
0,8137
0,8137−0,7606
12,5 ppm = х 100% = 6,5257%
0,8137
0,8137−0,8470
6,25 ppm = х 100% = -4,0924%
0,8137
0,8137−0,9346
3,125 ppm = х 100% = -14,8580%
0,8137
Konsentrasi Absorbansi sampel Peredaman (%)
50 ppm 0,565 30,564%
25 ppm 0,626 23,06%
12,5 ppm 0,7606 6,5257%
6,25 ppm 0,8470 -4,0924%
3,125 ppm 0,9346 -14,8580%
a= -9,3071
b= 0,9056
r = 0,9205
sehingga didapatkan persamaan : y = a + bx
0,8137−0,62
25 ppm = х 100% = 23,8048%
0,8137
0,8137−0,7296
12,5 ppm = х 100% = 10,3355%
0,8137
0,8137−0,8416
6,25 ppm = х 100%= -3,4287%
0,8137
0,8137−0,84
3,125 ppm = х 100% = -3,2321%
0,8137
Konsentrasi Absorbansi sampel Peredaman (%)
50 ppm 0,591 27,3688%
25 ppm 0,62 23,8048%
12,5 ppm 0,7296 10,3355%
6,25 ppm 0,8416 -3,4287%
3,125 ppm 0,84 -3,2321%
a= -2.3437
b= 0,6871
r= 0,9021
sehingga didapatkan persamaan : y = a + bx
0,8137−0,7416
12,5 ppm = х 100% = 0,8607%
0,8137
0,8137−0,93
6,25 ppm = х 100%= -14,9227%
0,8137
0,8137−0,9646
3,125 ppm = х 100% = -18,5449%
0,8137
Konsentrasi Absorbansi sampel Peredaman (%)
50 ppm 0,649 20,2408%
25 ppm 0,6816 16,2344%
12,5 ppm 0,7416 0,8607%
6,25 ppm 0,93 -14,9227%
3,125 ppm 0,9646 -18,5449%
a= -15,2593
b=0,8275
r =0,8966
sehingga didapatkan persamaan : y = a + bx
0,8137−0,839
6,25 ppm = х 100% = 3,1092%
0,8137
0,8137−0,882
3,125 ppm = х 100% = =-8,3937%
0,8137
Konsentrasi Absorbansi sampel Peredaman (%)
50 ppm 0,755 7,2139%
25 ppm 0,7846 3,5762%
12,5 ppm 0,7853 3,4902%
6,25 ppm 0,839 3,1092%
3,125 ppm 0,882 -8,3937%
a=-4,7012
b=0,2713
r=0,8291
sehingga didapatkan persamaan : y = a + bx
0,8137−0,88
3,125 ppm = х 100% = -8,1479%
0,8137
Konsentrasi Absorbansi sampel Peredaman (%)
50 ppm 0,760 6,5994%
25 ppm 0,8263 -1,5484%
12,5 ppm 0,8573 -5,3582%
6,25 ppm 0,871 -7,0419%
3,125 ppm 0,88 -8,1479%
a=-9,1668
b=0,3131
r=0,9996
X=130,4158ppm
sehingga didapatkan persamaan : y = a + bx
a=-10,5812
b=0,3578
r=0,8137
sehingga didapatkan persamaan : y = a + bx
formula
N 9
Mean .8889
Normal Parametersa,b
Std. Deviation .75074
Absolute .316
Most Extreme Differences Positive .316
Negative -.221
79
Kolmogorov-Smirnov Z .949
Asymp. Sig. (2-tailed) .328
Oneway
Notes
[DataSet5]
Descriptives
formula
N Mean Std. Deviation Std. Error 95% Confidence Interval for Mean Minimum Maximum
2.667 2 6 .148
ANOVA
formula
(I) replikasi (J) replikasi Mean Difference Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
(I-J) Lower Bound Upper Bound
Homogeneous Subsets
formula
Tukey HSDa
1 2 3
2 3 .2333
81
1 3 .5667
3 3 1.8667
Sig. 1.000 1.000 1.000
Hari ke 14
NPar Tests
Descriptive Statistics
formula
N 9
Mean .7222
Normal Parametersa,b
Std. Deviation .51667
Absolute .260
Most Extreme Differences Positive .260
Negative -.202
Kolmogorov-Smirnov Z .781
Asymp. Sig. (2-tailed) .576
Oneway
Descriptives
formula
N Mean Std. Deviation Std. Error 95% Confidence Interval for Mean Minimum Maximum
82
16.000 2 6 .004
ANOVA
formula
Multiple Comparisons
Dependent Variable: formula
Tukey HSD
(I) replikasi (J) replikasi Mean Difference Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
(I-J) Lower Bound Upper Bound
Homogeneous Subsets
formula
Tukey HSDa
1 2 3
2 3 .2000
1 3 .6000
3 3 1.3667
Sig. 1.000 1.000 1.000
Hari ke 21
NPar Tests
Descriptive Statistics
formula
N 9
Mean 1.9111
Normal Parametersa,b
Std. Deviation 1.12188
Absolute .374
Most Extreme Differences Positive .374
Negative -.235
Kolmogorov-Smirnov Z 1.121
Asymp. Sig. (2-tailed) .162
Oneway
Descriptives
formula
84
N Mean Std. Deviation Std. Error 95% Confidence Interval for Mean Minimum Maximum
11.200 2 6 .009
ANOVA
formula
Multiple Comparisons
Dependent Variable: formula
Tukey HSD
(I) replikasi (J) replikasi Mean Difference Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
(I-J) Lower Bound Upper Bound
Homogeneous Subsets
formula
Tukey HSD a
1 2
3 3 1.1000
1 3 1.2333
2 3 3.4000
Sig. .336 1.000
formula
N 9
Mean 7.0067
Normal Parametersa,b
Std. Deviation 1.63066
Absolute .283
Most Extreme Differences Positive .224
Negative -.283
Kolmogorov-Smirnov Z .850
Asymp. Sig. (2-tailed) .466
Oneway
Descriptives
formula
N Mean Std. Deviation Std. Error 95% Confidence Interval for Mean Minimum Maximum
.556 2 6 .600
ANOVA
formula
(I) replikasi (J) replikasi Mean Difference Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
(I-J) Lower Bound Upper Bound
Homogeneous Subsets
formula
Tukey HSDa
1 2 3
1 3 4.9167
3 3 7.5367
2 3 8.5667
Sig. 1.000 1.000 1.000
Hari ke 14
NPar Tests
88
Descriptive Statistics
formula
N 9
Mean 6.8789
Normal Parametersa,b
Std. Deviation 1.90809
Absolute .200
Most Extreme Differences Positive .200
Negative -.194
Kolmogorov-Smirnov Z .600
Asymp. Sig. (2-tailed) .865
Oneway
Descriptives
formula
N Mean Std. Deviation Std. Error 95% Confidence Interval for Mean Minimum Maximum
1.540 2 6 .289
89
ANOVA
formula
(I) replikasi (J) replikasi Mean Difference Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
(I-J) Lower Bound Upper Bound
Homogeneous Subsets
formula
Tukey HSD a
1 2 3
1 3 4.7100
3 3 6.8167
2 3 9.1100
Sig. 1.000 1.000 1.000
Hari ke 21
NPar Tests
Descriptive Statistics
formula
N 9
Mean 6.8211
Normal Parametersa,b
Std. Deviation 2.19554
Absolute .216
Most Extreme Differences Positive .209
Negative -.216
Kolmogorov-Smirnov Z .648
Asymp. Sig. (2-tailed) .795
Oneway
Descriptives
formula
N Mean Std. Deviation Std. Error 95% Confidence Interval for Mean Minimum Maximum
.040 2 6 .962
91
ANOVA
formula
(I) replikasi (J) replikasi Mean Difference Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
(I-J) Lower Bound Upper Bound
Homogeneous Subsets
formula
Tukey HSD a
1 2 3
1 3 4.4367
3 3 6.5433
2 3 9.4833
Sig. 1.000 1.000 1.000