OLEH :
AHMAD MUFID
LUH PUTU AYU LAKSHEMINI OKA
NI PUTU ARI SUTRESNI
NIM. 1403051006
NIM. 1403051007
NIM. 1403051008
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Obat adalah zat aktif berasal dari nabati, hewani, kimiawi maupun dalam
sintetis atau zat kimia tertentu yang digunakan untuk mengurangi rasa sakit,
memperlambat proses rasa sakit, memulihkan dan menyembuhkan penyakit.
Namun zat aktif tersebut tidak dapat dipergunakan begitu saja sebagai obat,
terlebih dahulu harus dibuat dalam bentuk sediaan. obat dapat dibuat dalam
berbagai bentuk sediaan farmasi yaitu bisa dalam bentuk sediaan tablet, kapsul,
sirup, gel, salep, pil, supositoria, dan lain-lain.
Dari sediaan farmasi tersebut salah satu obat yang harus memenuhi
persyaratan buku-buku pedoman yang berlaku seperti farmakope yaitu sediaan
tablet. untuk mengetahui mutu suatu obat maka harus dilakukan beberapa
pengujian atau evaluasi sangat diperlukan disamping sebagai pengujian kualitas
juga untuk memenuhi patokan yang ada atau persyaratan farmakope-farmakope
resmi suatu negara sehingga dihasilkan obat yang memenuhi persyaratan yg
berlaku. Evaluasi tablet jadi adalah evaluasi yang dilakukan untuk mengetahui
mutu tablet agar keamanan dan khasiat tablet dapat terjamin.
1.2
Prinsip Percobaan
Melakukan evaluasi sediaan
farmasi
dalam
bentuk
sediaan
penetapan
kadar)
pada
tablet dengan
menggunakan
instrumen
Tujuan Percobaan
Praktikum ini bertujuan untuk mengevaluasi dan menguji mutu sediaan
farmasi dalam bentuk sediaan tabletAllopurinol 300 mg.
1.4
Manfaat Percobaan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam
bentuk
tabung
pipih
atau
okuler,
kedua
permukaannya
rata
atau
cembung, mengandung satu jenis obat atau lebih, dengan atau tanpa zat
tambahan (Dirjen POM, 1995:4). Zat tambahan tablet dapat diproduksi secara
besar-besaran, sederhana, cepat, karena itu harapan manufakturnya lebih
rendah jika dibanding dengan bentuk sediaan lainnya.
Tablet-tablet dapat berbeda-beda dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan,
ketebalan, daya hancurnya, dan dalam aspek lainnya tergantung pada cara
pemakaian tablet dan metode pembuatannya. Syarat syarat tablet menurut FI III
dan FI IV terdiri dari:
2.1.1 Keseragaman Ukuran
Diameter tablet tidak lebih dari tiga kali dan tidak kurang dari satu sampai
tiga kali tebal tablet (Dirjen POM, 1979:6).
2.1.2 Kekerasan Tablet
Pengukuran kekerasan tablet digunakan untuk mengetahui kekerasannya,
agar tablet
tidak
terlalu
rapuh
atau
terlalu
keras.
Kekerasan
tablet
erat hubungannya dengan ketebalan tablet, bobot tablet, dan waktu hancur
tablet(Khopkar, 1990).
2.1.3 Keregasan Tablet (friability)
Friability adalah persen bobot yang hilang setelah tablet diguncang.
Penentuan keregasan atau kerapuhan tablet dilakukan terutama pada waktu tablet
akan dilapis (coating) (Rhoihana, 2008).
2.1.4 Keragaman Bobot
Tablet tidak bersalut harus memenuhi syarat keseragaman bobot yang
ditetapkan dengan cara menimbang 20 tablet dan menghitung bobot rata-rata tiap
tabletnya. Jika tablet tersebut ditimbang satu persatu maka tidak boleh lebih dari 2
tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih
besar dari harga yang telah ditetapkan kolom A dan tidak satu tablet-pun yang
bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari harga yang ditetapkan
kolom B. Jika tidak mencukupi 20 tablet maka dapat digunakan 10 tablet tetapi
dengan ketentuan tidak satu tablet-pun yang bobotnya menyimpang lebih besar
dari bobot rata-rata yang ditetapkan kolom A dan tidak satu tablet-pun yang
bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan kolom B
(Dirjen POM, 1979).
2.1.5 Waktu Hancur
Waktu hancur penting dilakukan jika tablet diberikan peroral, kecuali
tablet yang harus dikunyah sebelum ditelan dan beberapa jenis tablet lepas lambat
dan lepas tunda. Untuk obat yang larutannya dalam air terbatas uji disolusi akan
lebih berarti daripada uji waktu hancur (Dirjen POM, 1995:1086).
2.1.6 Keseragaman Sediaan
Tablet harus memenuhi uji keseragaman bobot jika zat aktif merupakan
bagian terbesar dari tablet dan jika uji keseragaman bobot cukup mewakili
keseragaman kandungan. Keseragaman bobot bukan merupakan indikasi yang
cukup dari keseragaman kandungan jika zat aktif merupakan bagian kecil dari
tablet atau jika tablet bersalut gula. Oleh karena itu, umumnya Farmakope
mensyaratkan tablet bersalut dan tablet yang mengandung zat aktif 50 mg atau
kurang dan bobot zat aktif lebih kecil dari 50% bobot sediaan, harus memenuhi
syarat uji keseragaman kandungan yang pengujiannya dilakukan pada tiap
tablet (Dirjen POM, 1979:7).
2.1.7 Uji Disolusi
Disolusi adalah persyaratan utama untuk dapat melewati dinding usus pada
tahap pertama. Disolusi yang tidak sempurna atau metabolisme pada lumen usus
atau oleh enzim pada dinding usus adalah penyebab absorbsi yang buruk.
Menentukan kecepaan disolusi instrinsik obat pada rentang pH cairan fisiologis
sangat penting karena dapat digunakan untuk memprediksi absorbsi dan sifat
fisikokimia. Uji disolusi menggunakan media cair yang dibuat kondisinya sama
dengan pH cairan fisiologis tubuh (Dirjen POM, 1995:1083-1084).
2.2 Uraian Allopurinol
2.2.1 Monografi
Sinonim
: ALLOPURINOLUM
Alopurinol
Nama kimia
: 1H-Pirazolol
Rumus molekul
: C5H4N4O
Rumus bangun
Berat Molekul
: 136,11
Melting Point
: dibawah 300C
Stabilitas
Inkompatibilitas
Kandungan
Pemerian
Kelarutan
: Sangat sukar larut dalam air dan etanol; larut dalam larutan
kalium dan natrium hidroksida; praktis tidak larut dalam
kloroform dan dalam eter.
Penyimpanan
2.2.3 Indikasi
Hiperuresimia primer : gout.
Hiperuresimia Sekunder : mencegah pengendapan asam urat dan kalsium
oksalat. Produksi berlebihan asam urat antara lain padika keganasan,
polisitemia vera, terapi sitostatik.
2.2.4 Kontra Indikasi
Penderita yang hipersensitif terhadap allopurinol.
Keadaan serangan akut gout.
2.2.5 Cara Kerja Obat
Allopurinol adalah derivat pirimidin yang efektif sekali untuk menormalkan
kadar urat dalam darah dan kemih yang meningkat. Berdaya mengurangi sintesa
urat atas dasar persaingan substrat dengan zat-zat purin berlandasan enzim
xanthinoxydase (XO) (Tjay dan Rahardja, 2002: 342).
2.2.6 Dosis
Dewasa: Dosis 100 - 300 mg perhari.
Dosis pemeliharaan 200 - 600 mg perhari
Dosis tunggal maksimum 300 mg.
Kondisi ringan 2 - 10 mg/kg BB perhari atau 100 - 200 mg perhari.
Kondisi sedang 300 - 600 mg sehari.
Kondisi berat 700 - 900 mg sehari.
Anak : 10 - 20 mg sehari atau 100 - 400 mg sehari.
2.2.7 Efek Samping
Gejala hipersensitifitas.
Reaksi kulit.
gangguan grastointestinal, mual diare.
Sakit kepada, vertigon, mengantuk, gangguan mata dan rasa.
Gangguan darah.
kemampuannya
untuk
menghambat
xanthine oxidase dan mempunyai durasi kerja yang cukup panjang sehingga
allopurinol cukup diberikan satu kali sehari (Tjay dan Rahardja, 2002: 343)
2.2.11 Resorpsi
Dari usus baik (k.l 80%) dan cepat, tidak terikat pada protein darah.
Di dalam hati, obat ini dioksidasi oleh XO menjadi oksipurinol aktif, yang
terutama diekskresi dengan kemih. Plasma t1/2-nya 2-8 jam, dari oksipurinol
melebihi 20 jam berhubung adanya resorpsi kembali di tubuh (Tjay dan Rahardja,
2002: 342).
2.3 Spektrofotometer UV-Visual
umumnya
mencirikan
perekaman
automatik
terhadap
2.
3.
Kuvet (sel): digunakan sebagai wadah sampel untuk menaruh cairan ke dalam
berkas cahaya spektrofotometer. Kuvet itu haruslah meneruskan energi radiasi
dalam dearah spektrum yang diinginkan. Pada pengukuran didaerah tampak,
kuvet kaca atau kuvet kaca corex dapat digunakan, tetapi untuk pengukuran pada
daerah ultraviolet kita harus menggunakan sel kuarsa karena gelas tidak tembus
cahaya pada daerah ini. Kuvet tampak dan ultraviolet yang khas mempunyai
ketebalan 1 cm, namun tersedia kuvet dengan ketebalan yang sangat beraneka,
mulai dari ketebalan kurang dari 1 mm sampai 10 cm bahkan lebih.
4.
5.
Suatu amplifier (penguat) dan rangkaian yang berkaitan yang membuat isyarat
listrik itu dapat dibaca.
10
BAB III
METODE
3.1 Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah Batang pengaduk, Beaker
glass 500 ml ;100 ml, Botol semprot, Corong, Disintegrator, Friabilator, Hardness
tester, Instrument spektrofotometri, Jangka sorong, Kertas perkamen,
labu
ukur 10 ml; 25 ml ; 50 ml ; 100 ml ; 500 ml; 1000 ml, lap, Pipet tetes, Pipet
volume 5 ml, Spatel logam, Timbangan analitik.
3.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah Aquadest, Baku
Pembanding Allopurinol, Natrium Hidroksida, Tablet Allopurinol 300 mg.
Daerah
Singaraja
Apotek Sukasada
bagian
11
selatan
4
Pusat Kota
12
BAB IV
PROSEDUR PERCOBAAN
13
Tablet yang diambil secara acak dibersihkan satu-satu dengan sikat halus
untuk menghilangkan debu lalu ditimbang, masukkan semua tablet ke dalam alat,
lalu diputar sebanyak dengan kecepatan 25 rpm selama 4 menit (100 putaran).
Lalu tablet dibersihkan lagi dan ditimbang. Tablet yang baik memiliki friabilitas
kurang
dari
1%.
30%
26 mg - 150 mg
10%
20%
150 mg - 300 mg
7,5%
15%
>300 mg
5%
10%
14
2.
15
ditimbang
setara
dengan
300
mg
Allopurinol
Ditriturasi dengan 10 mL NaOH dan disaring
Filtrat ditambahkan asam asetat (~60 g/L)
Endapan dicuci dengan 3 mL Etanol 99% diuapkan
di udara terbuka selama 5 menit
Dikeringkan pada suhu 105 C selama 3 jam
Sampel di bagi 6 bagian untuk uji identifikasi
selanjutnya.
4.3.2 Identifikasi Sampel
Dilarutkan 1 bagian ke 5 mL NaOH (~80 g/L) + 1 mL
kalium-raksa
iodide-basa,
dipanaskan
sampai
mendidih dan didiamkan beberapa waktu flokulat
berwarna kuning
Dilarutkan 4 bagian ke 2 mL NaOH (~80 g/L) + 2
mL akuades + 3 mL asam sitrat (90~ g/L) lakukan
pengocokan endapan putih
Dilarutkan 1 bagian ke 25 mL akuades hangat
didinginkandisaring 5 mL filtrat + 1 mL amonia
(~100 g/L) + 1 mL AgNO3 (40 g/L)endapan putih
16
17
DAFTAR PUSTAKA
Cartensen, J.T., (1973). Theory of Pharmaceutical Systems, Volume II-Heterogenous
Systems, Academic Press, New York,. 221-224.
Council of The Royal Pharmaceutical Social Great Britain, (1994).
The
18
diakses 18