B. IPK
1. Menganalisis jenis-jenis sediaan semipadat
2. Melakukan pemilihan basis semipadat
3. Menentapkan metode pembuatan semi padat
4. Menetapkan formulasi sediaan obat semi padat
5. Menentukan alat dan bahan pada untuk pembuatan sediaan semi solid
6. Menghitung bahan pada formulasi sediaan semi solid
7. Membuat sediaan semi solid
8. Melakukan pengujian sediaan semisolid
C. MATERI
Pendahuluan
Menurut FI. IV, salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau
selaput lendir. Salep tidak boleh berbau tengik. Kecuali dinyatakan lain kadar bahan obat dalam salep yang
mengandung obat keras atau narkotika adalah 10 %.
Bentuk sediaan ini dapat bervariasi tergantung bahan pembawa (basis) yang digunakan. Basis yang sering
digunakan dalam sediaan semipadat adalah basis hidrokarbon, basis absorpsi, basis yang dapat dicuci dengan
air, dan basis yang dapat larut dalam air.
Pemilihan basis harus tepat agar menghasilkan sediaan semipadat yang memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Stabil, artinya selama pemakaian harus bebas dari inkompatibilitas, tidak terpengaruh oleh suhu dan
kelembapan kamar
2. Lunak, jadi semua zat yang ada dalam salep harus dalam keadaan halus, dan seluruh produk harus
lunak dan homogen
3. Mudah dipakai atau dioleskan
4. Dapat terdistribusi merata
Penggolongan Salep
(1) Menurut konsistensinya salep dibagi menjadi :
(a) Unguenta : adalah salep yang mempunyai konsistensi seperti mentega, tidak
mencair pada suhu biasa tetapi mudah dioleskan tanpa memakai
tenaga.
(b) Cream : adalah salep yang banyak mengandung air, mudah diserap kulit.
Suatu tipe yang dapat dicuci dengan air.
(c) Pasta : adalah suatu salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat
(serbuk). Suatu salep tebal karena merupakan penutup atau
pelindung bagian kulit yang diberi.
(d) Cerata : adalah suatu salep berlemak yang mengandung persentase tinggi
lilin (waxes), sehingga konsistensinya lebih keras.
(e) Gelones Spumae : adalah suatu salep yang lebih halus. Umumnya cair dan mengandung
(Jelly) sedikit atau tanpa lilin digunakan terutama pada membran mukosa
sebagai pelicin atau basis. Biasanya terdiri dari campuran sederhana
minyak dan lemak dengan titik lebur yang rendah.
Dasar Salep
Menurut FI. IV, dasar salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam 4 kelompok, yaitu dasar
salep senyawa hidrokarbon, dasar salep serap, dasar salep yang dapat dicuci dengan air, dasar salep larut dalam
air. Setiap salep obat menggunakan salah satu dasar salep tersebut.
Dalam beberapa hal perlu menggunakan dasar salep yang kurang ideal untuk mendapatkan stabilitas yang
diinginkan. Misalnya obat-obat yang cepat terhidrolisis, lebih stabil dalam dasar salep hidrokarbon daripada
dasar salep yang mengandung air, meskipun obat tersebut bekerja lebih efektif dalam dasar salep yang
mangandung air.
Salep dan kim merupakan sediaan semipadat yang ditujukan untuk penggunaan topical di bagian luar tubuh.
Tidak jarang dokter memberikan resep obat semipadat ini yang mengandung lebih dari satu zat aktif.
Penggabungan zat-zat tersebut ke dalam basis tidak selalu dapat dilakukan secara langsung sehingga
dibutuhkan zat tambahan lain untuk menjamin terbentuknya campuran yang homogen antara partikel zat dan
basis, diantaranya :
1. Wetting agent bekerja mcungkinkan pelarut untuk masuk di antara serbuk dan membasahi serbuk sehingga
memungkinkan pelarut untuk masuk diantara serbuk dan membasahi serbuk tersebut , contohnya alkohol
2. Levigating agent bekerja dengan membasahi serbuk sehingga memudahkan serbuk yang telah terbasahi
untuk bercampur dengan basis, contohnya minyak mineral, gliserin
3. Suspending agent bekerja sebagai thickning agent dengan memberikan struktur pada suspense sehingga
memungkinkan partikel mudah terdispersi, contohnya tragakan dan CMC
Contoh formulasi sediaan semipadat adalah sbagai berikut :
Formulasi cold cream
Cococnut oil 5%
Asam stearate 20%
BHT 0,001%
Cetyl alcohol 0,5%
TEA 1,2%
NaOH 0,01%
Gliserin 8%
Nipagin 0,01%
Parfum 3 tetes
Aquades ad100%
Prosedur pembuatan:
1. Fase minyak (minyak dan bahan yang bercampur atau larut dengan minyak) dipenaskan diatas penangas air
hingga suhu 70°C dan semua bahan lebur.
2. Pada sat yang sama, fase air (bahan yang bercampur atau larut dengan aquades) dilarutkan dalam air anas
pada suhu 70oC hingga semua larut
3. Fase minyak dan fase air dicampurkan di dalam mortar dan digerus hingga terbentuk massa krim
Setelah itu baru tambahkan sedikit demi sedikit air panas ad 50 ml.
4. Tambahkan parfum setelah suhu cream turun hingga 35°C, digerus kembali hingga homogen, dan dibiarkan
hingga dingin.
5. Evaluasi cream dilakukan setelah krim selesai dibuat (homogenitas, viskositas, stabilitas dan penampilan
cream).
6. Krim yang sudah jadi dimasukkan ke dalam wadah.
7. Selama satu minggu diamati kembali homogenitas, viskositas, stabilitas dan penampilan sediaan krim
tersebut.
AKTIVITAS SISWA 1
1. Sebutkan definisi sediaan semipadat menurut FI IV
2. Sebutkan persyaratan sediaan semipadat agar memenuhi kriteria
3. Sebutkan macam-macam sediaan semipadat menurut konsistensinya
4. Apa yang dimaksud dengan pasta dan cream
5. Sebutkan macam-macam dasar salep
6. Apa yang anda ketahui tentang dasar salep yang dapat dicuci dengan air. Jelaskan
7. Jelaskan factor apa saja yang memjadi pertimbangan dalam pemilihan dasar salep
8. Jelaskan tentang levigating agent dan berikan contohnya
Dalam semua jenis campuran, pencampuran dicapai dengan menerapkan satu atau lebih dari mekanisme berikut
1. Convective mixing
Selama convective mixing perpindahan sekelompok partikel dalam jumlah besar terjadi dari satu bagian
powder bed ke bagian yang lain. Convective mixing disebut sebagai pencampuran makro.
2. Shear mixing
Selama shear mixing gaya geser terbentuk dalam massa bahan dengan menggunakan agitator arm atau blast
of air.
3. Diffasive mixing
Selama diffusive mixing bahan-bahan miring sehingga gaya gravitasi menyebabkan lapisan atas tergelincir
dan difusi partikel individu berlangsung di atas permukaan yang baru dikembangkan. Diffusive mixing
disebut sebagai pencampuran mikro (Bhatt & Agrawal, 2007)
Pedoman pencampuran bahan untuk membuat sediaan semipadat adalah sebagai berikut
1. Gunakan waktu yang cukup dalam pencampuran untuk memastikan bahwa polimer benar-benar terhidrasi
sebelum menambahkan komponen formulasi tambahan.
2. Pencampuran yang berlebihan atau tidak tepat selama dispersi dapat menyebabkan udara terperangkap,
variasi viskositas, dan/atau ketidakstabilan formulasi. Udara terperangkap dapat diminimalkan dengan
menggunakan variable drive motor. Setelah polimer terdispersi, udara terperangkap dapat diminimalkan
dengan reposisi impeller dan mengurangi kecepatan pencampuran . Biarkan disperse asam untuk
melepaskan gelembung udara terperangkap.
3. Dianjurkan melakukan pengadukan sedang.
4. Setiap pencampuran insentitas tinggi yang diperlukan harus diselesaikan sebelum netralisasi.
5. Hindari pencampuran high shear dengan waring blender atau rotor stator homogenizer karena dapat
menggeser polimer dan menghasilkan kehilangan fungsionalitas permanen
6. Jika busa persisten dihasilkan, busa tersebut dapat hilang dengan merusak polimer secara parsial dengan
penambahan asam dengan kadar yang sangat rendah sebelum menetralisir disperse dengan basa yang cocok.
Asam klorida atau fosfat memiliki efektivitas sebesar 0,5% dari berat polimer yang digunakan.
3. Ointment Slab
Ointment slab memberikan permukaan yang keras dan bersih untuk pencampuran senyawa. Sebagian besar
ointment slab berupa plat kaca dengan permukaan yang non absorbable.
Gambar Ointment slab
4. Blender
Blender dilengkapi dengan pengadukan pisau, melalui pengadukan dengan kecepatan tinggi akan
memberikan energi kinetik yang dapat menggerakkan cairan dalam wadah sehingga dapat mendispersikan
fase dispersi ke dalam medium dispersinya.
5. Homogenizer
Homogenizer paling efektif dalam memperkecil ukuran fase dispers kemudian meningkatkan luas permukaan
fase minyak dan akhirnya meningkatkan viskositas emulsi sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya
”creaming”. Homogenizer bekerja dengan cara menekan cairan dimana cairan tersebut dipaksa melalui suatu
celah yang sangat sempit lalu dibenturkan ke suatu dinding atau ditumbuhkan pada peniti-peniti metal yang
ada di dalam celah tersebut.
Gambar Homogenizer
6. Mixer
Mixer memiliki sifat menghomogenkan sekaligus memperkecil ukuran partikel tapi efek menghomogenkan
lebih dominan. Mixer biasanya digunakan untuk membuat emulsi tipe batch.
7. Agitator Mixers
Secara prinsip mirip dengan mixer pengaduk yang digunakan untuk cairan dan untuk serbuk. Namun
mixer gerakan planetary sering digunakan untuk semi padat. Mixers dirancang khusus untuk semi padat
yang biasanya memiliki bentuk lebih berat untuk menangani bahan dengan konsistensi lebih besar.
8. Shear Mixers
Mesin yang dirancang untuk pengurangan ukuran ini dapat digunakan untuk mencampur. Rotor bekerja
pada kecepatan antara 3.000-15.000 rpm dan pembersihan dapat diatur antara 50-500 mikrometer.
Suspensi campuran kasar atau dispersi dimasukkan melalui corong dan dikeluarkan antara permukaan
kerja dengan gaya sentrifugal
9. Planatory Mixer
Planatory mixer digunakan untuk pencampuran dan mengaduk bahan kental dan seperti bubur, planatory
mixer tersebut masih sering digunakan untuk operasi dasar pencampuran dalam industri
farmasi. Planatory mixer digunakan dengan kecepatan rendah untuk pencampuran kering dan kecepatan
lebih cepat untuk peremasan yang diperlukan dalam granulasi basah (Bhatt & Agrawal, 2007).
11.Sigma mixer
Sigma mixer terdiri tas sepasang wadah stasioner yang saling terhubung berbentuk seperti huruf “W” dan
dua buah mata pisau (blade) yang terpasang secara horizontal melewati masing-masing wadah. Bahan yang
akan dicampur dimasukkan dari bagian atas dan dikeluarkan dengan memiringkan waadah. Pencampuran
dikendalikan melaui Gerakan dengan kecepatan konstan yang membuat alat ini berotasi.
Gambar Sigma mixer
Pengujian Fisika
Pengujian fisika untuk sediaan semipadat terdiri atas :
1. Organoleptis
Pengujian ini meliputi uji pengamatan secara visual terhadap sediaan, seperti tekstur, warna, bau dan
homogenitas. Uji homogenitas bertujuan untuk memastikan bahwa sediaan merupakan campuran yang
homogen
2. Viskositas
Pengukuran viskositas sediaan semipadat dilakukan dengan menggunakan alat viscometer Brookfield. Nilai
viskositas didapatkan dengan mengambil nilai viskositas pada ukuran spindle dan kecepatan putar (rpm)
tertentu. Untuk memperoleh ketelitian yang tinggi hindari pembacaan di bawah angka 10,0
3. Konsistensi
Pengujian konsistensi bertujuan untuk mengetahui mudah atau tidaknya sediaan dikeluarkan dari wadahnya
serta kemudahan sediaan untuk dioleskan di kulit. Alat yang digunakan adalah penentrometer kerucut.
Penetrometer adalah suatu alat yang banyak digunakan untuk menentukan konsistensi sediaan semipadat
baik di bidang farmasi maupun non farmasi seperti penentuan konsistensi aspal, vaselin, lemak, pelumas,
malas, adoanan semen, dan lain-lain. Penetrometer termasuk dalam kelompok viscometer satu titik.
Penentrasi dinyatakan dalam satuan sepersepuluh millimeter, merupakan ukuran kedalaman kerucut atau
jarum standar menembus tegak lurus sampel dalam waktu dan temperatur tertentu. Biasanya pengukuran
dilakukan pada temperature 25oC selama 5 detik.
4. Daya Sebar
Evaluasi daya sebar bertujuan untuk mengetahui kemampuan penyebaran sediaan pada kulit. Alat yang
digunakan adalah parallel-plate extrenometer.
S=m x L
T
S = nilai spreadibility krim
m = berat beban pada lempeng kaca atas (g)
L = Panjang lempeng kaca
T = waktu yang dibutuhkan lempeng untuk meluncur di sepanjang lempeng kaca
5. Uji Extrudability
UJI extrudability merupakan uji yang dilakukan untuk mengukur apakah sediaan semipadat dapat dengan
mudah dikeluarkan dari tube. Karena kemasan sediaan semipadat merupakan salah satu faktor yang penting
dalam pengantaran obat dengan jumlah yang tepat, maka uji ini menjadi salah satu kriteria yang penting
6. Isi minimum
Uji isi minimum tercantum dalam FI edisi IV pada bagian Isi minimum <861>. Pengujian dilakukan untuk
sediaan semipadat dengan bobot tidak lebih dari 150 g. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa bobot
sediaan yang dapat dikeluarkan dari dalam wadahnya sesuai dengan bobot sediaan yang tercantum dalam
etiket.
PENGUJIAN KIMIA
1. Uji pH
Untuk mengukur pH sediaan semipadat, sediaan harus dilarutkan terlebih dahulu di dalam pelarut. Untuk
sediaan krim dan gel dapat dilarutkan dalam air, sementara untuk sediaan salep dilarutkan di campuran air
dan amil alcohol, kemudian yang diukur pH adalah fase airnya. Pengukuran pH dilakukan dengan
menggunakan pH meter yang dikalibrasi dengan dapar standar pH 4 dan pH 7. Kemudian elektroda
dicelupkan ke dalam sediaan dan dicatat nilai pH yang tertera pada layar.
2. Uji batas logam berat
Logam berat adalah logam-logam dengan ion sulfide menghasilkan warna pada kondisi penetapan. Menurut
FI edisi IV , pengujian ini dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa cemaran logam berat tidak melebihi
batas yang tertera pada masing-masing monografi zat, dinyatakan dalam (%) bobot timbal zat uji. Pengujian
dilakukan dengan membandingkan secara visual seperti tertera pada pembandingan Visual dalam
spektrofotometri dan hamburan cahaya.
3. Inversi fase
Uji inversi fase hanya dilakukan untuk sediaaan krim. Krim merupakan system emulsi yang terdiri atas fase
minyak dan air yang distabilkan oleh emulgator, maka perlu dilakukan uji untuk mengetahui apakah terjadi
inversi fase pada krim (dari a/m ke m/a atau sebaliknya). Uji ini dapat dilakukan dengan beberapa metode
antara lain :
a. Uji pengenceran
Krim minyak dalam air (m/a) dapat diencerkan dengan air, sementara krim air dalam minyak (a/m)
dapat diencerkan dengan minyak.
b. Uji kelarutan zat warna
Pada uji inni, suatu pelarut larut air akan trcampur dengan fase airdari krim dan larut di dalamnya,
begitu juga sebaliknya zat warna yang larut minyak akan ditarik oleh fase minyak. Kemudian dapat
dilihat dengan bantuan mikroskop. Contoh : methylene blue larut dalam air, jika dimasukkan dalam
krim menimbulkan warna krim tersebut merupakan system emulsi m/a. Begitu juga untuk pewarna
Sudan III yang alrut dalam minyak, jika dimasukkan ke dalam krim dan memberikan warna maka krim
tersebut adalah system emulsi a/m.
c. Uji konduktivitas
Air merupakan penghantar listrik yang baik. Jika sepasang elektroda dihubungkan dengan sebuah lampu
dan sumber listrik, kemudian dimasukkan ke dalam krim dan lampunya menyala, maka krim merupakan
system emulsi minyak dalam air. Namun, jika lampunya tidak menyala, maka krim merupakan system
emulsi air dalam minyak. Hal ini dikarenakan adanya aktivitas ionic dalam air sebagai fase kontinu
dalam emulsi m/a.
d. Uji fluoresensi
Minyak jika dipaparkan pada sinar UV akan berfluoresensi. Jika krim dipaparkan pada lampu UV dan
semuanya berfluoresensi /berpendar maka krim merupakan system emulsi a/m. Namun jika krim
dipaparkan pada lampu UV dan fluoresensinya berbintik-bintik maka krim merupakan emulsi tipe a/m.
g. Filter paper/CoCl2
Dengan uji ini, kertas saring yang telah dibasahi dengan CoCl, dan dikeringkan (berwarna biru) akan
berubah menjadi warna merah mud ajika ditambahkan emulsi m/a.
4. Penetapan kadar
Tujuan dari penetapan kadar adalah untuk mengetahui kadar zat aktif pada sediaan dan meyakinkan kadar
zat aktif yang terkandung pada sediaan yang beredar sesuai dengan kadar yang dikehendaki. Metode yang
digunakan sesuai dengan monografi masing-masing zat aktif dan bentuk sediaan. Dapat dilakukan dengan
cara volumetric, titrasi, potensiometri, spektrofotometri, kromatografi.
Hasil penetapan dan pengujian ditentukan atas dasar membandingkan zat yang diperiksa terhadap BPFI
yang telah dibebaskan atau dikoreksi terhadap adanya bahan yang mudah menguap atau kandungan air
seperti yang tertera pada etiket atau monografi. Apabila pada etiket tidak dicantumkan kandungan atau
potensi dari BP, kandungan dianggap 100.0%.
PENGUJIAN BIOLOGI
1. Uji batas mikroba
Uji batas mikroba dilakukan untuk memperkirakan jumlah mikroba untuk viable di dalam sediaan semipadat,
mulai dari bahan baku hingga sediaan jadi. Selain itu juga untuk menyatakan bahwa sediaan semipadat
tersebut bebas dari spesies mikroba tertentu. Uji batas mikroba tertuang dalam FI IV lampiran <51>. Sediaan
semipadat seperti salep dan krim yang akan diuji harus dibuat suatu suspense terlebih dahulu menggunakan
emulgator steril yang sesuai, dalam jumlah yang minimal (misalnya polisorbat). Untuk membuat suspense
sampel digunakan blender mekanik dan jika perlu hangatkan hingga suhu tidak lebih dari 45oC.
3. Cycling Test
Tujuan uji ini sebagai simulasi adanya perubahan suhu setiap tahun bahkan setiap harinya. Uji ini
dilakukan pada suhu atau kelembapan yang berbeda selama interval waktu tertentu sehingga produk dalam
kemasannya akan mengalami stress yang bervariasi hingga akhir pengujian. Misalnya dengan menyimpan
sediaan pada suhu 4oC selama 24 jam lalu menyimpannya pada suhu 40oC selam 24 jam , waktu
penyimpanan pada dua suhu yang berbeda dianggap satu siklus dan dilakukan sebanyak 6 siklus yaitu 12
hari. Perlakuan selama 12 hari akan menghasilkan stress yang lebih tinggi daripada menyimpan pada suhu
4oC atau 40oC.
4. Centrifugal Test
Uji ini dilakukan untuk menguji ketahanan sediaan terhadap goncangan mekanis. Dapat dilakukan dengan
cara uji vibrasi (shaking test) selama 1 minggu pada suh 30oC atau 40oC atau dengan centrifugal test 2-3
g selama 1 – 2 jam
AKTIVITAS SISWA 3
1. Sebutkan macam-macam uji fisik sediaan semipadat
2. Apa yang anda ketahui tentang uji organoleptis
3. Jelaskan tentang prosedur pengujian homogenitas
4. Sebutkan tujuan dari uji konsistensi
5. Sebutkan tujuan dari evaluasi daya sebar
6. Apa yang anda ketahui tentang extrudability. Jelaskan !
7. Sebutkan kriteria penerimaan isi minimum untuk bobot salep dengan bobot 60 gram atau kurang.
8. Sebutkan tujuan dan alat yang digunakan untuk uji daya penetrasi.
9. Sebutkan macam-macam pengujian kimia untuk sediaan semipadat
10. Sebutkan tujuan dari uji batas logam berat
11. Sebutkan macam-macam metode untuk uji inversi fase
12. Jelaskan tentang uji kelarutan zat warna dan uji kertas minyak.
13. Sebutkan macam-macam tentang pengujian biologi
14. Apa yang dimaksud dengan uji iritasi kulit.
15. Jelaskan tentang metode turbidimetri dalam uji potensi antibiotic.
16. Sebutkan prinsip dari pengujian potensi antibiotic
17. Apa yang dimaksud dengan pengujian stabilitas fisik
18. Sebutkan macam-macam pengujian stabilitas fisik
19. Jelaskan tentang cycling test
20. Apa yang anda ketahui tentang uji sediaan semipadat dengan suhu yang dinaikkan