Disusun oleh:
LABORATORIUM ….....
SEKOLAH FARMASI
2019
I Tujuan
II Dasar Teori
Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan
pengisi. Tablet dapat dibuat dalam berbagai ukuran, bentuk, dan tanda pada permukaan
tergantung pada desain cetakan tablet (Farmakope IndonesiaV). Salah satu metode pembuatan
tablet adalah dengan granulasi kering . Granulasi kering adalah proses pembentukan granul
dengan cara menekan massa serbuk pada tekanan tinggi sehingga menjadi tablet besar,
bongkahan kompak, atau lempengan yang tidak berbentuk baik, kemudian digiling dan
diayak hingga diperoleh granul dengan ukuran partikel yang diinginkan.
Pada prinsipnya, dengan metode ini granul dihasilkan secara mekanis, tanpa
penambahan bahan pengikat dan pelarut kedalam massa serbuk. Dengan demikian ikatan
antar parrtikel terbentuk melalui gaya adhesi dan kohesi antar partikel padat. Peralatan
yang digunakana dalah mesin cetak untuk membentuk slug (tablet besar yang tidak
beraturan) atau yang lebih baru adalah menggunakan roller compactor untuk
menghasilkan lempengan kompak yang selanjutnya diayak untuk membentuk granul.
Granulasi kering dapat digunakan pada pembuatan tablet dengan zat aktif dosis
tinggi yang memiliki sifat sukar mengalir, kompresibilitasnya kurang, tidak tahan lembab
dan panas. Metode ini umum digunakan untuk pembuatan teblet antibiotik dan bahan
yang sensitiv terhadap lembab seperti vitamin. Keuntungan metode granulasi kering
adalah peralatan yang digunakan dalam pembuatan lebih sedikit dibandingkan dengan
metode granulasi basah dan dapat digunakan untuk menggranulasi zat aktif yang tidak
tahan panas dan lembab. Sedangkan kekurangan metode ini adalah memerlukan mesin
tablet khusus, tidak dapat mendistribusikan zat warna secara seragam, dan prosesnya
menghasilkan banyak debu sehingga memungkinkan terjadinya kontaminasi silang.
Metronidazol merupakan obat anti bakteri dan anti protozoa sintetik.
Metronidaloldibuat dari turunan nitroimidazoi yang memiliki tiga sifat yaitu bakterisid
(mematikan bakteri), amebisid (mematikan amoeba) dan trikomonosid (mematikan
trikomonas).
III Formulasi
V Preformulasi Eksipien
PEG 6000 (Handbook of Pharmaceutical Excipient, 6th ed, 2009, hlm. 517)
Struktur molekul
VI Rasionalisasi Formula
Pada percobaan akan dibuat Tablet Metronidazole dengan metode granulasi kering. Dosis
yang akan dibuat cukup besar yaitu 500 mg dalam 750 mg sehingga tidak memungkinkan dibuat
dengan metode kempa langsung. Dengan metode granulasi kering tidak digunakan cairan
penggranulasi pada campuran kering massa tablet sehingga diperlukan zat taambahan yang dapat
meningkatkan kompaktibilitas massa tablet serta gaya kohsei antar partikel padat.
Formulasi untuk metode granulasi kering ini terdiri dari fase dalam dan fase luar. Untuk
fase dalam eksipien yang digunakan yaitu PEG 6000, Laktosa, serta Amprotab. Laktosa
digunakan sebagai pengisi untuk menggenapkan massa tablet pada metode granulasi kering.
Penggunaan laktosa biasanya dapat menghasilkan tablet yang mudah dikeringkan, tidak peka
terhadap variasi pengempaan, juga laktosa bersifat inert sehingga tidak akan memberikan
dampak buruk bagi tubuh. PEG 6000 digunakan sebagai pengikat untk dapat melekatkan serbuk
sehingga menghasilkan kompaktibilitas serbuk yang baik. Amprotab digunakan sebagai
penghancur untuk memudahkan penghancuran granul menjadi partikel saat granul kontak dengan
cairan saluran cerna dalam tubuh. Sedangkan untuk fase luar digunakan Mg stearat, talk, dan
amilum. Mg stearat berfungsi sebagai lubrikan untuk mengurangi gesekan antara tablet dengan
dinding mesin pencetak tablet serta mencegah tablet menempel pada pounch saat dicetak. Talk
berfungsi sebagai glidan yang bekerja di permukaan untuk menurunkan gesekan antara partikel
dan mendistribusikan tekanan pada saat pengempaan. Fungsi amilum sebagai penghancur luar
untuk memfasilitasi hancurnya tablet menjadi granul.
VII Perhitungan
Pada slugging, terhadap massa serbuk ditambahkan glidan dan lubrikan sebanyak setengah dari
jumlah total glidan dan lubrikan yang digunakan.
= B tablet
Total = C gram
VIII Prosedur
1. Bahan-bahan yang diperlukan ditimbang; 150 g metronidazol; 22,5 g amprotab; 11,25 g
PEG 6000; 23,25 g laktosa; 2,25 g Mg stearat; 4,5 g talk; dan 11,25 g amilum.
2. Zat aktif dan masing-masing eksipien dihaluskan terlebih dahulu dalam mesin
penggiling.
3. Metronidazole dicampur dengan semua eksipien fasa dalam—laktosa, PEG 6000, dan
amprotab—serta sebagian Talk dan Mg stearat dalam mesin planetary mixer.
4. Campuran serbuk pada tahap no. 3 dikempa dengan mesin bongkah atau slugging
hingga menghasilkan bongkahan.
5. Bongkahan (slugging) diekstrusi melalui lempeng penyaring 16 – 20 mesh dalam mesin
oscillator granulator.
6. Serbuk partikel halus yang dihasilkan dari tahap no. 5 kembali dipadatkan dengan mesin
bongkah.
7. Bongkahan dari tahap no. 6 kembali diekstrusi dalam mesin oscillator granulator 16 – 20
mesh.
8. Granul hasil tahap no. 6 dan 7 disatukan dan dicampur dengan sisa fasa luar, yakni
sebagian sisa lubrikan dan glidan, serta disintegran sebagai massa kempa.
9. Massa kempa dikempa menjadi tablet.
10. Dilakukan evaluasi terhadap tablet.
X Evaluasi
NP =
8 Waktu hancur Menghitung waktu yang dibutuhkan Waktu hancur seluruh
(FI V hal. 1613) untuk menghancurkan tablet; tablet ≥ 15 menit.
dianggap hancur jika tidak ada
bagian tablet yang tertinggal kecuali
fragmen pembantu. Masing-masing
1 tablet ke dalam 6 alat uji.
9 Disolusi Menentukan presentase jumlah zat Memenuhi kriteria
(FI V hal. 1605) aktif yang terlarut dengan metode penerimaan S1 (tiap
yang sesuai; 1 tablet ke dalam tablet ≥ Q + 5), atau S2
masing-masing wadah. (rata-rata 12 tablet ≥ Q,
tidak ada < Q – 15).
10 Kadar zat aktif dalam Mengukur serapan larutan uji dan Mengandung
tablet larutan baku pada panjang prometazin HCl ≥ 90%
(FI V hal. 1068) gelombang maksimum 290 nm dan ≤ 110% dari 50
dengan metanol sebagai blanko. mg.
XI Daftar Pustaka --> nanti sambil diedit aja halamannya, formatnya kan sama
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: