DISUSUN OLEH:
1. Indah Afriani (1908020117)
2. Novita Sari (1908020151)
3. Wening Wahyuningsih (1908020155)
4. Wa Ode Wahyuni Maulidina (1908020157)
5. Rifihandri Andayanti (1908020159)
6. Irsan Rizaldi (1908020161)
7. M. Fasalim Riadi (1908020165)
8. Erlin Anggraeni (1908020169)
9. Novriyani Pertiwi (1908020187)
10. Setyo Nur Arifin (1908020201)
Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka penambahan wawasan serta
pengetahuan kita tentang Farmasi Industri. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa masih
banyak kekurangan serta kelemahan dalam meyusun makalah ini. Oleh sebab itu, saya berharap
adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah di masa akan datang. Akhirnya, kami ucapkan
terima kasih
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latang Belakang
Obat dengan rute oral banyak dipilih dikalangan masyarakat dibandingkan jenis rute
lainnya. Seiring berkembangnya teknologi sediaan rute oral semakin berinovasi, salah satunya
yaitu tablet dengan sistem lepas lambat (sustained release). Menurut Yadav and Jain (2012),
sediaan lepas lambat mengendalikan profil pelepasan obat dalam saluran cerna agar mengurangi
efek samping obat (Kambham, 2012).
Rute pemberian oral memiliki penerimaan yang luas hingga 50 hingga 60% dari total
bentuk obat. Dosis padat bentuknya populer karena kemudahan dalam pemberian, pengobatan
sendiri, penghindaran rasa sakit dibandingkan dengan parenteral, dan biaya rendah. Salah satu
yang paling umum pendekatan yang digunakan untuk memperpanjang dan mengendalikan
tingkat pelepasan obat adalah dengan memasukkan obat ke dalam matriks koloid hidrofilik
seperti hidroksil propil methyl cellulose (HPMC K4M) dan Carbopol (Saravanakumar, 2010).
Saat ini tersedia obat anti-human immunodeficiency virus (HIV) dapat diklasifikasikan
menjadi tiga berikut kategori: nukleosida reverse transcriptase inhibitor, inhibitor transkriptase
nukleosida terbalik, dan inhibitor protease. Sebagian besar dari obat-obatan ini mengandung
beberapa kelemahan signifikan seperti waktu paruh yang relatif singkat, bioavailabilitas rendah,
permeabilitas buruk dan efek samping yang tidak diinginkan. Upaya telah dilakukan untuk
merancang obat sistem penghantaran untuk agen antiHIV untuk: mengurangi frekuensi dosis,
meningkatkan ketersediaan hayati dan mengurangi degradasi / metabolisme dalam tubuh saluran
pencernaan, meningkatkan penetrasi sistem saraf pusat (SSP) dan menghambat masuknya SSP,
mengirimkannya ke sel target secara selektif dengan sisi minimal (Saravanakumar, 2010).
Stavudin adalah timidin yang disetujui FDA analog dan digunakan dalam pengobatan
infeksi HIV sendiri atau dalam kombinasi dengan obat antiretroviral lainnya. Stavudin
menghambat HIV membalikkan transkriptase enzim sehingga mempengaruhi DNA perpaduan.
Obat ini memiliki paruh yang sangat singkat yaitu 1,30 jam. Namun, pasien yang menerima
Stavudin mengembangkan efek samping tergantung dosis seperti asidosis laktat dan neuropati.
Pengurangan total yang dikelola dosis akan mengurangi efek samping tergantung dosis. Konversi
rejimen dua kali sehari untuk formulasi pelepasan berkelanjutan sekali sehari Stavudin
diinginkan untuk mengurangi frekuensi administrasi, meningkatkan kepatuhan meningkatkan
terapi antiretroviral (Ranggapriya, 2012, Sarayanakumar, 2010).
Obat ini bebas larut dalam air dan karenanya, pemilihan eksipien yang sesuai diperlukan
untuk obat yang konstansi tingkat pelepasan dan hal tersebut dapat dicapai dengan pemberian
obat sistem lepas lambat (Shilpa, 2012). Sebuah penelitian besar telah dilakukan di Internetobat
Stavudin untuk sustained release dan sebagian besar digunakan HPMC dan Eudragit sebagai
bahan untuk memperlambat perlepasan obat (Shilpa, 2012). Oleh karenanya, saat ini kami ingin
belajar menyusun mengembangkan lepas lambat tablet Stavudin untuk pengobatan HIV
menggunakan matriks hidroksil propil methyl cellulose dan Carbopol. Carbopol 940 dan HPMC
K4M digunakan sebagai matriks mucoadhesive karena sifat Carbopol 940 yang memiliki
kekuatan mucoadhesive yang tinggi sehingga dapat memberikan perlekatan yang kuat dengan
mukosa lambung, sedangkan HPMC K15M dipilih karena sifat gelling agent yang dimiliki
sehingga diharapkan bisa mengontrol pelepasan zat aktif.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana menentukan formulasi tablet sustained release stavudin berdasarkan
pendekatan quality by design (QbD)?
2. Apa sajakah faktor yang harus dievaluasi pada formulasi tablet sustained release stavudin
berdasarkan quality by design (QbD)?
C. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk menyusun pendekatan quality by design (QbD)
pengembangan formulasi tablet sustained release stavudin.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sustained Release
Sustained release merupakan bentuk sediaan yang dirancang untuk melepaskan obatnya
ke dalam tubuh secara perlahan-lahan atau bertahap sehingga pelepasannya lebih lama dan
memperpanjang aksi obat. Secara ideal, produk obat pelepasan terkendali hendaknya melepaskan
obat pada suatu laju yang konstan, atau laju orde nol.
Sustained release adalah bentuk sediaan yang diformulasi sedemikian rupa agar
pelepasan zat aktifnya lambat sehingga kemunculan dalam sirkulasi sistemik diperlambat
sehingga profil plasmanya mempunyai waktu yang lama (Robinson, 1976). Kebanyakan bentuk
lepas lambat (sustained release) dirancang supaya pemakaian satu unit dosis tunggal menyajikan
pelepasan sejumlah obat segera setelah pemakaiannya, secara tepat menghasilkan efek terapeutik
yang diinginkan secara berangsur-angsur dan terus menerus melepaskan sejumlah obat lainnya
selama periode waktu yang diperpanjang biasanya 8 sampai 12 jam (Ansel et al., 2005).
Menurut Rao et al, (2001), tujuan utama dari sediaan lepas lambat adalah untuk
mempertahankan kadar terapeutik obat dalam darah atau jaringan selama waktu yang
diperpanjang. Keunggulan bentuk sediaan ini menghasilkan kadar obat dalam darah yang merata
tanpa perlu mengulangi pemberian unit dosis.
Pada prinsipnya pengembangan sediaan Sustained release umumnya digunakan untuk
pengobatan yang bersifat kontinuitas (berkelanjutan) dan merupakan suatu pengobatan yang
efektif. Sediaan Sustained release biasanya digunakan untuk pengobatan penyakit yang
pemberiannya dapat beberapa kali dalam sehari (Ansel, 1989; Voigt, 1995). Sediaan Sustained
release dapat diformulasi dalam tiga sistem yaitu Sistem matriks, Sistem terkontrol membran
dan Sistem pompa osmotik. Dalam beberapa keadaan penyakit, bentuk sediaan obat yang ideal
adalah mampu memberikan jumlah obat untuk sampai ke reseptor (tempat aksi obat) dan
kemudian secara konstan dipertahankan selama waktu pengobatan yang diinginkan. Pemberian
obat dalam dosis yang cukup dan frekuensi yang benar maka konsentrasi obat terapeutik steady
state di plasma dapat dicapai secara cepat dan dipertahankan dengan pemberian berulang dengan
bentuk sediaan konvensional peroral.
B. Matriks
Materiks didefinisikan sebagai pembawa padat inert bahan aktif farmasi secara merata
tersebar di seluruh matriks polimer (hidrofilik atau hidrofobik) yang menghambat laju pelepasan
obat. Pendekatan ini banyak digunakan untuk merumuskan tablet rilis berkelanjutan. Suatu
matriks dapat dibentuk secara sederhana dengan mengempa atau menyatukan obat dan bahan
matriks bersama- sama. Berdasar sifar bahan matriks dapat dibagi dalam 5 jenis yaitu :
1. Matriks hidrofobik
Dalam teknik ini polimer inert hidrofobik digunakan sebagai bahan matriks pelepasan
pelepasan. Obat ini dicampur dengan polimer inert hidrofobik (mis. Polietilen, poli vinil
klorida, etil selulosa) dan kemudian dikompresi menjadi tablet. Obat terperangkap di antara
saluran jaringan partikel polimer sehingga mempertahankan pelepasan obat.
2. Matriks hidrofilik
Dalam sistem jenis ini berbagai polimer hidrofilik dapat digunakan, sistem semacam
itu juga dikenal sebagai matriks yang dapat membengkak. Polimer ini lebih disukai daripada
yang sebelumnya karena harganya efektif dan profil obat yang diinginkan dapat dengan
mudah diperoleh. Klasifikasi matriks polimer hidrofilik:
a. Turunan selulosa: Metil selulosa 400 dan 4000cPs; Hidroksi etil selulosa, Hidroksi propil
metil selulosa (HPMC) dan Natrium karboksi metil selulosa.
b. Polimer alami dan semi-sintetik non selulosa: Agar-Agar; alginat; permen karet carob;
gula tetes; polisakarida dari galaktosa dan manosa; kitosan dan pati yang dimodifikasi.
c. Polimer asam akrilat: carbopol-934.
3. Matriks lipid
Bahan lipid digunakan sebagai pelepas rilis (mis. Lilin carnauba dalam kombinasi
dengan alkohol stearil). Mekanisme yang terlibat dalam pelepasan obat meliputi difusi pori
dan erosi matriks.
4. Polimer yang dapat terurai secara hayati
ini terdiri dari polimer biodegradable yang terdegradasi baik oleh proses enzimatik
atau non enzimatik menjadi produk yang dikeluarkan dari tubuh mis. Polyanhidrida, protein,
polisakarida.
5. Matriks miner
Spesies gulma laut seperti asam alginat digunakan sebagai pelepas rilis
C. Monografi Stavudin
Stavudi (d4T) adalah obat antiretroviral golongan nucluoside reverse transcriptase
inhibitor (NRTI) yang bekerja dengan menghambat perkembangan HIV di dalam sel tubuh.
Nama kimia untuk stavudine adalah 2 ', 3'-didehydro-3'-deoxythymidine. Stavudine memiliki
formula struktural berikut:
Quality Is it a
Target Keterangan
attribute CQA?
Penampilan warna dan bentuk No warna, bentuk dan penampilan tidak terkait
dapat diterima oleh langsung dengan keamanan dan kemanjuran.
pasien. tidak ada oleh karena itu tidak termasuk kritis. target
cacat tablet yang yang ditetapkan untuk memastikan dapat
diamati secara diterima pasien
visual.
Ukuran Ukuran tablet dibuat No. Ukuran tablet berhubungan dengan
mendekati RLD kemampuan menelan dan kepatuhan
terhadap regimen pengobatan. Target ukuran
dan volume tablet diatur mirip dengan RLD
Bau Tidak diamati No Secara umum bau tidak terkait langsung
dengan kemanan dan kemanjuran, tetapi bau
dapat memperngaruhi penerimaan pasien.
Dalam produk ini, xat aktif maupun eksipien
tidak memiliki bau yang mengganggu.
Keseragama Tidak boleh 2 tablet Yes cukup untuk memastikan potensi yang sama
n bobot menyimpang ± 10% dari tablet. eksipien merupakan sebagian
dari 30 mg besar berat tablet.
Friability Tidak lebih dari Yes Kerapuhan sangat penting dan terkait
1,0% b/b langsung dengan integritas selama
pengemasan dan pengangkutan produk obat.
Produk obat adalah tablet yang tidak
dilapisi, dengan demikian, kerapuhan akan
dipantau di seluruh proses hingga
pemasaran.
Waktu Tidak lebih dari 15 Waktu hancur akan mempengaruhi
hancur menit pelepasan dan bioavabilitas obat
Waktu Ukuran yang dapat Yes Parameter berharga yang dapat
hancur diterima 4 – 10 mempengaruhi waktu hancur tablet.
kg/cm2
Assay 90-100% dari klaim Yes Variabilitas uji akan memperngaruhi
produk keamana dan kemanjuran. Oleh karena itu,
pengujian sangat penting
Disolusi Sustained obat, Kegagalan untuk memenuhi spesifikasi
tetapi pelepasan obat disolusi dapat memengaruhi ketersediaan
dapat diliat pada hayati. Baik variabel formulasi dan proses
buffer fosfat (pH mempengaruhi profil disolusi. akan
7,5) dievaluasi selama formulasi dan proses
pengembangan.
Identifikasi Positif untuk Yes Meskipun identifikasi sangat penting untuk
stavudine keamanan dan kemanjuran, CQA ini bisa
dikendalikan secara efektif oleh sistem
manajemen mutu dan akan dimonitor pada
rilis produk obat. Variabel formulasi dan
proses tidak memengaruhi identitas. Karena
itu, CQA ini tidak akan dibahas selama
formulasi dan proses pengembangan.
D. Critical material attribute (CMA)
Eksipien Keterangan
Biasa digunakan pada tablet yang mengandung zat aktif
Pengisi Laktosa kecil karena mudah melakukan pencampuran yang
homogen.
Eksipien yang bagus untuk proses granulasi, hasil granul
Polivinil akan cepat kering, memiliki sifat alir yang bagus dan daya
Pengikat
pirolidon (PVP) kompatibilitas yang baik sehingga mengasilkan tablet yang
lebih bagus. Konsentrasi 0,5 - 5%.
Mengurangi keterikatan partikel pada saat di cetak sehingga
Glidan Talk dapat memberikan sifat alir yang baik. Konsentrasi
maksimal 0,5 – 0,1 %
Dapat mengurangi gesekan antara permukaan tablet dengan
Lubrika
Mg stearat dinding kempa sehingga tablet mudah keluar dari kempa.
n
Konstrasi 1,5-2%
Matrik hidrofilik yang bersifat gelling agent sehingga
HPMC K4M
diharapkan bisa mengontrol pelepasan zat aktif.
Matriks
Matrix hidrofilik yang sifat kekuatan mucoadhesive yang
polimer
Carbopol 934 tinggi sehingga dapat memberikan pelekatan yang kuat
dengan mukosa lambung..
F. Pembuatan tablet
Bahan obat stavudine, HPMC K4M atau carbopol 934, dan MCC masukan kedalam
mixer. Kemudian tambahan larutan PVP sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai membentuk
massa lembab dengan kecepatan 20 rpm selama 15 menit. Masukan seruk kedalam mesin
granulasi hingga semua terbentuk granul. Granul yang terbentuk diayak melalui mesh no. 16.
Keringkan granul dalam oven dengan suhu 45C hingga kering. Granul yang telah dikeringkan
kemudian ditambah dengan mg stearat dan talk. Granul dimasukan dalam hopper mesin tablet
single punch dengan ukuran 8 mm dengan kekuatan kompresi 5 kg/cm 2. Cdtak tablet hingga
granul dalam hopper habis.
Formulasi tablet sustained release stavudin
Formulasi (mg/tablet)
Komposisi
F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7 F8
Stavudin 40 40 40 40 40 40 40 40
HPMC K4M 100 80 60 - - - 75 50
Carbopol 934 - - - 60 80 100 75 50
Mg stearat 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5
PVP 10 10 10 10 10 10 10 10
Talk 2 2 2 2 2 2 2 2
Laktosa 136, 116,
96,5 116,5 136,5 96,5 46,5 96,5
5 5
Berat total 250 250 250 250 250 250 250 250
A. Kesimpulan
1. Pendekatan quality by design (QbD) dapat digunakan sebagai pengembangan tablet
sustained release stavudin sehingga akan menjamin keaman dan efektivitas produk
tersebut.
2. Tablet sustained release dapat diformulasikan untuk pengembangan produk stavudine.
B. Saran
Berdasarkan ilmu pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki oleh seorang apoteker
diharapkan akan diterapkan dalam sebagai tanggung jawab dalam profesinya.
C.
DAFTAR PUSTAKA
A. Shilpa, T. Rama Rao, M.A. Hussain, Formulation and in-vitro evaluation of once daily
sustained release matrix tablets of stavudine, J. Pharm. Sci. Innov. 1 (6) (2012) 64e68.
Grob PM, Wu JC, Cohen KA, et al. Nonnucleoside inhibitors of HIV-1 reverse transcriptase:
nevirapine as a prototype drug. AIDS Res Hum Retroviruses. 1992;8:145-152.
Kambham Venkateswarlu, A. Shanthi, Formulation and evaluation of Glipizide matrix tablets,
IOSR J. Pharm. Biol. Sci. 2 (5) (2012) 17e23.
Prajapati, P. H., Nakum, V. V, & Patel, C. N. (2012). Formulation and evaluation of floating
matrix tablet of stavudine. 2(2), 83–89. https://doi.org/10.4103/2230-973X.100047
Shah, H. P., & Prajapati, S. T. (2017). Quality by Design enabled Development. 2017(2), 1–6.
Upasani, A., Kshirsagar, S., & Bhalekar, M. (2014). Design And Optimization Of Sustained
Release Matrix Tablet Of Opipramol Hcl By Using Quality By Design Approach. 7(5).
Vidyadhara, S., Nagendran, I., Sasidhar, R. L. C., Devi, V. A., & Swapna, K. (2012).
Formulation and evaluation of controlled release floating matrix tablets of Stavudine. Asian
Journal of Pharmaceutics, 6(4), 259–265. https://doi.org/10.4103/0973-8398.107561