Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemisahan campuran menjadi komponen – komponennya adalah hal yang


sangat penting dalam semua cabang ilmu kimia. Salah satu teknik pemisahan
yang digemari adalah teknik kromatografi. Dengan menggunakan metode
kromatografi, dalam banyak hal yang berkaitan dengan pemisahan telah terbukti
jauh lebih cepat dan efektif daripada metode lainnya.

Kromatografi merupakan teknik pemisahan campuran didasarkan atas


perbedaan distribusi dari komponen-komponen campuran tersebut diantara dua
fase, yaitu fase diam (padat atau cair) dan fase gerak (cair atau gas).

Fase gerak mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-komponen


yang terdapat dalam campuran. Komponen-komponen yang berbeda bergerak
pada laju yang berbeda.

Ada banyak pembagian metode pemisahan dengan kromatografi,


kromatografi terbagi mejadi kromatografi kolom, kromatografi kertas,
kromatografi lapis tipis, dan kromatografi lapis tipis.

Salah satu jenis metode kromatografi yang paling sering dipakai adalah
metode kromatografi lapis tipis (KLT). Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan
cara pemisahan campuran senyawa menjadi senyawa murninya dan mengetahui
kuantitasnya yang menggunakan teknik kromatografi

Dalam praktikum ini, akan di lakukan teknik pemisahan kromatografi lapis


tipis (KLT) hasil kromatografi kolom. KLT biasanya digunakan pada analisis
kualitatif untuk untuk menentukan jumlah komponen campuran, atau penentuan
suatu zat. Sehingga KLT merupakan teknik analisis yang cukup mudah dan
praktis. Pengerjaan KLT sendiri cukup sederhana dan cepat, serta tidak
membutuhkan biaya yang mahal dalam alat dan bahannya, dan menggunakan
sampel dengan kuantitas yang sangat kecil.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari KLT?


2. Apa saja yang termasuk fase diam dan fase gerak KLT hasil
kromatografi kolom?
3. Bagaimana prinsip kerja KLT ?
4. Apa saja kelebihan metode KLT ?
5. Apa saja contoh aplikasi metode KLT dalam bidang farmasi?

1.3 Tujuan

1) Dapat melakukan identifikasi (analisa kualitatif) kandungan kimia dari


ekstrak/ekstrak hasil fraksi hasil kromatografi kolom dengan metode
KLT.
2) Dapat melakukan isolasi/pemisahan kandungan kimia dari
ekstrak/ekstrak hasil fraksi hasil kromatografi kolom dengan metode
KLT.
3) Mengetahui cara dalam proses kromatografi lapis tipis (KLT) hasil
kromatografi kolom
4) Melihat secara langsung pigmen warna yang dihasilkan pada dari
totolan senyawa kimia dibawah sinar UV
5) Mengetahui alat-alat dan bahan apa saja yang digunakan pada
kromatografi lapis tipis (KLT) hasil kromatografi kolom
6) Mengetahu dan dapat menentukan penampak noda apa saja yang
dapat digunakan dalam kromatografi lapis tipis (KLT) hasil
kromatografi kolom
7) Mampu menetukan jenis eluen yang cocok terhadap simplisia yang
akan diisolusi (dalam hal ini simplisia daun mangga)

1.4 Manfaat

Adapun manfaat dari praktikum ini yaitu praktikan dapat mengetahui


prinsip dan mekanisme kerja dari KLT hasil kromatografi kolom dalam
memisahkan senyawa dengan berbagai perbandingan eluen dari
kepolaran yang rendah hingga kepolaran yang tinggi.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Taksonomi Tumbuhan

Pada praktikum perkolasi digunakan daun manga (Mangifera indica .L)


sebagai simplisianya.

Taksonomi Tanaman Mangga:

 Kingdom : Plantae
 Divisio : Spermatophyta
 Subdivisio : Angiospermae
 Klas : Magnoliopsida
 Subklas : Rosidae
 Ordo : Sapindales
 Famili : Anacardiaceae
 Spesies : Mangifera indica L.

Nama lain : Pelem (jawa)

Asal-usul : India, srilangka, Pakistan

Profil Tanaman

Pohon, dapat mencapai 10-40 m, tajuk berbentuk kubah. Ujung daun


berbentuk mata tombak atau tumpul, panjang daun 8040 cm, lebar 2-12,5 cm.
Bunga majemuk yang tumbuh dari tunas ujung, bentuk kerucut, panjang 10-60
cm, rangkaian bubga terdiri dari bunga jantan dan sempurna. Buahbulat sampai

3
pipih panjang 2,5-30 cm, warna daging buah beragam, berkulit biji keras.
Sambungan, okulasi, biji.

2.2 Pengertian KLT

Istilah kromatografi digunakan pada beberapa teknik pemisahan


berdasarkan pada “migration medium” yang berbeda, yaitu distribusinya terhadap
fase diam dan fase gerak.terdapat 3 hal yang wajib ada pada teknik ini. yang
pertama yaitu harus terdapat medium perpindahan tempat, yaitu tempat
terjadinya pemisahan. Kedua harus terdapat gaya dorong agar spesies dapat
berpisah sepanjang “migration medium“. Yang ketiga harus terdapat gaya
tolakan selektif. Gaya yang terakhir ini dapat menyebabkan pemisahan dari
bahan kimia yang dipertimbangkan (Sienko, 1984).

Kromatografi Lapis Tipis merupakan teknik pemisahan cara lama yang


digunakan secara luas, terutama dalam analisis campuran yang rumit dari
sumber alam. Tetapi dalam kuantisasi belakangan ini kromatografi lapis tipis
digantikan oleh “HPLC” (High Performance Thin-layer Chromatography) atau
Kromatografi Lapis Tipis Kinerja Tinggi (Munson, 1991).

Adsorpsi Chromatography telah membantu untuk menandai komposisi


kelompok minyak mentahdan produk hidrokarbon sejak permulaan abad ini.
Jenis dan sanak keluarga jumlah kelashidrokarbon tertentu di (dalam)
acuan/matriks dapat telah a efek dalam pada atas pencapaian danmutu dari
produk hidrokarbon dan dua orang metoda test standard telah digunakan
sebagianbesar dari tahun ke tahun ( ASTM D2007, ASTM D4124). adsorpsi
indikator Yang berpijar (FIA) metoda ( ASTM D1319) telah melayani untuk di atas
30 tahun sebagai metoda pejabat dariminyak tanah industri untuk mengukur
yang mengandung parafin, olefinic, dan isi bahan bakarpancaran dan bensin
berbau harum. Teknik terdiri dari dalam pemindahan a mencicip di bawahiso-
propanol memaksa melalui suatu kolom tanah kerikil „gel‟ agar-agar ramai; sesak
di (dalam)kehadiran tentang indikator berpijar dikhususkan untuk masing-masing
keluarga hidrokarbon. Disamping penggunaan tersebar luas nya, adsorpsi
indikator berpijar mempunyai banyak (Speight, 2006).

4
Bahan adsorben sebagai fasa diam digunakan silica gel, alumina, dan
serbuk selulosa. Partikel silica gel mengandung gugus hidroksil di permukaannya
yang akan membentuk ikatan hidrogen dengan molekul-molekul polar. Alumina
lebih disukai untuk memisahkan senyawa-senyawa polar lemah, sedangkan
silica gel lebih disukai untuk memisahkan molekul-molekul seperti asam-asam
amino dan gula.Magnesium silikat, kalsium silikat, dan arang aktif mungkin juga
dapat digunakan sebagai adsorben (Soebagio, 2002).

Eluen pengembang dapat berupa pelarut tunggal dan campuran pelarut


dengan susunan tertentu.Pelarut-pelarut pengembang harus mempunyai
kemurnian yang tinggi. Terdapatnya sejumlah kecil air atau zat pengotor lainnya
dapat menghasilkan kromatogram yang tidak diharapkan (Soebagio, 2002).

Deteksi noda KLT terkadang lebih mudah dibandingkan dengan


kromatografi kertas karena dapat digunakan teknik-teknik umum yang lebih
banyak. Kerap kai, noda tidak berwarna atau tidak berpendar jika dikenai sinar
ultra violet dapat ditampakkan dengan cara mendedahkan papan pengembang
pada uap iod. Uap iod akan berinteraksi dengan komponen-komponen sampel
baik secara kimia atau berdasarkan kelarutan membentuk warna-warna tertentu
(Soebagio, 2002 ).

Dalam beberapa kasus, dimungkinkan untuk membuat bercak-bercak


menjadi tampak dengan jalan mereaksikannya dengan zat kimia sehingga
menghasilkan produk yang berwarna.Sebuah contoh yang baik adalah
kromatogram yang dihasilkan dari campuran asam amino.Kromatogram dapat
dikeringkan dan disemprotkan dengan larutan ninhidrin. Ninhidrin bereaksi
dengan asam amino menghasilkan senyawa-senyawa berwarna, umumnya
coklat atau ungu (Clark, 2007).

Keuntungan KLT adalah lebih serba guna, cepat, kepekaannya lebih


tinggi dan pemisahan komponen senyawa lebih sempurna. Sedangkan
kelemahannya adalah pada prosedur pembuatan lempengnya yang memerlukan
tambahan waktu kecuali bila tersedia lempeng yang diproduksi secara komersial.
(Gritter,1991).

5
Satu kekurangan KLT yang asli ialah kerja penyaputannya, pelat kaca dengan
penjerap.Kerja ini kemudian agak diringankan dengan adanya penyaput
otomatis.Meskipun begitu, dengan menggunakan alat itu pun tetap diperlukan
tindakan pencegahan tertentu (Harborne, 1987).

Fase gerak pada KLT dapat dipilih dari pustaka, tetapi lebih sering
dengan mecoba-coba karena waktu yang diperlukan hanya sebentar.Sistem
yang paling sederhana ialah dengan menggunakan campuran 2 pelarut organik
karena daya elusi campuran kedua pelarut ini dapat mudah diatur sedemikian
rupa sehingga pemisahan dapat terjadi secara optimal (Rohman, 2009).

Faktor-faktor yang mempengaruhi gerakan media dalam KLT yang juga


mempengariuhi nilai Rf yaitu (Surmono, 1986):

1. Struktur kimia dan senyawa yang sedang dipisahkan


2. Sifat dari penyerap dan derajat aktivitasnya
3. Suhu dan kesetimbangan
4. Pelarut (dan derajat kemurniannya) fase gerak
5. Derajat kejenuhan

2.3 Fase Diam Dan Fase Gerak KLT

Pada kromatografi, komponen-komponennya akan dipisahkan antara dua


buah fase yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam akan menahan komponen
campuran sedangkan fase gerak akan melarutkan zat komponen campuran.
Komponen yang mudah tertahan pada fase diam akan tertinggal. Sedangkan
komponen yang mudah larut dalam fase gerak akan bergerak lebih cepat.
Semua kromatografi memiliki fase diam (dapat berupa padatan, atau kombinasi
cairan-padatan) dan fase gerak (berupa cairan atau gas). Fase gerak mengalir
melalui fase diam dan membawa komponen-komponen yang terdapat dalam
campuran. Komponen-komponen yang berbeda bergerak pada laju yang
berbeda.

Fase Diam

6
Pelaksanaan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis
silika gel atau alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam
atau plastik yang keras. Gel silika (atau alumina) merupakan fase diam. Fase
diam untuk kromatografi lapis tipis seringkali juga mengandung substansi yang
mana dapat berpendar flour dalam sinar ultra violet. Fase diam lainnya yang
biasa digunakan adalah alumina-aluminium oksida. Atom aluminium pada
permukaan juga memiliki gugus -OH.

Fase Gerak
Dalam kromatografi, eluent adalah fase gerak yang berperan penting
pada proses elusi bagi larutan umpan (feed) untuk melewati fase diam
(adsorbent). Interaksi antara adsorbent dengan eluent sangat menentukan
terjadinya pemisahan komponen.
Eluent dapat digolongkan menurut ukuran kekuatan teradsorpsinya
pelarut atau campuran pelarut tersebut pada adsorben dan dalam hal ini yang
banyak digunakan adalah jenis adsorben alumina atau sebuah lapis tipis silika.
Penggolongan ini dikenal sebagai deret eluotropik pelarut. Suatu pelarut yang
bersifat larutan relatif polar, dapat mengusir pelarut yang relatif tak polar dari
ikatannya dengan alumina (gel silika).
Kecepatan gerak senyawa-senyawa ke atas pada lempengan tergantung
pada:
Bagaimana kelarutan senyawa dalam pelarut, Hal ini bergantung pada
bagaimana besar atraksi antara molekul-molekul senyawa dengan pelarut.

2.4 Gambar Alat KLT

7
2.5 Prinsip Kerja KLT
Pada proses pemisahan dengan kromatografi lapis tipis, terjadi hubungan
kesetimbangan antara fase diam dan fase gerak, dimana ada interaksi antara
permukaan fase diam dengan gugus fungsi senyawa organik yang akan
diidentifikasi yang telah berinteraksi dengan fasa geraknya. Kesetimbangan ini
dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu : kepolaran fase diam, kepolaran fase gerak,
serta kepolaran dan ukuran molekul.
Pada kromatografi lapis tipis, eluent adalah fase gerak yang berperan
penting pada proses elusi bagi larutan umpan (feed) untuk melewati fase diam
(adsorbent). Interaksi antara adsorbent dengan eluent sangat menentukan
terjadinya pemisahan komponen. Oleh sebab itu pemisahan komponen secara
kromatografi dipengaruhi oleh laju alir eluent dan jumlah umpan. Eluent dapat
digolongkan menurut ukuran kekuatan teradsorpsinya pelarut atau campuran
pelarut tersebut pada adsorben dan dalam hal ini yang banyak digunakan adalah
jenis adsorben alumina atau sebuah lapis tipis silika. Suatu pelarut yang bersifat
larutan relatif polar, dapat mengusir pelarut yang tak polar dari ikatannya dengan
alumina (gel silika). Semakin dekat kepolaran antara senyawa dengan eluen
maka senyawa akan semakin terbawa oleh fase gerak tersebut. Hal ini
berdasarkan prinsip “like dissolved like”.

2.6 Kelebihan Metode KLT


Beberapa keuntungan dari kromatografi lapis tipis ini adalah sebagai berikut :
 Kromatografi lapis tipis banyak digunakan untuk tujuan analisis.
 Identifikasi pemisahan komponen dapat dilakukan dengan pereaksi
warna, fluorosensi atau dengan radiasi menggunakan sinar ultraviolet.
 Dapat dilakukan elusi secara menaik (ascending), menurun (descending),
atau dengan cara elusi 2 dimensi.
 Dapat untuk memisahkan senyawa hidrofobik (lipid dan hidrokarbon)
yang dengan metode kertas tidak bisa
 Ketepatan penentuan kadar akan lebih baik karena komponen yang akan
ditentukan merupakan bercak yang tidak bergerak.
 Hanya membutuhkan sedikit pelarut.
 Waktu analisis yang singkat (15-60 menit)

8
 Investasi yang kecil untuk perlengkapan (Biaya yang dibutuhkan ringan).
 Preparasi sample yang mudah
 Kemungkinan hasil palsu yang disebabkan oleh komponen sekunder
tidak mungkin
 Kebutuhan ruangan minimum

Analisis KLT banyak digunakan karena :

 Waktu yang diperlukan untuk analisis senyawa relatif pendek


 Dalam analisis kualitatif dapat memberikan informasi semi kuantitatif
tentang konstituen utama dalam sampel
 Cocok untuk memonitor identitas dan kemurnian sampel
 Dengan bantuan prosedur pemisahan yang sesuai, dapat digunakan
untuk analisis kombinasi sampel terutama dari sediaan herbal.

2.7 Aplikasi Metode KLT Dalam Bidang Farmasi


Contoh penggunaan metode pemisahan secara Kromatografi Lapis Tipis
(KLT) dapat diterapkan dalam menganalisis adanya senyawa paracetamol dan
kafein dalam sediaan obat paten seperti poldanmig yang beredar di pasaran
apakah memenuhi persyaratan mutu obat atau tidak. Sehingga dengan kadar
yang tepat obat dapat memberikan efek terapi yang dikehendaki.
Setiap komponen memiliki harga Rf sendiri-sendiri, dengan bantuan dari
sinar ultraviolet maka dapat ditentukan noda yang tidak tampak oleh kasat mata.
Cara yang biasa dilakukan dengan menyemprotkan KMNO4 dalam H2SO4 yang
kemudian akan berinteraksi dengan komponen-komponen sampel baik secara
kimia maupun berdasarkan kelarutan membentuk warna-warna tertentu.
Noda kemudian dihitung harga Rf-nya. Harga Rf dihitung dengan
menggunakan perbandingan jarak yang ditempuh solut dengan jarak yang
ditempuh fase gerak. Nilai maksimum Rf adalah 1 dan nilai minimumnya 0.
Dengan menggunakan silika gel sebagai fase diam, harga Rf 1 menunjukkan jika
senyawa tersebut sangat nonpolar sedangkan harga Rf 0 menunjukkan bahwa
senyawa tersebut sangat polar.

9
Analisis dengan KLT juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi simplisia yang
kelompok kandungan kimianya telah diketahui.
Kelompok kandungan kimia tersebut antara lain :
1. Alkaloid
2. Antraglikosida
3. Arbutin
4. Glikosida Jantung
5. Zat pahit
6. Flavonoid
7. Saponin
8. Minyak atsiri
9. Kumarin dan asam fenol karboksilat
10. Valepotriat

10
BAB III

PROSEDUR KERJA

3.1 Waktu Dan Tempat Coba

Waktu dan tempat dilaksanakannya percobaan ini, yaitu sebagai


berikut :

Hari/Tanggal : Selasa / 21 Mei 2019

Pukul : 13.00-15.50 WIB

Tempat : Laboratorium Fitokimia Jurusan Farmasi

Poltekkes Kemenkes Palembang

3.2 Bahan Dan Alat

 Bahan : Fraksi hasil Kromatografi Kolom, pelarut organik, aquadest,


pereaksi penampak noda(Dragendorf, FeCl3, Lieberman-Buchard).

 Alat : Bejana pengembang (chamber), plat KLT, kertas saring, pipet


kapiler/pipet ukur berskala, lampu UV, oven pengering, erlenmeyer,
beaker glass, corong, gelas ukur.

A. CARA KERJA
1. Penyiapan Bejana Pengembang
Bersihkan chamber dan keringkan.
Lapisi chamber dengan kertas saring yang kering.
Isikan cairan pengelusi ke dalam chamber setinggi ± 1cm, tutup
chamber dan biarkan sampai jenuh dengan uap cairan pengelusi
(pilihlah cairan pengelusi yang cocok dengan senyawa yang mau
diidentifikasi/diisolasi)
Chamber siap untuk digunakan.

2. Penyiapan Plat KLT

Aktifkan plat KLT di oven, lalu di garis dengan pensil 1-2cm dari
tepi atas dan tepi bawah.

11
Buat cuplikan dengan konsentrasi 1-5 % (di dalam cairan pengelusi
atau solvent lain yang mudah menguap).
Totolkan cuplikan menggunakan pipet kapiler/pipet ukur berskala
dengan jarak antar totolan 1-2 cm, usahakan jangan sampai melebar
(diameter bercak 3-5 mm), keringkan.
Masukkan ke dalam chamber dan segera ditutup.
Biarkan eluen naik sampai garis batas.
Keluarkan plat KLT dari chamber dan keringkan.
Deteksi di bawah lampu UV atau dengan pereaksi penampak noda
(gunakan penampak noda yang sesuai dengan senyawa yang
diidentifikasi/diisolasi).
Tentukan nilai Rf (Retardian factor) dan amati warna bercak dengan
pereaksi penampak noda.
Tentukan pola pengembangan fraksi dan kelompokkan sesuai pola
pengembanga yang sama (disatukan).

12
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Perhitungan Dan Pembuatan Eluen

Pada pratikum kali ini pengecekkan hasil dari Kromatografi Kolom


menggunakan eluen BAA ( Butanol: Asam Asetat Glasial : Air ) dengan
perbandingan 4:1:5. Berikut perhitungan jumlah eluen yang digunakan:

 Hitung dahulu volume chamber yang dipakai:


Dik:
Panjang chamber = 21,5 cm
Lebar chamber = 6 cm
Tinggi chamber = dianggap 1 cm (ukuran dasar chamber
terhadap spot bawah)

Sehingga V =PxLxT
= 21,5 x 6 x 1
= 129 cm3
Jumlah eluen :
Butanol :

Asam Asetat ::

Air ::

4.2 Hasil Pengamatan

1. Pengamatan Nilai Retardasi

Sampel Jarak Eluen Jarak Komponen Nilai RF


K8 7,8 cm 15,9 cm 0,4905
K9 7,8 cm 15,9 cm 0,4905
K12 12 cm 15,9 cm 0,7547

13
K13 12,51 cm 15,9 cm 0,7868
K14 12,5 cm 15,9 cm 0,7861
K15 12,6 cm 15,9 cm 0,7924
K18 12,65 cm 15,9 cm 0,7956
K19 12,4 cm 15,9 cm 0,7987
Formula yang digunakan:

Rf =

2. Pengamatan Warna Noda


Pengamatan warna noda dilakukan dengan menggunakan
sinar UV 250 nm yang menunjukkan hasil sebagai berikut:

Eluen BAA
Sampel
Nilai Rf Warna Noda
K8 0,4905 Kecokelatan
K9 0,4905 Kecokelatan
K12 0,7547 Kehijauan
K13 0,7868 Kehijauan
K14 0,7861 Kehijauan
K15 0,7924 Kehijauan
K18 0,7956 Kehijauan
K19 0,7987 Kehijauan

3. Analisa Data

Proses pertama yang dilakukan yaitu pengaktifan silica gel pada suhu
105 C selama 30 menitlalu dibuat kertas yang mengelilingi bagian dalam dari
chamber, masukkan BAA yang telah dibuat. Tunggu hingga jenuh yang ditandai
dengan uap basah telah naik sampai batas. Untuk silica gel terlebih dahulu diberi
batas atas dan bawah lalu diberi jarak antar tempat penotolan cuplikan kurasng
lebih 1-3 cm, dari 19 vial hasil Kromatografi Kolom yang ada dipilih 15 vial yakitu
degan nomor 1, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, dan 19.

14
Penotolan cuplikan menggunakan pipa kapiler kecil harus hati-hati,
lurus, serta tidak terlalu melebar segera keringkan dengan hair dryer agar tidar
meleber kemana-mana. Masukkan dalam chamber yang berisi eluen yakni BAA
tunggu hingga eluen naik hingga batas atas kurang lebih dalam waktu 5 jam lalu
dilihat dan dikeluarkan serta dihitung nilai Rfnya.

4. Tugas
 Tentukan ada berapa fraksi yang didapat dari KLT hasil fraksinasi
kolom!
Jawab:
Ada 7 fraksi yang didapat dengan nilai Rf yang sama

15
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dengan hasil nilai Rf dapat disimpulkan bedasarkan buku “ Metode
Fitokimia” J.B. Harborne ( 1987 ) bahwa kisiaran alkaloid pada rentang
0,07-0,62 dan tanin pada pada rentang 0,5-0,833. Maka dapat kita
ketahui jika K8 dan K9 mengandung alkaloid sedangkan K12, K13, K14,
K15, K18, K19 mengandung tanin.
B. Saran
Praktikkan harus lebih berhati-hati dan teliti dalam melakukan percobaan
dilaboratorium agar hasil yang didapat akurat dan kerja selamat serta sehat.

16
DAFTAR PUSTAKA

Munson, James,W., 1991, “Analisis Farmasi”, Airlangga University Press,

Surabaya

Roth, Herman, J., Blaschike, G., 1988, “Analisis Farmasi”, Gadjah Mada

University Press, Yogya

Sienko, Plane and Marcus, 1984, “Experimental Chemistry 6th Edition”.Mc Graw

Hill Book Co, Singapore

Sudjadi. 1986. “Metode Pemisahan”. UGM Press: Yogyakarta

Surmono, Rb. 1986. “Proses Aproasi”. Universitas Pancasila: Jakarta

Gritter J.R., James, M.B., (1991), “Pengantar Kromatografi”, Penerbit ITB,

Bandung

Sastrohamidjojo, Dr.H., (1985),”Kromatografi”, Penerbit Liberty, Yogyakarta

Speight, James. G. 2006. The Chemistry and Technology of Petroleum. Taylor &

Francis Group,LLC.

Rohman, Abdul. 2009. “Kromatografi untuk Analisis Obat”. Graha Ilmu : Jakarta

Harborne.1987.”Metode Fitokimia”.Bandung : Penerbit ITB.

Soebagio. 2002. “Kimia Analitik II”. Malang : JICA.

Mindawarnis. 2014. Pedoman Praktikum Fitokimia. Poltekkes Kemenkes

Palembang Jurusan Farmasi.

17
LAMPIRAN FOTO

Hasil perhitungan panjang Proses penyinaran dengan sinar UV 254

jarak komponen

Proses penyinaran setelah proses

Pencelupan dalam chamber

18
19

Anda mungkin juga menyukai