PENDAHULUAN
Salah satu jenis metode kromatografi yang paling sering dipakai adalah
metode kromatografi lapis tipis (KLT). Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan
cara pemisahan campuran senyawa menjadi senyawa murninya dan mengetahui
kuantitasnya yang menggunakan teknik kromatografi
1
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Klas : Magnoliopsida
Subklas : Rosidae
Ordo : Sapindales
Famili : Anacardiaceae
Spesies : Mangifera indica L.
Profil Tanaman
3
pipih panjang 2,5-30 cm, warna daging buah beragam, berkulit biji keras.
Sambungan, okulasi, biji.
4
Bahan adsorben sebagai fasa diam digunakan silica gel, alumina, dan
serbuk selulosa. Partikel silica gel mengandung gugus hidroksil di permukaannya
yang akan membentuk ikatan hidrogen dengan molekul-molekul polar. Alumina
lebih disukai untuk memisahkan senyawa-senyawa polar lemah, sedangkan
silica gel lebih disukai untuk memisahkan molekul-molekul seperti asam-asam
amino dan gula.Magnesium silikat, kalsium silikat, dan arang aktif mungkin juga
dapat digunakan sebagai adsorben (Soebagio, 2002).
5
Satu kekurangan KLT yang asli ialah kerja penyaputannya, pelat kaca dengan
penjerap.Kerja ini kemudian agak diringankan dengan adanya penyaput
otomatis.Meskipun begitu, dengan menggunakan alat itu pun tetap diperlukan
tindakan pencegahan tertentu (Harborne, 1987).
Fase gerak pada KLT dapat dipilih dari pustaka, tetapi lebih sering
dengan mecoba-coba karena waktu yang diperlukan hanya sebentar.Sistem
yang paling sederhana ialah dengan menggunakan campuran 2 pelarut organik
karena daya elusi campuran kedua pelarut ini dapat mudah diatur sedemikian
rupa sehingga pemisahan dapat terjadi secara optimal (Rohman, 2009).
Fase Diam
6
Pelaksanaan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis
silika gel atau alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam
atau plastik yang keras. Gel silika (atau alumina) merupakan fase diam. Fase
diam untuk kromatografi lapis tipis seringkali juga mengandung substansi yang
mana dapat berpendar flour dalam sinar ultra violet. Fase diam lainnya yang
biasa digunakan adalah alumina-aluminium oksida. Atom aluminium pada
permukaan juga memiliki gugus -OH.
Fase Gerak
Dalam kromatografi, eluent adalah fase gerak yang berperan penting
pada proses elusi bagi larutan umpan (feed) untuk melewati fase diam
(adsorbent). Interaksi antara adsorbent dengan eluent sangat menentukan
terjadinya pemisahan komponen.
Eluent dapat digolongkan menurut ukuran kekuatan teradsorpsinya
pelarut atau campuran pelarut tersebut pada adsorben dan dalam hal ini yang
banyak digunakan adalah jenis adsorben alumina atau sebuah lapis tipis silika.
Penggolongan ini dikenal sebagai deret eluotropik pelarut. Suatu pelarut yang
bersifat larutan relatif polar, dapat mengusir pelarut yang relatif tak polar dari
ikatannya dengan alumina (gel silika).
Kecepatan gerak senyawa-senyawa ke atas pada lempengan tergantung
pada:
Bagaimana kelarutan senyawa dalam pelarut, Hal ini bergantung pada
bagaimana besar atraksi antara molekul-molekul senyawa dengan pelarut.
7
2.5 Prinsip Kerja KLT
Pada proses pemisahan dengan kromatografi lapis tipis, terjadi hubungan
kesetimbangan antara fase diam dan fase gerak, dimana ada interaksi antara
permukaan fase diam dengan gugus fungsi senyawa organik yang akan
diidentifikasi yang telah berinteraksi dengan fasa geraknya. Kesetimbangan ini
dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu : kepolaran fase diam, kepolaran fase gerak,
serta kepolaran dan ukuran molekul.
Pada kromatografi lapis tipis, eluent adalah fase gerak yang berperan
penting pada proses elusi bagi larutan umpan (feed) untuk melewati fase diam
(adsorbent). Interaksi antara adsorbent dengan eluent sangat menentukan
terjadinya pemisahan komponen. Oleh sebab itu pemisahan komponen secara
kromatografi dipengaruhi oleh laju alir eluent dan jumlah umpan. Eluent dapat
digolongkan menurut ukuran kekuatan teradsorpsinya pelarut atau campuran
pelarut tersebut pada adsorben dan dalam hal ini yang banyak digunakan adalah
jenis adsorben alumina atau sebuah lapis tipis silika. Suatu pelarut yang bersifat
larutan relatif polar, dapat mengusir pelarut yang tak polar dari ikatannya dengan
alumina (gel silika). Semakin dekat kepolaran antara senyawa dengan eluen
maka senyawa akan semakin terbawa oleh fase gerak tersebut. Hal ini
berdasarkan prinsip “like dissolved like”.
8
Investasi yang kecil untuk perlengkapan (Biaya yang dibutuhkan ringan).
Preparasi sample yang mudah
Kemungkinan hasil palsu yang disebabkan oleh komponen sekunder
tidak mungkin
Kebutuhan ruangan minimum
9
Analisis dengan KLT juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi simplisia yang
kelompok kandungan kimianya telah diketahui.
Kelompok kandungan kimia tersebut antara lain :
1. Alkaloid
2. Antraglikosida
3. Arbutin
4. Glikosida Jantung
5. Zat pahit
6. Flavonoid
7. Saponin
8. Minyak atsiri
9. Kumarin dan asam fenol karboksilat
10. Valepotriat
10
BAB III
PROSEDUR KERJA
A. CARA KERJA
1. Penyiapan Bejana Pengembang
Bersihkan chamber dan keringkan.
Lapisi chamber dengan kertas saring yang kering.
Isikan cairan pengelusi ke dalam chamber setinggi ± 1cm, tutup
chamber dan biarkan sampai jenuh dengan uap cairan pengelusi
(pilihlah cairan pengelusi yang cocok dengan senyawa yang mau
diidentifikasi/diisolasi)
Chamber siap untuk digunakan.
Aktifkan plat KLT di oven, lalu di garis dengan pensil 1-2cm dari
tepi atas dan tepi bawah.
11
Buat cuplikan dengan konsentrasi 1-5 % (di dalam cairan pengelusi
atau solvent lain yang mudah menguap).
Totolkan cuplikan menggunakan pipet kapiler/pipet ukur berskala
dengan jarak antar totolan 1-2 cm, usahakan jangan sampai melebar
(diameter bercak 3-5 mm), keringkan.
Masukkan ke dalam chamber dan segera ditutup.
Biarkan eluen naik sampai garis batas.
Keluarkan plat KLT dari chamber dan keringkan.
Deteksi di bawah lampu UV atau dengan pereaksi penampak noda
(gunakan penampak noda yang sesuai dengan senyawa yang
diidentifikasi/diisolasi).
Tentukan nilai Rf (Retardian factor) dan amati warna bercak dengan
pereaksi penampak noda.
Tentukan pola pengembangan fraksi dan kelompokkan sesuai pola
pengembanga yang sama (disatukan).
12
BAB IV
PEMBAHASAN
Sehingga V =PxLxT
= 21,5 x 6 x 1
= 129 cm3
Jumlah eluen :
Butanol :
Asam Asetat ::
Air ::
13
K13 12,51 cm 15,9 cm 0,7868
K14 12,5 cm 15,9 cm 0,7861
K15 12,6 cm 15,9 cm 0,7924
K18 12,65 cm 15,9 cm 0,7956
K19 12,4 cm 15,9 cm 0,7987
Formula yang digunakan:
Rf =
Eluen BAA
Sampel
Nilai Rf Warna Noda
K8 0,4905 Kecokelatan
K9 0,4905 Kecokelatan
K12 0,7547 Kehijauan
K13 0,7868 Kehijauan
K14 0,7861 Kehijauan
K15 0,7924 Kehijauan
K18 0,7956 Kehijauan
K19 0,7987 Kehijauan
3. Analisa Data
Proses pertama yang dilakukan yaitu pengaktifan silica gel pada suhu
105 C selama 30 menitlalu dibuat kertas yang mengelilingi bagian dalam dari
chamber, masukkan BAA yang telah dibuat. Tunggu hingga jenuh yang ditandai
dengan uap basah telah naik sampai batas. Untuk silica gel terlebih dahulu diberi
batas atas dan bawah lalu diberi jarak antar tempat penotolan cuplikan kurasng
lebih 1-3 cm, dari 19 vial hasil Kromatografi Kolom yang ada dipilih 15 vial yakitu
degan nomor 1, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, dan 19.
14
Penotolan cuplikan menggunakan pipa kapiler kecil harus hati-hati,
lurus, serta tidak terlalu melebar segera keringkan dengan hair dryer agar tidar
meleber kemana-mana. Masukkan dalam chamber yang berisi eluen yakni BAA
tunggu hingga eluen naik hingga batas atas kurang lebih dalam waktu 5 jam lalu
dilihat dan dikeluarkan serta dihitung nilai Rfnya.
4. Tugas
Tentukan ada berapa fraksi yang didapat dari KLT hasil fraksinasi
kolom!
Jawab:
Ada 7 fraksi yang didapat dengan nilai Rf yang sama
15
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan hasil nilai Rf dapat disimpulkan bedasarkan buku “ Metode
Fitokimia” J.B. Harborne ( 1987 ) bahwa kisiaran alkaloid pada rentang
0,07-0,62 dan tanin pada pada rentang 0,5-0,833. Maka dapat kita
ketahui jika K8 dan K9 mengandung alkaloid sedangkan K12, K13, K14,
K15, K18, K19 mengandung tanin.
B. Saran
Praktikkan harus lebih berhati-hati dan teliti dalam melakukan percobaan
dilaboratorium agar hasil yang didapat akurat dan kerja selamat serta sehat.
16
DAFTAR PUSTAKA
Surabaya
Roth, Herman, J., Blaschike, G., 1988, “Analisis Farmasi”, Gadjah Mada
Sienko, Plane and Marcus, 1984, “Experimental Chemistry 6th Edition”.Mc Graw
Bandung
Speight, James. G. 2006. The Chemistry and Technology of Petroleum. Taylor &
Francis Group,LLC.
Rohman, Abdul. 2009. “Kromatografi untuk Analisis Obat”. Graha Ilmu : Jakarta
17
LAMPIRAN FOTO
jarak komponen
18
19