ANALISA FARMASI
Oleh:
Grace Jessica (1801094)
S1 – 4C Grup D
Melati Risman
2020
TITRASI ASAM BASA: PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT DALAM BEDAK
DENGAN METODE ALKALIMETRI
I. TUJUAN PERCOBAAN
a. Mahasiswa dapat membuat larutan baku natrium hidroksida 0,1 N yang
diperlukan dalam titrasi
b. Mahasiswa dapat melakukan pembakuan natrium hidroksida dengan kalium biftalat
c. Mahasiswa dapat melakukan penentapan kadar asam salsilat dalam sampel
bedak dengan metode alkalimetri
c. Penetapan Kadar
1) Timbang saksama sampel uji (bedak salisil) sebanyak dengan 300 mg asam
salisilat, masukkan ke dalam labu erlenmeyer 250 ml
2) Masukkan ke dalam erlenmeyer, tambahkan 25 ml etanol yang sudah
dinetralkan dengan natrium hidroksida 0,1 N (mintalah sama pengawas di
laboratorium).
3) Tambahkan 25 ml air suling dan beberapa tetes indikator fenolftalein (untuk
memperjelas titik akhir karena adanya talkum, indikator fenolftalein
ditambahkan sebanyak 10 tetes)
4) Titrasi hingga warna larutan berubah dari tidak berwarna menjadi pink. Ulangi
prosedur ini 2 kali lagi.
5) Hitung kadar asam salisilat dalam sampel uji
PERHITUNGAN:
1) Pembuatan larutan titran NaOH 0,1 N sebanyak 500 ml
Mg = V × N × BE
= 500 ml × 0,1 N × 40
= 2000 mg ~ 2 g
- Menggunakan BM
400,5 mg
N =
204,23× 19,5 ml
= 010056 N ~ 0,1006 N
Pada praktikum kali ini, kami melakukan percobaan dengan judul “Penetapan
Kadar Asam Salisilat dalam Bedak dengan Metode Alkalimetri. Percobaan kali ini
dilakukan dengan tujuan, agar mahasiswa dapat membuat larutan baku natrium
hidroksida 0,1 N yang diperlukan dalam titrasi, agar mahasiswa dapat melakukan
pembakuan natrium hidroksida dengan kalium biftalat, dan agar mahasiswa dapat
melakukan penentapan kadar asam salsilat dalam sampel bedak dengan metode
alkalimetri.
Metode ini dipakai untuk menetapkan kadar asam lemah (pKa <6) yang larut
dalam air. Misalnya penetapan kadar asam asetat (pKa = 4,74). Pentiter yang dipakai
adalah NaOH 0,1 N dalam air yang sebelumnya dibakukan dengan Kalium
Hidrogenftalat. Sebagai indikator biasanya dipakai fenolftalein karena pH pada titik
ekivalen 8,7.
Alkalimetri adalah analisis yang menggunakan alkali (basa) sebagai larutan standar
dan bentuk titrasi berdasarkan reaksi netralisasi antara zat titran dan zat yang akan
dititrasi. Dalam titrasi asam basa, jumlah relatif asam dan basa yang diperlukan untuk
mencapai titik ekivalen ditentukan oleh perbandingan mol asam (H+) dan basa (OH-)
yang bereaksi.
Titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna pada larutan titer yang telah
ditambahkan indikator. Penggunaan indikator fenolftalein pada titrasi alkalimetri karena
perubahan warnanya yang jelas, karena titrasi alkalimetri yang tadinya tidak berwarna
menjadi berwarna MM (merah muda). Perubahan pada titrasi alkalimetri yang berubah
menjadi merah muda dapat dinyatakan bahwa titrasi tersebut sudah selesai. pH pada
fenolftalein adalah 8,3- 10,0.
Senyawa yang akan ditentukan kadarnya dalam percobaan ini adalah asam salisilat
yang terdapat dalam sediaan bedak. Dalam bidang dermatologi, asam salisilat telah
lama dikenal dengan khasiat utama sebagai bahan keratolitik. Kandungan asam salisilat
yang tinggi dalam sediaan kosmetik ternyata memiliki dampak bagi kesehatan
tubuh, mulai dari dampak yang ringan hingga yang berat.
Prosedur penetapan kadar dilakukan dengan melarutkan lebih dahulu sampel dalam
air dengan bantuan etanol. Penggunaan etanol netral dalam pelarutan sampel
dikarenakan sampel tidak dapat larut dengan air. Etanol yang digunakan adalah etanol
yang netral karena etanol biasa mempunyai pH yang dapat mempengaruhi sifat
keasaman dari asam salisilat dan dapat menyebabkan kadarnya tidak sesuai dengan yang
sebenarnya. Lalu digunakan indikator PP untuk memperjelas titik akhir titrasi, dan
akhirnya dititrasi dengan NaOH 0,1 N hingga larutan berubah menjadi merah muda
(pink).
Adapun mekanisme dari reaksi antara asam salisilat dengan natrium hidroksida
yaitu pada saat asam salisilat direaksikan dengan natrium hidroksida maka atom H+ pada
asam salisilat lepas sehingga pada hasil reaksi salisilat mengikat atom Na+ sehingga
menjadi Natrium salisilat dan air.
Berdasarkan data pengamatan yang ada, ternyata 300 mg sampel dapat dititrasi
dengan NaOH 0,1 N sebanyak 19,5 ml (rata – rata). Sehingga bila dilakukan
perhitungan, didapatkan kadar asam salisilat dalam 300 mg sampel bedak adalah 6,2527
mg. Sehingga dapat disimpulkan kadar asam salisilat dalam bedak adalah 2,0842%.
Indikator adalah zat yang ditambahkan untuk menunjukkan titik akhir titrasi telah
dicapai. Umumnya indikator yang digunakan adalah indikator azo dengan warna yang
spesifik pada berbagai perubahan pH. Titrasi melibatkan suatu proses penambahan
suatu larutan yang disebut titrant dari buret ke suatu flask yang berisi sampel dan
disebut analit. Pada titik tersebut, jumlah mol H 30+ yang terdapat dalam analit. (Sudjadi,
2007)
Faktor utama dalam menentukan pengukuran adalah [H+] dan [OH-] dalam larutan, baik
sebagai titrat maupun sebagai titran. Karena itulah maka dalam mempersiapkan larutan
pemeriksaan harus menggunakan air suling sebagai bahan pelarut, sebab air suling
netral. (Sudjadi, 2017)
Dalam titrasi alkalimetri, di dalam titrat asam sudah mempunyai harga pH tertentu.
Perjalanan titrasi dengan penambahan titrasi yang akan menyebabkan perubahan pH
yang pada suatu saat nanti dimana mgeqtitrat = mgeqtitran akan mempunyai pH tertentu.
Syarat- syarat reaksi pada volumetri: (Cartika, 2017)
a. Reaksi berlangsung sederhana dapat dinyatakan dengan persamaan reaksi
b. Reaksi berlangsung terus menerus dengan cepat
c. Ada perubahan fisika maupun kimia yang dapat dideteksi pada titik ekivalen, atau
dapat mengubah indikator sehingga diketahui titik akhir titrasinya.
Senyawa yang akan ditentukan kadarnya dalam percobaan ini adalah asam salisilat
yang terdapat dalam sediaan bedak. Asam salisilat telah digunakan sebagai bahan
terapi topikal sejak lebih dari 2000 tahun yang lalu. Dalam bidang dermatologi, asam
salisilat telah lama dikenal dengan khasiat utama sebagai bahan keratolitik. Kandungan
asam salisilat yang tinggi dalam sediaan kosmetik ternyata memiliki dampak bagi
kesehatan tubuh, mulai dari dampak yang ringan hingga yang berat. Pengetahuan
dan informasi akan bahaya kandungan asam salisilat yang terkandung dalam sediaan
kosmetik ini tidak sepenuhnya diketahui oleh masyarakat luas. Oleh karena itu perlu
dilakukan pengujian kadar asam salisilat dalam sediaan kosmetik, khususnya
didalam sediaan bedak. (Sudjadi, 2017)