Anda di halaman 1dari 14

HUBUNGAN STRUKTUR DAN

INTERAKSI OBAT-RESEPTOR

Tim Dosen Kimia Medisinal


Fakultas Farmasi UMI
Pendahuluan
Reseptor obat adalah suatu makromolekul
jaringan sel hidup, mengandung gugus fungsional
atau atom-atom terorganisasi , reaktif secara
kimia dan bersifat spesifik, dan dapat berinteraksi
secara reversibel dengan molekul obat yang
mengandung gugus fungsional spesifik,
menghasilkan respons biologis yang spesifik pula.

Ada beberapa teori interaksi obat-reseptor,


antara lain :
1. Teori Klasik
Langley (1878), dalam studi efek antagonis dari
atropin dan pilokarpin, memperkenalkan konsep reseptor
yang pertama kali, kemudian dikembangkan oleh Ehrlich.
Ehrlich (1907), memperkenalkan istilah reseptor dan
membuat konsep sederhana tentang interaksi obat
reseptor yaitu corpora non agunt nisi fixate atau obat
tidak dapat menimbulkan efek tampa mengikat reseptor.
Reseptor biologis timbul bila ada interaksi antara tempat
dan struktur dalam tubuh yang karakteristik atau sisi
reseptor, dengan molekul asing yang sesuai atau obat,
yang satu sama yang lainnya merupakan struktur yang
saling mengisi
2. Teori Pendudukan
Teori ini menggunakan hukum kerja massa dalam arti
kinetika enzim klasik yang digunakan untuk
menggambarkan sejarah kuantitatif interaksi antara obat-
reseptor efek sebanding dengan jumlah reseptor yang
diduduki, artinya semakin banyak reseptor yang diduduki,
semakin besar pula efek yang dihasilkan.
Clark (1926) memperkirakan bahwa satu molekul obat
akan menempati satu sisi reseptor dan obat harus
diberikan dalam jumlah yang berlebihan agar tetap efektif
selama proses pembentukan kompleks. Besarnya efek
biologis yang dihasilkan secara langsung sesuai dengan
jumlah reseptor khas yang diduduki molekul obat.
Cont…
Obat (O) akan berinteraksi dengan reseptor
(R) membentuk kompleks obat-reseptor (OR)
Proses interaksi ini dijelaskan sebagai
berikut :
k1
(O) + (R) (OR) E
k2
k1 : Kecepatan penggabungan
k2 : Kecepatan disosiasi
E : Efek biologis yang dihasilkan
3. Teori Kecepatan
Paton (1961) mengatakan bahwa efek biologis obat
setara dengan kecepatan ikatan obat-reseptor dan
bukan dari jumlah reseptor yang didudukinya.
Tipe kerja obat ditentukan oleh kecepatan
penggabungan (asosiasi) dann peruraian (disosiasi)
komplekss obat-reseptor
Asosiasi Disosiasi
O+R Kompleks O-R Respon biologis
Senyawa dikatakan agonis jika memiliki kecepatan
asosiasi (mengikat reseptor) dan disosiasi yang besar.
Senyawa dikatakan antagonis jika memiliki kecepatan
asosiasi dan disosiasi kecil.
4. Teori Kesesuaian Terimbas
Menurut Koshland (1958), ikatan enzim (E)
dengan substrat (S) dapat menginduksi
terjadinya perubahan konformasi struktur
enzim sehingga menyebabkan orientasi gugus-
gugus aktif enzim.

(E) + (S) Kompleks E-S Respon


biologis
5. Teori Gangguan Makromolekul
Menurut Belleau (1964), memperkenalkan teori
model kerja obat yang disebut teori gangguan
makromolekul. Menurut Belleau, interaksi
mikromolekul obat dengan makromolekul protein
(reseptor) dapat menyebabkan terjadinya
perubahan bentuk konformasi reseptor sebagai
berikut:
1. Gangguan konformasi spesifik (Specific
Conformational Perturbation = SCP)
2. Gangguan konformasi tidak spesifik (Non
Specific Conformational Perturbation = NSCP).
Cont…
Obat agonis adalah obat yang mempunyai
aktivitas intrinsik dan dapat mengubah struktur
reseptor menjadi bentuk SCP sehingga
menimbulkan respon biologis.

Obat antagonis adalah obat yang tidak


mempunyai aktifitas intrinsik dan dapat
mengubah struktur reseptor menjadi bentuk
NSCP sehingga menimbulkan efek pembelokan
6. Teori Pendudukan Aktivasi
Ariens dan Rodrigues de Miranda (1979),
mengemukakan teori pendudukan-aktivasi dari
model dua keadaan yaitu bahwa sebelum
berinteraksi dengan obat, reseptor berada
dalam kesetimbangan dinamik antara dua
keadaan yang berbeda fungsinya, yaitu:
1. Bentuk teraktifkan (R*) : Dapat menunjang
efek biologis
2. Bentuk istirahat (R) : Tidak dapat menunjang
efek biologis
Cont…
Agonis

R R*
Antagonis

Senyawa dikatakan agonis bila keseimbangan


menuju ke bentuk yang beraktifkan (R*).
Senyawa dikatakan antagonis bila
keseimbangan menuju kebentuk istirahat (R).
Senyawa dikatakan agonis parsial bila terjadi
bentuk R* dan R.
7. Konsep Kurir Kedua
Reseptor dari banyak hormon berhubungan
erat dengan sistem adenil siklase. Sebagai
contoh glukagon, serotonin, dan histamin telah
menunjukkan pengaruhnya terhadap kadar
siklik-AMP dalam intrasel, tergantung hambatan
atau rangsangan adenil siklase.
Bila rangsangan tersebut meningkatkan kadar
siklik-AMP, hormon dianggap sebagai kurir
pertama (first messenger), sedangkan siklik-AMP
sebagai kurir kedua (second messenger)
8. Teori Mekanisme dan Farmakofor
sebagai Dasar Rancangan Obat
Teori mekanisme dan farmakofor sebagai
dasar rancangan obat dapat diilustrasikan oleh
obat antihipertensi penghambat kompetitif enzim
pengubah angiotensin (Angiotensin-converting
enzyme = ACE). ).
Sebagai contoh kaptopril dan turunannya dapat
menghambat secara kompetititf enzim pengubah
angiotensin, sehingga mencegah perubahan
angiotensin I menjadi angiotensin II, senyawa
yang dapat menimbulkan efek peningkatan
tekanan darah.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai