Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

BARRIER-BARRIER BIOLOGIS UNTUK PENGANTARAN OBAT


( Disusun untuk Memenuhi Tugas Sistem Pengantar Obat )
Dosen Pengampu: Apt. Aisa Dinda Mitra, M.Farm

Disusun Oleh:

Kelompok 6

1. Andef Prayoga
2. Juliantika Maharani
3. Nanda Ervia Saniyah
4. Nurhafni Hafizah
5. Rahma Desi Yanti

PROGRAM FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HI JAMBI
SEMESTER GANJIL 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penyusun ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penyusun dapat
menyelesaikan tugas Makalah tepat pada waktunya.

Penyusun mengucapkan terima kasih kepada Ibu Apt. Aisa Dinda Mitra, M.Farm
selaku dosen pengampu mata kuliah sistem pengantar obat yang merupakan mata kuliah
umum diselenggarakan di Program Studi Farmasi , STIKES HI Jambi. Didalamnya
membahas mengenai “ Barrier-Barrier Biologis Untuk Pengantaran Obat ”.

Karena sifatnya membantu, maka seyogyanya mahasiswa/i yang lain dapat


melengkapi makalah ini dengan literatur maupun materi yang lain sehingga akan
membantu dan memahami materi yang sebelumnya telah disajikan. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun sangat penyusun nantikan. Semoga pembuatan
makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi.

Jambi, 30 September 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR ........................................................................................... i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1


A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan Makalah ..................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................... 3
A. Barrier-Barrier untuk Poses Absorpsi Obat ............................................ 3
B. Mekanisme Absorpsi Obat ..................................................................... 5
C. Macam-Macam proses Transport Obat: Transeluler & Paraseluler ......... 7
D. Upaya Peningkatan Absorbs Lewat Rute Transeluler dan Paraseluler .... 8

BAB III PENUTUP ................................................................................................ 12


A. Simpulan ............................................................................................... 12
B. Saran ..................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Farmakognosi adalah cabang ilmu farmakologi yang memelajari sifat-sifat


tumbuhan dan bahan lain yang merupakan sumber obat. Farmakoterapi adalah cabang
ilmu yang berhubungan dengan penggunaan obat dalam pencegahan dan pengobatan
penyakit. Dalam farmakoterapi ini dipelajari aspek farmakokinetik dan farmakodinamik
suatu obat yang dimanfaatkan untuk mengobati penyakit tertentu.

Farmakologi terbagi menjadi 2 subdisiplin, yaitu:1.farmakokinetik ialah apa yang


dialami obat yang diberikan pada suatu makhluk hidup, yaitu absorbsi (A), distribusi (D),
metabolisme atau biotransformasi (M), dan ekskresi (E); 2.farmakodinamik merupakan
pengaruh obat terhadap sel hidup, organ atau makhluk hidup.

Dalam praktik terapetik obat harus dapat mencapai tempat kerja yang diinginkan.
Dalam beberapa hal obat dapat diberikan langsung pada tempat kerjanya, seperti
pemberian topikal obat anti inflamasi pada kulit atau membrane mukosa yang meradang,
atau obat harus di Absorpsi dari tempat pemberiannya ke dalam darah dan
didistribusikanke tempat bekerjanya, dan akhirnya setelah memberikan efek obat harus
dikeluarkan dengan kecepatan tertentu dengan cara inaktivasi metabolik (Metabolisme),
Ekskresi atau keduanya. Demikianlah pada makalah ini penulis akan memaparkan
pemahaman pada pembaca khususnya proses absorbsi, macam transport dan upaya
meningkatkannya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka penyusun


merumuskan beberapa masalah yang akan menjadi pembahasan pada makalah ini, yaitu:

1. Apa itu barrier-barrier untuk proses absopsi obat: Mucus, Membrane Hidrofobik,
Cell Junction, barrier bio-kimia dan System efulks ?

1
2. Bagaimana Mekanisme Absorpsi Obat ?
3. Apa saja macam-macam proses Transport / Absorbs Obat: Transeluler &
Paraseluler ?
4. Apa Upaya Peningkatan Absorbs Melalui Rute Transeluler dan Paraseluler ?

C. Tujuan Penulisan Makalah

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui dan memahami barrier-barrier untuk proses absopsi obat:


Mucus, Membrane Hidrofobik, Cell Junction, barrier bio-kimia dan System
efulks
2. Untuk mengetahui Mekanisme Absorpsi Obat
3. Untuk mengetahui macam-macam proses Transport / Absorbs Obat: Transeluler
& Paraseluler
4. Untuk mengetahui Upaya Peningkatan Absorbs Melalui Rute Transeluler dan
Paraseluler

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Barrir Epithelial Untuk Proses Absorbsi Obat: Mucus, Membrane Hidrofobik,


Cell Junction, Barrier Bio-Kimia & System Efulks

Absorpsi obat adalah proses senyawa obat dipindahkan dari tempat absorpsinya ke
sirkulasi sistemik. Proses ini tergantung pada tempat absorpsi itu sendiri, sirkulasi darah
di tempat absorpsi dan sifat fisikokimia ovat. Proses absorpsi obat terjadi di tempat
pemberian obat, secara lokal misalnya dalam lambung (obat antasida penetral asam
lambung), dalam kulit (sediaan topikal), di dinding pembuluh darah kapiler di sekitar
anus (obat wasir) atau secara sistemik yakni di lambung atau usus (jika obat diberikan
secara oral)

Sel epitel adalah sel yang berasal dari permukaan tubuh, seperti kulit, pembuluh
darah, saluran kemih, dan organ tubuh lainnya. Sel ini berperan sebagai penghalang
antara bagian dalam dan luar tubuh, sehingga dapat melindungi bagian dalam tubuh dari
virus.

Suatu senyawa obat harus memiliki sifat-sifat fisikokimia yang optimal agar dapat
mengatasi berbagai sawar biologis yang harus dilintasinya dan mencapai jaringan
sasarannya dengan selamat. Sawar-sawar biologis yang merintangi atau dapat menjadi
masalah dalam penghantaran obat dibedakan menjadi sawar fisik dan sawar
metabolisme.

Yang dimaksud dengan sawar fisik adalah jaringan atau lapisan sel yang
menghambat transpor molekul obat untuk melintasinya. Penghantaran obat dari saluran
pencernaan ke dalam darah misalnya harus melintasi sawar fisik berupa lapisan sel epitel
yang terdapat di dinding usus dan lapisan sel endotel yang ada pada dinding pembuluh
darah.

Sel-sel yang membentuk sawar-sawar fisik umumnya merupakan sel-sel epitel atau
endotel. Lapisan sel epitel merupakan jaringan yang melapisi permukaan tubuh, organ
tubuh atau permukaan luar saluran tubuh. Jaringan epitel dapat tersusun oleh selapis atau
lebih dari satu lapis sel-sel epitel. Sel epitel dinding usus misalnya, tersusun oleh satu
lapisan sel-sel epitel, sedangkan jaringan epitel kulit terdiri dari beberapa lapis sel. Sel
endotel merupakan salah satu bentuk khusus dari sel epitel. Sel endotel melapisi seluruh
permukaan dalam dari dinding pembuluh darah.

3
Konstruksi membran sel yang bersifat hidrofobik dan adanya junction antar sel
yang mempersempit ruang antar sel yang bersifat hidrofilik merupakan sawar fisik yang
membatasi penghantaran obat dari satu rongga tubuh ke rongga tubuh yang lain atau dari
rongga ke jaringan atau sebaliknya. Obat-obat yang bersifat hidrofilik tidak dapat
melintasi membran sel yang bersifat hidrofobik, kecuali memiliki sistem transportasi
yang sesuai, demikian pula penghantarannya melalui jalur paraseluler juga terbatas
karena walaupun jalur paraseluler bersifat hidrofilik tetapi diameternya sangat kecil
sehingga hanya molekul-molekul berukuran kecil saja yang dapat melintasinya.

Membran Sel

Membran sel-sel epitelium, sebagaimana membran sel lain, tersusun oleh dua
lapisan lipid yang membuatnya bersifat sangat hidrofobik. Hanya zat-zat yang berukuran
kecil dan bersifat hidrofobik yang dapat melalui dua lapis lipid tersebut secara difusi
pasif. Zat-zat lain tidak dapat melintasinya, kecuali memiliki protein transporter yang
khas untuknya di membran sel. Protein-protein ini terbenam di dalam membran sebagai
protein transmembran. Di samping protein-protein transmembran, di membran sel juga
terdapat protein-protein permukaan atau disebut juga protein perifer. Protein-protein
perifer umumnya bukan merupakan transporter, tetapi merupakan protein-protein
pemberi signal atau marker dari sel.

Transpor melintasi membran sel dapat berlangsung dengan berbagai mekanisme,


yaitu secara difusi sederhana, difusi terfasilitasi, dan transpor aktif dengan bantuan
berbagai protein transporter di membran sel. Di samping itu transpor transmembran juga
dapat berlangsung dengan dengan mekanisme khusus yang disebut endositosis.

Difusi sederhana ion atau molekul melintasi membran plasma berlangsung tanpa
bantuan molekul transpor (transporter), hanya didorong oleh adanya gradien konsentrasi
molekul di dalam dan di luar sel. Difusi terfasilitasi dan transpor aktif merupakan
mekanisme transpor yang berlangsung dengan bantuan protein-protein spesifik yang
berada pada membran plasma. Perbedaannya, pada difusi terfasilitasi transpor
berlangsung tanpa memerlukan energi dan molekul bergerak sesuai dengan gradient
konsentrasi, yaitu dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Pada transpor aktif
molekul atau ion bergerak melawan gradien konsentrasi, jadi dari kompartemen
berkonsentrasi rendah ke kompartemen berkonsentrasi tinggi, serta memerlukan energi
sebagai pendorong. Di samping itu juga dikenal transpor transmembran yang
dimodifikasi oleh pompa efluks, yang menyebabkan senyawa-senyawa tertentu
dikeluarkan kembali dari sitoplasma ke lingkungan ekstraseluler. Pompa efluks juga
dikenal sebagai pompa “multi drug resistance” (MDR) yang terdapat pada sel-sel tumor.

Junction antar sel

Junction antar sel merupakan salah satu faktor yang membentuk sawar biologis.
Junction antar sel ini merupakan faktor pembatas utama dari transpor paraseluler. Selain

4
pada sel-sel epitel, junction antar sel juga ditemukan pada sel-sel endotel yang
menyusun sawar darah otak.

Kompleks junction interselular tersusun oleh 3 zona utama yang terletak sangat
berdekatan satu sama lain bahkan kadang-kadang hampir tak dapat ditentukan batasnya,
yaitu zonula okluden (zonula occludens atau tight junction), zonula adheren (zonula
adherens atau intermediate junction) dan makula adheren (macula adherens atau
desmosom). Junction ketat atau zonula okluden adalah komponen junction antar sel
yang berada paling dekat dengan bagian apikal dari sel-sel epitel, desmosom terletak
pada bagian yang paling dekat dengan bagian basolateral, sedangkan zonula adheren
terletak diantara zonula okluden dan desmosom. Itu sebabnya zonula adheren sering
juga disebut junction intermediet.

B. Mekanisme Absorbsi Obat

Absorbsi merupakan proses masuknya obat dari tempat pemberian ke dalam darah.
Tempat pemberian obat adalah oral, kulit, paru, otot, dan lain-lain. Tempat pemberian
obat yang utama adalah per oral, karena mempunyai tempat absorbsi yang sangat luas
pada usus halus, yakni 200 m2.

Mekanisme Absorbsi Obat, secara sederhana seperti berikut :

 Kebanyakan obat diabsorbsi menuju sirkulasi sistemik dengan difusi pasif


 Mekanisme lainnya termasuk transpor aktif, difusi terfasilitasi, dan
pinositosis/fagositosis.

Proses absorbsi obat melewati membran sel terbagi menjadi enam macam, yaitu:

a. Difusi Pasif

Absorbsi sebagian besar obat secara difusi pasif. Maka sebagai barier absorbsi
adalah membran sel epitel saluran cerna yang seperti halnya semua membran sel tubuh
kita merupakan lipid bilayer. Dengan demikian, agar dapat melintasi membran sel
tersebut, molekul obat harus mempunyai kelarutan dalam lemak (setelah larut terlebih
dahulu dalam air). Kecepatan difusi berbanding lurus dengan derajat kelarutan lemak
molekul obat (selain kadar obat lintas membran yang merupakan driving force proses
difusi, dan dengan luasnya area permukaan membran tempat difusi). Pemberian obat
sublingual hanya untuk obat yang sangat larut dalam lemak karena luas permukaan
absorpsinya kecil, sehingga obat harus melarut dan diabsorpsi dengan sangat cepat,
misalnya nitrogliserin.Kebanyakan obat merupakan elektrolit lemah, yaitu asam lemah
atau basa lemah. Dalam air elektrolit lemah ini akan terionisasi menjadi bentuk ionnya.
Derajat ionisasi obat bergantung pada konstanta ionisasi obat (pKa) dan pada pH larutan

5
di mana obat berada. Pada difusi pasif hanya bentuk nonion (NI) yang mempunyai
kelarutan lemak yang dapat berdifusi, sedangkan bentuk ion (I) tidak dapat berdifusi
karena tidak mempunyai kelarutan lemak.

Untuk asam lemah, pH tinggi (usus) akan meningkatkan ionisasinya dan


mengurangi bentuk nonionnya, hal sebaliknya berlaku untuk basa lemah. Oleh karena
bentuk nonion dan bentuk ion berada dalam kesetimbangan, maka setelah bentuk nonion
diabsorbsi kesetimbangan akan bergeser ke arah bentuk nonion sehingga absorbsi akan
berjalan terus sampai habis.

b.Transport Aktif

Transport aktif merupakan transport yang difasilitasi oleh pembawa. Karakteristik


dari transport aktif adalah pemindahan obat melawan gradien konsentrasinya di mana
obat dengan dari tempat dengan konsentrasi rendah dibawa ke daerah dengan
konsentrasi tinggi, oleh karena itu diperlukan energi untuk transport aktif. Transport
aktif membutuhkan carrier yang mengikat obat, membawanya melintasi membran dan
melepaskannya disisi lainnya. Molekul pembawa sangat selektif terhadap molekul obat
tertentu. Misalnya, transport aktif iodida dari darah ke koloid kelenjar tiroid.

c. Difusi Difasilitasi

Difusi difasilitasi merupakan transport yang difasilitasi oleh pembawa.


Perbedaannya dengan transport aktif adalah obat bergerak melalui gradien konsentrasi
(dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah) sehingga tidak memerlukan energi.

d.Transport Vesikular

Transport vesikular adalah proses penelanan partikel atau zat terlarut oleh sel.
Pinositosis dan fagositosis adalah bentuk dari transport vesikuler. Selama pinositosis
atau fagositosis membran sel mengelilingi material dan menelannya dan melepaskan
disisi lainnya. Transport vesikular digunakan untuk absorbsi vaksin volio dan protein
berukuran besar.

e. Pore Transport

Molekul yang sangat kecil, seperti urea, air, dan gula dapat dengan cepat
menembus membran bila membran memiliki pori-pori.

f. Pembentukan Ion Pair

Obat yang bersifat elektrolit kuat atau molekul yang terionisasi kuat, seperti amin
kuartener yang dapat mempertahankan muatannya dalam semua pH fisiologis, dapat
menembus membran dengan membentuk ikatan dengan molekul dengan muatan yang
berlawanan sehingga muatan keseluruhan netral. Kompleks netral ini berdifusi dengan

6
lebih mudah melewati membran. Contoh propranolol yang membentuk pasangan ion
dengan asam oleat.

C. Macam-Macam Proses Transport/Absrobsi Obat: Transeluler dan Paraseluler

Penembusan barier fisiologis Dalam perjalanannya di tubuh obat harus menembus


beberapa jenis barier. Barier ini dapat berupa lapisan tunggal sel (ex:epitel intestinal)
atau beberapa lapis sel (ex: kulit), atau membran sel itu sendiri (untuk mencapai reseptor
intraseluler). Obat dapat melintasi barier dgn menembus sel (transeluler) atau melewati
celah di antara sel (paraseluler) paraseluler transeluler.

Transport obat transeluler Untuk menembus sel atau mencapai bagian dalam sel,
obat harus melewati membran sel. Membran sel (membran plasma) merupakan lipid
bilayer yg mengandung lapisan lipid juga karbohidrat dan protein.

Membran sel merupakan lapisan ganda (bilayer) Phospholipids Terdiri dari: lapisan
lipid protein mukopolisakarida Fatty acid Fosfolipid bilayer polar hydrophilic heads
nonpolar hydrophobic tails polar hydrophilic heads.

Komponen membran sel Lapisan lipid bimolekul : Tebal ± 35 Å Mengandung


kolesterol netral, fosfolipid terionkan (fosfat dietanolamin, fosfatidilkolin, fosfatidilserin,
dan spingomielin) Terdiri dari dua bagian utama yakni polar (gugus fosfat) dan non
polar (rantai hidrokarbon) Protein Bentuk bervariasi, ukuran besar (BM ± 300.000)

Komponen membran sel Karbohidrat membran (mukopolisakarida) Berperan


dalam pengenalan sel kemampuan sel untuk membedakan sel yang satu dengan sel
lainnya. (Antigen) Penting pada perkembangan jaringan dan organ. Dasar pada
penolakan sel asing oleh sistem imun

Pada tahun 1972, S.J. Singer & G. Nicolson mengusulkan model membran sel
bahwa protein membran tersisip pada lapis bilayer fosfolipid disebut dengan model
mosaik fluida.

Membran sel terdiri dari protein dan molekul lain yang tertanam yang tertanam
dalam matrik fluida bilayer lipid FLUID- karena phospholipid dan protein dapat
bergerak bebas dalam lapisan seakan-akan cairan. MOSAIC- karena pola yang
dihasilkan oleh protein tersebar saat membran dilihat dari atas.

Glycoprotein Extracellular fluid Glycolipid Phospholipids Peripheral protein


Cholesterol Cytoplasm Transmembrane proteins Filaments of cytoskeleton

Membrane proteins Peripheral proteins Terikat secara longgar pada permukaan


membran Dapat merupakan cell surface identity marker (antigens) Integral proteins
Berpenetrasi pada bilayer lipid Transmembrane protein Transport protein channels,
pompa io

7
Protein peripheral Protein integral

Transpor seluler Passive transport tidak memerlukan energi untuk memindahkan partikel.
Difusi Osmosis Difusi terfasilitasi Active transport memerlukan energi untuk
mentranspor partikel. Pompa ion

Transport Transeluler

Difusi pasif Merupakan proses dimana molekul secara spontan berdifusi dari
daerah berkonsentrasi tinggi ke daerah dgn konsentrasi lebih rendah. Obat larut lemak
dapat berdifusi dgn mudah & melewati membran sel secara difusi pasif. Molekul polar
dan senyawa terion, hanya terpartisi sebagian ke dalam asam/basa lemah shg tidak
mudah berdifusi menembus membran. Molekul besar (protein dan obat terikat protein)
juga tidak dapat berdifusi menembus membran.

Difusi pasif Laju Difusi transmembran ditentukan oleh: Koefisien partisi lemak/air
(P) Gradien konsentrasi (C out -C in ) Sifat membran, seperti luas area (A) Koefisien
difusi (D) Ketebalan membran (h) Hukum Fick: Laju difusi = DAP (C out -C in ).

Transport termediasi Transport yg melibatkan molekul pembawa, suatu protein


transmembran yg mengikat molekul dan melepaskannya di dalam atau di luar membran.
Dapat bersifat pasif (tanpa energi, difusi terfasilitasi) & mengikuti gradien konsentrasi.
Ex: transport vit B12 melewati membran intestinal. Dapat menggunakan energi ATP
untuk memompa molekul melawan gradien konsentrasi (transport aktif).

Transport vesicular (Makromolekul) Membran sel membentuk lubang kecil yg


secara bertahap membungkus partikel atau makromolekul, kemudian menembus sel
dalam bentuk vesicle Endositosis (memasukkan makromolekul ke dalam sel),
eksositosis (mengeluarkan makromolekul dari sel) dan transitosis (membawa
makromolekul menembus sel). Ex: proses absorpsi oral vaksin polio.

Transport obat paraseluler Obat dapat melewati lapisan sel melalui celah antar sel
(cell junction) ditentukan oleh gradien konsentrasi atau gradien tekanan hidrostatik.
Ukuran dan karakteristik cell junction sangat bervariasi. Ex: endotelium kapiler
glomerulus sangat kaya pori shg sangat permeabel & memungkinkan filtrasi air & solut.
Sedangkan sel endotel otak sangat rapat, membatasi transport paraseluler.

D. Upaya Peningkatan Absorbs Melalui Rute Transeluler & Paraseluler

Penetrasi obat ke dalam kulit dapat melalui rute transepidermal (trans-selular dan
paraselular) dan rute trans appendegeal.

Kemampuan penetrasi sediaan obat transdermal dipengaruhi oleh sifat fisik-kimia


dari obat serta formulasi sediaannya. Faktor fisik-kimia yang harus diperhatikan dari zat

8
aktif obat adalah koefisien partisi, ukuran molekul, kelarutan, titik leleh, kemampuan
ionisasi, serta koefisien difusi. Formulasi sediaan obat dapat menambah kemampuan
penetrasi obat transdermal melalui penambahan enhancer kimia atau menggunakan
teknologi enhancer fisik. Enhancer kimia dikategorikan berdasarkan struktur kimianya,
antara lain: air, alkohol, amida, ester, eter alkohol, pirolidon, hidrokarbon, sulfoksida,
surfaktan, terpen, fosfolipid, vesikel.

Sedangkan metode enhancer fisik yang dapat dilakukan seperti Iontoforesis,


Elektroporasi, Magnetoforesis, Sonoforesis, Fotomekanik, Radiofrekuensi, Termoforesis,
Microneedle, dan Jet Injektor. Dapat pula dilakukan kombinasi antar enhancer kima dan
enhancer fisik untuk menambah kemampuan penetrasi obat transdermal ke dalam kulit
sehingga efek yang dihasilkan juga meningkat.

Enhancer Kimia

Enhancer kimia memiliki keuntungan dari metode fisik karena lebih mudah
diformulasi, mudah diaplikasikan, tidak memerlukan alat yang rumit, serta dapat
digunakan sendiri oleh pasien. Enhancer kimia tidak hanya untuk meningkatkan
penetrasi obat, tetapi juga dapat meningkatkan kelarutan obat, memberikan estetika,
berperan sebagai pengemulsi, pengawet dan pengisi.

Beberapa enhancer kimia sebagai berikut:

1. Air
Air merupakan enhancer penetrasi alami. Hidrasi stratum korneum merupakan
parameter penting untuk meningkatkan penetrasi obat karena meningkatkan fluks
transdermal dari berbagai obat.

2. Alkohol
Alkohol biasanya digunakan sebagai vesikel, pelarut, atau enhancer penetrasi.
Alkohol dapat meningkatkan penetrasi kulit dengan berbagai mekanisme, seperti
ekstraksi lipid dan protein, swelling dari stratum korneum, meningkatkan partisi
obat ke dalam kulit atau meningkatkan kelarutan obat.

3. Amida
Amida siklik dan asiklik dapat berperan untuk meningkatkan penetrasi obat.
Amida biasanya digunakan sebagai pelarut atau meningkatkan partisi obat pada
kulit.

4. Ester
Ester dapat meningkatkan permeasi berberapa obat ke dalam kulit. Isopropil
miristat paling banyak digunakan sebagai enhancer kimia dan beberapa ester

9
asam lemak. Mekanisme kerja ester umumnya dengan membentuk partisi dalam
order lipid stratum korneum.

5. Ester Alkohol
Eter alkohol yang banyak digunakan adalah Transcutol. Transcutol merupakan
enhancer kimia hidrofilik yang memiliki kelarutan yang sama dengan kulit.
Mekanisme utamanya adalah meningkatkan partisi obat ke dalam kulit sehingga
kelarutan dari Transcutol mendekati kelarutan kulit. Hal ini menyebabkan obat
dapat permeasi dan terakumulasi di dalam kulit.

6. Pirolidon
Mekanismenya pada konsentrasi rendah adalah dengan cara berpartisi ke dalam
korneosit melalui rute trans-selular dan pada konsentrasi tinggi berpartisi melalui
rute paraselular. Pirolidon dapat melonggarkan kemasan lipid bilayer yang rapat
sertamenginduksi fluiditas lipid. Apabila pirolidon hidrofilik dan hidrofobik
(NMP) bekerja pada daerah lipofilik maka pirolidon hidrofobik dapat
menyebabkan eritema, iritasi kulit, ketebalan pada kulit.

7. Hidrokarbon
Beberapa hidrokarbon seperti alkana, alkena, squalene, dan mineral oil
digunakan sebagai vesikel untuk meningkatkan penetrasi obat ke dalam kulit.
Mekanisme kerja hidrokarbon adalah dengan cara membentuk partisi ke dalam
stratum korneum dan merusak struktur lipid bilayer.

8. Sulfuksida
Dimetil sulfoksida (DMSO) adalah senyawa kimia yang dipelajari sebagai
enhancer permeasi. Biasanya digunakan sebagai pelarut untuk meningkatkan
partisi obat ke dalam kulit.

9. Surfaktan
Surfaktan biasanya digunakan bersama dengan vesikel atau sistem pelarut.
Aktivitasnya tergantung dari keseimbangan hidrofilik dan lipofilik, muatan, serta
panjang ekor lipid.

10. Terpen
Terpen merupakan pilihan yang banyak digunakan sebagai enhancer permeasi
pada penghantaran obat transdermal karena bersifat alami sehingga aman
digunakan. Terpen banyak ditemukan pada essensial oil.

10
11. Fosfolipid
fosfolipid dapat menembus lipid bilayer dari stratum korneum sehingga
meningkatkan partisi dari obat yang terenkapsulasi.

12. Vesikel
Vesikel adalah partikel koloid dalam bentuk bilayer dari molekul
amfifilik/surfaktan yang berperan sebagai pembawa obat sehingga dapat
membantu meningkatkan penetrasi obat. Komposisi vesikel mempengaruhi
karakteristik fisikkimianya, seperti ukuran, muatan, fase termodinamika,
lamellaritas, serta elastisitas bilayer. Karakteristik fisik-kimia ini akan
mempengaruhi efektivitas vesikel dalam meningkatkan penetrasi obat
transdermal.

Encaher Fisik

Ada beberapa metode encaher fisik, diantaranya :

1. Iontoforesis
2. Elektroporasi
3. Magnetoforesis
4. Sonoforesis
5. Fotomekanik
6. Radiofrekuensi
7. Termoforesis
8. Microneedle

11
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan

Absorpsi obat adalah proses senyawa obat dipindahkan dari tempat absorpsinya ke
sirkulasi sistemik. Proses ini tergantung pada tempat absorpsi itu sendiri, sirkulasi darah
di tempat absorpsi dan sifat fisikokimia ovat. Senyawa obat harus memiliki sifat-sifat
fisikokimia yang optimal agar dapat mengatasi berbagai sawar biologis yang harus
dilintasinya.

Mekanisme Absorbsi Obat, secara sederhana seperti berikut : Kebanyakan obat


diabsorbsi menuju sirkulasi sistemik dengan difusi pasif & Mekanisme lainnya termasuk
transpor aktif, difusi terfasilitasi, dan pinositosis/fagositosis. Proses absorbsi obat
melewati membran sel terbagi menjadi empat macam, yaitu difusi pasif, transport aktif,
difusi fasilitisasi, transport vesikuler, pore transport, dan pembentukan ion pair

Kemampuan penetrasi sediaan obat transdermal dipengaruhi oleh sifat fisik-kimia


dari obat serta formulasi sediaannya. Faktor fisik-kimia yang harus diperhatikan dari zat
aktif obat adalah koefisien partisi, ukuran molekul, kelarutan, titik leleh, kemampuan
ionisasi, serta koefisien difusi. Formulasi sediaan obat dapat menambah kemampuan
penetrasi obat transdermal melalui penambahan enhancer kimia atau menggunakan
teknologi enhancer fisik.

B. Saran

Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini


akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki.
Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis. Oleh karena itu kritik dan
saran yang membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan sebagai bahan
evaluasi untuk kedepannya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Gunawan, Gan Sulistia. 2009. Farmakologi dan Terapi edisi 5. Jakarta: Departemen
Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Ganiswara GS, dkk. 2007. Farmakologi dan Terapi. ed 5. Jakarta: Bagian Farmakologi
Kedokteran UI.
Sinaga, Ernawati. 2013. Strategi Meningkatkan Penghantaran Obat di Dalam Tubuh.
Jakarta: UNAS Press.
Katzung, B.G. Farmakologi Dasar dan Klinik, Edisi ke tiga. Jakarta: Penerbit EGC
Woro, Sujati. 2016. FARMAKOLOGI. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan.
Noviani, Nita, dkk. 2017. FARMAKOLOGI. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan.

http://id.strephonsays.com/paracellular-and-vs-transcellular-diffusion-6366
http://m.merdeka.com/jatim/fungsi-jaringan-epitel-beserta-jenis-dan-strukturnya-
berikut-penjelasan-lengkapnya-kln.html
http://id.m.wikipedia.org/wiki/Absorpsi_(kimia)

13

Anda mungkin juga menyukai