Anda di halaman 1dari 33

Pokok Bahasan 6

RUTE PEMBERIAN
OBAT

Indah Purwaningsih, M.Farm, Apt


1
PENDAHULUAN
 Obat dapat diberikan melalui beberapa rute. Pemilihan rute
penggunaan obat tergantung pada tujuan terapi, sifat obat yang
digunakan dan kondisi penderita.

 Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan rute pemberian :


1. Tujuan terapi : lokal atau sistemik.
2. Kerja obat : cepat atau lambat.
3. Stabilitas obat : dalam lambung atau usus.
4. Keamanan relatif
5. Rute yang tepat dan menyenangkan bagi penderita dan
dokter
6. Kemampuan penderita menelan obat melalui mulut

2
Rute Pemberian Obat
1. Oral (p.o.) 8. Intraperitoneal (i.p.)

2. Sublingual 9. Intranasal

3. Bukal 10. Inhalasi

4. Rektal 11. Intratekal

5. Subkutan (s.c.) 12. Topikal

6. Intravaskular (i.v.) 13. Transdermal

7. Intramuskular (i.m.)

3
Oral
 Obat yang cara penggunaannya masuk melalui mulut, obat
ditelan dan di absorpsi di lambung atau usus halus.
 Keuntungannya : relatif aman, praktis, ekonomis, tidak perlu
steril.
 Kerugiannya :
- timbul efek lambat
- tidak bermanfaat untuk pasien yang sering muntah, diare,
tidak sadar, tidak kooperatif
- untuk obat iritatif dan rasa tidak enak penggunaannya
terbatas
- obat yang inaktif/terurai oleh cairan lambung/ usus tidak
bermanfaat (penisilin G, insulin)
- absorpsi obat tidak teratur.
4
Sublingual

 Cara penggunaannya, obat ditaruh dibawah lidah. “Obat tidak


boleh di telan dan tidak boleh minum sampai seluruh obat larut!!!”
 Tujuannya supaya efeknya lebih cepat karena adanya pembuluh
darah bawah lidah menyebabkan obat secara langsung masuk
kedalam sirkulasi sistemik.
 Keuntungan cara ini : mudah, tidak perlu steril, efek obat cepat
serta kerusakan obat di saluran cerna dan metabolisme di dinding
usus dan hati dapat dihindari (tidak lewat vena porta).
 Kerugian : dapat terjadi iritasi dimulut, hanya bermanfaat untuk
obat yang sangat larut lemak, pasien harus sadar.
5
BUKAL

 Cara penggunaannya, obat diletakkan diantara pipi dengan


gusi sampai obat larut dan obat di absorpsi menembus
membran. “Pasien harus diajarkan untuk menempatkan dosis
obat secara bergantian di pipi kanan dan kiri supaya mukosa
tidak iritasi, diperingatkan untuk tidak mengunyah atau
menelan obat atau minum air bersama obat”.
 Keuntungan : tidak sukar, tidak perlu steril, efeknya cepat
serta menghindari kerusakan obat di saluran cerna dan hepar.
 Kerugian : dapat terjadi iritasi dimulut, hanya bermanfaat
untuk obat yang sangat larut lemak, pasien harus sadar.
 6
Rektal
 Cara penggunaannya melalui dubur atau anus.
 50% aliran darah dari bagian rektum memintas sirkulasi
portal sehingga metabolisme obat oleh hati dikurangi.
 Rute sublingual dan rektal mempunyai keuntungan
tambahan, yaitu mencegah penghancuran obat oleh
enzim usus atau pH rendah didalam lambung.
 Rute rektal juga berguna jika obat menginduksi muntah
ketika diberikan secara oral atau jika penderita sedang
muntah-muntah, koma, sulit menelan.
 Kerugian : kurang praktis/kurang menyenangkan.

7
Cara penggunaan Suppositoria :
 Cuci kedua tangan sampai bersih dengan air dan sabun
 Sebelum dikeluarkan dari wadah, jika suppositoria terasa
melunak, simpan di kulkas atau rendam dalam air dingin
selama beberapa saat untuk mengeraskannya kembali
 Buka wadah pembungkus suppositoria
 Jika diminta untuk menggunakan hanya setengahnya, maka
potong di bagian tengah dengan rata menggunakan pisau
yang tajam
 Bagian ujung suppositoria dilumasi dengan lubrikan larut air
supaya licin, jika tidak ada bisa ditetesi sedikit dengan air
kran/air dingin

8
 Atur posisi tubuh berbaring menyamping dengan kaki
bagian bawah diluruskan sementara kaki bagian atas
ditekuk ke arah perut.

 Angkat bagian atas dubur untuk menjangkau ke daerah


rektal

9
 Masukkan suppositoria, ditekan dan ditahan dengan jari
telunjuk, sampai betul-betul masuk ke bagian otot
sfinkter rektum (sekitar ½ – 1 inci dari lubang dubur). Jika
tidak dimasukkan sampai ke bagian otot sfinkter,
suppositoria ini akan terdorong keluar lagi dari lubang
dubur.

10
 Tahan posisi tubuh tetap berbaring menyamping dengan
kedua kaki menutup selama kurang lebih 5 menit untuk
menghindari suppositoria terdorong keluar.

 Buang wadah suppositoria yang sudah terpakai dan


kembali cuci kedua tangan sampai bersih.
 Usahakan untuk tidak melakukan buang air besar selama 1
jam.

11
Parenteral
 Digunakan tanpa melalui
mulut, atau dapat dikatakan
obat dimasukkan ke dalam
tubuh tanpa melalui saluran
cerna.
 Tujuannya tanpa melalui
saluran pencernaan dan
langsung ke pembuluh darah.
 Terdiri dari:
1. Intravaskular (i.v)
2. Intramuskular (i.m)
3. Subkutaneus (s.c)
12
 Pemberian parenteral digunakan :
1. Untuk obat yang absorpsinya buruk melalui saluran cerna
dan untuk obat seperti insulin yang tidak stabil didalam
saluran cerna.
2. Untuk pengobatan pasien yang tidak sadar, sering muntah,
susah menelan/pasien yang tidak kooperatif, dan dalam
keadaan yang memerlukan kerja obat yang cepat.
3. Menghindari kerusakan obat di saluran cerna dan hati serta
dosis ekonomis.
4. Efek timbul lebih cepat dan memberikan kontrol paling baik
terhadap dosis obat yang sesungguhnya yang dimasukkan
dalam tubuh.

 Kelemahannya yaitu dibutuhkan kondisi asepsis/steril, kurang


aman, tidak ekonomis, tidak disukai pasien, memberikan rasa
nyeri, berbahaya dan membutuhkan tenaga medis.
13
Intravaskular

 Suntikan langsung kedalam pembuluh darah vena waktu cepat


sehingga obat langsung masuk dalam sistem sirkulasi darah.
 Jenis pemberian parenteral yang paling sering.
 Keuntungan :
- Obat tidak melewati metabolisme lintas pertama, sehingga
bioavailabilitas 100%, efek cepat, dosis paling terkontrol.
 Kerugian :
- Sakit, bila sudah diberikan tidak bisa ditarik kembali, perlu
prosedur steril, risiko kontaminasi  memasukkan bakteri, efek
samping dapat sangat berbahaya .

14
Intramuskular

 Suntikan kedalam otot, berdifusi dari tempat suntikan kepembuluh


darah.
 Lokasi penyuntikan dapat pada daerah paha, pantat atau lengan atas,
daerah ini digunakan dalam penyuntikan dikarenakan massa otot yang
besar, vaskularisasi yang baik dan jauh dari syaraf.
 Obat yang diberikan dengan cara ini akan diabsorpsi relatif kurang
cepat. Daya kelarutan obat dalam air sangat menentukan kecepatan
dan kelengkapan absorpsi. Obat yang sukar larut dalam air dapat
mengendap di tempat suntikan, sehingga absorpsinya berjalan lambat,
tidak lengkap dan tidak teratur.
 Keuntungan : Reaksi cukup cepat dan bertahan lebih lama.
 Kerugian : Sakit, perlu prosedur steril, dapat terjadi iritasi lokal
ditempat injeksi.
15
Subkutan

 Suntikan kedalam jaringan subkutan (area bawah kulit).


 Pada pemakaian injeksi subkutan untuk jangka waktu yang
lama,maka injeksi perlu direncanakan untuk diberikan secara rotasi
pada area yang berbeda.
 Keuntungan :
- Kerja lebih lambat daripada i.v sehingga meminimalisir efek
samping berbahaya.
 Kerugian :
- Sakit, perlu prosedur steril, dapat terjadi iritasi lokal ditempat
injeksi, hanya boleh dilakukan untuk obat yang tidak iritatif
terhadap jaringan.
16
17
Intra Peritoneal

 Suntikan cara ini tidak lazim dilakukan pada manusia,


tetapi sering dilakukan pada hewan laboratorium terutama
mencit dan tikus.
 Obat yang disuntikkan dalam rongga peritonium akan
diabsorpsi cepat dibandingkan secara oral, sehingga reaksi
obat akan cepat terlihat.

18
Inhalasi

 Dihirup melalui saluran nafas, via hidung/mulut.


 Dalam inhalasi, obat dalam keadaan gas atau uap yang akan
diabsorpsi sangat cepat melalui alveoli paru-paru dan membran
mukosa saluran pernafasan yang memiliki permukaan yang luas.
 Digunakan untuk obat-obat yang berupa gas/ aerosol.
 Terutama pada obat asma  langsung ketempat kerja dan efek
samping sistemik minimal.

19
 Keuntungan :
- absorpsi terjadi cepat dan homogen.
- kadar obat dapat dikontrol.
- terhindar dari efek lintas pertama.
- dapat diberikan langsung pada bronkus.
- Efek sama cepat dengan intravena.

 Kerugian :
- diperlukan alat dan metoda khusus.
- sukar mengatur dosis.
- Hanya berguna untuk obat yang dapat berbentuk gas
pada suhu kamar.
- Dapat terjadi iritasi pada saluran pernafasan.

20
21
Cara penggunaan Aerosol:
 Batuk dan keluarkan dahak sebanyak mungkin
 Kocok aerosol sebelum digunakan
 Pegang aerosol sesuai petunjuk pada instruksi
 Tangkupkan bibir pada mulut sediaan
 Condongkan kepala ke belakang sedikit
 Keluarkan nafas pelan-pelan, kosongkan udara sebanyak mungkin
dari paru-paru
 Tarik nafas dalam-dalam dan semprotkan aerosol, jaga agar lidah
tetap dibawah
 Tahan nafas selama 10 – 15 detik
 Keluarkan nafas melalui hidung
 Berkumur dengan air hangat

22
Intranasal
 Cara penggunaan : disemprotkan atau diberikan
kehidung.
 Keuntungan : Area permukaan untuk absorpsi luas ( 160
cm3 ), banyak suplai darah sehingga absorpsinya cepat,
aktivitas metabolisme yang rendah dibandingkan
peroral, mudah diakses untuk penghantaran obat,
bentuk sediaan alternative jika tidak dapat digunakan
obat saluran cerna.
 Kerugian : Difusi obat terhalang oleh mucus dan ikatan
mucus, iritasi lokal dan sensitivisasi obat harus
diperhatikan, hanya untuk obat yang poten (dosis kecil)
dengan ukuran partikel 5–10 µm.
 Contoh : Intranasal Naloxone, vaksin.
23
Cara penggunaan Tetes Hidung :
 Lebarkan lubang hidung
 Posisi duduk dan kepala dimiringkan ke belakang atau berbaring
dengan diganjal bantal dibawah bahu; jaga agar kepala tetap tegak
 Masukkan ujung alat penetes sedalam 1 cm kedalam lubang hidung
 Teteskan sesuai dosis yang ditentukan
 Kepala segera dicondongkan jauh kedepan sehingga posisi kepala
berada di antara lutut
 Kembali tegak setelah beberapa detik, tetesan akan mengalir ke
kerongkongan atas
 Jika diperlukan, ulangi tahapan diatas untuk lubang hidung yang lain
 Bilas alat penetes dengan air mendidih

24
Cara penggunaan Semprot Hidung :
 Lebarkan lubang hidung
 Duduk dengan kepala sedikit menunduk
 Kocok obat
 Masukkan ujung sediaan di satu lubang hidung
 Tutup mulut dan lubang hidung yang lain
 Semprotkan obat dengan cara menekan alat/wadah dan hisap
perlahan-lahan
 Cabut ujung sediaan dari hidung dan kepala segera dicondongkan
jauh kedepan sehingga posisi kepala berada di antara lutut
 Kembali tegak setelah beberapa detik, tetesan akan mengalir ke
kerongkongan
 Bernafas melalui mulut
 Jika diperlukan, ulangi tahapan diatas untuk lubang hidung yang lain
 Bilas ujung sediaan dengan air mendidih
25
Intratekal & EPIDURAL
 Cara pemberian Intratekal : Dimasukkan kedalam
cairan serebrospinal / sumsum tulang belakang.
Contoh : pada terapi leukemia.
 Cara pemberian Epidural : suntikan obat melalui
kateter ditempatkan ke dalam ruang epidural.
Contoh : anestesi dan analgesia.

26
Topikal
 Digunakan bila suatu efek lokal obat
diinginkan untuk pengobatan.
 Misal : Obat mata/telinga/obat kulit.

27
Cara penggunaan Tetes Mata:
 Cuci tangan terlebih dahulu
 Jangan menyentuh ujung penetes
 Mata melihat ke atas
 Tarik kelopak mata bagian bawah sehingga terjadi bagian “Penampungan”
 Letakkan penetes sedekat mungkin pada bagian mata yang akan
diteteskan tanpa menyentuh mata
 Teteskan sesuai dosis yang telah ditentukan
 Tutup mata sekitar 2 menit, jangat menutup mata terlalu rapat
 Kelebihan cairan dapat dibersihkan dengan kertas tissu
 Jika menggunakan lebih dari satu jenis tetes mata atau lebih dari satu
dosis yang digunakan, tunggu sedikitnya lima menit sebelum tetesan
berikutnya diberikan
 Tetes mata dapat menyebabkan rasa pedih, namun biasanya hanya
berlangsung beberapa menit. Jika berlangsung cukup lama, segera
hubungi dokter
28
Cara penggunaan Salep Mata:

 Cuci tangan terlebih dahulu


 Ujung tube salep jangan tersentuh apapun
 Kepala sedikit menengadah
 Pegang tube dengan satu tangan dan tarik kelopak mata bagian bawah
dengan tangan lain sehingga terbentuk cekungan
 Tutup mata sekitar 2 menit
 Kelebihan salep dapat dibersihkan dengan kertas tissu
 Bersihkan bagian tepi tube dengan kertas tisu lain

29
Cara penggunaan Tetes Telinga:
 Hangatkan tetes telinga dengan cara digenggam dalam telapak tangan
atau ketiak untuk beberapa menit. Jangan menggunakan aliran air
panas dari kran, karena suhunya menjadi tidak terkontrol
 Kepala dimiringkan ke samping atau berbaring dengan posisi telinga ke
atas
 Tarik daun telinga sedemikian rupa sehingga lubang telinga terbuka
lebar
 Teteskan sesuai dosis yang ditentukan
 Tunggu 5 menit sebelum meneteskan obat pada telinga lainnya
 HANYA jika direkomendasikan untuk menutup telinga, gunakan kapas
untuk menutup saluran lubang telinga setelah meneteskan obat
 Obat tetes telinga sebaiknya tidak menyebabkan rasa terbakar atau
menyengat lebih dari beberapa menit

30
Transdermal

 Obat ditempelkan pada kulit melalui bentuk transdermal


patch dan diharapkan menyerap masuk kedalam sirkulasi
darah.
 Keuntungan : obat dapat menembus kulit secara
kontinyu, tidak perlu steril, obat dapat langsung
kepembuluh darah.
 Kerugian : hanya efektif untuk zat yang sangat larut
lemak dan iritasi lokal dapat terjadi.

31
Cara penggunaan Transdermal Patch:
 Untuk letak penempelan patch, lihat instruksi yang terdapat pada
kemasan obat
 Jangan ditempelkan pada kulit yang memar atau luka
 Jangan ditempelkan pada lipatan kulit atau dibawah pakaian ketat.
Pindahkan tempat patch pada periode tertentu
 Pasang patch dengan tangan yang bersih dan kering
 Bersihkan dan keringkan tempat/area pemasangan patch
 Ambil patch dari wadah, jangan sentuh bagian obatnya
 Tempelkan pada kulit dan tekan kuat. Gosok bagian tepi agar
menempel
 Lepaskan dan ganti sesuai petunjuk

32
TERIMA KASIH

33

Anda mungkin juga menyukai