Anda di halaman 1dari 10

CARA PEMBERIAN OBAT

Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang
menentukan pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien, kecepatan
respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat serta tempat kerja yang diinginkan.
Pemberian obat ikut juga dalam menentukan cepat lambatnya dan lengkap tidaknya
resorpsi suatu obat. Tergantung dari efek yang diinginkan, yaitu efek sistemik (di
seluruh tubuh) atau efek lokal (setempat) dapat dipilih di antara berbagai cara untuk
memberikan obat.
1.      Oral
Oral adalah rute pemberian yang paling umum dan palin g banyak dipakai karena ekonomis, paling
nyaman dan aman. Obat dapat juga diabsorbsi melalui rongga mulut (sublingual atau bukal) seperti
tablet ISDN. Bentuk sediaan obatnya dapat berupa Tablet, Kapsul, Larutan (solution),
Sirup, Eliksir, Suspensi, Magma, Jel, dan Bubuk.
Kelebihan     :
         relatif aman,
         praktis, ekonomis,
         meminimalkan ketidaknyamanan pada klien dan dengan efek samping yang paling
kecil.
Kekurangan :
         bioavaibilitasnya banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor,
         iritasi pada saluran cerna, perlu kerjasama dengan penderita (tidak bisa diberikan pada
penderita koma),
         timbul efek lambat, tidak bermanfaat untuk pasien yang sering muntah, diare, tidak
sadar, tidak kooperatif; untuk obat iritatif
         rasa tidak enak penggunaannya terbatas,
         obat yang inaktif/terurai oleh cairan lambung/ usus tidak bermanfaat (penisilin G,
insulin),
         obat absorpsi tidak teratur, awitan kerja obat oral lebih lambat dan efeknya lebih lama.
2.      Sublingual
Obat sublingual dirancang supaya setelah diletakkan di bawah lidah dan kemudian
larut, mudah diabsorbsi, Tidak melalui hati sehingga tidak diinaktif, Dari selaput di
bawah lidah langsung ke dalam aliran darah, sehingga efek yang dicapai lebih cepat.
Hanya untuk obat yang bersifat lipofil. Obat yang diberikan dibawah lidah tidak boleh
ditelan.
Kelebihan     :
         obat cepat, tidak diperlukan kemampuan menelan,
         kerusakan obat di saluran cerna dan metabolisme di dinding usus dan hati dapat
dihindari (tidak lewat vena porta).
Kekurangan :
         absorbsi tidak adekuat,
         kepatuhan pasien kurang (compliance),
         mencegah pasien menelan.
3.      Bukal
Pemberian obat melalui rute bukal dilakukan dengan menempatkan obat padat di
membran mukosa pipi sampai obat larut. Klien harus diajarkan untuk menempatkan
dosis obat secara bergantian di pipi kanan dan kiri supaya mukosa tidak iritasi,
diperingatkan untuk tidak mengunyah atau menelan obat atau minum air bersama obat.
Kelebihan     :
         onset cepat,
         mencegah “first-pass effect”
         tidak diperlukan kemampuan menelan
Kekurangan :
         absorbsi tidak adekuat,
         kepatuhan pasien kurang (compliance),
         mencegah pasien mnelan
4.      Parenteral
Rute parenteral adalah memberikan obat dengan meninginjeksi ke dalam jaringan
tubuh, obat yang cara pemberiaannya tanpa melalui mulut (tanpa melalui saluran
pencernaan) tetapi langsung ke pembuluh darah. Misalnya sediaan injeksi atau
suntikan. Tujuannya adalah agar dapat langsung menuju sasara.
Kelebihan     :
         bisa untuk pasien yang tidak sadar,
         sering muntah dan tidak kooperatif,
         tidak dapat untuk obat yang mengiritasi lambung,
         dapat menghindari kerusakan obat di saluran cerna dan hati, bekerja cepat dan dosis
ekonomis.
 Kekurangan            :
         kurang aman karena jika sudah disuntikan ke dalam tubuh tidak bisa dikeluarkan lagi
jika terjadi kesalahan,
         tidak disukai pasien,
         berbahaya (suntikan – infeksi).
Pemberian parenteral meliputi empat tipe utama injeksi berikut:
a.       Intravena (iv)      : Tidak mengalami tahap absorpsi. Obat langsung dimasukkan ke
pembuluh darah sehingga kadar obat di dalam darah diperoleh dengan cepat, tepat dan
dapat disesuaikan langsung dengan respons penderita.

Kelebihan           :
         cepat mencapai konsentrasi,
         dosis tepat,
         mudah menitrasi dosis
kekurangan       :         
         obat yang sudah diberikan tidak dapat ditarik kembali, sehingga efek toksik lebih
mudah terjadi.
         Jika penderitanya alergi terhadap obat, reaksi alergi akan lebih terjadi. 
         Pemberian intravena (iv) harus dilakukan perlahan-lahan sambil mengawasi respons
penderita.
         konsentrasi awal tinggi toksik, invasive resiko infeksi,
         memerlukan keahlian.
b.      Intramuscular (im) : Kelarutan obat dalam air menentukan kecepatan dan kelengkapan
absorpsi. Obat yang sukar larut seperti dizepam dan penitoin akan mengendap di
tempat suntikan sehingga absorpsinya berjalan lambat, tidak lengkap dan tidak teratur.
Kelebihan           :
         tidak diperlukan keahlian khusus,
         dapat dipakai untuk pemberian obat larut dalam minyak,
         absorbsi cepat obat larut dalam air.
Kekurangan      :
         rasa sakit, tidak dapat dipakai pada gangguan bekuan darah (Clotting time),
         bioavibilitas bervariasi, obat dapat menggumpal pada lokasi penyuntikan.

c.       Subkutan (SC)      : Hanya boleh dilakukan untuk obat yang tidak iritatif terhadap
jaringan. Absorpsi biasanya berjalan lambat dan konstan, sehingga efeknya bertahan
lebih lama. Absorpsi menjadi lebih lambat jika diberikan dalam bentuk padat yang
ditanamkan dibawah kulit atau dalam bentuk suspensi. Pemberian obat bersama
dengan vasokonstriktor juga dapat memperlambat absorpsinya Penyuntikkan dibawah
kulit
Kelebihan           :
         diperlukan latihan sederhana,
         absorbs cepat obat larut dalam air,
         mencegah kerusakan sekitar saluran cerna.
Kekurangan      :
         dalam pemberian subkutan yaitu rasa sakit dan kerusakan kulit,
         tidak dpat dipakai jika volume obat besar,
         bioavibilitas bervariasi sesuai lokasi.
         Efeknya agak lambat
d.      Intrathecal: obat langsung dimasukkan ke dalam ruang subaraknoid spinal, dilakukan
bila diinginkan efek obat yang cepat dan setempat pada selaput otak  atau sumbu
cerebrospinal seperti pada anestesia spinal atau pengobatan infeksi SSP yang akut.

5.      Implantasi
Kelebihan     :
         Bentuk oral pellet steril,
         obat dicangkokkan dibawah kulit, terutama digunakan untuk efek sistemik lama,
misalnya obat-obat hormon kelamin (estradiol dan testoteron)

 kekurangan            :
         Resorpsinya lambat,
         satu pellet dapat melepaskan zat aktifnya secara perlahan-lahan selama 3-5 bulan
lamanya.
6.      Rektal
obat dapat diberi melalui rute rektal berupa enema atau supositoria yang akan
mencair pada suhu badan. Pemberian rektal dilakukan untuk memperoleh efek local.
Bentuknya suppositoria dan clysma obat pompa. Pemberian obat perektal memiliki efek
yang lebih cepat dibandingkan pemberian obat bentuk oral, namun sayangnya tidak
semua obat disediakan supositoria.
Kelebihan     :
         Baik sekali untuk obat yang dirusak oleh asam lambung,
         diberikan untuk mencapai takaran yang cepat dan tepat,
         tidak dapat dipakai jika pasien tidak biasa per-oral,
         tidak dapat mencegah “first-pass-metabolism”,
         pilihan terbaik untuk anak2.
Kekurangan :
         absorbsi tidak adekuat,
         banyak pasien tidak nyaman / risih per-rektal.
7.      Transdermal
Transdermal adalah rute administrasi dimana bahan aktif yang disampaikan dikulit
untuk distribusi sistemik. Cara pemakaian melalui permukaan kulit, berupa plester.
Obat menyerap secara perlahan dan kontinyu, masuk ke sistem peredaran darah,
langsung ke jantung. 
Umumnya untuk gangguan jantung misalnya angina pectoris, tiap dosis dapat bertahan
24 jam.

Kelebihan     :
         Durasi yang lama dari tindakan yang mengakibatkan penurunan frekuensi dosis,
         Peningkatan kenyamanan untuk mengelolah obat-obatan yang tidak akan
membutuhkan dosis sering,
         meningkatkan bioavaibilitas,
         lebih seragam plasma level,
         mengurangi efek samping dan terapi karena pemeliharaan kadar plasma sampai akhir
interval pemberian dosis,
          Obat terhindar dari first passed effect,
         terhindar dari degradasi oleh saluran gastro interstinal,
         Absorbsi obat relative konstan dan kontinyu.
Kekurangan :
         Memiliki koefisien partisi sedang (larut dalam lipid maupun air),
         memiliki titik lebut yang relative rendah,
         memiliki effective dose yang relative rendah,
         range obat terbatas (terutama terkait untuk molekulnya),
         dosis harus kecil,
         kemungkinan terjadinya iritasi dan sensitivitas kulit, tidak semua bagian tubuh dapat
menjadi tempat aplikasi obat-obat transdermal. Misalnya telapak kaki,dll,
8.      Inhalasi
Inhalasi yaitu pemberian obat melalui saluran pernafasan. Saluran nafas memiliki epitel
untuk absorpsi yang sangat luas, dengan demikian berguna untuk pemberian obat
secara local, pada salurannya, misalnya salbutamol (ventolin), combivent, berotek
untuk asma, atau dalam keadaan darurat misalnya terapi oksigen. Obat diberikan untuk
disedot melalui hidung atau mulut atau disemprotkan Penyerapan dapat terjadi pada
selaput mulut, tenggorokan dan pernafasan. Bentuk sediaan : Gas dan Zat padat, tetapi
bisa juga mempunyai efek sistemik.
Kelebihan     :
         absorpsi terjadi cepat dan homogen,
         kadar obat dapat terkontrol,
         terhindar dari efek lintas pertama dan dapat diberikan langsung kepada bronkus.
Kekurangan :
         Metode  ini lebih sulit dilakukan,
         memerlukan alat dan metode khusus, s
         ukar mengatur dosis
         sering mengiritasi paru.
9.      Intranasal
Pemberian obat secara intranasall merupakan alternative ideal untuk menggantikan
sistem penghantaran obat sistemik parenteral.
Kelebihan     :
         Pencegahan eliminasi lintas perta hepatic
         Metabolisme dinding saluran cerna atau destruksi obat disaluran cerna kecepatan dan
jumlah absorpsi
         Profil konsentrasi obat versus waktu relatif sebanding dengan pengobatan secara
intravena
Kekurangan             :
         Secara kosmetik tidak menarik
         Absorbsi tidak adekuat
10.  Pervaginam
Obat diberikan melalui selaput lendir/mukosa vagina, Diberikan pada antifungi dan anti
kehamilan, Obat yang dimasukkan pada umumnya bekerja secara local. Obat ini tersedia
dalam bentuk krim, tablet yang dapat larut dengan perlahan ataupun dapat juga dalam
bentuk salep dan suppositoria
Kelebihan     :
         Obat cepat bereaksi
         Efek yang ditimbulkan bersifat lokal
Kekurangan             :
         Dapat membangkitkan rasa malu
         Kesulitan dalam melakukan prosedur terhadap wanita lansia
         Setiap rabas yang keluar memungkinkan berbau busuk
11.  Topikal
Pemberian topikal dilakukan dengan mengoleskannya disuatu daerah kulit, memasang
balutan yang lembab, merendam bagian tubuh dalam larutan, atau menyediakan air
mandi yang dicampur obat. Obat diberikan secara topikal dengan menggunakan cakram
atau lempeng transdermal. Contoh : nitrogliserin, skopolamin, fentanil, dan estrogen.
Cakram melindungi salep obat pada kulit.. Obat topikal ini dapat diberikan sekurang-
kurangnya 24 jam sampai tujuh hari.
Kelebihan     :
         untuk efek local; efek smping sistemik minimal,
         mencegah “first-pass effect”,
         untuk efek sistemik, menyerupai IV infuse (zero-order),
kekurangan :
         secara kosmetik kurang menarik,
         absorbsi tidak menentu.

Farmakologi cara pemberian obat

1. ORAL •
Merupakan cara pemberian obat melalui mulut dengan tujuan mencegah, mengobati,
mengurangi rasa sakit sesuai dengan efek terapi dari jenis obat. • Berbagai bentuk
obat dapat diberikan secara oral baik dalam bentuk tablet, sirup, kapsul atau puyer.

Cont.peroral Cara pemberian obat :

1. Cuci tangan.

2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.

3. Baca obat, dengan berprinsip tepat obat, tepat pasien, tepat dosis, tepat waktu dan tepat
tempat. 4. Bantu untuk meminumkannya dengan cara: • Apabila memberikan obat berbentuk
tablet atau kapsul dari botol, maka tuangkan jumlah yang dibutuhkan ke dalam tutup botol
dan pindahkan ke tempat obat. Jangan sentuh obat dengan tangan. Untuk obat berupa kapsul
jangan dilepaskan pembungkusnya.

5. Cont. cara pemberian obat peroral... • Kaji kesulitan menelan, bila ada jadikan tablet dalam
bentuk bubuk dan campur dengan minuman. • Kaji denyut nadi dan tekanan darah sebelum
pemberian obat yang membutuhkan pengkajian. 5. Catat perubahan, reaksi terhadap
pemberian, dan evaluasi respon terhadap obat dengan mencatat hasil pemberian obat. 6. Cuci
tangan.

6. Keuntungan Per Oral • Mudah • Murah • Aman • nyaman bagi pasien • Untuk membantu
absorbsi, maka pemberian obat per oral dapat disertai dengan pemberian air putih.
7. Kekurangan Per Oral • aksinya yang lambat sehingga cara ini tidak dapat dipakai pada
keadaan gawat (30 sampai dengan 45 menit sebelum diabsorbsi dan efek puncaknya dicapai
setelah 1 sampai 1,5 jam.) • Rasa dan bau obat yang tidak enak sering menganggu pasien •
Cara per oral tidak dapat dipakai pada pasien yang mengalami mual- mual, muntah, semi
koma, pasien yang akan menjalani pengisapan cairan lambung serta pada pasien yang
mempunyai gangguan menelan.

8. 2. SUBLINGUAL • Obat diberikan pada pasien secara sublingual yaitu dengan cara
meletakkan obat di bawah lidah. • Meskipun cara ini jarang dilakukan, namun seorang bidan
harus mampu melakukannya. • Obat yang sering diberikan dengan cara ini adalah
nitrogliserin yaitu obat vasodilator yang mempunyai efek vasodilatasi pembuluh darah. •
Obat ini banyak diberikan pada pada pasien yang mengalami nyeri dada akibat angina
pectoris. (Rodman dan Smith, 1979).

9. Cont.sublingual... • Pasien diberitahu untuk tidak menelan obat karena bila ditelan, obat
menjadi tidak aktif oleh adanya proses kimiawi dengan cairan lambung. • Untuk mencegah
obat tidak di telan, maka pasien diberitahu untuk membiarkan obat tetap di bawah lidah
sampai obat menjadi hancur dan terserap.

10. Keuntungan Sublingual : 1. Obat cepat, tidak diperlukan kemampuan menelan 2.


Kerusakan obat di saluran cerna dan metabolisme di dinding usus dan hati dapat
dihindari( tidak lewat vena aorta)

11. Kekurangan Sublingual : 1. Absorbsi tidak adekuat 2. Kepatuhan pasien kurang 3.


Membutuhkan kontrol agar pasien tidak menelan

12. 3. PER REKTAL • Merupakan cara memberikan obat dengan memasukkan obat melalui
anus atau rektum, dengan tujuan memberikan efek lokal dan sistemik. • Tindakan pengobatan
ini disebut pemberian obat suppositoria yang bertujuan untuk mendapatkan efek terapi obat,
menjadikan lunak pada daerah feses dan merangsang buang air besar.

13. Cara pemberian obat per rektal : 1. Cuci tangan. 2. Jelaskan prosedur yang akan
dilakukan. 3. Gunakan sarung tangan. 4. Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain
kasa. 5. Oleskan ujung pada obat suppositoria dengan pelicin. 6. Regangkan glutea dengan
tangan kiri, kemudian masukkan suppositoria dengan perlahan melalui anus, sfingter anal
interna dan mengenai dinding rektal kurang lebih 10 cm pada orang dewasa, 5 cm pada bayi
atau anak.

14. Cont. Cara pemberian obat per rektal : 7. Setelah selesai tarik jari tangan dan bersihkan
daerah sekitar anal dengan tisu. 8. Anjurkan pasien untuk tetap berbaring telentang atau
miring selama kurang lebih 5 menit. 9. Setelah selesai lepaskan sarung tangan ke dalam
bengkok. 10.Cuci tangan. 11.Catat obat, jumlah dosis, dan cara pemberian.

15. Kelebihan per rektal : • Dapat dipakai jika pasien tidak bisa per-oral • Dapat mencegah
“first –pass –metabolism • Pilihan terbaik pada anak-anak
16. Kekurangan per rektal • Absorbsi tidak adekuat • Banyak pasien tidak nyaman / risih per-
rektal

17. 4. Per Vagina • Merupakan cara memberikan obat dengan memasukkan obat melalui
vagina, yang bertujuan untuk mendapatkan efek terapi obat dan mengobati saluran vagina
atau serviks. • Obat ini tersedia dalam bentuk krim dan suppositoria yang digunakan untuk
mengobati infeksi lokal.

18. Cont. Pervagina Alat dan Bahan: 1. Obat dalam tempatnya. 2. Sarung tangan. 3. Kain
kasa. 4. Kertas tisu. 5. Kapas sublimat dalam tempatnya. 6. Pengalas. 7. Korentang dalam
tempatnya.

19. Prosedur Kerja Pervagina: 1. Cuci tangan. 2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan. 3.
Gunakan sarung tangan. 4. Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kasa. 5.
Bersihkan sekitar alat kelamin dengan kapas sublimat. 6. Anjurkan pasien tidur dalam posisi
dorsal recumbert.

20. Prosedur Kerja Pervagina: 7. Apabila jenis obat suppositoria maka buka pembungkus dan
berikan pelumas pada obat. 8. Regangkan labia minora dengan tangan kiri dan masukkan
obat sepanjang dinding kanal vaginal posterior sampai 7,5-10 cm. 9. Setelah obat masuk,
bersihkan daerah sekitar orifisium dan labia dengan tisu. 10. Anjurkan untuk tetap dalam
posisi kurang lebih 10 menit agar obat bereaksi. 11. Cuci tangan. 12. Catat jumlah, dosis,
waktu, dan cara pemberian.

21. Kelebihan pervaginam • Obat cepat bereaksi • Efek yang ditimbulkan bersifat lokal

22. Kekurangan pervaginam • Dapat membangkitkan rasa malu • Kesulitan dalam melakukan


prosedur terhadap wanita lansia • Setiap rabas yang keluar memungkinkan berbau busuk

23. 5. INHALASI • Merupakan pemberian obat ke dalam saluran napas dengan cara inhalasi.
• Terapi inhalasi juga dapat diartikan sebagai suatu pengobatan yang ditujukan untuk
mengembalikan perubahan-perubahan patofisiologi pertukaran gas sistem kardiopulmoner ke
arah yang normal, seperti dengan menggunakan respirator atau alat penghasil aerosol.

24. Kelebihan inhalasi • absorpsi terjadi secara cepat karena permukaan absorpsinya luas •
terapi inhalasi dapat menghantarkan obat langsung ke paru-paru untuk segera bekerja • efek
samping dapat dikurangi • jumlah obat yang perlu diberikan adalah lebih sedikit dibanding
cara pemberian lainnya.

25. Kekurangan inhalasi • diperlukan alat dan metoda khusus yang agak sulit dikerjakan •
sukar mengatur dosis • obatnya sering mengiritasi epitel paru

26. 6. EMPLASTRUM • Meruakan hasil proses penyabunan dari asam lemak dgn logam
berat • Emplastrum sebagai obat luar • Konsistensi mudah melekat pada kulit, biasanya
dilapisi dengan kain • Contoh : Collemplastrum (emplastrum yang dioleskan pada kain
disebut collemplastrum = plester)
27. Cont. emplastrum Macam colemplatrum : 1. Collemplastrum ad clavos : mengandung
acidum salisylicum sebagai keratolitik ( 2. Collemplastrum zinci oxydi : mengandung zinci
oksidum sebagai antiseptik (leucoplast) 3. Collemplastrum yang mengandung methylis
salicylat atau oleoresin de capsicum sebagai mialgia (mengurangi nyeri otot)

28. Kegunaan emplastrum : 1. Memberikan proteksi dari benturan mekanis pada kulit 2.


Mengakibatkan obat berkontak erat dengan kulit yang diobati, tidak gampang meleleh
sehingga efek lokal lebih intensif

29. 7. Urethral • Urethral Suppositoria (bacilla, bougies) digunakan lewat urethra, bentuk
batang panjang antara 7 cm - 14 cm. • Merupakan salah satu jenis dari suppositoria • Contoh :
Trans Urethral Resection Of The Prostate (TURP) pada hiperplasia prostat

30. 8. IMPLAN • Implant merupakan satu unit sistim penghantaran obat yang dibuat untuk
menghantarkan obat dengan kecepatan tertentu, dengan periode waktu yang diperpanjang,
seperti pada injeksi, okular, maupun subkutan.

31. Implant dapat berbentuk antara lain : § Polymer : biodegradabel atau non- biodegradabel
dengan berbagai bentuk (batang, silinder, cincin, film dll ), ukuran dan mekanisme pelepasan
obat. § Mini-pumps : dimana diberikan energi oleh mekanisme osmosa atau mekanik.

32. Keuntungan implant : 1. Kenyamanan (Convenience), terapi dengan implant, pasien


mendapat pengobatan diluar rumah sakit dengan pengawasan yang minimal. 2. Kepatuhan
(Compliance), beberapa sistim implant obat diisi lagi secara periodik, tapi faktor pasien
sangat kecil pada pengobatan ini. 3. Baik untuk pelepasan obat terkontrol. 4. Memaksimalkan
penghantaran obat 5. Fleksibilitas , sistim ini mempunyai banyak fleksibilitas, dalam hal
pemilihan bahan, metode pembuatan, kadar obat, dan kecepatan pelepasan obat.

33. Kerugian implan : 1. Invasif , diperlukan prosedur bedah minor atau mayor untuk
memulai terapi. 2. Pemberhentian obat, implant polimer non-biodegradabel dan pompa
osmotik harus dikeluarkan/diangkat pada akhir pengobatan. 3. Bahaya rusaknya alat, dapat
menyebabkan kegagalan terapi 4. Terbatasnya obat-obatan poten, ukuran implant yang kecil
dalam rangka kenyamanan pasien, menyebabkan hanya obat-obat poten seperti hormon yang
cocok untuk dibuat implant. 5. Biokompatibel, reaksi tubuh terhadap benda asing yang masuk
dan kemanan implant.

34. 9. Buccal • dilakukan dengan menempatkan obat padat di membran mukosa pipi sampai
obat larut. • Klien harus diajarkan untuk menempatkan dosis obat secara bergantian di pipi
kanan dan kiri supaya mukosa tidak iritasi, diperingatkan untuk tidak mengunyah atau
menelan obat atau minum air bersama obat.

35. Kelebihan buccal : • onset cepat, • mencegah “first-pass effect” • tidak diperlukan


kemampuan menelan

36. Kekurangan buccal • absorbsi tidak adekuat, • kepatuhan pasien kurang (compliance), •


mencegah pasien menelan
37. 10. Intravena • Tidak mengalami tahap absorpsi. • Obat langsung dimasukkan ke
pembuluh darah sehingga kadar obat di dalam darah diperoleh dengan cepat, tepat dan dapat
disesuaikan langsung dengan respons penderita.

38. Kelebihan IV : • cepat mencapai konsentrasi, • dosis tepat, • mudah menitrasi dosis

39. Kekurangan IV : • obat yang sudah diberikan tidak dapat ditarik kembali, sehingga efek
toksik lebih mudah terjadi. • Jika penderitanya alergi terhadap obat, reaksi alergi akan lebih
terjadi. • Pemberian intravena (iv) harus dilakukan perlahan-lahan sambil mengawasi respons
penderita. • konsentrasi awal tinggi toksik, invasive resiko infeksi, • memerlukan keahlian.

40. Pertanyaan : • Alifa 1. First pass effect dan First pass metabolism adalah? jawab : First
pass effect = First pass metabolism , adalah keadaan dimana beberapa obat yang dapat
diambil oleh hati secara efisien dan dimetabolisme secara cepat. 2. Perbedaan efek obat
pervaginam dan rektal? jawab : Perektal tidak bisa digunakan secara pervaginam, tapi
pervaginam bisa juga untuk perektal. Misoprostol bisa dipakai perektal dan pervaginam.
Perektal untuk maag, Pervaginam untuk merangsang kontraksi

Anda mungkin juga menyukai