Anda di halaman 1dari 8

TUGAS PENDAHULUAN FARMAKOLOGI

SISTEM ORGAN
Cara Penanganan dan Pemberian Obat pada Hewan Percobaan

NAMA ALSYA UTAMI RAHAYU


NPM 260110130117

HARI/TANGGAL RABU/11 MARET 2015

JAM PRAKTIKUM 10.00-13.00

ASISTEN INDRA
DITA

LABORATORIUM FARMAKOLOGI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS PADJADJARAN

JATINANGOR

2015
1. Sebutkan keuntungan serta kerugian pemakaian masing-masing hewan tersebut di
atas.

a. Mencit
Keuntungan:
-Mudah ditangani
-Mudah dikembangbiakan
-Mudah dipelihara
-Reaksi obat yang digunakan kebadannya cepat terlihat
Kerugian:
-Aktivitas terganggu bila ada manusia
-Untuk pemberian oral agak sulit dilakukan karena ukurannya yang kecil

b. Tikus
Keuntungan:
-Mudah ditangani
-Mudah dikembangbiakan
-Mudah dipelihara
-Reaksi obat yang digunakan kebadannya cepat terlihat
Kerugian:
-Lebih resisten terhadap infeksi
-Galak

c. Kelinci
Keuntungan:
-Jarang bersuara kecuali jika merasa nyeri
Kerugian:
-Jika tidak aman berontak, suhu berubah-ubah
d. Marmot
Keuntungan:
-Jinak
-Mudah ditangani
-Kulit harulus berkilat
Kerugian:
-Suhu tubuh agak tidak mirip dengan manusia

e. Katak
Keuntungan:
-Bersifat lembut dan licin
Kerugian:
-Agak susah ditangani
(Katzung, 2001).

2. Mencit adalah hewan yang paling banyak digunakan dalam percobaan di


laboratorium. Mengapa ?
Karena mencit memiliki kesamaan secara fisiologis dengan manusia maupun hewan
lainnya, seperti hewan mamalia sehingga cocok digunakan sebagai hewan penelitian. Selain
itu mencit juga mudah dalam penanganan, siklus hidup pendek, pengadaan hewan yang tidak
sulitm dan pola reproduksi yang singkat (Priyanto. 2008).

3. Faktor-faktor apa yang perlu diperhatikan dalam memilih spesies hewan percobaan
yang berifat skrining ataupun pengujian suatu efek khusus.
Faktor-faktor:
-Mudah untuk dipelihara
-Menggunakan hewan yang dapat bereproduksi secara cepat dan banyak
-Perhitungan dewasa kelamin harus tepat
-Tingkat kematian hewan rendah
-Jumlah konsumsi pakan dan minum
-Memperhatikan umur penyapihan
-Memperhatikan rasio kawin (Novali. 2013).

4. Jelaskan secara spesifik dengan contoh-contoh, mengenai karakteristik lingkungan


fisiologis, anatomis, dan biokimiawi yang berada pada daerah kontak mula antara obat
dan tubuh.

a. Jumlah suplai darah yang berbeda:


Contoh Akibatnya
Suplai darah meningkat -> Distribusi obat keseluruhan tubuh cepat
Suplai darah menurun -> Distibusi obat keseluruh tubuh menurun
b. Struktur anatomi yang berbeda:
Contoh Akibatnya
Kulit katak yang licin dan basah -> Pemberian obat pada kulit dan penyebaran ke kulit
lebih cepat
c. Enzim-enzim dan getah-getah fisiologis yang berbeda:
Contoh Akibatnya
Enzim yang dihasilkan berbeda -> Hasil metabolit berbeda, efek berbeda
(Mariyam, 2012).

5. Uraikan secara terperinci kondisi-kondisi penerimaan obat yang menentukan rute


pemberian obat yang dipilih.
Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang menentukan
pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien, kecepatan respon yang
diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat serta tempat kerja yang diinginkan. Pemberian obat ikut
juga dalam menentukan cepat lambatnya dan lengkap tidaknya resorpsi suatu obat. Tergantung
dari efek yang diinginkan, yaitu efek sistemik (di seluruh tubuh) atau efek lokal (setempat) dapat
dipilih di antara berbagai cara untuk memberikan obat.
a. Oral
Oral adalah rute pemberian yang paling umum dan palin g banyak dipakai karena ekonomis, paling nyaman
dan aman. Obat dapat juga diabsorbsi melalui rongga mulut (sublingual atau bukal) seperti tablet ISDN.
Bentuk sediaan obatnya dapat berupa Tablet, Kapsul, Larutan (solution), Sirup, Eliksir, Suspensi,
Magma, Jel, dan Bubuk.
Kelebihan :
 relatif aman,
 praktis, ekonomis,
 meminimalkan ketidak nyamanan pada klien dan dengan efek samping yang paling kecil.
Kekurangan :
 bioavaibilitasnya banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor,
 iritasi pada saluran cerna, perlu kerjasama dengan penderita (tidak bisa diberikan pada
penderita koma),
 timbul efek lambat, tidak bermanfaat untuk pasien yang sering muntah, diare, tidak sadar,
tidak kooperatif; untuk obat iritatif
 rasa tidak enak penggunaannya terbatas,
 obat yang inaktif/terurai oleh cairan lambung/ usus tidak bermanfaat (penisilin G, insulin),
 obat absorpsi tidak teratur, kerja obat oral lebih lambat dan efeknya lebih lama

b. Parenteral
Rute parenteral adalah memberikan obat dengan meninginjeksi ke dalam jaringan tubuh, obat
yang cara pemberiaannya tanpa melalui mulut (tanpa melalui saluran pencernaan) tetapi
langsung ke pembuluh darah. Misalnya sediaan injeksi atau suntikan. Tujuannya adalah agar
dapat langsung menuju sasaran.
Kelebihan :
 bisa untuk pasien yang tidak sadar,
 sering muntah dan tidak kooperatif,
 tidak dapat untuk obat yang mengiritasi lambung,
 dapat menghindari kerusakan obat di saluran cerna dan hati, bekerja cepat dan dosis
ekonomis.
Kekurangan :
 kurang aman karena jika sudah disuntikan ke dalam tubuh tidak bisa dikeluarkan lagi jika
terjadi kesalahan,
 tidak disukai pasien,
 berbahaya (suntikan – infeksi).

Pemberian parenteral meliputi empat tipe utama injeksi berikut:


a. Intravena (iv) : Tidak mengalami tahap absorpsi. Obat langsung dimasukkan
ke pembuluh darah sehingga kadar obat di dalam darah diperoleh dengan cepat, tepat dan dapat
disesuaikan langsung dengan respons penderita.
Kelebihan :
 cepat mencapai konsentrasi,
 dosis tepat,
 mudah menitrasi dosis
kekurangan :
 obat yang sudah diberikan tidak dapat ditarik kembali, sehingga efek toksik lebih mudah
terjadi.
 Jika penderitanya alergi terhadap obat, reaksi alergi akan lebih terjadi.
 Pemberian intravena (iv) harus dilakukan perlahan-lahan sambil mengawasi respons
penderita.
 konsentrasi awal tinggi toksik, invasive resiko infeksi,
 memerlukan keahlian.
b. Intramuscular (im) : Kelarutan obat dalam air menentukan kecepatan dan kelengkapan
absorpsi. Obat yang sukar larut seperti dizepam dan penitoin akan mengendap di tempat suntikan
sehingga absorpsinya berjalan lambat, tidak lengkap dan tidak teratur.
Kelebihan :
 tidak diperlukan keahlian khusus,
 dapat dipakai untuk pemberian obat larut dalam minyak,
 absorbsi cepat obat larut dalam air.
Kekurangan :
 rasa sakit, tidak dapat dipakai pada gangguan bekuan darah (Clotting time),
 bioavibilitas bervariasi, obat dapat menggumpal pada lokasi penyuntikan.
c. Subkutan (SC) : Hanya boleh dilakukan untuk obat yang tidak iritatif terhadap
jaringan. Absorpsi biasanya berjalan lambat dan konstan, sehingga efeknya bertahan lebih lama.
Absorpsi menjadi lebih lambat jika diberikan dalam bentuk padat yang ditanamkan dibawah kulit
atau dalam bentuk suspensi. Pemberian obat bersama dengan vasokonstriktor juga dapat
memperlambat absorpsinya Penyuntikkan dibawah kulit
Kelebihan :
 diperlukan latihan sederhana,
 absorbs cepat obat larut dalam air,
 mencegah kerusakan sekitar saluran cerna.
Kekurangan :
 dalam pemberian subkutan yaitu rasa sakit dan kerusakan kulit,
 tidak dpat dipakai jika volume obat besar,
 bioavibilitas bervariasi sesuai lokasi.
 Efeknya agak lambat
(Husada, 2013)

6. Sebutkan implikasi-implikasi praktis dari rute pemberian obat (umpamanya persyaratan


sediaan farmasi yang diberikan dengan rute tertentu, dosis obat jika dipilih rute pemberian
tertentu dsb).
Salah satu penggunaan hewan percobaan addalah untuk mengetahui perbedaan berbagai
rute pemberian obat akan mempengaruhi onset, lama dan kerja maksimum obat. Memilih rute
pemberian obat tergantung dari tujuan terapi, sifat obat, serta kondisi pasien. Oleh sebab itu perlu
mempertimbangkan masalah-masalah seperti berikut :

a. Tujuan terapi menghendaki efek lokal atau efek sistemik.


b. Apakah kerja awal obat yang dikehendaki itu cepat atau masa kerjanya lama.
c. Stabilitas obat di dalam lambung dan atau usus.
d. Keamanan relatif dalam penggunaan melalui bermacam-macam rute.
e. Rute yang tepat dan menyenangkan bagi pasien dan dokter.
f. Kemampuan pasien menelan obat melalui rektal.

(Windasari, 2012)
Daftar Isi

Husada. 2013. Rute Pemberian Obat. Tersedia online di

http://diajengdianhusada.com/2013/04/makalah-sifat-kerja-obat-rute-pemberian.html
[Diakses pada 17 Maret 2015]

Katzung, Bertram G. 2001. Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta: Salemba Medika

Mariyam, Siti. 2012. Modul Praktikum Farmakologi. Bandung: Universitas padjadjaran

Novali. 2013. Laporan Praktikum Farmakologi. Tersedia online di

http://www.slideshare.net/srinovauli94/laporan-praktikum-farmakologi [Diakses pada 17


Maret 2015]

Priyanto. 2008. Farmakologi Dasar Edisi II. Depok: Leskonfi

Windasari, Putri. 2012. Informasi Dasar untuk Laboratorium Farmakologi. Tersedia online di

https://www.academia.edu/7020052/Praktikum_farmakologi [Diakses pada 17 Maret


2015]

Anda mungkin juga menyukai