Anda di halaman 1dari 6

ANALISA SINTESA

Nama Mhs : Novan Korneawan p


NIM : 2019012195

1. Diagnosa Medis
Stroke Hemoragic
2. Dasar Pemikiran ( Patofisiologi dengan menggunakan buku sumber )
a. Perdarahan intra serebral
Pecahnya pembuluh darah otak terutama karena hipertensi mengakibatkan
darah masuk ke dalam jaringan otak membentuk massa atau hematoma yang
menekan jaringan otak dan menimbulkan edema disekitar otak. Peningkatan TIK
yang terjadi dengan cepat dapat mengakibatkan kematian yang mendadak karena
herniasi otak. Perdarahan intra serebral sering dijumpai di daerah putamen,
thalamus, sub kortikal, nukleus kaudatus, pon, dan cerebellum. Hipertensi kronis
mengakibatkan perubahan struktur dinding pembuluh darah berupa lipohyalinosis
atau nekrosis fibrinoid.
b. Perdarahan sub arachnoid
Pecahnya pembuluh darah karena aneurisma atau AVM. Aneurisme paling
sering didapat pada percabangann pembuluh darah besar di sirkulasi willisi.
AVM dapat dijumpai pada jaringan otak dipermukaan piameter dan ventrikel
otak, ataupun di dalam ventrikel otak dan ruang sub arachnoid. Pecahnya arteri
dan keluarnya darah ke ruang sub arachnoid mengakibatkan terjadinya
peningkatan tekanan inta kranial yang mendadak, meregangnya struktur peka
nyeri, sehingga timbul nyeri kepala hebat. Sering pula dijumpai kaku kuduk dan
tanda-tanda rangsangan selaput otak lainnya. Peningkatan tekanan intra kranial
yang mengakibatkan perdarahan subhialoid pada retina dan penurunan kesadaran.
Perdarahan sub arachnoid dapat mengakibatkan vaso spasme pembuluh darah
serebral. Vaso spasme ini sering kali terjadi 3-5 hari setelah timbulnya
perdarahan, mencapai puncaknya pada hari ke 5-9, dan dapat menghilang setelah
minggu ke 2-5. Timbulnya vaso spasme diduga karena interaksi antara bahan-
bahan yang berasal dari darah dan dilepaskan ke dalam cairan serebrospinalis
dengan pembuluh arteri di ruang sub arachnoid. Vaso spasme ini dapat
mengakibatkan disfungsi otak global (nyeri kepala, penurunan kesadaran)
maupun fokal (hemiparase, gangguan hemisensorik, afasia, dan lain-lain). Otak
dapat berfungsi jika kebutuhan oksigen dan glukosa otak dapat terpenuhi. Energi
yang dihasilkan di dalam sel saraf hampir seluruhnya melalui proses oksidasi.
Otak tidak punya cadangan oksigen jadi kerusakan, kekurangan aliran darah otak
walau sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan
kebutuhan glukosa sebagai bahan bakar metabolisme otak, tidak boleh
kekurangan dari 20 mg % karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa
sebanyak 25 % dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar
glukosa plasma turun sampai 70 % maka akan terjadi gejala disfungsi serebral.
Pada saat otak hipoksia, tubuh berusaha memenuhi oksigen melalui proses
metabolik anaerob, yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah otak.
3. Analisa Sintesa ( Pathways )
4. Data Fokus
DS : keluarga pasien mengatakan pasien tidak bisa mengeluarkan lendir yang
ada di dalam mulutnya
DO :
- Kesadaran menurun (GCS : E3V2M5 : sopor)
- Gelisah
- Terpasang NRM 10 lpm
- Tampak secret pada mulut pasien
- Batuk tidak efektif
- Terdengar suara gurgling
5. Diagnosa Keperawatan
Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan stroke hemoragic
6. Tindakan Keperawatan dan Tujuan dilakukan tindakan
 Melakukan suction
Pelaksanaan
1. Tahap tindakan
Persiapan alat
a. Suction pump
b. Kateter suction
c. Sarung tangan steril
d. Kom berisi larutan Nacl 0,9% atau Aquades.
e. Kassa steril / alcohol swab
f. Tissue
Persiapan pasien
1) Mengkaji pasien yang akan dilakukan suction
2) Mencocokkan identitas.
3) Menjelaskan kepada pasien hal-hal yang akan dikerjakan (maksud dan tujuan)
4) Mengatur posisi pasien . terlentang , kepala miring ke arah perawat (jika
memungkinkan)

Pre interaksi :
1) Cuci tangan
2) Siapkan alat-alat
Tahap orientasi
1) Memberi salam , panggil klien dengan panggilan yang disenangi
2) Memperkenalkan nama perawat
3) Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien atau keluarga
4) Menjelaskan tentang kerahasiaan.
Tahap kerja
1) Cuci tangan
2) Atur pasien dalam posisi telentang dan kepala miring ke arah perawat (jika
memungkinkan)
3) Gunakan sarung tangan
4) Hubungkan kateter suction dengan selang suction
5) Hidupkan suction pump
6) Masukkan kateter pengisap ke dalam kom berisi akuades atau NaCl 0,9%
untuk mencegah trauma mukosa
7) Masukkan kateter suction dalam keadaan tidak mengisap kedalam mulut
pasien
8) Lakukan suctioning maksimal 10 -15 detik, tarik kateter suction dengan cara
memutar.
9) Jika pasien menggunakan oksigen, pastikan untuk memberikan oksigen
kembali.
10) Bilas kateter denga akuades atau NaCL 0,9%
11) Lakukan kembali hingga lendir bersih
12) Catat respons yang terjadi
13) Cuci tangan
Tujuan
Tindakan tersebut dilakukan untuk membersihkan jalan napas dan memenuhi kebutuhan
oksigenasi.

7. Prinsip-prinsip Tindakan (bukan prosedur tindakan)


Prinsip tindakan keperawatan
Pengisapan lendir (suction) merupakan tindakan pada pasien yang tidak mampu
mengeluarkan sekret atau lendir secara sendiri. Tindakan tersebut dilakukan untuk
membersihkan jalan napas dan memenuhi kebutuhan oksigenasi.
8. Efek/Komplikasi/Bahaya yang dapat terjadi dari tindaan Keperawatan dan
Pencegahannya

A. Bahaya dilakukannya tindakan ( berisi tentang efek yg muncul apabila dosis tidak
sesuai atau kesalahan pemberian tindakan )
1. Hipoksemia karena suction melalui artificial airway dapat menghisap oksigen
yang di alveoli dan menurunkan oksigen pada darah arteri dapat menimbulkan
tachicardi aritmia/PVC, bradikardi.
Untuk mencegah hipoksemia ini:
a. Oksigenasi yang baik sebelum dan sesudah suction
b. Suction jangan melebihi 15 detik
c. Ukuran diameter suction yang benar
2. Trauma jaringan
Suction dapat menyebabkan trauma jaringan, iritasi dan perdarahan, untuk
pencegahan:
a. Pakai kateter suction dengan jenis dan ukuran yang benar
b. Teknik suction yang benar dan baik
3. Ateletaksis
Ateletaksis dapat terjadi bila pemakaian kateter suction yang terlalu besar dan
vacum suction yang terlalu kuat sehingga terjadi kolaps paru atau ateletaksis dan
bisa terjadi persistent hipoksemia, Untuk mencegah:
a. Pakai kateter suction dengan jenis dan ukuran yang benar
b. Teknik suction yang baik dan benar
c. Auskultasi pre dan post suction
4. Hipotensi
Hipotensi yang terjadi sewaktu suction biasanya karena vegal stimulus, batuk dan
hipoksemia. Untuk mencegahnya:
a. Cek darah dan sesudah suction
b. Monitor vital sign
5. Airways contrication
Airways contrication terjadi karena adanya rangsangan mekanik langsung dari
suction terhadap mukosa saluran nafas sehingga terjadi broncho contriction
dengan tanda adanya wheezing. Bila terjadi broncho contriction berikan
bronchodilator, pada nasitracheal suction dapat terjadi sampai laring.
9. Evaluasi ( Hasil yang didapat dari tindakan tersebut dan maknanya )

S : pasien mengatakan merasa leibh nyaman


O : Klien tampak tenang, jalan napas bersih, nadi 60 -100 x/menit,
A : bersihan jalan napas teratasi
P :monitoring bersihan jalan napas, lakukan suction berkala sesuai kebutuhan pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Adib, M. 2017.Cara Mudah MEmahami dan Menghindari Hipertensi Jantung dan Stroke.
Dianloka : Jakarta

Muttaqin, Arif. 2020. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Persyarafan. Jakarta: Salemba Medika
NANDA International. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2016-2018. Jakarta:
EGC.
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardi. 2019. Panduan Penyusunan Asuhan Keperawatan
Profesional Jilid 2. Yogyakarta: Media Action Publishing
Uliyah, Musrifatul & Hidayat, Aziz Alimul. 2018. Praktikum Keterampilan Dasar
Praktik Klinik Aplikasi Dasar-dasar Praktik Kebidanan. Jakarta: Salemba
Medika

Anda mungkin juga menyukai