Segala puji bagi allah swt yang telah memberikan nikmat serta hidaya-Nya terutama
nikmat kesempatan dan Kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mata
kuliah “farmakologi’’. Kemudian shalawat beserta salam kami sampaikan kepada nabi besar
kita Muhammad SAW,yang telah memberikan pedoman hidup yakni Al-Quran dan sunnah
untuk keselamatan umat didunia.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah farmakologi. Selanjutnya kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu apt Nurul Qiyaam
M.Farm.Klin selaku dosen mata kuliah farmakologi selama penulisan makalah ini.
Penulis
BAB II
PEMBAHASAN
3. Rute subkutan
Rute subkutan, jarum dimasukkan ke dalam jaringan lemak tepat di bawah kulit.
Setelah obat disuntikkan, kemudian bergerak ke pembuluh darah kecil (kapiler) dan
terbawa oleh aliran darah. Atau, obat mencapai aliran darah melalui pembuluh limfatik.
Obat protein yang berukuran besar seperti insulin, biasanya mencapai aliran darah melalui
pembuluh limfatik karena obat ini bergerak perlahan dari jaringan ke kapiler. Rute
subkutan digunakan untuk banyak obat protein karena obat tersebut akan hancur dalam
saluran pencernaan jika mereka diambil secara oral.
Obat-obatan tertentu (seperti progestin yang digunakan untuk pengendalian kelahiran
hormonal) dapat diberikan dengan memasukkan kapsul plastik di bawah kulit
(implantasi). Meskipun rute ini jarang digunakan, keunggulan utamanya adalah untuk
memberikan efek terapi jangka panjang (misalnya, etonogestrel yang ditanamkan untuk
kontrasepsi dapat bertahan hingga 3 tahun).
4. Rute intramuskuler
Rute intramuskular disukai dibanding rute subkutan ketika diperlukan obat dengan
volume yang lebih besar. Karena otot-otot terletak di bawah kulit dan jaringan lemak,
digunakan jarum yang lebih panjang. Obat biasanya disuntikkan ke dalam otot lengan
atas, paha, atau pantat. Seberapa cepat obat ini diserap ke dalam aliran darah tergantung,
sebagian, pada pasokan darah ke otot: Semakin kecil suplai darah, semakin lama waktu
yang dibutuhkan untuk obat yang akan diserap.
5. Rute intravena
Rintravena, jarum dimasukkan langsung ke pembuluh darah. Suatu larutan yang
mengandung obat dapat diberikan dalam dosis tunggal atau dengan infus kontinu. Untuk
infus, larutan digerakkan oleh gravitasi (dari kantong plastik dilipat) atau, lebih umum,
dengan pompa infus melalui pipa fleksibel tipis ke tabung (kateter) dimasukkan ke dalam
pembuluh darah, biasanya di lengan bawah. Pemberian intravena adalah cara terbaik
untuk memberikan dosis yang tepat dengan cepat dan dengan cara yang terkendali dengan
baik ke seluruh tubuh. Hal ini juga digunakan untuk larutan yang membuat iritasi, yang
akan menyebabkan nyeri dan kerusakan jaringan jika diberikan melalui suntikan subkutan
atau intramuskular. Suntikan intravena dapat lebih sulit untuk dikelola daripada injeksi
subkutan atau intramuskular karena memasukkan jarum atau kateter ke dalam vena
mungkin sulit, terutama jika orang tersebut adalah obesitas.
Ketika diberikan secara intravena, obat dikirimkan langsung ke aliran darah dan
cenderung berlaku lebih cepat daripada ketika diberikan oleh rute lain. Akibatnya, praktisi
kesehatan terus memantau orang yang menerima suntikan intravena untuk tanda-tanda
bahwa obat ini bekerja atau menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan. Juga, efek
dari obat yang diberikan oleh rute ini cenderung bertahan untuk waktu yang lebih singkat.
Oleh karena itu, beberapa obat harus diberikan melalui infus terus menerus untuk menjaga
efeknya konstan.
7. Rute per-rektal/suppositoria
Suppositoria rektal adalah bentuk obat padat yang dimasukkan ke dalam rektum
(sebuah area dalam usus besar sebelum anus). Obat jenis ini dikemas dalam berbagai
bentuk dan ukuran, namun biasanya bentuk obat ini akan berbentuk menyempit di salah
satu ujungnya.Suppositoria rektal dapat memberikan banyak jenis obat. Misalnya, obat ini
mungkin mengandung gliserin untuk mengatasi sembelit atau asetaminofen untuk atasi
demam.Obat dari suppositoria rektal cenderung bekerja dengan cepat. Hal ini dikarenakan
suppositoria meleleh di dalam tubuh dan diserap secara langsung ke dalam aliran darah.
Suppositoria rektal bertindak secara sistemik, atau sebagai alternatif dari obat-obat oral
(misalnya ketika seseorang tidak mampu mengonsumsi obat melalui mulut). Perlu kamu
ketahui juga bahwa obat ini mudah diserap di dalam rektum karena rektum kaya akan
pembuluh darah.
o Cara pakai obat suppositoria
1. Pergilah ke toilet. Jika perlu kamu boleh untuk kosongkan terlebih dahulu isi
perut atau lakukan buang air besar.
2. Pastikan kamu tidak lupa cuci tangan hingga bersih.
3. Buka dan buang semua plastik pembungkus obat suppositoria.
4. Langkah berikutnya pastikan kamu dalam keadaan jongkok atau tidur menghadap
ke salah satu sisi tubuh.
5. Satu kaki kamu ditekuk dan satu kaki lainnya lurus.
6. Jika posisi sudah benar, masukkan obat suppositoria secara perlahan namun tegas
ke dalam anus. Jika sulit untuk dimasukkan kamu bisa basahi ujung suppositoria
dengan sedikit air. Kemudian dorong cukup jauh sehingga suppositoria tidak
keluar kembali.
7. Tahan dan rapatkan kaki dengan duduk atau berbaring diam selama beberapa
menit.
8. Ketika semua proses sudah selesai, kembali cuci tangan kamu dengan sabun
sampai bersih.
.
DAFTAR PUSTAKA