Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH FARMAKOLOGI

“CARA PEMEBRIAN OBAT DENGAN MENERAPKAN


PASIEN SAFETY”

DOSEN PENGAMPU : apt Nurul Qiyaam M.Farm.Klin


DISUSUN OLEH :
TRY AZWIN SAPUTRA ( P07120120088 )
43/TINGKAT 1B

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN


MATARAM
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
T.A. 2020/2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi allah swt yang telah memberikan nikmat serta hidaya-Nya terutama
nikmat kesempatan dan Kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mata
kuliah “farmakologi’’. Kemudian shalawat beserta salam kami sampaikan kepada nabi besar
kita Muhammad SAW,yang telah memberikan pedoman hidup yakni Al-Quran dan sunnah
untuk keselamatan umat didunia.

Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah farmakologi. Selanjutnya kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu apt Nurul Qiyaam
M.Farm.Klin selaku dosen mata kuliah farmakologi selama penulisan makalah ini.

Akhirnya kami menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam


penulisan makalah ini,maka dari itu saya mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari
para pembaca demi kesempurnaan makalah ini

Mataram 21 Maret 2021

Penulis
BAB II
PEMBAHASAN

CARA PEMBERIAN OBAT DENGAN MENERAPKAN SAFETY


1. Rute oral
Banyak obat dapat diberikan secara oral dalam bentuk tablet, cairan (sirup, emulsi),
kapsul, atau tablet kunyah. Rute ini paling sering digunakan karena paling nyaman dan
biasanya yang paling aman dan tidak mahal. Namun, rute ini memiliki keterbatasan
karena jalannya obat biasanya bergerak melalui saluran pencernaan. Untuk obat diberikan
secara oral, penyerapan (absorpsi) bisa terjadi mulai di mulut dan lambung. Namun,
sebagian besar obat biasanya diserap di usus kecil. Obat melewati dinding usus dan
perjalanan ke hati sebelum diangkut melalui aliran darah ke situs target. Dinding usus dan
hati secara kimiawi mengubah (memetabolisme) banyak obat, mengurangi jumlah obat
yang mencapai aliran darah. Akibatnya, ketika obat yang sama diberikan secara suntikan
(intravena), biasanya diberikan dalam dosis yang lebih kecil untuk menghasilkan efek
yang sama.
Ketika obat diambil secara oral, makanan dan obat-obatan lainnya dalam saluran
pencernaan dapat mempengaruhi seberapa banyak dan seberapa cepat obat ini diserap.
Dengan demikian, beberapa obat harus diminum pada saat perut kosong, beberapa obat
lain harus diambil dengan makanan, beberapa obat lain tidak harus diambil dengan
obatobatan
tertentu lainnya, dan beberapa obat yang lain tidak dapat diambil secara oral sama
sekali. Beberapa obat oral mengiritasi saluran pencernaan. Misalnya, aspirin dan sebagian
besar obat nonsteroidal anti-inflammatory (NSAID) dapat membahayakan lapisan
lambung dan usus kecil untuk berpotensi menyebabkan atau memperburuk ulser yang
sudah ada sebelumnya. Beberapa obat lain penyerapannya buruk atau tidak teratur dalam
saluran pencernaan atau dihancurkan oleh enzim asam dan pencernaan di dalam perut.
2. Intrakutan
Memberikan obat melalui suntikan intracutan atau intradermal adalah suatu tindakan
membantu proses penyembuhan melalui suntikan ke dalam jaringan kulit atau intra
dermis. Istilah intradermal (ID) berasal dari kata "intra" yang berarti lipis dan "dermis"
yang berarti sensitif, lapisan pembuluh darah dalam kulit. Ketika sisi anatominya
mempunyai derajat pembuluh darah tinggi, pembuluh darah betul-betul kecil, makanya
penyerapan dari injeksi disini lambat dan dibatasi dengan efek sistemik yang dapat
dibandingkan. Karena absorpsinya terbatas, maka penggunaannya biasa untuk aksi lokal
dalam kulit untuk obat yang sensitif atau untuk menentukan sensitivitas terhadap
mikroorganisme.
o LOKASI INJEKSI INTRAKUTAN / IC
Lokasi injeksi intracutan biasanya pada :
1. lengan bawah bagian dalam
2. dada atas
3. punggung dibawah skapula
4. Lengan kiri umumnya digunakan untuk penapisan TBC
5. lengan kanan digunakan untuk semua pemeriksaan lain.
6. Dilengan atas, yaitu tiga jari di bawah sendi bahu tepat di tengah daerah
muskulus deltoideus.
7. Dilengan bawah, yaitu bagian depan lengan bawah 1/3 dari lekukan siku atau 2/3 dari
pergelangan tangan pada kulit yang sehat, jauh dari peredaran darah.

3. Rute subkutan
Rute subkutan, jarum dimasukkan ke dalam jaringan lemak tepat di bawah kulit.
Setelah obat disuntikkan, kemudian bergerak ke pembuluh darah kecil (kapiler) dan
terbawa oleh aliran darah. Atau, obat mencapai aliran darah melalui pembuluh limfatik.
Obat protein yang berukuran besar seperti insulin, biasanya mencapai aliran darah melalui
pembuluh limfatik karena obat ini bergerak perlahan dari jaringan ke kapiler. Rute
subkutan digunakan untuk banyak obat protein karena obat tersebut akan hancur dalam
saluran pencernaan jika mereka diambil secara oral.
Obat-obatan tertentu (seperti progestin yang digunakan untuk pengendalian kelahiran
hormonal) dapat diberikan dengan memasukkan kapsul plastik di bawah kulit
(implantasi). Meskipun rute ini jarang digunakan, keunggulan utamanya adalah untuk
memberikan efek terapi jangka panjang (misalnya, etonogestrel yang ditanamkan untuk
kontrasepsi dapat bertahan hingga 3 tahun).

4. Rute intramuskuler
Rute intramuskular disukai dibanding rute subkutan ketika diperlukan obat dengan
volume yang lebih besar. Karena otot-otot terletak di bawah kulit dan jaringan lemak,
digunakan jarum yang lebih panjang. Obat biasanya disuntikkan ke dalam otot lengan
atas, paha, atau pantat. Seberapa cepat obat ini diserap ke dalam aliran darah tergantung,
sebagian, pada pasokan darah ke otot: Semakin kecil suplai darah, semakin lama waktu
yang dibutuhkan untuk obat yang akan diserap.

5. Rute intravena
Rintravena, jarum dimasukkan langsung ke pembuluh darah. Suatu larutan yang
mengandung obat dapat diberikan dalam dosis tunggal atau dengan infus kontinu. Untuk
infus, larutan digerakkan oleh gravitasi (dari kantong plastik dilipat) atau, lebih umum,
dengan pompa infus melalui pipa fleksibel tipis ke tabung (kateter) dimasukkan ke dalam
pembuluh darah, biasanya di lengan bawah. Pemberian intravena adalah cara terbaik
untuk memberikan dosis yang tepat dengan cepat dan dengan cara yang terkendali dengan
baik ke seluruh tubuh. Hal ini juga digunakan untuk larutan yang membuat iritasi, yang
akan menyebabkan nyeri dan kerusakan jaringan jika diberikan melalui suntikan subkutan
atau intramuskular. Suntikan intravena dapat lebih sulit untuk dikelola daripada injeksi
subkutan atau intramuskular karena memasukkan jarum atau kateter ke dalam vena
mungkin sulit, terutama jika orang tersebut adalah obesitas.
Ketika diberikan secara intravena, obat dikirimkan langsung ke aliran darah dan
cenderung berlaku lebih cepat daripada ketika diberikan oleh rute lain. Akibatnya, praktisi
kesehatan terus memantau orang yang menerima suntikan intravena untuk tanda-tanda
bahwa obat ini bekerja atau menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan. Juga, efek
dari obat yang diberikan oleh rute ini cenderung bertahan untuk waktu yang lebih singkat.
Oleh karena itu, beberapa obat harus diberikan melalui infus terus menerus untuk menjaga
efeknya konstan.

6. Rute topical(oles dan tetes)


Pemberian obat secara topikal adalah pemberian obat secara lokal dengan cara
mengoleskan obat pada permukaan kulit atau membran area mata, hidung, lubang
telinga, vagina dan rectum. Obat yang biasa digunakan untuk pemberian obat topikal
pada kulit adalah obat yang berbentuk krim, lotion, atau salep. Hal ini dilakukan
dengan tujuan melakukan perawatan kulit atau luka, atau menurunkan gejala gangguan
kulit yang terjadi (contoh : lotion). Pemberian obat topikal pada kulit terbatas hanya
pada obat-obat tertentu karena tidak banyak obat yang dapat menembus kulit yang
utuh. Keberhasilan pengobatan topical pada kulit tergantung pada: umur, pemilihan
agen topikal yang tepat, lokasi dan luas tubuh yang terkena atau yang sakit, stadium
penyakit, konsentrasi bahan aktif dalam vehikulum, metode aplikasi, penentuan lama
pemakaian obat, penetrasi obat topical pada kulit.

7. Rute per-rektal/suppositoria
Suppositoria rektal adalah bentuk obat padat yang dimasukkan ke dalam rektum
(sebuah area dalam usus besar sebelum anus). Obat jenis ini dikemas dalam berbagai
bentuk dan ukuran, namun biasanya bentuk obat ini akan berbentuk menyempit di salah
satu ujungnya.Suppositoria rektal dapat memberikan banyak jenis obat. Misalnya, obat ini
mungkin mengandung gliserin untuk mengatasi sembelit atau asetaminofen untuk atasi
demam.Obat dari suppositoria rektal cenderung bekerja dengan cepat. Hal ini dikarenakan
suppositoria meleleh di dalam tubuh dan diserap secara langsung ke dalam aliran darah.
Suppositoria rektal bertindak secara sistemik, atau sebagai alternatif dari obat-obat oral
(misalnya ketika seseorang tidak mampu mengonsumsi obat melalui mulut). Perlu kamu
ketahui juga bahwa obat ini mudah diserap di dalam rektum karena rektum kaya akan
pembuluh darah.
o Cara pakai obat suppositoria
1. Pergilah ke toilet. Jika perlu kamu boleh untuk kosongkan terlebih dahulu isi
perut atau lakukan buang air besar.
2. Pastikan kamu tidak lupa cuci tangan hingga bersih.
3. Buka dan buang semua plastik pembungkus obat suppositoria.
4. Langkah berikutnya pastikan kamu dalam keadaan jongkok atau tidur menghadap
ke salah satu sisi tubuh.
5. Satu kaki kamu ditekuk dan satu kaki lainnya lurus.
6. Jika posisi sudah benar, masukkan obat suppositoria secara perlahan namun tegas
ke dalam anus. Jika sulit untuk dimasukkan kamu bisa basahi ujung suppositoria
dengan sedikit air. Kemudian dorong cukup jauh sehingga suppositoria tidak
keluar kembali.
7. Tahan dan rapatkan kaki dengan duduk atau berbaring diam selama beberapa
menit.
8. Ketika semua proses sudah selesai, kembali cuci tangan kamu dengan sabun
sampai bersih.
.
DAFTAR PUSTAKA

Le J., Introduction to Administration and Kinetics of Drugs, MSD Manual Consumer


Version,
diakses tanggal 5 October 2016.
http://mahasiswafarmasibicara.blogspot.com/2013/10/pemberian-obat-secara-topikal.html
webmd.com (2019) diakses 27 Mei 2020.
healthline.com (2016) diakses 27 Mei 2020.
medicalnewstoday.com (2018) diakses 27 Mei 2020.

Anda mungkin juga menyukai