Anda di halaman 1dari 5

II.

TINJAUAN PUSTAKA
Definisi farmakokinetik

Farmakokinetika merupakan suatu studi ilmu dari kinetika absropsi,distribusi, dan


eliminasi . Farmakokinetik adalah mempelajari pengaruh tubuh terhadap suatu obat. Deskripsi
distribusi dan eliminasi obat disebut dengan diposisis obat. Farmakokinetik menentukan
konsentrasi obat dalam plasma dankonsentrasiobat pada tempat kerjanya. Variabilitas
farmakokinetik merupakan salah satu penyebabperbedaan respon obat antar pasien.Hal tersebut
bisa disebabkan oleh perbedaan metabolisme secara genetik, interaksi dengan obat lain, atau
adanya penyakit pada hati, ginjal, dan organ metabolisme lainnya. Prinsip dasar farmakokinetik
adalah penyerapan, metabolisme, distribusi, dan eliminasi. Proses ini adalah proses dasar untuk
semua obat. Proses ini bisa dijelaskan secara fisiologis atau secara matematika, dimana
semuanya memiliki tujuan tertentu. Penjelasan secara fisiologis dapat memperkirakan bagaimana
perubahan pada fungsi organ akan mempengaruhi disposisi obat. Sedangkan penjelasan secara
matematika dapat digunakan untuk menghitung konsentrasi obat dalam darah atau
jaringan(Ratnadi dan Sujana,2017)

Macam-macam Rute Pemberian Obat


Efek Farmakologi dari suatu obat dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Salah satunya
adalah dengan rute pemberian obat. Rute pemberian obat merupakan jalur suatu obat, cairan atau
pun zat lain yang dimasukan kedalam tubuh. Macam- macam rute pemberiaan obat sebagai
berikut:

- Rute Oral

Rute oral, merupakan salah satu cara pemakaian obat melalui mulut dan akan masuk ke
dalam tubuh melalui saluran pencernaan. Rute oral bertujuan untuk terapi dan memberikan efek
sistemik yang dikehendaki. Rute oral merupakan cara mengkonsumsi obat yang dinilai paling
mudah dan menyenangkan, murah serta umumnya paling aman. Kekurangan dari rute pemberian
obat secara oral adalah: bioavailibilitasnya banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor, iritasi pada
saluran cerna, perlu kerjasama dengan penderita (tidak dapat diberikan pada penderita koma),
timbul efek lambat, tidak bermanfaat untuk pasien yang sering muntah, diare, tidak sadar, tidak
kooperatif; untuk obat iritatif rasa tidak enak penggunaannya terbatas, obat yang inaktif/terurai
oleh cairan lambung/ usus tidak bermanfaat (penisilin G, insulin), absorpsi obat tidak teratur.

- Rute Intramuscular

Injeksi intramuskuler (IM) adalah pemberian obat/ cairan dengan cara dimasukkan langsung
ke dalam otot (muskulus) Rute intramuscular (IM) memungkinkan absorbsi obat yang lebih
cepat dari pada rute subcutan (SC), karena pembuluh darah lebih banyak terdapat di otot. Bahaya
kerusakan jaringan berkurang ketika obat memasuki otot dalam, tetapi bila tidak hati-hati, ada
resiko menginjeksi obat langsung ke pembuluh darah. Bagian tubuh yang lazim digunakan pada
injjeksi ini adalah dorsogluteal, ventrogluteal, vastus lateralis, dan deltoid. Dorsogluteal terdiri
dari otot gluteus bokong yang tebal. Deltoid merupakan otot kecil yang berdekatan dengan arteri
radialis dan brakialis. Tempat ini hanya digunakan untuk suntikkan intramuscular (Septikasari,
2018)

- Rute Subkutan

Injeksi Subkutan dilakukan dengan menempatkan obat ke jaringan ikat longgar dermis. Karena
jaringan subkutan tidak dialiri darah sebanyak darah yang mengaliri otot, absorbsi dijaringan
subkutan lebih sedikit lambat dari pada injeksi intramuscular. Daerah yang paling baik untuk
penyuntikan subkutan adalah daerah Injeksi subcutan lazim dilakukan pada lengan atas, paha
bawah depan, perut bagian bawah dan punggung bagian atas.

- Rute Intravena

Rute intravena merupakan pemberian obat dengan cara memasukan obat kedalam pembuluh
darah vena secara langsung dengan menggunakan spuit, sehingga obat langsung masuk ke dalam
sistem sirkulasi darah. Injeksi dalam pembuluh darah menghasilkan efek tercepat dalam waktu
18 detik, yaitu waktu satu peredaran darah, obat sudah tersebar ke seluruh jaringan, tetapi lama
kerja obat biasanya hanya singkat. Cara ini digunakan untuk 15 mencapai ukuran yang tepat dan
dapat dipercaya, atau efek yang sangat cepat dan kuat dan jalur ini dipilih karena untuk
menghindari ketidaknyamanan yang ditimbulkan oleh pengguna jalur parental lainnya. Tidak
untuk obat yang tak larut dalam air atau menimbulkan endapan dengan protein atau butiran darah
(Sumijatun, 2010). Injeksi intravena (IV) biasanya dilakukan di pembuluh darah vena yang
terdapat pada lengan (vena mediana cubiti/ vena cephalica),pada tungkai (vena saphenosus)
,pada leher (vena jugularis) pada kepala (vena frontalis, atau vena temporalis)(Kozier, Barbara
& Erb, Glenora dkk, 2009).Pada pemberian dengan cara parenteral terutama pada intravena
maka obat langsung dimasukkan dalam pembuluh darah vena sehingga tidak terjadi proses
absorbs, akibatnya jumlah obat yang ada dalam pembuluh darah akan sama dengan jumlah obat
yang diberikan.

- Rute Intra peritonial

Pada rute ini pemberian obat dilakukan dengan penyuntikan yang dilakukan pada rongga perut
sebelah kanan bawah,yaitu diantara kantung kemih dan hati. Rongga peritonium memiliki
permukaan yang sangat luas sehingga obat dapat masuk ke sirkulasi sistemaik secara cepat.
Keuntungannya adalah obat yang disuntikan dalam rongga peritonium akan diabsropsi sehingga
reaksi obat akan cepat terlihat ( Munaf,1994)

Definisi Absropsi

Absorpsi ditandai oleh masuknya xenobiotika/tokson dari tempat kontak (paparan)


menuju sirkulasi sistemik tubuh atau pembuluh limfe. Absorpsi didefinisikan sebagai jumlah
xenobiotika yang mencapai sistem sirkululasi sistemik dalam bentuk tidak berubah. Tokson
dapat terabsorpsi umumnya apabila berada dalam bentuk terlarut atau terdispersi molekular.
Absorpsi sistemik tokson dari tempat extravaskular dipengaruhi oleh sifat-sifat anatomik dan
fisiologik tempat absorpsi (sifat membran biologis dan aliran kapiler darah tempat kontak), serta
sifat-sifat fisiko-kimia tokson dan bentuk farmseutik tokson (tablet, salep, sirop, aerosol,
suspensi atau larutan). Jalur utama absorpsi tokson adalah saluran cerna, paru-paru, dan kulit.
Pada pemasukan tokson langsung ke sistem sirkulasi sistemik (pemakaian secara injeksi), dapat
dikatakan bahwa tokson tidak mengalami proses absorpsi. Absorpsi suatu xenobiotika tidak akan
terjadi tanpa suatu transpor melalui membran sel, demikian halnya juga pada distribusi dan
ekskresi. Oleh sebab itu membran sel (membran biologi) dalam absorpsi merupakan sawar”
barier“ yaitu batas pemisah antara lingkungan dalam dan luar ( Wirasuta dan Niruri, 2006)

Dalam penerjalanan obat dalam tubuh terdapat onset dan durasi. Onset adalah waktu dari
saat obat diberikan hingga obat terasa kerjanya. Waktu onset ini sangat tergantung pada rute
pemberian dan farmakokinetik obat. Puncak, adalah waktu di mana obat mencapai konsentrasi
tertinggi dalam plasma. Setelah tubuh menyerap semakin banyak obat maka konsentrasinya
di dalam tubuh semakin meningkat sehingga mencapai konsentrasi puncak respon. Durasi kerja
obat adalah lama waktu obat menghasilkan suatu efek terapi atau efek farmakologis (Noviani,
2017).

Kesimpulan

Maka dapat disimpulkan dari data pengamatan yang diberikan, didapatkan bahwa cara
pemberian obat yang paling cepat berdasarkan durasi onset secara berturut-turut yaitu melalui
rute intravena, pemberian secara subkutan, dan melalui cara per oral. Adapun cara pemberian
obat terbagi menjadi dua, yaitu enteral dan parenteral. Dari kedua cara tersebut memiliki
kelebihan dan kekurangan masing-masing serpeti pemberian obat melalui oral menyebabkan
mula kerja obat menjadi lebih lama karena membutuhkan kerja dari beberapa organ tertentu yang
kemudian dapat sampai di tujuan. Akan tetapi, pemberian melalui oral memberikan durasi kerja
obat yang bertahan paling lama dibandingkan dengan cara parenteral. Apabila obat diberikan
secara parenteral mula kerja obat menjadi lebih cepat karena tidak melalui saluran cerna
sehingga obat tidak melalui first pass metabolism, tetapi durasi efek obat juga berakhir dengan
cepat. Lalu, dari cara pemberian obat berpengaruh kepada laju absorbsi obat oleh tubuh karena
sangat menentukan efek biologis obat. Seperti misalnya menentukan cepat atau lambatnya obat
mulai bekerja serta menentukan durasi atau lamanya obat bekerja. Reaksi sifat dan ketahanan
sampel pada suatu obat juga dapat menjadi variabel pengganggu dalam menentukan pengaruh
rute pemberian sediaan. Oleh karena itu, banyak obat ataupun banyak sampel akan berpengaruh
pada percobaan. Sehingga terjadi semakin banyak sampel yang diteliti, maka semakin akurat
data yang diperoleh.

Daftar Pustaka

Septikasari, Majestika. 2018. Konsep Dasar Pemberian Obat untuk Bidan. Cilacap: STIKES Al
Irsyad Al Islamiyyah Cilacap
Munaf, Sjamsuir. (1994). Catatan Kuliah Farmakologi Bagian II. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Hal. 185-186.

Kozier, Barbara, dkk. (2009). Buku Ajar Keperawatan Klinis. (Edisi : 5). Jakarta : EGC

Sumijatun. (2010). Konsep Dasar Menuju Keperawatan Professional. Jakarta : Trans Info Media

Noviani,Nita dan Vitrinurilawaty.2017. Farmakologi. Kementerian Kesehatan Republik


Indonesia

Wirasuta dan Niruri. (2006). Toksikologi Umum. Bali : Universitas Udayana

Ratnadi, Putu Cyntia dan Ida Bagus Gde Sujana. 2017.Prinsip dasar Farmakologi. Bali :
Bagian/Smf Anestesiologi Dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana

Anda mungkin juga menyukai