Anda di halaman 1dari 11

JURNAL AWAL PRAKTIKUM BIOFARMASETIKA DAN FARMAKOKINETIKA

PRAKTIKUM I

FARMAKOKINETIKA IV KOMPARTEMEN TERBUKA

Hari, Tanggal Praktikum : Jumat, 31 Maret 2023

Kelas : A6A

Nama Praktikan : I Kadek Diki Dwipayana

NIM : 211021016

Nama Dosen : Apt. I Gusti Ngurah Agung Windra Wartana


Putra,S.farm.,M.Sc

Nama Asisten Dosen : Radena Watyavasistha Suteja

PROGRAM STUDI FARMASI KLINIS

FAKULTAS ILMU – ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS BALI INTERNASIONAL

DENPASAR

2023
FARMAKOKINETIKA IV KOMPARTEMEN TERBUKA

I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengetahui Prinsip Farmakokinetika IV Kompartemen Terbuka
2. Mengetahui Cara Simulasi data klinis farmakokinetika IV Kompartemen
Terbuka
3. Mampu Memberikan Rekomendasi terapi terkait farmakokinetika obat yang
diberikan melalui rute IV kompartemen terbuka
II. DASAR TEORI

Biofarmasetika merupakan sub-bidang farmasi yang mempelajari keterkaitan


antara karakteristik fisikokimia bahan baku obat dan bentuk sediaan obat dengan efek
terapeutik yang dihasilkan setelah obat tersebut diberikan kepada pasien. Terdapat
beberapa faktor yang memengaruhi biofarmasetika, seperti stabilitas obat dalam
formulasi, pelepasan obat, laju pelepasan selama proses penyerapan, dan penyerapan
secara sistemik (Shargel, 2016)
Farmakokinetika merupakan bidang ilmu yang masih cukup baru, yang
terutama mempelajari aspek kuantitatif dari obat dalam tubuh. Pertama-tama,
farmakokinetika didefinisikan sebagai analisis matematika mengenai kuantitas dan
aktivitas obat dalam tubuh yang berkaitan dengan waktu. Farmakokinetika diartikan
sebagai analisis proses kuantitatif seperti penyerapan, distribusi, metabolisme, dan
ekskresi obat dalam hubungannya dengan respons farmakologi, terapi, dan
toksikologi. Kinetika sendiri bermakna gerakan atau perpindahan dari satu tempat ke
tempat lain. Oleh karena itu, farmakokinetika mempelajari proses perpindahan obat
dari satu tempat ke tempat lain dalam tubuh, atau nasib obat dalam tubuh. Nasib obat
dalam tubuh ini meliputi proses penyerapan, distribusi, dan eliminasi (Donatus, 2014).
Hal-hal lain terkait Farmakokinetik adalah sebagai berikut.
a. Waktu Paruh.
Waktu paruh merujuk pada jangka waktu yang dibutuhkan agar setengah dari dosis
obat dikeluarkan dari tubuh. Beberapa faktor yang memengaruhi waktu paruh
termasuk proses absorpsi, metabolisme, dan ekskresi. Mengetahui waktu paruh
sangat penting untuk menentukan frekuensi pemberian obat yang tepat.

b. .Awal, puncak, dan durasi efek obat. Awal adalah periode waktu yang dibutuhkan
obat untuk mulai bereaksi setelah dikonsumsi. Waktu awal ini sangat bergantung
pada cara konsumsi dan sifat kimia obat. Puncak, yaitu waktu ketika konsentrasi
obat dalam plasma mencapai nilai tertinggi. Setelah semakin banyak obat diserap
oleh tubuh, konsentrasinya semakin meningkat hingga mencapai puncak respons.
Durasi efek obat adalah waktu yang diperlukan obat untuk menghasilkan efek
terapeutik atau efek farmakologis (Aberg, 2013).Obat yang diberi secara
ekstravaskular, pertama-tama akan diabsorbai oleh tubuh. Absorpsi merupakan
proses masuknya molekul obst dari tcmpat pemberiaan ke sirkulasi sistemik, atau
suatu proses perpindahan dari tempat absorpsi ke dalam darah. Untuk obat - obat
yang bekerja di luar darah, selanjutnya obat tersebut harus dipindahkan ke tempat
sasarannya dari darah atau yang dikenal sebagai proses distnbusi. Setelah
memberikan aksi, obat kemudian dikeluarkan melalui organ eliminasi. Proses ini
dikenal sepagai proses eliminasi, yakni proses perpindahan obat dari darah ke
tempat eliminasinya (Donatus, 2014).
Pemberian intravaskular merujuk pada penggunaan obat yang langsung
dimasukkan ke dalam pembuluh darah vena atau arteri. Dalam hal ini, tidak terjadi
proses penyerapan obat, sehingga seluruh dosis obat yang terkandung dalam sediaan
masuk ke dalam tubuh. Obat yang diberikan secara intravena langsung memasuki
sirkulasi sistemik tanpa mengalami penyerapan. Oleh karena itu, seluruh obat yang
diberikan langsung masuk ke dalam sirkulasi sistemik. Sebaliknya, penggunaan obat
secara oral mengharuskan terjadinya penyerapan obat ke dalam sirkulasi sistemik
sebelum efek obat dapat dirasakan (Nasution, 2015).Proses kerja obat yang dibahas
dalam bidang Farmakokinetik ini secara berurutan adalah absorpsi, distribusi,
metabolisme, dan ekskresi. Keterangan untuk masing-masing proses tersebut akan
diterangkan sebagai berikut:

1. Penyerapan
Penyerapan adalah proses dimana obat masuk dari tempat aplikasi ke dalam
sirkulasi darah. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan dan
jumlah penyerapan obat dalam tubuh, yaitu luas permukaan usus, kecepatan
pengosongan lambung, peristaltik usus, dan aliran darah ke lokasi penyerapan
(Shargel dan Yu, 2015).

2. Pengedaran
Pengedaran obat merupakan proses pengantaran obat dari sirkulasi sistemik ke
berbagai jaringan dan cairan tubuh. Proses pengedaran obat yang telah diserap
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti aliran darah, permeabilitas kapiler, dan
pengikatan protein. Konsentrasi obat dalam darah atau plasma dipengaruhi oleh
jumlah obat yang terdapat dalam tubuh serta seberapa luas obat tersebut

menyebar.
3. Metabolisme
Proses biotransformasi atau metabolisme obat adalah proses tubuh yang
mengubah komposisi obat agar lebih mudah larut dalam air sehingga dapat
dikeluarkan dari tubuh. Tujuan dari metabolisme obat adalah mengubah obat
yang tidak larut dalam air menjadi larut dalam air agar dapat diekskresi melalui
ginjal atau empedu. Dalam proses ini, obat aktif dapat diubah menjadi tidak aktif
atau menjadi lebih aktif, kurang aktif, atau bahkan menjadi toksik. Faktor-faktor
yang mempengaruhi metabolisme obat antara lain faktor genetik, lingkungan,
kondisi kesehatan, dan usia. Proses metabolisme terjadi melalui dua fase yaitu
fase I dan fase II. Pada fase I, molekul obat yang awalnya tidak larut dalam air
diubah menjadi molekul yang lebih larut dalam air. Sedangkan pada fase II,
terjadi reaksi penggabungan (konjugasi) (Tjay dan Rahardja, 2017).
4. Ekskresi
Eliminasi atau pembuangan obat dari tubuh disebut juga sebagai ekskresi obat.
Sebagian besar obat dikeluarkan dari tubuh melalui ginjal dan urin. Obat juga
dapat dikeluarkan melalui saluran pernapasan, kelenjar eksokrin (seperti keringat,
air liur, dan air susu), kulit, dan saluran pencernaan. Ginjal merupakan organ yang
paling penting untuk ekskresi obat. Obat dikeluarkan melalui ginjal dalam bentuk
utuh atau sebagai metabolit. Ekskresi obat melalui ginjal melibatkan tiga proses
yaitu filtrasi glomerulus, sekresi aktif di tubulus, dan reabsorpsi pasif di sepanjang
tubulus. Fungsi ginjal mencapai kematangan pada usia 6-12 bulan dan menurun
sebesar 1% per tahun setelah dewasa. Organ kedua yang berperan penting dalam
ekskresi obat adalah usus, di mana obat dikeluarkan melalui empedu dan feses.
Ekskresi melalui saluran pernapasan terutama untuk gas anestesi umum
(Gunawan, 2016).

Satuan adalah entitas yang dapat dijelaskan dengan volume dan konsentrasi
yang tertentu. Perilaku zat dalam sistem biologi dapat dijelaskan pada bagian satu atau
bagian dua. Terkadang diperlukan untuk menggunakan beberapa panel dengan terlebih
dahulu menentukan apakah data uji cocok dengan model satu satuan dan, jika tidak,
menguji model yang memuaskan. Faktanya, tubuh manusia adalah model multi-satuan,
yang memperhitungkan perbedaan konsentrasi zat dalam organel individu (Hakim,

2014).

Model kompartemen yang paling sering digunakan adalah model kompartemen


tunggal terbuka. Model ini mengasumsikan bahwa perubahan berbeda dalam
konsentrasi zat obat dalam plasma mencerminkan perubahan relative dalam konsentrasi
zat obat dalam jaringan. Namun model ini tidak mengasumsikan bahwa konsentrasi zat
obat di setiap jaringan sama pada waktu yang berbeda. Selain itu, zat obat dalam tubuh
tidak dapat diukur secara langsung, tetapi konsentrasi zat obat dapat diukur dari sampel
cairan tubuh (Shargel, 2016).

Penggunaan tablet, kapsul, atau larutan oral merupakan rute administrasi yang
paling umum dan ekonomis. Saat mengembangkan model farmakokinetik untuk
memprediksi distribusi kinetik obat, rute pemberian dan perilaku kinetik obat dalam
tubuh harus dipertimbangkan. Model terbuka dengan satu kompartemen adalah cara
termudah untuk menggambarkan proses distribusi dan ekskresi obat dalam tubuh.
Model satu kompartemen menganggap tubuh sebagai satu kesatuan, sehingga obat
dapat menyebar ke seluruh bagian tubuh dengan cepat dan keluar dari tubuh melalui
kompartemen terbuka. Namun, model satu kompartemen tidak mempertimbangkan
tingkat obat jaringan yang sebenarnya, melainkan mengasumsikan bahwa kadar obat
dalam darah mencerminkan kadar obat dalam jaringan (Shargel, 2016).

Istilah kecepatan reaksi digunakan untuk menjelaskan semua proses kecepatan


masuk dan keluar obat dari kompartemen. Untuk menganalisis informasi yang
diperoleh dari percobaan, model kompartemen dapat dibagi menjadi sistem satu dan
dua kompartemen terbuka (Shargel dan Yu, 2015).

Model kompartemen dibagi menjadi dua yaitu:


a. Model kompartemen satu terbuka
Model satu kompartemen terbuka diasumsikan bahwa perubahan konsentrasi obat
dalam plasma sebanding dengan konsentrasi obat dalam jaringan. Model ini
menyatakan bahwa obat akan tersebar ke seluruh jaringan dalam tubuh melalui
sirkulasi dan mencapai keseimbangan yang tepat di dalam tubuh. Namun, model ini
tidak mempertimbangkan bahwa konsentrasi obat dalam setiap jaringan mungkin
berbeda pada waktu yang berbeda. Selain itu, DB tidak dapat diukur langsung, tetapi
konsentrasi obat dapat diukur dengan menggunakan darah. Volume distribusi, Vd
adalah volume dalam tubuh di mana obat terlarut (Shargel dan Yu, 2015).

Obat masuk D Volume obat keluar


V
Ilustrasi di atas menggambarkan penggunaan obat yang disuntikkan secara langsung
ke dalam kompartemen ini (seperti melalui injeksi intravena) dan didistribusikan ke
seluruh kompartemen. Konsentrasi obat pada saat awal (Co) dapat dihitung dengan
membagi dosis obat (D) dengan volume distribusi (Gibson dan Skett, 2013).
b. Model Kompertemen Dua Terbuka
Model dua kompartemen dianggap efektif dalam distribusi obat ke dalam tubuh.
Kompartemen pertama, yang juga dikenal sebagai kompartemen sentral, meliputi
darah, cairan ekstra seluler, dan jaringan dengan perfusi tinggi. Obat dengan cepat
menyebar ke kompartemen ini. Sementara itu, kompartemen kedua adalah
kompartemen jaringan yang berisi jaringan yang berinteraksi dengan obat secara lebih
lambat. Model ini mengeliminasi kompartemen sentral dan lebih fokus pada distribusi
obat ke dalam jaringan. Model dua kompartemen ini memiliki prinsip yang sama
dengan model satu kompartemen, namun terdapat perbedaan dalam proses distribusinya
karena adanya kompartemen perifer dan eliminasi tetap dari kompartemen sentral.
Model ini cocok untuk banyak jenis obat.

Kompartemen pusat Kompartemen


Obat masuk
Volume V1 perifer Volume V2
Obat keluar

Terdapat dua teknik pemberian obat, yakni intravaskular dan ekstravaskular.


Saat diberikan melalui jalur intravena, obat tidak seketika terserap ke dalam sirkulasi
sistemik, sementara ketika diberikan melalui jalur ekstravena, biasanya obat tersebut
langsung terserap (Zunilda dkk, 2015).

Parameter kinetika obat adalah nilai yang dihitung secara matematis dari model
berdasarkan konsentrasi obat atau metabolit yang terukur dalam cairan fisiologis seperti
plasma dan urin. Kadar plasma biasanya dipantau, dan kadang-kadang biopsi diambil
dari hewan dan manusia. Parameter kinetika obat menunjukkan perilaku umum obat di
dalam tubuh (Tillement, 2017).
III. ALAT DAN BAHAN

3.1. ALAT

• Kalulator
• Scientific
• Laptop
• Kertas Semilogaritmik
• Alat TulisPenggaris

3.2. BAHAN

• Text Book

IV. KASUS

Suatu antibiotika golongan beta laktam diberikan melalui rute I.V, dengan dosis
1500 mg. Profil konsentrasi obat yang dihasilkan pada setiap pengambilan cuplikan
darah dalam 24 jam adalah sebagai berikut:

t (jam) C (µg/mL)
0.5 19.30
1 17.57
1.8 15.11
4 9.99
5.8 7.13
8 4.71
12 2.22
18 0.719
24 0.23

Tentukan :
1. Mengikuti model farmakokinetika apakah data tersebut?
2. Persamaan farmakokinetika data tersebut!
3. Tentukan seluruh parameter farmakokinetika yang anda ketahui!

Pasien ini juga diberikan obat anti-nyeri dengan dosis 65 mg secara intravena.
Profil konsentrasi obat yang teramati dalam 1 jam adalah sebagai berikut :

t (jam) Cp (mg/L)
0 54.05
0.05 31.01
0.1 19.47
0.15 13.61
0.2 10.59
0.25 8.96
0.3 8.03
0.35 7.45
0.4 7.04
0.45 6.73
0.5 6.47
0.55 6.23
0.6 6.01
0.65 5.81
0.7 5.61
0.75 5.42
0.8 5.24
0.85 5.06
0.9 4.89
0.95 4.73
1 4.57

Tentukan :
1. Mengikuti model farmakokinetika apakah data tersebut?
2. Persamaan farmakokinetika data tersebut!
3. Tentukan seluruh parameter farmakokinetika yang anda ketahui!
4. Bandingkan parameter farmakokinetika dua data tersebut dan buat pembahasannya!
Daftar Pustaka

Aberg, J,A., et al. 2013. Drug Information Handbook17th Edition.Lexi-Comp for the
American pharmacist Assosiation Airlangga University Press. Surbaya
Companies.

Donatus, I. A.,2014. Parasetamol: Kinetik Absorbsi, Distribusi dan Eliminasinya Pada


Tikus Putih Jantan dalam Keadaan Defisiensi Vitamin E, Tesis, 12-
14.Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Gibson dan Skett.2013. Pengantar Metabolisme Obat. Jakarta : penerbit Universitas


Indonesia.

Gunawan, gan Sulistia. 2016. Farmakologi dan terapi edisi 5. Jakarta: Departemen
Farmakologi dan Terapetik Fakultas Kedokteran Universitas Indinesia

Hakim, Lukman. 2014. Farmakokinetika. Yogyakarta :Bursa Ilmu.

Nasution, Azizah. 2015. Farmakokinetika Klinis. Medan: USU Press.

Setiawati A, 2014, Pengantar Farmakologi, dalam Ganiswara, S. farmakologi dan Terapi,


Edisi 4. Bagian Farmakologis Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta.

Shargel, Leon. Andrew BC dan YU. 2015. “Biofarmasetika dan Farmakokinetik Terapan
(edisi kelima)”.

Shargel. 2016 . Biopharmaceutical dan Pharmacokinetics fifth edition. New York : the
McGraw-Hill

Tillement, J-P., and D. Tremblay.2017. Clinical Pharmacokinetic Criteria for Drug


Research. Elsevier 11-30.

Tjay, T.H. & Rahardja, 2017, Obat-Obat Penting, Edisi Keenam, Jakarta:
PT. Elex Media Komputindo
Zunilda, Z. B., dkk. 2015. Pengantar Farmakologi dalam Farmakologi dan Terapi Edisi
Kelima. Jakarta: Universitas Indonesia Press

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai