OLEH:
I. Tujuan Praktikum
I.1 Mengetahui prinsip farmakokinetika IV kompartemen terbuka;
I.2 Mengetahui cara simulasi data klinis farmakokinetika IV kompartemen terbuka;
I.3 Mampu memberikan rekomendasi terapi terkait farmakokinetika obat yang
diberikan melalui rute IV kompartemen terbuka;
I.4 Untuk mengetahui gambaran model dua kompartemen pada pemberian intravena;
dan
I.5 Untuk mengetahui parameter model farmakokinetika dua kompartemen.
Dengan:
Vd: Volume distribusi (mL atau L)
C 0P : Konsentrasi obat sesaat (konsentrasi obat saat t=0) (µg/mL atau mg/L)
D : Dosis obat (mg)
3. Klirens (Cl)
Klirens merupakan suatu ukuran eliminasi dari suatu obat dari tubuh tanpa
mengidentifikasi mekanisme atau prosesnya. Klirens menganggap bahwa tubuh
merupakan suatu sistem eliminasi obat dimana berbagai proses eliminasi dapat
terjadi. Klirens dapat dinyatakan dalam satuan bobot/waktu (L/Jam). Untuk
mencari nilai klirens, maka dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
berikut:
Cl=k x Vd
Dengan:
Cl : Klirens (L/Jam atau mL/Jam)
k : Tetapan laju eliminasi (jam-1 atau 1/Jam)
Vd: Volume distribusi (mL atau L)
(Shargel et al, 2012)
4. T ½ eliminasi
T ½ eliminasi merupakan waktu yang dibutuhkan oleh obat untuk mencapai ½
dari massa obat awalnya. T ½ eliminasi dapat dinyatakan dengan satuan waktu
(Jam). Untuk dapat mengetahui t ½ dari suatu obat dapat dicari dengan
menggunakan persamaan berikut:
1 0,693
T =
2 k
Dengan:
T 1/2 : Waktu paruh (Jam)
k : Tetapan laju eliminasi (Jam-1 atau 1/Jam)
(Shargel et al, 2012)
5. AUC (Area Under Curve)
AUC (Area Under the Curve) merupakan suatu kurva yang menggambarkan
waktu untuk mencapai kadar pucak di dalam plasma. AUC dapat dicari dengan
menggunakan persamaan berikut (Sharger et al, 2012) :
Cp2+Cp 1
AUC= x (t 2−t 1)
2
Dengan:
Cp1 : Konsentrasi obat 1 (µg/mL atau mg/L)
Cp2 : Konsentrasi obat 2 (µg/mL atau mg/L)
t1 : Waktu 1 (Jam)
t2 : Waktu 2 (Jam)
Model kompartemen satu terbuka dan model kompartemn dua terbuka, dapat
digambarkan dengan grafik berikut:
III.2 Bahan
Text book
IV. Kasus
4.1 Antibiotik
Suatu antibiotika golongan beta laktam diberikan melalui rute I.V, dengan dosis
1500 mg. Profil konsentrasi obat yang dihasilkan pada setiap pengambilan cuplikan
darah dalam 24 jam adalah sebagai berikut:
t (Jam) Cp (mg/L)
0,5 19,30
1 17,57
1,8 15,11
4 9,99
5,8 7,31
8 4,71
12 2,22
18 0,719
24 0,23
Tentukan :
1. Mengikuti model farmakokinetika apakah data tersebut?
2. Persamaan farmakokinetika data tersebut!
3. Tentukan seluruh parameter farmakokinetika yang anda ketahui!
4.2 Antinyeri
Pasien ini juga diberikan obat anti-nyeri dengan dosis 65 mg secara intravena.
Profil konsentrasi obat yang teramati dalam 1 jam adalah sebagai berikut:
t (Jam) Cp (mg/L)
0 54,5
0,5 31,01
0,1 19,47
0,15 13,61
0,2 10,59
0,25 8,96
0,3 8,03
0,35 7,45
0,4 7,04
0,45 6,73
0,5 6,47
0,55 6,23
0,6 6,01
0,65 5,81
0,7 5,61
0,75 5,42
0,8 5,24
0,85 5,06
0,9 4,89
0,95 4,73
1 4,57
Tentukan :
1. Mengikuti model farmakokinetika apakah data tersebut?
2. Persamaan farmakokinetika data tersebut!
3. Tentukan seluruh parameter farmakokinetika yang anda ketahui!
4. Bandingkan parameter farmakokinetika dua data tersebut dan buat pembahasannya!
V. Hasil Praktikum
VI. Pembahasan
Pada praktikum ini mahasiswa melakukan praktikum kering dengan 2 metode yaitu
kompartemen 1 terbuka yang merupakan model kompartemen dimana obat masuk dan
menyebar secara homogen kedalam sirkulasi sistemik Kemudian obat dapat lansung
dieliminasi. Dan metode kompartemen 2 terbuka yng merupakan model kompartemen
yang terdiri atas dua fase yaitu distribusi dan eliminasi. Kompartemen 1 terbuka dan
kompartemen 2 terbuka memiliki prinsip yang sama dan memiliki perbedaan dalam proses
distribusi saja, dikarenakan adanya kompartemen perifer, eliminasi tetap dari
kompartemen sentral.
Pada pratikum Biofarmasetika dan Farmakokinetika kali ini, mahasiswa melakukan
pratikum kering dengan diberikan dua buah data terkait model kompartemen 1 terbuka.
Menurut model ini, tubuh dianggap sebagai satu kompartemen tempat obat menyebar
secara seketika dan merata ke seluruh cairan dan jaringan tubuh. Model ini terlalu
disederhanakan sehingga untuk kebanyakan obat kurang tepat (Gunawan, et al,2009).
Prinsip pemakaian model kompartemen satu yaitu tubuh merupakan satu kompartemen
dengan volume = Vd, kadar obat setiap waktu dinyatakan dengan Cpo, fase distribusi
cepat dan tak teramati. Eliminasi obat dari tubuh dianggap berlangsung menurut reaksi
orde ke satu dengan tetapan laju eliminasi (Kel) yang meliputi tetapan kecepatan
metabolisme (km) dan tetapan laju ekskresi (Ke) (Hasibuan, 2008).
Pada model satu kompartemen terbuka, obat hanya dapat memasuki darah dan
mempunyai volume distribusi kecil, atau juga dapat memasuki cairan ekstra sel atau
bahkan menembus sehingga menghasilkan volume distribusi yang besar. Pada model satu
kompartemen terbuka terlihat seolah olah tidak ada fase distribusi, hal ini disebabkan
distribusinya berlangsung cepat (Wulandari, 2009).
Model kompartemen satu terbuka mempunyai anggapan bahwa perubahan kadar
obat dalam plasma sebanding dengan kadar obat dalam jaringan. Model ini obat akan
didstribusikan ke semua jaringan di dalam tubuh melalui sistem sirkulasi dan secara tepat
berkeseimbangan di dalam tubuh. Tetapi, model ini tidak menganggap bahwa konsentrasi
obat dalam tiap jaringan adalah sama pada berbagai waktu. Di samping itu DB juga tidak
dapat ditentukan secara langsung, tetapi dapat ditentukan konsentrasi obatnya dengan
menggunakan darah. Volume distribusi, Vd adalah volume dalam tubuh dimana obat
tersebut larut (Wirasuta & Niruri, 2007).
Pada praktikum kali ini digunakan obat antibiotik. Antibiotik merupakan komponen
alami ataupun sintetik yang dapat membunuh bakteri, terdapat banyak jenis antibiotik yang
bekerja secara berbeda terhadap bakteri, biasanya antibiotik tidak bekerja langsung
terhadap virus. Antibiotik dihasilkan oleh bakteri, organisme eukaryotik, termasuk
tanaman. Biasanya dihasilkan untuk melindungi diri dan membunuh bakteri lain (Wirasuta
& Niruri, 2007).
Model Kompartemen yang digunakan pada Kasus I mengikuti Model
farmakokinetia kompartemen I. Kurva pada kompartemen I menggambarkan proses
distribusi dan eliminasi obat dalam tubuh. Jika obat diasumsikan sebagai satu
kompartemen, obat akan distribusikan secara serentak dan homogen ke dalam
kompartemen dan eliminasi obat terjadi dari kompartemen segera setelah diinjeksikan.
Eliminasi (metabolism dan ekskresi) obat dari tubuh berlangsung mengikuti kinetik orde
kesatu, yang berarti bahwa kecepatan eliminasi obat dari tubuh setiap saat sebanding
dengan jumlah atau kadar obat yang tersisa di dalam tubuh pada saat itu. jadi ketika jumlah
obat di dalam tubuh masih tinggi, kecepatan transfernya lebih cepat jika dibandingkan
ketika jumlah atau kadarnya lebih rendah. Kasus II: mengikuti kompartemen 2. Model
kompartemen dua ini menjelaskan dimana setelah suatu injeksi IV cepat, kurva kadar
dalam plasma-waktu tidak menurun secara linear sebagai proses tunggal, laju orde kesatu.
Kurva kadar plasma-waktu nonlinear terjadi oleh karena beberapa obat berdistribusi ke
dalam kelompok jaringan yang berbeda dengan laju yang berbeda. Pada model ini, obat
terdistribusi ke dalam dua kompartemen, kompartemen sentral dan jaringan atau perifer.
Data yang diberikan adalah data untuk obat antibiotik, pada data yang diberikan
setelah dicari parameter-paramter farmakokinetiknya, diketahui t1/2 eliminasi merupakan
waktu yang dibutuhkan untuk mengubah jumlah obat di dalam tubuh menjadi seperdua
selama eliminasi. Dari data yang tersedia diperoleh t1/2 eliminasi sebesar 3.58 jam dari
obat antibiotik, dimana hasil tersebut diperoleh dengan menggunakan rumus dari t1/2
eliminasi yaitu 0,693 dibagi dengan konstanta. Untuk volume dsitribusi, volume distribusi
merupakan volume yang menunjukkan distribusi obat didalam tubuh. Dari data diperoleh
hasil volume distribusi dengan cara dosis yaitu sebesar 1500 mg dibagi dengan Cp0 yang
mana Cp0 = mg/L, maka diperoleh nilai sebesar mg/L. Distribusi obat dipengaruhi oleh
sifat fisika-kimia obat sendiri, distribusi obat terdiri dari 2 fase yaitu fase pertama
merupaka fase yang terjadi segera setelah terjadinya absorbsi, distribusi obat pada fase ini
akan menuju ke organ yang memiliki perfusi yang sangat baik, misalnya jantung, hati,
ginjal, dan otak. Kemudian fase kedua, merupakn fase distribusi yang jauh lebih luas yaitu
menuju ke jaringan yang memilik perfusi yang tidak sebaik organ jantung, hati, ginjal dan
otak, yang dituju adalah otot dan jaringan lemak.
Klirens merupakan volume darah yang dibersihkan dari kandungan obat per
satuan waktu. Dari data diperoleh hasil sebesar L/jam. Dimana hasil tersebut diperoleh
dengan menggunakan rumus Cl= Volume Distribusi x Konstanta, obat antinyeri memiliki
klirens yang lebih kecil/tinggi daripada klirens dari obat antibiotik.
Konstanta Eliminasi (KE) merupakan fraksi obat yang ada pada suatu waktu
yang akan tereliminasi dalam satu satuan waktu. Konstanta eliminasi menunjukkan laju
penurunan kadar obat setelah proses kinetik mencapai keseimbangan. Dari data diperoleh
Konstanta Eliminasi sebesar -0,67 jam-1. Data tersebut diperoleh dengan ln 2 atau 0,693
dibagi dengan t1/2 eliminasi.
Parameter faramakokinetika primer, Besarnya volume distribusi suatu obat
tergantung pada pengikatan obat oleh material hayati seperti protein atau lemak baik dalam
darah atau jaringan, kecepatan aliran darah dalam jaringan, dan koefisien partisi suatu
obat. Semakin besar dosis maka semakin besar pula Vd-nya karena Vd berbanding lurus
dengan dosis awal.
Volume distribusi menunjukkan volume penyebaran obat dalam tubuh dengan kadar
plasma atau serum (Setiawati,2005). Volume distribusi yang diperoleh mencerminkan
suatu keseimbangan antara ikatan pada jaringan, yang mengurangi konsentrasi plasma dan
membuat nilai distribusi lebih besar dengan ikatan pada protein plasma yang
meningkatkan konsentrasi plasma dan membuat volume distribusi menjadi lebih kecil.
Perubahan perubahan dalam ikatan dengan jaringan ataupun dengan plasma dapat
mengubah volume distribusi yang ditentukan dari pengukuran-pengukuran konsentrasi
plasma (Holford, 1998).
AUC atau Area Under Curve merupakan permukaan dibawah kurva (grafik) yang
menggambarkan naik turunnya kadar plasma sebagai fungsi dari waktu. AUC dihitung
secara matematis dan merupakan ukuran untuk biovaibilitas suatu obat. AUC dapat
digunakan untuk membandingkan kadar masing- masing plasma obat bila penentuan
kecepatan eliminasinya tidak mengalami perubahan. Selain itu antara kadar plasma puncak
dan biovaibilitas terdapat hubungan langsung (Tjay dan Raharja 2002).
Data yang diberikan adalah data untuk obat antinyeri, pada data yang diberikan
setelah dicari parameter farmakokinetiknya, diketahui t1/2 eliminasi adalah waktu yang
dibutuhkan oleh obat unuk dieliminasi separuh konsentrasinya. Dari data yang tersedia
diperoleh t1/2 eliminasi sebesar 1.03 jam dari obat antinyeri, dimana hasil tersebut
diperoleh dengan menggunakan rumus dari t1/2 eliminasi yaitu 0,693 dibagi dengan
konstanta. Untuk volume dsitribusi, volume distribusi merupakan volume yang
menunjukkan distribusi obat didalam tubuh. Dari data diperoleh hasil volume distribusi
dengan cara dosis yaitu sebesar 65 mg dibagi dengan Cp0 yang mana Cp0 = mg/L, maka
diperoleh nilai sebesar 57,87 mg/L. Distribusi obat dipengaruhi oleh sifat fisika-kimia obat
sendiri, distribusi obat terdiri dari 2 fase yaitu fase pertama merupaka fase yang terjadi
segera setelah terjadinya absorbsi, distribusi obat pada fase ini akan menuju ke organ yang
memiliki perfusi yang sangat baik, misalnya jantung, hati, ginjal, dan otak. Kemudian fase
kedua, merupakn fase distribusi yang jauh lebih luas yaitu menuju ke jaringan yang
memilik perfusi yang tidak sebaik organ jantung, hati, ginjal dan otak, yang dituju adalah
otot dan jaringan lemak.
Klirens adalah volume darah yang dibersihkan dari kandungan obat per satuan
waktu. obat anti nyeri memiliki klirens yang lebih kecil/tinggi daripada klirens dari obat
antibiotic. diperoleh data sebesar 0,75 L/jam, Dimana hasil tersebut diperoleh dengan
menggunakan rumus Cl= Volume Distribusi x Konstanta. Dengan Konstanta Eliminasi
sebesar 0,67 jam-1. Data tersebut diperoleh dengan ln 2 atau 0,693 dibagi dengan t1/2
eliminasi.
Parameter farmakokinetik primer adalah parameter yang harganya dipengaruhi oleh
perubahan salah satu atau lebih perubahan fisiologis yang terkait. Termasuk parameter
tersebut adalah ka (konstanta kecepatan absorbsi), Fa (Fraksi obat terabsorbsi), Vd
(volume distribusi), Volume distribusi menunjukkan volume penyebaran obat dalam tubuh
dengan kadar plasma atau serum. Volume distribusi yang diperoleh mencerminkan suatu
keseimbangan antara ikatan pada jaringan, yang mengurangi konsentrasi plasma dan
membuat nilai distribusi lebih besar dengan ikatan pada protein plasma yang
meningkatkan konsentrasi plasma dan membuat volume distribusi menjadi lebih kecil.
Perubahan perubahan dalam ikatan dengan jaringan ataupun dengan plasma dapat
mengubah volume distribusi yang ditentukan dari pengukuran-pengukuran konsentrasi
plasma (Holford, 1998).
AUC atau Area Under Curve merupakan permukaan dibawah kurva (grafik) yang
menggambarkan naik turunnya kadar plasma sebagai fungsi dari waktu. AUC dihitung
secara matematis dan merupakan ukuran untuk biovaibilitas suatu obat. AUC dapat
digunakan untuk membandingkan kadar masing- masing plasma obat bila penentuan
kecepatan eliminasinya tidak mengalami perubahan. Selain itu antara kadar plasma puncak
dan biovaibilitas terdapat hubungan langsung (Tjay dan Raharja 2002).
Pada metode residual nilai Ka dianggap sangat besar dibanding K sehingga laju
absorpsi cepat dan absorspsinya dianggap sempurna.
Persamaan Cp menjadi:
Cp0 merupakan kadar obat dalam plasma mula-mula, didapat dari anti ln K pada
persamaan regresi linier t vs Cp. Persamaannya : dosis/cp0.
Perbedaan parameter data antibiotik dan antinyeri yang kami dapat dari praktikum
kali ini adalah sebagai berikut:
Berdasarkan nilai T ½ dari obat antibiotik dan obat anti nyeri, waktu yang
dibutuhkan oleh obat anti nyeri untuk mencapai ½ dari massa awalnya lebih cepat
dibandingkan dengan obat antibiotik. Obat anti nyeri membutuhkan waktu untuk mencapai
½ massa obat awalnya selama 1.03 jam atau 1 jam, sedangkan obat antibiotik
membutuhkan waktu untuk mencapai ½ massa obat awalnya selama 3.85 jam atau 4 jam.
Untuk nilai AUC, obat antibiotik memiliki nilai AUC yang lebih besar dibandingkan
dengan anti nyeri. Nilai AUC merupakan nilai dari suatu kurva yang menggambarkan
waktu untuk mencapai kadar puncak didalam plasma. Nilai AUC total dari obat antibiotik
adalah 103.86 mg/L, sedangkan untuk obat anti nyeri memiliki nilai AUC total adalah 9.88
mg/L. Hal tersebut menandakan bahwa kadar puncak didalam plasma total pada antibiotik
lebih besar dibandingkan dengan obat anti nyeri. Nilai AUC sisa dari obat antibiotik
adalah 1.22 mg/L, sedangkan untuk obat anti nyeri adalah 6.82 mg/L. Hal tersebut
menandakan bahwa obat anti nyeri memiliki kadar puncak didalam plasma sisa pada obat
anti nyeri lebih besar dibandingkan dengan obat antibiotik. Nilai AUC tak hingga pada
obat antibiotik adalah 105.08 mg/L, sedangkan untuk anti nyeri adalah 16.70 mg/L. Hal
tersebut menandakan bahwa obat antibiotik memiliki kadar didalam plasma tak hingga
yang lebih besar dibandingkan dengan obat anti nyeri.
VII. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa data pada
obat antibiotik termasuk ke dalam kompartemen satu terbuka dan data pada obat anti nyeri
termasuk dalam kompartemen dua terbuka. Dilihat dari perbandingan parameter, obat
antiobiotik memiliki parameter farmakokinetik (Ke, Vd, Cp0, T ½, AUC dan Cl) yang
lebih baik dibandingkan dengan obat anti nyeri.
DAFTAR PUSTAKA