Anda di halaman 1dari 6

JURNAL PRAKTIKUM

TEKNOLOGI FORMULASI SEDIAAN NON STERIL

(SEDIAAN EMULSI)

Oleh:

Nama : Hadya Aswamadanti

NIM : 171200253

Kelas : A2D

Kelompok :4

Dosen Pengampu: I Gusti Ngurah Agung Windra W. P, M.Sc.,Apt

PROGRAM STUDI FARMASIL KLINIS

INSTITUT ILMU KESEHATAN MEDIKA PERSADA BALI

DENPASAR

2019
I. TUJUAN
Mengetahui dan menguasai pembuatan sediaan suspensi.
II. DASAR TEORI
Emulsi merupakan suatu sistem yang tidak stabil secara termodinamika
dengan kandungan paling sedikit dua fase cair yang tidak dapat bercampur, satu
diantaranya didispersikan sebagai globula dalam fase cair lain. Ketidakstabilan
kedua fase ini dapat dikendalikan menggunakan suatu zat pengemulsi/emulsifier
atau emulgator. Terdapat beberapa jenis emulsi, mulai dari yang sederhana
hingga kompleks (Syamsuni,2006)
Salah satu fase cair dalam suatu emulsi terutama bersifat polar (contoh:
air), sedangkan lainnya relatif nonpolar (contoh: minyak). Emulsi obat untuk
pemberian oral biasanya dari tipe emulsi minyak dalam air(m/a) dan
membutuhkan penggunaan suatu zat pengemulsi m/a. Tetapi tidak semua emulsi
yang dipergunakan termasuk tipe m/a. Makanan tertentu seperti mentega dan
beberapa saus salad merupakan emulsi tipe air dalam minyak(a/m)(Martin, et
al., 1993).
Berdasarkan jenisnya, emulsi dibagi dalam empat golongan, yaitu emulsi
minyak dalam air (m/a), emulsi air dalam minyak(a/m), emulsi minyak dalam
air dalam minyak(m/a/m), dan emulsi air dalam minyak air(a/m/a). (Winarno,
1997).
Terdapat 2 tipe emulsi ganda yaitu water-in-oil-in-water (W/O/W) yang
merupakan tipikal emulsi dimana air terdispersi dalam minyak lalu minyak
tersebut didispersikan kembali dalam air sehingga disebut emulsi air-dalam-
minyak-dalamair, dan oil-in-water-in-oil (O/W/O) yang merupakan
kebalikannya dan disebut pula dengan emulsi minyak-dalam-air-dalam-minyak
(Anief, M, 2000)
Emulsi terdiri dari 2 macam golongan :
a. Komponen Dasar adalah bahan pembentuk emulsi yang
terdapat di dalam emulsi. Terdiri atas :
1. Fase dispers/fase internal/ fase discontinue/ fase dalam :
yaitu zat cair yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil ke
dalam zat cair lainnya.
2. Fase continue/ fase external/ fase luar : yaitu zat cair
dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar
(pendukung) dari emulsi tersebut.
3. Emulgator : adalah bagian dari emulsi yang berfungsi
untuk menstabilkan emulsi.
b. Konponen Tambahan : bahan tambahan yang sering
ditambahkan pada emulsi untuk memperoleh hasil yang
lebih baik, misalnya corrigen saporis, odoris, colours,
preservative (pengawet), antioksidan, zat pengental.
Tipe Emulsi :
Berdasarkan masam zat cair yang berfungsi sebagai fase
internal dan ekternal, maka emulsi dapat digolongkan menjadi 2
yaitu :
1. Emulsi tipe O/W (oil in water) atau M/A (minyak dalam air)
: adalah emulsi yang terdiri dari butiran minyak yang
tersebar ke dalam air. Minyak sebagai fase internal dan air
sebagai fase external.
2. Emulsi tipe W/O (water in oil) atau A/M (air dalam minyak)
adalah emulsi yang terdiri dari butiran air yang tersebar ke
dalam minyak. Air sebagai fase internal dan minyak sebagai
fase external.
III. ALAT DAN BAHAN
Alat :
1. Cawan porselen
2. Blender
3. Sudip
4. Mortir dan stamper
5. Gelas ukur
6. Beaker glass
7. Batang pengaduk
Bahan :
1. Minyak ikan
2. Air
3. Sirup simplex
4. Aquadest

FORMULASI :

R/ Minyak Ikan 20ml


Air 10ml
PGA 5ml
Sirup simplex 20%
Aqua ad 100ml
IV. PEMERIAN BAHAN
1. Minyak ikan (oleum iecoris, farmakope III (457))
Pemerian : Cairan; kuning pucat; bau khas; agak manis; tidak tengik;
rasa khas.
Kelarutan : sukar larut dalam etanol (95%)p ; mudah larut dalam
kloroform P, dalam eter P dan dalam eter minyak tanah P.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik, terisi penuh, terlindung dari
cahaya.
Khasiat : sumber vitamin A dan vitamin D

2. Sirup simplex ( farmakope III (567)


Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna.
Kelarutan :-
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, di tempat sejuk.
Khasiat : zat tambahan

V. LANGKAH KERJA

Siapkan alat dan bahan

Masukkan PGA sebanyak 5gr ke dalam mortir/ blender. Tambahkan


dengan air PGA yaitu sebanyak 8ml gerus/putar ad terbentuk
mocilago.

Tambahkan sedikit demi sedikit minyak ikan sebanyak 20ml gerus


cepat/putar dengan kecepatan tinggi ad terbentuk corpus emulsi.

Tambahkan sirpus simplex gerus/putar ad homogeny. Tambahkan


dengan sisa air yaitu 50ml.

Masukkan ke dalam botol, bershkan, tutup dan cup botol serta beri
label.
VI. Perhitungan Bahan
1. Oleum iecoris = 20ml
2. Air = 10ml
3. PGA = 5ml  5gr
Air untuk PGA = 1,5 x 5 = 7,5 ml  8ml
Sisa air = 10ml - 8ml = 2ml
4. Sirupus simplek = 20/100 x 100 = 20ml
5. Aquadest ad 100ml

VII. UJI KUALITAS


1. Uji Kestabilan
2. Uji Organoleptis
Sifat organoleptis dari suatu emulsi dapat dievaluasi dari keseragaman bau,
warna, kontaminasi oleh benda asing (seperti rambut, tetesan minyak, dan
kotoran), serta penampilan dievaluasi secara visual.
3. Uji Viskositas
Menggunakan viscometer brokfield.
4. Uji Ph
Menggunakan pH meter.
DAFTAR PUSTAKA

Anief, M, 2000, Farmasetika, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

DepKes RI, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.

Martin, A., Swarbick, J., dan A. Cammarata. 1993. Farmasi Fisik 2. Edisi III. Jakarta: UI
Press. Pp. 940-1010, 1162, 1163, 1170.

Syamsuni H.A., 2006, Ilmu Resep, EGC, Jakarta.

Winarno, F. G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai