(SUPPOSITORIA)
Oleh:
171200128
Dosen Pengampu :
DENPASAR
2019
PRAKTIKUM II
SUPPOSITORIA
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Memberikan pengalaman kepada mahasiswa dalam memformulasikan sediaan
suppositoria dan evaluasi kontrol kualitasnya seperti uji kekerasan, uji waktu larut
dan uji disolusinya.
Kerugian :
1. Daerah absorpsinya lebih kecil
2. Absorpsi hanya melalui difusi pasif
3. Pemakaian kurang praktis
4. Tidak dapat digunakan untuk zat-zat yang rusak oleh pH di rektum
Metode Pembuatan Suppositoria (Lachman, 2008).
1. Dengan tangan :
- Hanya dengan bahan dasar Ol.Cacao yang dapat dikerjakan atau dibuat
dengan tangan untuk skala kecil dan bila bahan obatnya tidak tahan
terhadap pemanasan
- Metode ini kurang cocok untuk iklim panas.
2. Dengan mencetak hasil leburan :
- Cetakan harus dibasahi lebih dahulu dengan Parafin cair bagi yang
memakai bahan dasar Gliserin-gelatin, tetapi untuk Ol.Cacao dan PEG
tidak dibasahi karena mengkerut pada proses pendinginan, akan terlepas
dari cetakan.
3. Dengan kompresi.
- Metode ini, proses penuangan, pendinginan dan pelepasan Suppositoria
dilakukan dengan mesin secara otomatis. Kapasitas bisa sampai 3500 -
6000 Suppositoria / jam.
Bahan dasar Suppositoria yang digunakan supaya meleleh pada suhu tubuh
atau dapat larut dalam cairan yang ada dalam rektum.
Obatnya supaya larut dalam bahan dasar, bila perlu dipanaskan.
Bila bahan obatnya sukar larut dalam bahan dasar maka harus diserbuk
halus.
Setelah campuran obat dan bahan dasar meleleh atau mencair, dituangkan
ke dalam cetakan Suppositoria kemudian didinginkan.
Cetakan tersebut terbuat dari besi yang dilapisi nikel atau dari logam lain,
ada juga yang dibuat dari plastik Cetakan ini mudah dibuka secara
longitudinal untuk mengeluarkan Suppositoria.
Untuk mencetak bacilla dapat digunakan tube gelas atau gulungan kertas.
Untuk mengatasi massa yang hilang karena melekat pada cetakan, maka
pembuatan Suppositoria harus dibuat berlebih (10 %) dan cetakannya
sebelum digunakan harus dibasahi lebih dahulu dengan parafin cair atau
minyak lemak atau spiritus saponatus (Soft Soap liniment), tetapi spiritus
saponatus ini, jangan digunakan untuk Suppositoria yang mengandung
garam logam karena akan bereaksi dengan sabunnya dan sebagai pengganti
digunakan Ol. Recini dalam etanol. Khusus Suppositoria dengan bahan
dasar PEG dan Tween tidak perlu bahan pelicin cetakan karena pada
pendinginan mudah lepas dari cetakannya yang disebabkan bahan dasar
tersebut dapat mengkerut.
Yang perlu diperhatikan untuk basis suppositoria adalah : (FI ed IV, 1995).
2. Jarak lebur/leleh
4. Bilangan hidroksil
5. Titik pemadatan
7. Bilangan iodidah)
8. Bilangan air (jumlah air yang dapat diserap dalam 100 g lemak)
9. Bilangan asam
Syarat basis yang ideal antara lain :
3. Bilangan iodine
Uji kualitas :
ALAT ;
4. Termometer
5. Stopwatch
6. Tabung reaksi
7. Pipet volum 1 ml
8. Pipet tetes
9. Beaker glass
BAHAN :
1. Aminofilin : 250 mg
2. Oleum cacao : qs
3. Cera alba : 5%
Ansel, H. C., 2008, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, ed IV, Alih Bahasa Ibrahim, F.
Jakarta : UI Press.
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta :Departemen Kesehatan
Republik Indonesia
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia
Lachman L., Herbert, A. L. & Joseph, L. K., 2008, Teori dan Praktek Industri Farmasi
Edisi III, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
Voight, R., 1994, Buku Pengantar Teknologi Farmasi, diterjemahkan oleh Soedani, N.,
Edisi V, Yogyakarta, Universitas Gadjah Mada Press.