Kelompok III
DENPASAR
2019
KRIM
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Agar mahasiswa mengetahui formulasi dan cara pembuatan krim beserta cara
uji kualitasnya.
VIII. Pembahasan
Praktikum kali ini membuat krim yang merupakan salah satu jenis sediaan
semisolida untuk penggunaan topikal. Adapun formulasi krim yang dibuat dengan
bahan aktif antara lain kloramfenikol, Vaseline Kuning, adeps lanae, dan nipagin.
Kloramfenikol merupakan salah satu antimikroba dan antibiotika yang dapat bekerja
dengan menghambat sintesis protein kuman. Kloramfenikol umumnya bersifat
bakteriostatik. Kloramfenikol yang digunakan sebesar 1%, sesuai dengan yang telah
ditetapkan dalam literatur yakni kloramfenikol digunakan sebanyak 0,5-1% dalam
sediaan.
Pembuatan sediaan krim harus memiliki basis yang halus agar dalam
penggunaannya tidak mengiritasi kulit pada saat digunakan. Adapun formulasi yang
digunakan pada praktikum kali ini adalah :
R/ Kloramfenikol 400 mg
Vaselin Kuning 80 g
Adeps lanae 10 g
Nipagin 20 mg
Pada praktikum kali ini pembuatan formulasi sediaan krim, kami membuat krim
tipe minyak air ( m/a ), atau fase minyak dalam fase air. Dalam formulasi krim
chloramphenicol dengan menggunakan basis vanishing cream (pelembab) , juga
terdapat 2 fase, yaitu fase air dan fase minyak. Setelah sediaan krim yang kami buat
selesai maka dilakukan uji kualitas dengan membandingkan krim yang beredar
dipasaran (miconazole) dengan krim yang kami buat pada saat praktikum. Dengan cara
uji kualitas menggunakan metode uji organoleptis dan uji daya sebar.
Uji organoleptis, yaitu dengan cara mengamati sediaan dari warna, bau, dan
tekstur. Dari produk krim dipasaran dilihat dari warna, sediaan krim memiliki warna
putih, tekstur yang mudah menghilang dan memiliki bau yang khas. Sedangkan krim
yang kami buat memiliki warna kuning, tekstur yang mudah menghilang dan memiliki
bau yang khas.
Uji daya sebar, untuk melakukan uji daya sebar diperlukan sebanyak 0,5
gram krim yang diletakkan dibagian tengah cawan petri yang terbalik, kemudian
bagian atasnya ditutup dengan cawan petri yang lain dan diukur diameter yang
terjadi sebelum dan setelah ditambahkan beban. Adapun beban yang ditambahkan
adalah 50, 100, 150, 200, 250, 300, 350, 400, 450, 500 gram dan setelah pemberian
masing – masing beban di diamkan selama 1 menit. Setelah 1 menit beban diangkat,
kemudian diukur diameter sebarnya. Pada krim dari pasaran percobaan pertama
dengan beban 50 g, dimana diameter yang diperoleh adalah 4,3 cm. Percobaan kedua
dengan menambahkan beban sebesar 100 g diperoleh diameter yaitu 4,5 cm ; dengan
beban 150 g diperoleh diameter 4,8 cm ; dengan beban 200 g diperoleh diameter yang
sama yaitu 5,1 cm ; penambahan beban 250 g terjadi pelebaran penyebaran krim dimana
diperoleh hasil diameter menjadi 5,2 cm ; beban ditambah menjadi 300 g diperoleh
diameter 5,4 cm ; dengan beban 350 g diperoleh diameter 5,6 cm ; dengan beban 400 g
diperoleh diameter 5,8 cm ; dengan beban 450 g terjadi pelebaran diameter menjadi 6
cm ; dengan beban 500 g pelebaran penyebaran krim menjadi 6,1 cm. Pada uji daya
sebar ini didapatkan bahwa terjadi pelebaran diameter rata-rata 1-2 cm setiap
penambahan beban 50 g. Sedangkan pada krim yang kami buat pada percobaan
pertama penambahan beban sebesar 50 g dimana diameter yang diperoleh adalah 3,9
cm. Percobaan kedua dengan menambahkan beban sebesar 100 g diperoleh diameter
yaitu 4, cm ; dengan beban 150 g diperoleh diameter 4,12 cm ; dengan beban 200 g
diperoleh diameter yaitu 4,4 cm ; penambahan beban 250 g terjadi pelebaran
penyebaran dimana diperoleh hasil diameter menjadi 4,5 cm ; beban ditambah menjadi
300 g diperoleh diameter 4,6 cm ; dengan beban 350 g diperoleh diameter 4,8 cm ;
dengan beban 400 g diperoleh diameter 4,9 cm ; dengan beban 450 g terjadi pelebaran
diameter menjadi 5 cm; dengan beban 500g pelebaran penyebaran krim menjadi 5,1
cm. Pada uji daya sebar ini didapatkan bahwa terjadi pelebaran diameter rata-rata 1-2
cm setiap ditambahkan beban 50 g. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada
pelebaran diameter krim yang beredar dipasaran dan yang kami buat karna pelebaran
diameter antara keduanya memiliki rata-rata 1-2 cm.
Pengujian daya sebar ini bertujuan untuk mengetahui kelunakan masa krim
sehingga dapat dilihat kemudahan pengolesan sediaan krim ke kulit. Menurut literatur
persyaratan daya sebar untuk sediaan topikal adalah 5-7 cm. Namun produk krim yang
dibuat pada praktikum kali ini memiliki ukuran diameter yang kurang dari 5-7 cm maka
sediaan yang kami buat dapat dikatakan tidak sesuai dengan literatur, hal ini disebabkan
karena konsistensi dari salep sehingga menyebabkan penyebaran krim menjadi tidak
maksimal.
IX. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan menunjukkan untuk melihat
kualitas sediaan uji yang kita buat dan di pasaran perlu dilakukan uji organoleptis dan
uji daya sebar. Untuk uji organoleptis kedua sediaan berbeda pada warna, sedangkan
pada tekstur dan bau sama. Uji daya sebar ini bertujuan untuk mengetahui kelunakan
masa krim sehingga dapat dilihat kemudahan pengolesan sediaan krim ke kulit.
Menurut literatur persyaratan daya sebar untuk sediaan topikal adalah 5-7 cm. Namun
produk krim yang dibuat pada praktikum kali ini memiliki ukuran diameter yang kurang
dari 5-7 cm maka sediaan yang kami buat dapat dikatakan tidak sesuai dengan literatur,
hal ini disebabkan karena konsistensi dari salep sehingga menyebabkan penyebaran
krim menjadi tidak maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Anief, Moh. (1994). Ilmu Farmasetika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 130-
131.
Anief, Moh. (2008). Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 71.
Ansel, H, C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi , diterjemahkan oleh Farida Ibrahim,
Asmanizar, Iis Aisyah, Edisi keempat, 255-271, 607-608, 700 Jakarta, UI Press
Anwar, E. (2012). Eksipien Dalam Sediaan Farmasi. Cetakan Pertama. Jakarta: Penerbit Dian
Rakyat. Hal. 197.
DepKes RI, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta.
Ditjen POM. (1995). Farmakope indonesia Edisi ke IV. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Hal. 1061, 1066.
Lachman, L., Lieberman, H.A., and Kanig, J.L., 1986, The Theory and Practice of Industrial
Pharmacy,2nd ed., Lea and Febiger, Philadelphia. 648 – 659
Rowe, R.C, et Al. (2009). Handbook Of Pharmaceutical Excipients, 6th Ed, The
Pharmaceutical Press, Lomdon
Widodo, H. (2013). Ilmu Meracik Obat Untuk Apoteker. Cetakan Pertama. Jogjakarta: Penerbit
D-Medika. Hal. 169, 172-175.