Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI SEDIAAN LIKUIDA DAN SEMI SOLID

PEMBUATAN CREAM METIL SALISILAT

DISUSUN OLEH:

PO.71.39.1.21.086 Nyayu Nurmadira


PO.71.39.1.21.070 Amelia Salsabila
PO.71.39.1.21.072 Agoesthine Putri Dinanti
PO.71.39.1.21.074 Yulianti
PO.71.39.1.21.076 Zahra Putri Ramadhani
PO.71.39.1.21.068 Siti Rahma Dinta
KELAS
Reguler 1B
DOSEN PEMBIMBING
Mara’atus Sholikhah, S.Farm, M.Farm, Apt
Yuliani, Skm
Lia Puspita, Amf
Ade Agustianingsih, S.Farm, Apt
NILAI PARAF

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG


D-III FARMASI
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
PRAKTEK TEKNOLOGI SEDIAAN LIKUID DAN SEMI SOLID

PEMBUATAN CREAM

I. Tujuan

1. Mahasiswa dapat mengetahui rancangan formula sediaan cream metil salisilat


2. Mahasiswa dapat memproduksi sediaan cream metil salisilat
3. Mahasiswa dapat mengevaluasi sediaan cream metil salisilat

II. Tinjauan Pustaka

A. Definisi Cream
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, krim adalah bentuk sediaan setengah padat,
berupa emulsi mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian
luar. Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV,
krim adalah bentuk sediaan setengah padat mangandung satu atau terdispersi dalam
bahan dasar yang sesuai. Menurut Formularium Nasion al, krim adalah sediaan setengah
padat, berupa emulsi kental mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk
pemakaian luar. Secara tradisional, istilah krim digunakan untuk sediaan setengah padat
yang mempunyai konsentrasi relatif cair diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak (a/m)
atau minyak dalam air. Krim mudah digunakan dan diaplikasikan pada kulit serta banyak
dijumpai pada sebagian besar formulasi, krim akan terasa bercahaya ketika
digunakan,sedikit berminyak,dan dapat bersifat keras atau lunak (Mitzui,1997). Krim lebih
disukai dibandingkan dengan salep karena daya tarik astetiknya, mudah menyebar dengan
rata, mudah diserap kedalam kulit jika digosokkan, mampu melekat pada permukaan kulit
dalam waktu yang cukup lama, dan mudah dicuci (Lachman et al.,2008). Krim yang baik
memiliki beberapa sifat, diantaranya : memiliki tekstur yang lembut, mudah dioleskan,
mudah dibersihkan/ dicuci dengan air, tidak berbau tengik, tidak mengandung mikroba
patogen, tidak mengiritasi kulit, tidak mengandung pewarna dan bahan-bahan tambahan
yang dilarang oleh undangundang, bila mengandung zat aktif maka dapat melepaskan zat
aktifnya, memiliki stabilitas yang baik (Saifullah dan Rina., 2008). Kestabilan krim akan
rusak bila terganggu sistem pencampurannya terutama karena perubahan suhu dan
perubahan komposisi yang disebabkan oleh penambahan salah satu fase secara berlebihan
atau pencampuran dua tipe krim jika zat pengemulsinya tidak tercampurkan satu sama lain.
Pengenceran krim hanya dapat dilakukan jika diketahui pengencer yang cocok dan harus
dilakukan dengan teknik aseptis (Depkes RI,1979). Tipe krim ada dua yaitu krim tipe air
dalam minyak (A/M) dan krim tipe minyak dalam air (M/A).Krim tipe A/M disebut juga
krim basis hidrofobik, dibuat dari basis berminyak yang mempunyai kemampuan
mengabsorbsi air.Krim A/M tidak tercampur dan tidak dapat diencerkan dengan air. Krim
tipe M/A disebut sebagai krim basis hidrofilik dan merupakan krim dengan jumah fase air
lebih besar daripada fase minyaknya sehingga dapat diencerkan dengan jumlah fase air lebih
besar dari pada fase minyaknya sehingga dapat diencerkan dengan air. Krim dibuat dengan
menambahkan zat pengemulsi yang umumnya berupa sufaktan anionik,kationik dan
nonionik (Agoes, 2008). Konsistensi dan sifat rheologis krim tergantung pada jenis
emulsinya, apakah jenis air dalam minyak atau minyak dalam air, dan juga pada sifat zat
padat dalam fase internal (Lachman et al., 2008).

Farmakope Indonesia Edisi III, krim adalah bentuk sediaan setengah padat, berupa emulsi
mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar.
Farmakope Indonesia Edisi IV, krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung
satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai.
Formularium Nasional, krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi kental
mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar.
Secara Tradisional istilah krim digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai
konsistensi relatif cair di formulasi sebagai emulsi air dalam minyak(a/m) atau minyak
dalam air (m/a) (Budiasih, 2008).
Krim merupakan obat yang digunakan sebagai obat luar yang dioleskan ke bagian kulit
badan. Obat luar adalah obat yang pemakaiannya tidak melalui mulut, kerongkongan, dan
ke arah lambung. Menurut definisi tersebut yang termasuk obat luar adalah obat luka, obat
kulit, obat hidung, obat mata, obat tetes telinga, obat wasir, injeksi, dan lainnya.
Kualitas dasar krim, yaitu:
1. Stabil, selama masih dipakai mengobati. Maka krim harus bebas dari inkopatibilitas,
stabil pada suhu kamar, dan kelembaban yang ada dalam kamar.
2. Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi lunak dan
homogen.
3. Mudah dipakai, umumnya krim tipe emulsi adalah yang paling mudah dipakai dan
dihilangkan dari kulit.
4. Terdistribusi merata, obat harus terdispersi merata melalui dasar krim padat atau cair
pada penggunaan (Anief, 1994).

B . PENGGOLONGAN KRIM
Krim terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak
atau alkohol berantai panjang dalam air yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk
pemakaian kosmetika dan estetika.
Ada dua tipe krim, yaitu:
1. Tipe a/m, yaitu air terdispersi dalam minyak
Contoh : cold cream
Cold cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud memberikan rasa
dingin dan nyaman pada kulit, sebagai krim pembersih, berwarna putih dan bebas dari
butiran.Coldcream mengandung mineral oil dalam jumlah besar.
2. Tipe m/a, yaitu minyak terdispersi dalam air
Contoh: vanishing cream
Vanishing cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud membersihkan,
melembabkan dan sebagai alas bedak. Vanishing cream sebagai pelembab (moisturizing)
meninggalkan lapisan berminyak/film pada kulit.

C . KELEBIHAN DAN KEKURANGAN SEDIAAN KRIM


Kelebihan sediaan krim, yaitu:
1. Mudah menyebar rata
2. Praktis
3. Mudah dibersihkan atau dicuci
4. Cara kerja berlangsung pada jaringan setempat
5. Tidak lengket terutama tipe m/a
6. Memberikan rasa dingin (cold cream) berupa tipe a/m
7. Digunakan sebagai kosmetik
8. Bahan untuk pemakaian topikal jumlah yang diabsorpsi tidak cukup beracun.
Kekurangan sediaan krim, yaitu:
1. Susah dalam pembuatannya karena pembuatan krim harus dalam keadaan panas.
2. Gampang pecah disebabkan dalam pembuatan formula tidak pas.
3. Mudah kering dan mudah rusak khususnya tipe a/m karena terganggu sistem campuran
terutama disebabkan oleh perubahan suhu dan perubahan komposisi disebabkan penambahan
salah satu fase secara berlebihan.

D . BAHAN-BAHAN PENYUSUN KRIM


Formula dasar krim, antara lain:
1. Fase minyak, yaitu bahan obat yang larut dalam minyak, bersifat asam.
Contoh : asam stearat, adepslanae, paraffin liquidum, paraffin solidum, minyak lemak,
cera, cetaceum, vaselin, setil alkohol, stearil alkohol, dan sebagainya.
2. Fase air, yaitu bahan obat yang larut dalam air, bersifat basa.
Contoh : Na tetraborat (borax, Na biboras), Trietanolamin/ TEA, NaOH, KOH, Na 2CO3,
Gliserin, Polietilenglikol/ PEG, Propilenglikol, Surfaktan (Na lauril sulfat, Na setostearil
alkohol, polisorbatum/ Tween, Span dan sebagainya).
Bahan-bahan penyusun krim, antara lain:
i. Zat berkhasiat
ii. Minyak
iii. Air
iv. Pengemulsi
v. Bahan Pengemulsi
Bahan pengemulsi yang digunakan dalam sediaan krim disesuaikan dengan jenis dan sifat krim
yang akan dibuat /dikehendaki. Sebagai bahan pengemulsi dapat digunakan emulgide, lemak
bulu domba, setaseum, setil alkohol, stearil alkohol, trietanolamin stearat, polisorbat, PEG.
Sedangkan, bahan-bahan tambahan dalam sediaan krim, antara lain: Zat pengawet, untuk
meningkatkan stabilitas sediaan.
 Bahan Pengawet
Bahan pengawet sering digunakan umumnya metil paraben (nipagin) 0,12-0,18%, propil paraben
(nipasol) 0,02-0,05%. Pendapar, untuk mempertahankan pH sediaan Pelembab. Antioksidan,
untuk mencegah ketengikan akibat oksidasi oleh cahaya pada minyak tak jenuh.
Metode Pembuatan Krim:
Pembuatan sediaan krim meliputi proses peleburan dan proses emulsifikasi. Biasanya komponen
yang tidak bercampur dengan air seperti minyak dan lilin dicairkan bersama-sama di penangas
air pada suhu 70-75°C, sementara itu semua larutan berair yang tahan panas, komponen yang
larut dalam air dipanaskan pada suhu yang sama dengan komponen lemak. Kemudian larutan
berair secara perlahan-lahan ditambahkan ke dalam campuran lemak yang cair dan diaduk secara
konstan, temperatur dipertahankan selama 5-10 menit untuk mencegah kristalisasi dari
lilin/lemak. Selanjutnya campuran perlahan-lahan didinginkan dengan pengadukan yang terus-
menerus sampai campuran mengental. Bila larutan berair tidak sama temperaturnya dengan
leburan lemak, maka beberapa lilin akan menjadi padat, sehingga terjadi pemisahan antara fase
lemak dengan fase cair (Munson, 1991).
Pengemasan : Sediaan krim dikemas sama seperti sediaan salep yaitu dalam botol atau tube.

E . STABILITAS SEDIAAN KRIM


Sediaan krim dapat menjadi rusak bila terganggu sistem campurannya terutama disebabkan oleh
perubahan suhu dan perubahan komposisi karena penambahan salah satu fase secara berlebihan
atau pencampuran dua tipe krim jika zat pengemulsinya tidak tercampurkan satu sama lain.
Pengenceran krim hanya dapat dilakukan jika diketahui pengencer yang cocok. Krim yang sudah
diencerkan harus digunakan dalam waktu satu bulan.

III. Preformulasi

Zat aktif

1. Metil Salisilat ( FI Edisi III Hal 379)


Pemerian : Cairan tidak berwarna, kekuningan atau kemerahan, berbau khas dan rasa
seperti gandapura. Mendidih antara 219°C dan 224 °C disertai peruraian.
Nama Lain : Methylis Salicylas
Kelarutan : Sukar larut dalam air, larut dalam etanol, dan dalam asetat
Titik Didih : 219°C 224 °C
Wadah dan Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Stabilitas : Stabil pada temperature ruang dengan wadah tertutup rapat
Inkompatibilitas :Inkompatibel dengan agen oksidasi kuat, asam kuat, basa kuat, logam
alkali, nitrat.
Zat tambahan

2. Asam Stearat ( FI Edisi III Hal 57)


Asam stearat adalah campuran asam organik padat yang diperoleh dari lemak sebagian
besar terdiri dari asam oktadekanoat, C18H36O2 dan asam heksadekanoat, C16H32O2
(DepKes RI, 1995)
Pemerian : Padatan Kristal, berwarna putih atau sedikit kuning, mengkilat
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air
Penggunaan : Sebagai emulsifying agent
3. Cetyl Alkohol ( FI Edisi IV Hal 72)

Pemerian : Berupa serpihan putih atau granul seperti lilin, berminyak


memiliki bau khas dan rasa khas
Nama Lain : Cachalot, arol, ethal
Rumus Molekul : C16 H34 O
Berat Molekul : 242,44
Kelarutan : Mudah larut dalam etanol 95 % dan eter, kelarutan meningkat
dengan peningkatan suhu, tidak larut dalam air
Titik Didih : 165℃
Titik Leleh : 45-52 ℃
Penyimpanan : Disimpan dalam wadah tertutup rapat dan di tempat sejuk
serta kering
Stabilitas : Setil akohol stabil pada keadaan asam, basa, light dan udara
Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan agent pengoksidasi

4. Gliserin ( FI Edisi IV Hal 413)


Sinonim : Glycerol, glycerin, croderol Rumus
Pemerian : Tidak berwarna, tidak berbau, viskos, cairan yang higroskopis, memiliki
rasa yang manis, kurang lebih 0,6 kali manisnya dari sukrosa
Kelarutan : Gliserin praktis tidak larut dengan benzene, kloroform, dan minyak, larut
dengan etanol 95%, methanol dan air.
Stabilitas : Pada suhu 20°C. Gliserin sebaiknya ditempat yang sejuk dan kering.
Penggunaan : Digunakan pada berbagai formulasi sediaan farmasetika, pada formulasi
farmasetika sediaan topikal dan kosmetik, gliserin utamanya digunakan
sebagai humektan dan pelembut. Rentang gliserin yang digunakan sebagai
humektan sebesar ≤30%.
5. Trietanolamin (TEA) ( FI Edisi III Hal 612)
Trietanolamin (TEA) merupakan senyawa sabun yang terbentuk melalui transplantasi
asam lemak dan produk trietanol teknis yang mengandung 10-15% dietanolamin dan 5%
monoetanolamin. Trietanolamin banyak digunakan dalam formulasi sediaan topical,
terutama dalam pembentukan emulsi. Bersifat sangat higroskopis, TEA akan berubah
warna menjadi coklat apabila terpapar oleh udara dan cahaya langsung (Rowe et al,
2009).
Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna hingga kuning pucat dengan sedikit
bau amoniak
Kelarutan : Larut dalam air, metanol, karbon tetraklorida, dan aseton
Penggunaan : Sebagai emulsifying agent

6. Propil Paraben ( FI Edisi III Hal 535)


Pemerian : Serbuk hablur putih, tidak berbau, tidak berasa.
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, larut dalam 3,5 bagian etanol (95%) P,
dalam 3 bagain aseton P, dalam 140 bagian gliserol P dan dalam 40 bagian
minyak lemak, mudah larut dalam larutan alkali hidroksida
Penggunaan : Sebagai pengawet

7. Metil Paraben ( FI Edisi III Hal 378)


Pemerian : Serbuk hablur halus, putih, tidak berbau, tidak berasa, kemudian agak
membakar diikuti rasa tebal
Kelarutan : Larut dalam 500 bagian air, 20 bagian air mendidih, 3,5 bagian etanol
(95%) P dan 3 bagian aseton P, mudah larut dalam eter P dan dalam
larutan alkali hidroksida, larut dalam 60 bagian gliserol P panas dan dalam
40 bagian minyak lemak nabati panas, jika didinginkan larutan tetap
jernih.
Penggunaan : Sebagai pengawet

8. Paraffinum Liquidum ( FI Edisi III 1995 Hal 474)


Nama lain : Parafin Cair
Pemerian : Cairan kental, transparan, tidak berfluoresensi; tidak berwarna; hampir
tidak berbau; hampir tidak mempunyai rasa.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) P; larut dalam
kloroform P dan dalam eter P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.
Khasiat dan penggunaan : Penambah pelembut atau bisa juga sebagai stiffening agen.
IV. Formulasi

A. Formulasi acuan (Media Farmasi p.issn 0216-2083 e.issn 2622-0962 Vol. XVI No.1, April 2020)
Formulasi krim (%)
NO Nama Bahan F0 F1 F2 F3
1 Metil Salisilat 0 1 3 5

2 Parafin Cair 10 10 10 10

3 Setil alkohol 1,5 1,5 1,5 1,5

4 Asam stearat 5 5 5 5

5 Gliserin 2 2 2 2

6 TEA 2 2 2 2

7 BHT 0,02 0,02 0,02 0,02


8 Propil Paraben 0,05 0,05 0,05 0,05

9 Metil Paraben 0,1 0,1 0,1 0,1

B. Formulasi yang diterapkan

NO. Nama Bahan Jumlah


1 Metil Salisilat 10 %

2 Parafin Cair 10 %

3 Setil alkohol 1,5 %

4 Asam stearat 5%
5 Gliserin 2%

6 TEA 2%
7 Propil Paraben 0,05 %

8 Metil Paraben 0,1 %


V. Perhitungan Dan Penimbangan Bahan

a. Perhitungan Bahan

NO. Nama Bahan Untuk 10 gram (1 tube) cream metil salisilat

1 Metil Salisilat 10%= 1/100x 10g = 0,1 g = 1000 mg

2 Parafin Cair 10 % = 10/100x 10g = 1g = 1000 mg

3 Setil alkohol 1,5 % = 1,5/100x 10g = 0,15 g = 150 mg

4 Asam stearat 5 % = 5/100x 10g = 0,5 g = 500 mg

5 Gliserin 2 % = 2/100x 10g = 0,2 g = 200 mg

6 TEA 2 %= 2/100x10g = 0,2 g = 200 mg

7 Propil Paraben 0,05 % = 0,05/100x 10 g = 0,005 g = 5 mg

8 Metil Paraben 0,1 % = 0,1/100x 10g = 0,01 mg = 10 mg

NO. Nama Bahan Untuk 30 gram (3 tube) cream metil salisilat

1 Metil Salisilat 10 %= 1/100x 30g = 0,3 g = 3000 mg


2 Parafin Cair 10 % = 10/100x 30g = 6 g = 3000 mg

3 Setil alkohol 1,5 % = 1,5/100x 30g = 0,45 g = 450 mg

4 Asam stearat 5 % = 5/100x 30g = 1,5 g = 1500 mg

5 Gliserin 2 % = 2/100x 30g = 0,6 g = 600 mg

6 TEA 2 %= 2/100x 30g = 0,6 g = 600 mg

7 Propil Paraben 0,05 % = 0,05/100x 30 g = 0,015 g = 15 mg

8 Metil Paraben 0,1 % = 0,1/100x 30g = 0,03 g = 30 mg


b.Penimbangan Bahan

Untuk 30 gram (3 tube) cream metil


salisilat
NO. Nama Bahan
1 Metil Salisilat 3000 mg
2 Parafin Cair 3000 mg

3 Setil alkohol 450 mg

4 Asam stearat 1500 mg

5 Gliserin 600 mg

6 TEA 600 mg

7 Propil Paraben 15 mg

8 Metil Paraben 30 mg

9 Metil Salisilat 300 mg


VI. Alat dan Bahan

1.Alat Bahan:

No. Alat No. Alat No. Nama Bahan

1. Mortir 9. Gelas ukur


1 Metil Salisilat
2. Stamfer 10. Neraca mg
2 Parafin Cair
3. Anak Timbangan halus 11. Label
3 Setil alkohol
4. Cawan 12. Lap/ Serbet
4 Asam stearat
5. Erlenmeyer 13. Kotak Kemasan
5 Gliserin
6. Neraca Gram 14. Tube @10 gram
6 TEA
7. Kertas Perkamen
7 Propil Paraben
8. Anak Timbangan Kasar

8 Metil Paraben

VII. Cara Kerja Skematis

1. Siapkan alat dan bahan

2. Timbang bahan sesuai dengan perhitungan

3. Fase Minyak ( meleburkan asam stearat, setil alkohol dan paraffin cair dalam cawan poselin
diatas Waterbath dengan suhu 800C.) sampai melebur

4. Tambahkan propil paraben dan metil salisilat kedalam fase minyak gerus sampai homogen

5. Fase Air ( Memanaskan aquadest setelah itu memasukkan metil paraben, setelah metil
paraben larut dalam air masukkan TEA dan gliserin lalu aduk sampai homogen, dan
campuran ini dihangatkan 800C)

6. Fase Minyak dicampurkan ke fase air kemudian gerus cepat ad homogen

7. Masukkan kedalam tube, tutup dan Beri Penandaan


VIII. EVALUASI SEDIAAN

1. Uji organoleptik
Pemeriksaan organoleptis krim dilakukan untuk mengamati stabilitas fisik sediaan
dengan melihat perubahan bentuk, warna dan bau yang mungkin terjadi selama
penyimpanan. Diamati bentuk krim, warna dan bau krim.
2. Uji homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk melihat dan mengetahui tercampurnya bahan-
bahan sediaan krim. Diambil 1 gram krim pada bagian atas, tengah, dan bawah
kemudian dioleskan pada sekeping kaca transparan. Diamati jika terjadi pemisahan fase.
3. Uji daya serap
Uji daya serap untuk mengetahui kemampuan krim dalam menyerap air. Ditimbang
krim, kemudian ditetesi air sambil diaduk atau dikocok. Penetesan air pada krim
dlakukan sampai tidak dapat menyerap air lagi atau krim memisah dengan air.
Kemudian dihitung jumlah air yang dibutuhkan hinggga krim memisah.
4. Uji daya sebar
Uji daya sebar untuk mengetahui kelunakkan sediaan krim saat dioleskan kekulit.
Dengan cara sejumlah zat tertentu di letakkan di atas kaca yang berskala. Kemudian
bagian atasnya di beri kaca yang sama, dan di tingkatkan bebanya, dan di beri rentang
waktu 1 – 2 menit. Kemudian diameter penyebaran diukur pada setiap penambahan
beban, saat sediaan berhenti menyebar ( dengan waktu tertentu secara teratur )/
IX. PEMBAHASAN
X. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

DirektoratJenderal POM Depkes RI. 1979 Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.

Departemen Kesehatan DirektoratJenderal POM 1995. Farmakope Indonesia edisi IV. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Departemen Ke sehatan Republik Indonesia 1978. Formularium Nasional Edisi II. Kasimm,
Fauzidkk.

(Media Farmasi p.issn 0216-2083 e.issn 2622-0962 Vol. XVI No.1, April 2020)

Anda mungkin juga menyukai