DISUSUN OLEH:
PEMBUATAN CREAM
I. Tujuan
A. Definisi Cream
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, krim adalah bentuk sediaan setengah padat,
berupa emulsi mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian
luar. Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV,
krim adalah bentuk sediaan setengah padat mangandung satu atau terdispersi dalam
bahan dasar yang sesuai. Menurut Formularium Nasion al, krim adalah sediaan setengah
padat, berupa emulsi kental mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk
pemakaian luar. Secara tradisional, istilah krim digunakan untuk sediaan setengah padat
yang mempunyai konsentrasi relatif cair diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak (a/m)
atau minyak dalam air. Krim mudah digunakan dan diaplikasikan pada kulit serta banyak
dijumpai pada sebagian besar formulasi, krim akan terasa bercahaya ketika
digunakan,sedikit berminyak,dan dapat bersifat keras atau lunak (Mitzui,1997). Krim lebih
disukai dibandingkan dengan salep karena daya tarik astetiknya, mudah menyebar dengan
rata, mudah diserap kedalam kulit jika digosokkan, mampu melekat pada permukaan kulit
dalam waktu yang cukup lama, dan mudah dicuci (Lachman et al.,2008). Krim yang baik
memiliki beberapa sifat, diantaranya : memiliki tekstur yang lembut, mudah dioleskan,
mudah dibersihkan/ dicuci dengan air, tidak berbau tengik, tidak mengandung mikroba
patogen, tidak mengiritasi kulit, tidak mengandung pewarna dan bahan-bahan tambahan
yang dilarang oleh undangundang, bila mengandung zat aktif maka dapat melepaskan zat
aktifnya, memiliki stabilitas yang baik (Saifullah dan Rina., 2008). Kestabilan krim akan
rusak bila terganggu sistem pencampurannya terutama karena perubahan suhu dan
perubahan komposisi yang disebabkan oleh penambahan salah satu fase secara berlebihan
atau pencampuran dua tipe krim jika zat pengemulsinya tidak tercampurkan satu sama lain.
Pengenceran krim hanya dapat dilakukan jika diketahui pengencer yang cocok dan harus
dilakukan dengan teknik aseptis (Depkes RI,1979). Tipe krim ada dua yaitu krim tipe air
dalam minyak (A/M) dan krim tipe minyak dalam air (M/A).Krim tipe A/M disebut juga
krim basis hidrofobik, dibuat dari basis berminyak yang mempunyai kemampuan
mengabsorbsi air.Krim A/M tidak tercampur dan tidak dapat diencerkan dengan air. Krim
tipe M/A disebut sebagai krim basis hidrofilik dan merupakan krim dengan jumah fase air
lebih besar daripada fase minyaknya sehingga dapat diencerkan dengan jumlah fase air lebih
besar dari pada fase minyaknya sehingga dapat diencerkan dengan air. Krim dibuat dengan
menambahkan zat pengemulsi yang umumnya berupa sufaktan anionik,kationik dan
nonionik (Agoes, 2008). Konsistensi dan sifat rheologis krim tergantung pada jenis
emulsinya, apakah jenis air dalam minyak atau minyak dalam air, dan juga pada sifat zat
padat dalam fase internal (Lachman et al., 2008).
Farmakope Indonesia Edisi III, krim adalah bentuk sediaan setengah padat, berupa emulsi
mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar.
Farmakope Indonesia Edisi IV, krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung
satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai.
Formularium Nasional, krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi kental
mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar.
Secara Tradisional istilah krim digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai
konsistensi relatif cair di formulasi sebagai emulsi air dalam minyak(a/m) atau minyak
dalam air (m/a) (Budiasih, 2008).
Krim merupakan obat yang digunakan sebagai obat luar yang dioleskan ke bagian kulit
badan. Obat luar adalah obat yang pemakaiannya tidak melalui mulut, kerongkongan, dan
ke arah lambung. Menurut definisi tersebut yang termasuk obat luar adalah obat luka, obat
kulit, obat hidung, obat mata, obat tetes telinga, obat wasir, injeksi, dan lainnya.
Kualitas dasar krim, yaitu:
1. Stabil, selama masih dipakai mengobati. Maka krim harus bebas dari inkopatibilitas,
stabil pada suhu kamar, dan kelembaban yang ada dalam kamar.
2. Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi lunak dan
homogen.
3. Mudah dipakai, umumnya krim tipe emulsi adalah yang paling mudah dipakai dan
dihilangkan dari kulit.
4. Terdistribusi merata, obat harus terdispersi merata melalui dasar krim padat atau cair
pada penggunaan (Anief, 1994).
B . PENGGOLONGAN KRIM
Krim terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak
atau alkohol berantai panjang dalam air yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk
pemakaian kosmetika dan estetika.
Ada dua tipe krim, yaitu:
1. Tipe a/m, yaitu air terdispersi dalam minyak
Contoh : cold cream
Cold cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud memberikan rasa
dingin dan nyaman pada kulit, sebagai krim pembersih, berwarna putih dan bebas dari
butiran.Coldcream mengandung mineral oil dalam jumlah besar.
2. Tipe m/a, yaitu minyak terdispersi dalam air
Contoh: vanishing cream
Vanishing cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud membersihkan,
melembabkan dan sebagai alas bedak. Vanishing cream sebagai pelembab (moisturizing)
meninggalkan lapisan berminyak/film pada kulit.
III. Preformulasi
Zat aktif
A. Formulasi acuan (Media Farmasi p.issn 0216-2083 e.issn 2622-0962 Vol. XVI No.1, April 2020)
Formulasi krim (%)
NO Nama Bahan F0 F1 F2 F3
1 Metil Salisilat 0 1 3 5
2 Parafin Cair 10 10 10 10
4 Asam stearat 5 5 5 5
5 Gliserin 2 2 2 2
6 TEA 2 2 2 2
2 Parafin Cair 10 %
4 Asam stearat 5%
5 Gliserin 2%
6 TEA 2%
7 Propil Paraben 0,05 %
a. Perhitungan Bahan
5 Gliserin 600 mg
6 TEA 600 mg
7 Propil Paraben 15 mg
8 Metil Paraben 30 mg
1.Alat Bahan:
8 Metil Paraben
3. Fase Minyak ( meleburkan asam stearat, setil alkohol dan paraffin cair dalam cawan poselin
diatas Waterbath dengan suhu 800C.) sampai melebur
4. Tambahkan propil paraben dan metil salisilat kedalam fase minyak gerus sampai homogen
5. Fase Air ( Memanaskan aquadest setelah itu memasukkan metil paraben, setelah metil
paraben larut dalam air masukkan TEA dan gliserin lalu aduk sampai homogen, dan
campuran ini dihangatkan 800C)
1. Uji organoleptik
Pemeriksaan organoleptis krim dilakukan untuk mengamati stabilitas fisik sediaan
dengan melihat perubahan bentuk, warna dan bau yang mungkin terjadi selama
penyimpanan. Diamati bentuk krim, warna dan bau krim.
2. Uji homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk melihat dan mengetahui tercampurnya bahan-
bahan sediaan krim. Diambil 1 gram krim pada bagian atas, tengah, dan bawah
kemudian dioleskan pada sekeping kaca transparan. Diamati jika terjadi pemisahan fase.
3. Uji daya serap
Uji daya serap untuk mengetahui kemampuan krim dalam menyerap air. Ditimbang
krim, kemudian ditetesi air sambil diaduk atau dikocok. Penetesan air pada krim
dlakukan sampai tidak dapat menyerap air lagi atau krim memisah dengan air.
Kemudian dihitung jumlah air yang dibutuhkan hinggga krim memisah.
4. Uji daya sebar
Uji daya sebar untuk mengetahui kelunakkan sediaan krim saat dioleskan kekulit.
Dengan cara sejumlah zat tertentu di letakkan di atas kaca yang berskala. Kemudian
bagian atasnya di beri kaca yang sama, dan di tingkatkan bebanya, dan di beri rentang
waktu 1 – 2 menit. Kemudian diameter penyebaran diukur pada setiap penambahan
beban, saat sediaan berhenti menyebar ( dengan waktu tertentu secara teratur )/
IX. PEMBAHASAN
X. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
DirektoratJenderal POM Depkes RI. 1979 Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan DirektoratJenderal POM 1995. Farmakope Indonesia edisi IV. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Ke sehatan Republik Indonesia 1978. Formularium Nasional Edisi II. Kasimm,
Fauzidkk.
(Media Farmasi p.issn 0216-2083 e.issn 2622-0962 Vol. XVI No.1, April 2020)