Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

FTS SEMI SOLID

Pembuatan dan Evaluasi Sediaan Krim

Dosen pengampu :

Apt. Sunamah, S.Farm.

Disusun Oleh :

Alfath Maulana Akbar 21482011003

Bayu Abdullah Nur Rochman 21482011007

Musabihka 21482011053

Sania Dwi Pratiwi 21482011054

Sufia Nurul Huda 21482011055

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS YPIB MAJALENGKA

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

2023/2024
PRAKTIKUM 2
Pembuatan dan Evaluasi Sediaan Krim

I. TUJUAN
Dapat memformulasikan sediaan krim dan melakukan evaluasi kualitas sedian
salep yang dihasilkan.

II. DASAR TEORI


II.1 Definisi Krim
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, krim adalah bentuk sediaan setengah
padat, berupa emulsi mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk
pemakaian luar (Depkes RI, 1979) Farmakope Indonesia Edisi IV. Krim adalah
bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau
terdispersi dalam dasar yang sesuai (Depkes RI, 1995). Formularium Nasional, krim
adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi kental mengandung air tidak kurang
dari 60% dan direaksikan untuk pemakaian luar (Depkes RI, 1978).
Sekarang ini batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri dari
emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam, asam lemak atau alkohol
berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk
penggunaan kosmetika dan estetika. Krim dapat digunakan untuk pembenan obat
melalui vaginal (Ditjen POM, 1995).
Sifat umum sediaan semi padat terutama krim ini adalah mampu melekat pada
permukaan tempat pemakaian dalam waktu yang cukup lama sebelum sediaan ini
dicuci atau dihilangkan. Krim yang digunakan sebagai obat umumnya digunakan
untuk mengatasi penyakit kulit seperti jamur. infeksi ataupun sebagai anti radang
yang disebabkan oleh berbagai jenis penyakit (Anwar, 2012).

II.2 Kualitas Dasar Krim

Kualitas dasar krim menurut (Anief. 1993) yaitu:

1. Stabil, selama masih dipakai mengobati Maka krim harus bebas dari
inkompatibilitas, stabil pada suhu kamar dan kelembaban yang ada dalam
kamar
2. Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi
lunak dan homogen, sebab krim digunakan untuk kulit yang teriritasi,
inflamasi, dan ekskoriasi
3. Mudah dipakai, umumnya krim tipe emulsi adalah yang paling mudah
dipakai dan dihilangkan dari kulit.
4. Dasar krim yang cocok, yaitu dasar krim harus kompatibel secara fisika
dan kirima dengan obat yang dikandungnya. Dasar salep tidak boleh
merusak atau menghambat aksi terapi dari obat yang mampu melepas
obatnya pada daerah yang diobati.
5. Terdistribusi merata, obat harus terdistribusi merata melalui dasar krim
padat atau cair pada pengobatan.

II.3 Penggolongan Krim

Krim terdiri dari emulsi minyak dalam air atau disperse mikrokristal asam-
asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air
dan lebih ditujukan untuk pemakain kosmetika dan estetika. Krim dapat juga
digunakan untuk pemberian obat melalui vaginal.

Ada 2 tipe krim yaitu krim tipe minyak dalam air (M/A) dan krim tipe air
dalam minyak (A/M). Pemilihan zat pengemulsi harus disesuaikan dengan jenis
dan sifat krim yang dikehendaki. Untuk krim tipe A/M digunakan sabun
polivalen, span, adeps lanae, kolsterol dan cera. Sedangkan untuk krim tipe M/A
digunakan sabun monovalen, seperti trietanolamin, natrium stearat, kalium stearat
dan ammonium stearat. Selain itu juga dipakai tween, natrium lauryl sulfat,
kuning telur, gelatinum, caseinum, CMC dan emulygidum.

a. Tipe M/A atau O/W


Vanishing cream adalah kosmetika yang digunakan untuk maksud
membersihkan, melembabkan, dan sebagai alas bedak. Vanishing cream. Krim
m/a (vanishing cream) yang digunakan melalui kulit akan hilang tanpa bekas
Pembuatan krim m/a sering menggunakan zat pengemulsi campuran dari
surfaktan (jenis lemak yang ampifil) yan umumnya merupakan rantai panjang
alcohol walaupun untuk beberapa sediaan kosmetik pemakaian asam lemak lebih
popular Contoh: vanishing cream. Dapat sebagai pelembab (moisturizing)
meninggalkan lapisan berminyak atau film pada kulit.
b. Tipe A/M atau W/O
Krim berminyak mengandung zat pengemulsi a/m yang spesifik seperti adeps
lane, wool alcohol atau ester asam lemak dengan atau garam dari asam lemak
dengan logam bervalensi 2, misal Ca. Krim A/M dan M/A membutuhkan
emulgator yang berbeda beds. Jika emulgator tidak tepat, dapat terjadi
pembalikan fasa.
Contoh: Cold cream. Cold cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan
untuk maksud memberikan rasa dingin dan nyaman pada kulit, sebagai krim
pembersih berwarna putih dan bebas dari butiran. Cold cream mengandung
mineral oil dalam jumlah besar.
11.4 Keuntungan dan Kekurangan Sediaan Krim
a) Kelebihan dari sediaan krim yaitu:
1. Mudah menyebar rata
2. Praktis
3. Mudah dibersihkan atau dicuci
4. Cara kerja berlangsung pada jaringan setempat
5. Tidak lengket terutama tipe m/a
6. Memberikan rasa dingin (cold cream) berupa tipe a/m
7. Digunakan sebagai kosmetik
8. Bahan untuk pemakaian topikal sejumlah yang diabsorpsi tidak cukup
Beracun
9. Aman digunakan pada dewasa maupun anak-anak
b.) Kekurangan dari sediaan krim yaitu:
1. Susah dalam pembuatannya karena pembuatan krim harus dalam keadaan
panas
2. Mudah pecah disebabkan dalam pembuatan formulasi tidak pas
3. Mudah kering dan mudah rusak khususknya tipe a/m karena terganggu sistem
campuran terutama disebabkan oleh perubahan suhu dan perubahan komposisi
disebabkan penambahan salah satu fase secara berlebihan
4. Mudah lengket, terutama tipe A/M (air dalam minyak)
5. Pembuatannya harus secara aseptis
(Sumardjo & Damin, 2006)

II.5 Bahan-Bahan Penyusun Krim

Formula dasar sediaan krim antara lain:

1. Fase minyak, yaitu bahan obat yang larut dalam minyak, bersifat asam.
Contoh: asam stearat, adeps lanae, paraffin liquidum, paraffin solidum, minyak
lemak, cera, cetaceum, vaselin, setil alkohol, stearil alkohol, dan sebagainya.
2. Fase air, yaitu bahan obat yang larut dalam air, bersifat basa. Contoh: Na
tetraborat (borax. Na biboras). Trietanolamin/ TEA, NaOH, KOH, Na2CO3.
Gliserin, Polietilenglikol PEG. Propilenglikol, Surfaktan (Na lauril sulfat, Na
setostearil alkohol, polisorbatum/ Tween, Span dan sebagainya).
3. Bahan penyusun krim, antara lain:
a.Zat berkhasiat
b. Minyak
c.Air
d. Pengemulsi
Bahan pengemulsi yang digunakan dalam sediaan krim disesuaikan dengan
jenis dan sifat krim yang akan dibuat atau dikehendaki. Sebagai bahan
pengemulsi dapat digunakan emulgide, lemak bulu domba, setaseum, setil
alcohol, stearil alcohol, trietanolalamin stearat, polisorbat, PEG.
4. Bahan bahan tambahan dalam sediaan krim agar peningkatan penetrasi pada
kulit, antara lain:
a. Zat pengawet berfungsi untuk meningkatkan stabilitas sediaan dengan
mencegah terjadinya kontaminasi mikroorganisme. Karena pada sediaan krim
mengandung fase air dan lemak maka pada sediaan ini mudah ditumbuhi
bakteri dan jamur. Oleh karena itu perlu penambahan zat yang dapat mencegah
pertumbuhan mikroorganisme tersebut. Zat pengawet yang digunakan
umumnya metil paraben 0.12% sampai 0,18% atau propil paraben 0,02%-
0,05%
b. Pendapar berfungsi untuk mempertahankan pH sediaan untuk menjaga
stabilitas sediaan. pH dipilih berdasarkan stabilitas bahan aktif Pemilihan
pendapar harus diperhitungkan ketercampurannya dengan bahan lainnya yang
terdapat dalam sediaan, terutama pH efektif untuk pengawet. Perubahan pH
sediaan dapat terjadi karena perubahan kimia zat aktif atau zat tambahan dalam
sediaan pada penyimpanan karena mungkin pengaruh pembawa atau
lingkungan Kontaminasi logam pada proses produksi atau wadah (tube)
seringkali merupakan katalisator bagi pertumbuhan kimia dari bahan sediaan.
c. Pelembab Pelembab atau humectan ditambahkan dalam sediaan topical
dimaksudkan untuk meningkatkan hidrasi kulit. Hidrasi pada kulit
menyebabkan jaringan menjadi lunak, mengembang dan tidak berkeriput
sehingga penetrasi zat akan lebih efektif. Contoh zat tambahan ini adalah
gliserol, PEG, sorbitol.
d. Pengompleks adalah zat yang ditambahkan dengan tujuan zat ini dapat
membentuk kompleks dengan logam yang mungkin terdapat dalam sediaan,
timbul pada proses pembuatan atau pada penyimpanan karena wadah yang
kurang baik. Contoh: Sitrat, EDTA, dsb.
e. Antioksidan berfungsi untuk mencegah ketengikan akibat oksidasi oleh
cahaya pada minyak tidak jenuh yang sifatnya autooksidasi. Antioksidan dibagi
menjadi: Antioksidan sejati (anti oksigen) Kerjanya yaitu mencegah oksidasi
dengan cara bereaksi dengan radikal bebas dan mencegah reaksi cincin.
Contoh: tokoferol, alkil gallat, BHA, BHT Antioksidan sebagai agen produksi.
Zat zat ini mempunyai potensial reduksi lebih tinggi sehingga lebih mudah
teroksidasi dibandingkan zat yang lain kadang-kadang bekerja dengan cara
bereaksi dengan radikal bebas. Contoh: garam Na dan K dari asam sulfit.
Antioksidan sinergis. Yaitu senyawa yang bersifat membentuk kompleks
dengan logam, karena adanya sedikit logam dapat merupakan katalisator reaksi
oksidasi. Contoh: sitrat, tamat, EDTA.
f. Peningkat penetrasi yaitu zat tambahan ini dimaksudkan untuk meningkatkan
jumlah zat yang terpenetrasi agar dapat digunakan untuk tujuan pengobatan
sistemik lewat dermal (kulit). Syarat-syarat:
- Tidak mempunyai efek farmakologi
- Tidak menyebabkan iritasi alergi atau toksik
- Bekerja secara cepat dengan efek terduga (dapat diramalkan)
- Dapat dihilangkan dari kulit secara normal
- Tidak mempengaruhi cairan tubuh, elektrolit dan zat endogen
- Dapat bercampur secara fisika dan kimia dengan banyak zat
- Dapat berfungsi sebagai pelarut obat dengan baik
- Dapat menyebar pada kulit
- Dapat dibuat sebagai bentuk sediaan
- Tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa
(Sumardjo & Damin, 2006)
5. Uraian Bahan
a. Uraian Zat aktif
1. Zink Oksid (Sumber FI Edisi IV, Halaman 835)
 Warna :Putih atau putih kekuningan
 Rasa : pahit
 Bau :Tidak berbau
 Pemerian : Serbuk amorf sangat halus, lambat laun menyerap
CO2 dari udara
 Kelarutan :Tidak larut dalam air dan dalam etanol, larut dalam
asam encer
 Syarat dan Rentang: ZnO yang baru dipijarkan tidak kurang dari
99,0% dan tidak lebih dari 100,5%
 Khasiat :Antiseptikum lokal
 Khasiat & Penggunaan Antipiretika : Analgetikum, Antipiretikum.
b. Uraian Zat Tambahan

1. Acidum Stearicum/ Asam Stearat (FI III hal. 57)

• Rumus Empiric : C18H376O2


• BM : 284.47.
• Struktur : CH3(CH2)16COOH
• Fungsi : Pengemulsi, Bahan Pelarut
• Salep/Krim : 1-20%
• Pemerian :Zat padat keras mengkilat menunjukkan
susunan hablur, putih atau kuning pucat, mirip lemak lilin.
• Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam 20
bagian etanol (95%)P, dalam 2 bagian kloroform P dan dalam 3
bagian eter P.
• Stabilitas : asam stearat merupakan bahan yang stabil
terutama dengan penambahan antioksidan. Sebaiknya disimpan
dalam wadah tertutup baik ditempat kering dan sejuk.
• Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
• Khasiat : Zat tambahan, untuk melembutkan kulit
dengan konsentrasi 1-20%
2. Cera Alba (FIIV: 186)
• Pemerian : Tidak berasa, berwarna putih atau kuning telur,
bentuk granul berupa fine atau sheet dengan bentuk warna jernih.
Rasa hampir sama dengan malam kuning tetapi tidak berasa
• Fungsi : Basis krim, stabilizing agnet (W/O)
• Kelarutan : Larut dalam Kloroform, Eter,Minyak, Minyak
mengup dan Karbon Disulfid hangat. Sedikit larut dalam Etanol 95
%.Praktis tidak larut dalam air.
• Incompatibilitas : Inkompatible dengan oksigen
• Titik lebur :61-65°C
• Inkompatible dengan oksigen : 5-20%
3. Vaselin Putih (FI IV : 822)
• Pemerian : Putih atau kekuningan pucat, massa berminyak
transparan dalam lapisan tipis setelah didinginkan pada suhu 0"C
• Kelarutan : Sukar larut dalam etanol; tidak larut dalam
udara; mudah larut dalam benzena
• Syarat :Dapat mengandung stabilitator yang sesuai;
memmuhi syarat seperti yang tertera pada vaselin kuning
• Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
• Khasiat : Zat tambahan
4. Tween 80 (Farmakope Indonesia IV halaman 687, Handbook
of Pharmaceutical excipient edisi VI halaman 375)
• Pemerian : Cairan seperti minyak, jernih berwarna kuning
muda hingga coklat muda, bau khas lemah, rasa pahit dan hangat.
• Kelarutan :Sangat mudah larut dalam air, larutan tidak
berbau dan praktis tidak berwarna, larut dalam etanol, dalam etil
asetat, tidak larut dalam minyak mineral.
• Konsentrasi :1-15%.
• Stabilitas : Stabil pada elektrolit dan asam lemah, dan
basa. Berangsur- angsur akan tersaponi dengan asam kuat dan basa.
• Отт : Akan berubah warna atau mengendap dengan
phenol, dan tannin.
• pH larutan : 6-8 sampai 5% zat (w/v) dalam larutan berair
• Penyimpanan :Dalam wadah tertutup baik, lindungi dari
cahaya, ditempatdingin dan kering.
5. TEH (Triktanolamin)(FI IV hal.1203)
• Fungsi : Alkalizing agent, pengemulsi
• Kelarutan :Didalam Aseton berbentuk misel pada suhu
tertentu 1:24 Benzen. 1: 63 Etil Eter berbentuk misel dalam
Methanol, air, Karbon Tetra Klorida.
• Titik lebur :20-21°C
• Incompatibilitas : Reaksi dengan Asam mineral, membentuk
garam kristal dan Ester dalam Asam lemah tinggi. TEH
membentuk garam yang terlarut dalam air dan membentuk karakter
busa, TEA dapat beraksi dengan Coper membentuk garam
kompleks.
• ADI :5-15 g/kg BB
6. Propilen Glikol (FI. Edisi III Hal. 534)
• Nama resmi : PROPILENGLYKOLUM
• Nama sinonim : Propilenglikol
• Rumus molekul : C3H8O2
• Berat molekul: :76,10
• Pemerian :Cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak
berbau, rasa agak manis, higroskopik
• Kelarutan :Dapat campur dengan air, dengan etanol
(95%)p, dan dengan kloroform p. larut dalam 6 bagian eter p. tidak
dapat campur dengan eter minyak tanah p, dan dengan minyak
lemak
• Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
• Khasiat : Zat tambahan, pelarut

7. Air suling/aquadest (Farmakope Indonesia III halaman 96)


• BM : 18,02
• Rumus molekul : H2O.
• Pemerian : Cairan jemnih tidak berwarna, tidak
berbau, tidak berasa.
• Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
• Stabilitas : Air adalah salah satu bahan kimia yang
stabil dalam bentuk Fisik (es, air, dan uap). Air harus disimpan
dalam wadah yang sesuai. Pada saat penyimpanan dan
penggunaannya harus terlindungi dari kontaminasi partikel -
pertikel ion dan bahan organik yang dapat menaikan konduktivitas
dan jumlah karbon organik. Serta harus terlindungi dari partikel -
partikel lain dan mikroorganisme yang dapat tumbuh dan merusak
fungsi air.
• OTT/Ankompabilitas : Dalam formula air dapat bereaksi
dengan bahan eksipient lainya yang mudah terhidrolisis.

II.6 Penyimpanan Sediaan Krim

Penyimpanan krim biasanya dikemas baik dalam botol atau dalam tube, botol
yang digunakan biasanya berwarna gelap atau buram. Wadah dari gelas buram
dan berwarna berguna untuk krim yang mengandung obat yang peka terhadap
cahaya. Tube biasa saja terbuat dari kaleng atau plastik, beberapa diantaranya
diberi tambahan kemasan bila krim akan digunakan untuk penggunaan khusus.
Tube dari krim kebanyakan dikemas dalam tube kaleng dan dapat dilipat yang
dapat menampung sekitar 5 sampai 15 gr (Ansel. 1989).

III. ALAT DAN BAHAN


Berikut adalah alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum pembuatan
salep ;
A. ALAT
1. Kaca objek
2. Indicator PH
3. Timbangan
4. Kertas saring
5. Pot salep
6. Spatel
7. Kertas perkamen
8. Mortar
9. Stemper
10. Sudip

B. BAHAN
1. Asam stearat
2. Cera alba
3. Vaselin Alb.
4. Trietanolamin
5. Propilenglikol
6. Aquadest ad

IV. FORMULASI
R/ Hidrocortison asetat 1%
Basis cream qs
m.f. cream 25
Sue

Pro : Nabil (15 TH)

Catatan :
Basis cream yang digunakan Vanishing cream (tipe m/a):
R/ Asam stearat 15
Cera alba 2
Vaselin Alb. 8
Trietanolamin 1,5
Propilenglikol 8
Aquadest ad 100

V. EVALUASI SEDIAAN
A. Uji Organoleptis
Dilakukan dengan mengamati bentuk ,warna,bau,dan tekstur, sediaan
salep. Sediaan sebaiknya berbentuk setengah padat ,bewarna kekuningan,
berbau khas,dan tekstur halus.
B. Uji Homogenitas
Dilakukan dengan menggunakan kaca objek ,yaitu dengan cara
mengambil sediaan krim secukupnya,taruh di kaca objek , lalu tutup dengan
kaca objek yang lainnya, sambal sedikit ditekan dan amati.
C. Uji PH
Pengujian pH dilakukan untuk melihat pH krim apakah berada pada
rentang pH normal kulit yaitu 4,5 – 7. Jika pH terlalu basa dapat
mengakibatkan kulit kering, sedangkan jika pH kulit terlalu asam dapat
memicu terjadinya iritasi kulit (Mappa dkk.,2013; Swastika dkk., 2013).
Caranya : Kertas pH dimasukkan ke dalam sediaan, lalu tunggu beberapa saat.
Amati kertas pH dan bandingkan dengan indikator pH.
D. Uji Daya Sebar
Untuk melihat kemampuan sediaan menyebar pada kulit, dimana suatu
basis cream sebaiknya memiliki daya sebar yang baik untuk menjamin
pemberian bahan obat yang baik. Standarnya kurang lebih 252,67 gr, daya
sebar untuk sediaan topikal yaitu sekitar 5-7 cm (Ulaen dkk., 2012).
Caranya :
 Timbang 0,5 gram cream, letakkan ditengah alat (kaca bulat)
 Timbang dahulu kaca penutup, letakkan kaca tersebut diatas massa salep dan
biarkan selama 1 menit
 Ukur diameter cream yang menyebar (dengan mengambil panjang rata-rata dari
beberapa sisi)
 Tambahkan 50 gram beban tambahan, diamkan selama 1 menit dan catatlah
diameter salep yang menyebar seperti sebelumnya
 Teruskan penambahan 50 gram beban seperti di atas sampai beban mencapai 250
gram.
E. Uji Daya Lekat
Uji daya lekat pada salep dilakukan untuk melihat kemampuan cream
melekat pada kulit, dimana hal ini dapat mempengaruhi kemampuan penetrasi
cream ke dalam kulit untuk menimbulkan efek. Syarat untuk daya lekat pada
sediaan topikal adalah tidak kurang dari 4 detik (Ulaen dkk., 2012).
Caranya :
 Sediaan ditimbang 0,5 gram
 Letakkan pada objek gelas
 Letakkan objek gelas yang lain di atas salep tersebut, tekanlah dengan
beban 1 kg selama 1 menit
 Setelah 1 menit turunkan bebannya
 Lepaskan beban seberat 80 gram dan catat waktunya hingga kedua
objek glass tersebut terlepas
F. Uji Daya Proteksi
Caranya :
• Ambil kertas saring diukur 10 cm x 10 cm 1 buah basahi dengan
indicator PP, lalu keringkan
• Ambil kertas saring lagi ukur 2,5 cm x 2,5 cm sebanyak 1 buah basahi
dengan Paraffin solidum yang telah dilelehkan, lalu keringkan
• Kertas saring ukuran 10 cm x 10 cm diolesi dengan sediaan
• Kemudian kertas saring ukuran 2,5 cm x 2,5 cm ditempelkan di
atasnya, dan tetesi kertas saring tersebut dengan larutan KOH atau
NaOH
• Amati sampai 5 menit apakah ada noda merah atau tidak, jika tidak ada
noda merah berarti sediaan dapat memberikan daya proteksi terhadap
cairan (larutan KOH/NaOH)
G. Uji Tipe Krim
Ambil sedikit krim, letakkan pada kaca objek/kaca arloji lalu teteskan
pewarna metilen blue (1-2 tetes). Aduk dengan batang pengaduk lalu amati.
Jika metilen blue tersebar merata maka krim tersebut merupakan tipe m/a,
sebaliknya jika warna metilen blue tidak tersebar merata maka krim tersebut
termasuk krim tipe a/m. Pengamatan juga bisa dilakukan menggunakan
mikroskop.

VI. CARA KERJA


1. Timbang semua bahan
2. Fase minyak dilebur
3. Panaskan fase air
4. Panaskan mortir
5. Masukan kedalam mortir yang panas keduanya
6. Gerus cepat sampai membentuk masa cream
7. Tambahkan zat aktif hidrokortison asetat gerus ad homogen
8. Penambah warna/pengawet opsional

VII. DATA PENGAMATAN DAN HASIL EVALUASI SEDIAAN

Jenis Evaluasi Penafsiran Hasil Pengamatan

Organoleptis Warna: Oranye muda Warna: Oranye muda

Tekstur: setengah padat, Tekstur: setengah padat,


halus halus

Bau: tidak ada Bau: tidak ada

Homogenitas Homogen, tidak ada butiran Homogen, tidak ada butiran


zat obat zat obat

pH 4,5-7 pH stick = 6
Daya Sebar 5-7 cm 5,2 cm + 5,4 cm= 5,3 cm

Daya Lekat >4 detik 13 detik

Daya Proteksi Tidak ada noda merah Tidak ada noda merah pada
setelah ditetesi indikator daerah yang diolesi krim
NaOH

Tipe Krim -Warna metilen blue merata: Warna metilen blue merata:
m/a m/a
-Warna metilen blue tidak
merata: a/m

Perhitungan Bahan:

Asam Stearat : 15/100 x 25 gr= 3,75 g

Cera Alba : 2/100 x 25 gr= 0,5 g

Vaselin Album : 8/100 x 25 gr= 2 g

Trietanolamin : 1.5/100 x 25 gr= 0,375 g

Propilenglikol : 8/100 x 25 gr= 2 g

Hidrokortison Asetat : 1% x 25 gr= 0,25 g

Aquadest : 100% x 25 gr= 25 g

25-8,875 (penjumlahan semua bahan) = 16,125 gr

VIII. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini kami membuat sediaan krim. Menurut Farmakope
Indonesia Edisi III, krim adalah bentuk sediaan setengah padat, berupa emulsi
mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar
(Depkes RI, 1979) Farmakope Indonesia Edisi IV. Krim adalah bentuk sediaan
setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi
dalam dasar yang sesuai (Depkes RI, 1995). Sifat umum sediaan semi padat
terutama krim ini adalah mampu melekat pada permukaan tempat pemakaian
dalam waktu yang cukup lama sebelum sediaan ini dicuci atau dihilangkan. Krim
yang digunakan sebagai obat umumnya digunakan untuk mengatasi penyakit kulit
seperti jamur infeksi ataupun sebagai anti radang yang disebabkan oleh berbagai
jenis penyakit.
Salep yang kami buat adalah salep hidrokortison 25 gr dengan kandungan zat aktif
hidrokortison asetat 1%. Indikasi dari krim hidrokortison adalah untuk mengobati
dermatosis, radang sendi, radang pada jaringan lunak, serta insufisiensi
adrenokortikal. Cara pembuatan krim hidrokortison adalah dengan meleburkan
fase minyak dan memanaskan fase air diatas penangas air sampai mencapai titik
lebur pada suhu yang sama. Fase minyak yang kami gunakan adalah asam stearat,
cera alba dan vaselin album. Sedangkan fase air yang kami gunakan adalah
trietanolamin, propilenglikol dan aquadest. Sambil menunggu fase minyak
melebur dan fase air dipanaskan, mortir juga dipanaskan dengan menaruh air
panas kedalam mortir, kemudian dikeringkan dan masukkan fase minyak yang
sudah melebur dan fase air yang sudah panas. Masukkan fase air terlebih dahulu
karena fase air yang lebih banyak, kemudian masukkan sedikit demi sedikit fase
minyak sambil digerus dengan cepat sampai terbentuk massa krim. Tambahkan
zat aktif hidrokortison asetat dan gerus sampai homogen. Kami juga
menambahkan pewarna oranye agar krim tampak menarik. Setelah itu kami
melakukan beberapa uji evaluasi untuk mengetahui mutu dan kualitas sediaan.
Pengujian evaluasi meliputi uji organoleptis, uji homogenitas, uji pH, uji daya
sebar, uji daya lekat, uji daya proteksi, dan uji tipe krim.
A. Uji Organoleptis
Uji Organoleptis merupakan pengujian sediaan dengan menggunakan panca
indra untuk mendiskripsikan bentuk atau konsistensi (misalnya padat, serbuk,
kental, cair), warna (misalnya kuning, coklat) dan bau (misalnya aromatik, tidak
berbau) (Anonim, 2000). Pada uji organoleptis sediaan krim didapatkan warna
oranye muda, tekstur semi padat halus, dan tidak ada bau.
B. Uji Homogenitas
Untuk uji homogenitas, krim dioleskan pada kaca objek kemudian ditutup
untuk diamati. Krim yang homogen ditandai dengan tidak terdapatnya gumpalan
pada hasil pengolesan, struktur rata dan memiliki warna seragam. Hasil yang
diperoleh kelompok kami adalah krim tidak terdapat partikel-partikel kasar atau
gumpalan pada hasil pengolesan, struktur rata dan memiliki warna seragam.
C. Uji Nilai PH
Uji nilai pH sediaan berkaitan dengan kenyamanan penggunaan dan menjamin
stabilitas dari zat aktif yang digunakan. pH suatu sediaan tergantung dari
komponen penyusun baik zat aktif atau zat tambahan yang digunakan dalam
formulasi. Pada pengujian pH salep digunakan indikator pH universal dan
didapatkan hasil yaitu 6 (yang masih memasuki rentang pH kulit 4-7).
D. Uji Daya Sebar
Uji daya sebar sediaan semisolid dilakukan untuk mengetahui kemampuan
basis menyebar pada permukaan kulit ketika diaplikasikan. Kemampuan
penyebaran yang baik akan memberikan kemudahan pengaplikasian pada
permukaan kulit, selain itu penyebaran bahan aktif lebih merata sehinga dapat
memberikan efek terapi yang lebih optimal. Daya sebar yang baik menyebabkan
kontak antara obat dengan kulit menjadi luas, sehingga absorpsi obat ke kulit
berlangsung cepat. Dilakukan dengan cara sejumlah zat tertentu di letakkan di atas
kaca yang berskala, kemudian bagian atasnya di beri kaca yang sama dan di
tingkatkan bebannya, beri rentang waktu 1 menit. Kemudian diameter penyebaran
diukur pada setiap penambahan beban, saat sediaan berhenti menyebar (dengan
waktu tertentu secara teratur), dari sini dapat diketahui bahwa sediaan salep
tersebar luas. Hasil uji daya sebar yang dilakukan adalah diameter penyebarannya
rata-rata sebesar 5,3 cm dengan berat beban 250 gr. Berdasarkan Garg, et.al,
rentang daya sebar yang disyaratkan untuk sediaan topikal adalah sebesar 5-7 cm.
Dari evaluasi sediaan, menunjukkan daya sebar yang baik. Semakin besar nilai
daya sebar maka semakin kecil nilai viskositas yang dihasilkan karena viskositas
atau kekentalan berpengaruh pada daya sebar begitupun sebaliknya semakin kecil
nila daya sebar maka semakin besar nilai viskositas suatu sediaan.
E. Uji Daya Lekat
Uji daya lekat pada salep dilakukan untuk melihat kemampuan krim melekat
pada kulit, dimana hal ini dapat mempengaruhi kemampuan penetrasi krim ke
dalam kulit untuk menimbulkan efek. Syarat untuk daya lekat pada sediaan topikal
adalah tidak kurang dari 4 detik (Ulaen dkk., 2012). Uji ini dilakukan untuk
mengetahui kecepatan waktu saat terlepas dari antara dua gelas objek yang diberi
beban tertentu, setelah itu beban diambil kemudian gelas objek diangkat
menggunakan tangan dan dihitung waktu gelas objek jatuh (terlepas antara
keduanya). Hasil yang diperoleh yaitu 13 detik.
F. Uji Proteksi
Uji proteksi dilakukan dengan mengoleskan sediaan krim ke kertas
saring yang sudah ditetesi indikator pp dan parafin solidum yang telah
dilelehkan pada sisi kertas saring yang satunya. Setelah itu, kertas ditetesi
cairan NaOH untuk melihat adanya noda merah atau tidak dan ditunggu
selama 5 menit. Hasilnya adalah tidak ada noda merah pada daerah kertas
yang dioleskan krim, hal ini menunjukkan bahwa sediaan tersebut memiliki
sifat proteksi terhadap cairan NaOH.
G. Uji Tipe Krim
Uji tipe krim dilakukan dengan cara meneteskan metilen blue 1-2 tetes
ke sediaan krim yang sudah diletakkan diatas kaca objek, kemudian sediaan
diaduk sampai rata dengan batang pengaduk. Jika hasilnya metilen blue
merata maka sediaan krim tersebut tipe m/a, sebaliknya jika tidak merata
maka sediaan krim tersebut tipe a/m. Hasil uji tipe krim pada kelompok kami
adalah tipe m/a yang ditunjukkan dengan meratanya metilen blue pada
sediaan krim diatas kaca objek.

IX. KESIMPULAN
Berikut adalah beberapa kesimpulan yang dapat kami ambil dari praktikum
pembuatan krim hidrokortison asetat:
1. Krim adalah bentuk sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandung air tidak
kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar.
2. Krim hidrokortison asetat merupakan obat golongan kortikosteroid.
3. Uji evaluasi yang dilakukan pada praktikum ini adalah uji organoleptis, uji pH, uji
homogenitas, uji daya lekat, uji daya sebar, uji proteksi, dan uji tipe krim.
4. Pada uji organoleptis (bau, warna dan tekstur) didapatkan hasil warna oranye
muda, tekstur setengah padat dan halus, serta tidak ada bau.
5. Pada uji pH diperoleh pH sediaan yaitu 6 (sesuai dengan rentang yang
dipersyaratkan 4-7)
6. Hasil uji daya sebar yang dilakukan adalah diameter penyebarannya sebesar 5,3
cm dengan berat beban 250 gr (hasil sesuai dengan spesifikasi rentang yang
dinginkan yaitu 5-7 cm)
7. Hasil uji daya lekat adalah 13 detik dan sudah sesuai dengan persyaratan rentang
daya sebar yang baik (>4 detik).
8. Hasil uji proteksi menunjukkan bahwa tidak ada noda merah pada daerah kertas
yang diolesi sediaan krim(sediaan memiliki daya proteksi pada larutan NaOH)
9. Hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa sediaan krim hidrokortison sudah
homogen karena tekstur sudah rata dan tidak ada gumpalan/butiran.
10. Hasil uji tipe krim kami adalah m/a yang ditunjukkan dengan meratanya warna
metilen blue pada sediaan.

X. DAFTAR PUSTAKA
 Drugs (2022). Hydrocortisone topical.
 Anief, Moh. 1997. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Gadjah Mada
Universitas Press
 Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia
Edisi III. Jakarta : Dekpes RI
 Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia
Edisi IV. Jakarta : Dekpes RI
 Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1978. Formularium Nasional
Edisi 2. Jakarta : Dekpes RI
 Syamsuni. 2007. Ilmu Resep. Jakarta: EGC
XI. LAMPIRAN

Penimbangan Vaselin penimbangan cera alba penimbangan asam stearat

Penimbangan trietanolamin penimbangan propilen glikol penimbangan Hidrokortison

Pemanasan fase minyak dan air pencampuran fase minyak dan air Uji Homogenitas
Uji PH (6) Uji Daya sebar awal (3,4cm) Uji Daya sebar beban 50g(3,65cm)

Uji Daya sebar beban 100g(3,95cm) Daya Sebar beban 150g(4,2cm) beban 200g (4,7cm)

Uji Daya sebar beban 250g (5,4cm) Uji Daya Proteksi(-) Uji Daya Lekat(15detik)
Uji Tipe Krim(M/A) Hasil sediaan Krim ETIKET

Anda mungkin juga menyukai