KRIM HIDROKORTISON
Disusun oleh:
NIM : 035017182190026
Jakarta Pusat
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sediaan topical adalah sediaan yang diaplikasikan pada kulit atau pada membran
mukosa yang umum dipergunakan masyarakat sebagai pembawa obat maupun kosmetik.
Kegunaan terapetik dari sediaan topikal ini berkaitan dengan sifat melekatnya pada kulit atau
membran mukosa selama periode waktu yang cukup lama, serta berefek farmakologis melalui
mekanisme perlindungan dan penutupan serta efek lokal oleh bahan berkhasiat. Krim
merupakan salah satu sediaan setengah padat yang dimaksudkan untuk pemakaian luar yang
pemakaiannya dengan cara dioleskan pada bagian kulit yang sakit. Selain krim ada sediaan
setengah padat lain yang beredar di pasaran yang dimaksudkan untuk pengobatan seperti
pasta, salep dan gel, tetapi dari sediaan-sediaan tersebut krim paling sering digunakan sebagai
basis. Hal ini dikarenakan krim mempunyai beberapa keuntungan yaitu tidak lengket dan
mudah dicuci dengan air.
Hidrokortison asetat adalah kortikosteroid yang banyak digunakan sebagai
antiinflamasi local akibat dermatitis. Hidrokortison dapat mencegah dan menekan timbulnya
gejala inflamasi akibat radiasi, infeksi atau allergen (Gunawan, dkk., 2007). Obat tersebut
banyak diformulasi sebagai sediaan krim (Hayun, dkk, 2014). Kloramfenikol merupakan
golongan antibiotik yang bekerja dengan menghambat sintesis protein kuman (Gunawan,
dkk., 2007). Oleh karena itu, kombinasi hidrokortison asetat dan kloramfenikol banyak
digunakan sebagai pengobatan akibat dermatitis dan antiinfeksi, karena dapat memberikan
hasil yang optimal.
B. Tujuan
1. Mahasiswa mampu membuat sediaan krim hidrocortison dengan menggunakan
prosedur yang baik dan benar.
2. Mahasiswa mampu mengevaluasi sediaan krim hidrocortison (Uji Daya Sebar, Uji
pH, Uji viskositas).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Krim
Krim didefinisikan sebagai “sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandung air
tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar” (Depkes RI, 1979). Krim
adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau
terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. (Farmakope Indonesia Edisi IV). Krim adalah
sediaan semi solid kental, umumnya berupa emulsi m/a (krim berair) atau emulsi a/m (krim
berminyak). (The Pharmaceutical Codex 1994, hal 134). Sehingga dapat pula dikatakan
bahwa krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat
terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini secara tradisional
dimaksudkan sebagai sediaan setengah padat dengan konsistensi relatif cair dibandingkan
salep atau pasta. Krim biasanya digunakan sebagai emolien atau pemakaian obat pada kulit.
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih bahan
obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini secara tradisional telah
digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair diformulasi
sebagai emulsi air dalam minyak atau disperse mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol
berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk
penggunaan kosmetika dan estetika (Anonim, 1995). Kestabilan krim akan rusak bila
terganggu sistem pencampurannya terutama disebabkan karena perubahan suhu dan
perubahan komposisi, disebabkan penambahan salah satu fase secara berlebihan atau
pencampuran dua tipe krim, jika zat pengemulsinya tidak tercampurkan satu sama lain
(Anonim, 1979).
Sebagai sediaan semisolid, krim lebih stabil dan memiliki jangkauan yang lebih besar
dibanding milky dan oily lotion. Humektan dan air juga dapat ditambahkan dalam proporsi
dan rentang yang besar. Karena fungsinya tersebut, krim sangat penting dalam kosmetik
perawatan kulit.
Fungsi utama krim adalah untuk mengatur keseimbangan kelembaban, dan menjaga
kulit tetap fleksibel melalui suplai air, humektan dan minyak. Selain itu, fungsi lain krim
adalah untuk menstimulasi sirkulasi pada kulit, dan membersihkan kulit. Krim sangat mudah
digunakan pada kulit dan merupakan media pembawa dengan kapasitas yang cukup besar.
Krim dapat memberikan efek mengkilap, berminyak, kelembaban dan mudah tersebar
merata, mudah berpenetrasi pada kulit, mudah atau sulit diusap, mudah atau sulit dicuci air.
Krim sendiri memiliki komposisi antara air, minyak dan berbagai humektan sesuai dengan
tujuan penggunaan pada berbagai jenis kulit, kondisi kulit, kosmetik, musim, usia, dan
lingkungan.
I. Tipe-tipe Krim
Tipe krim ini ada yang bertipe air dalam minyak (A/M) atau minyak dalam air (M/A)
(Anonim, 1979).
2. Zat pengawet
3. Pendapar
Pendapar dimaksudkan untuk mempertahankan pH sediaan untuk menjaga
stabilitas sediaan. pH dipilih berdasarkan stabilitas bahan aktif.
4. Pelembab
Pelembab atau humectan ditambahkan dalam sediaan topical dimaksudkan
untuk meningkatkan hidrasi kulit. Hidrasi pada kulit menyebabkan jaringan
menjadi lunak, mengembang dan tidak berkeriput sehingga penetrasi zat akan
lebih efektif.
5. Pengompleks (sequestering)
Pengompleks adalah zat yang ditambahkan dengan tujuan zat ini dapat
membentuk kompleks dengan logam yang mungkin terdapat dalam sediaan,
timbul pada proses pembuatan atau pada penyimpanan karena wadah yang kurang
baik. Contoh : Sitrat, EDTA, dsb.
6. Anti Oksidan
Antioksidan dimaksudkan untuk mencegah tejadinya ketengikan akibat
oksidasi oleh cahaya pada minyak tidak jenuh yang sifatnya autooksidasi.
7. Peningkat Penetrasi
Zat tambahan ini dimaksudkan untuk meningkatkan jumlah zat yang masuk
agar dapat digunakan untuk tujuan pengobatan sistemik lewat kulit.
BAB III
PREFORMULASI
Pemerian : hydroxytoluene Butylated merupakan serbuk atau zat padatkristalin
kuning pucat atau putih dengan bau karakteristik.
Kelarutan : pada kenyataannya tidak dapat larut di dalam air, gliserin,propilen glikol,
larutan alkali hidroksi, dan cairan asam mineral encer. Sangat mudah dapatlarut di dalam
aseton, benzen, etanol (95%), eter, metanol, toluena-toluena, minyak lemak.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Khasiat : hydroxytoluene Butylated digunakan sebagai antioksidan (lihatTabel I)
di dalam kosmetika, makanan, dan obat-obat dalam farmasi. Yang sebagian
besardigunakan untuk penundaan atau mencegah ketengikan oksidatif lemak-lemak dan
minyakdan untuk mencegah hilangnya aktivitas vitamin pada minyak yang terlarut.
4. Vaselin Putih
Pemerian : Massa lunak, lengket, bening, putih, tidak berbau,hampir tidak berasa
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan etanol (95%) P, larut dalam kloroform P,
dalam eter P dan dalam eter minyak tanah P
Khasiat : Zat tambahan, sebagai basis yang bersifat emolient
Pemerian : Tidak berwarna, kental, praktis tidak berbau, cair, dengan rasa manis, rasa
sedikit pedas menyerupai gliserin.
Kelarutan : Larut dengan aseton, kloroform, etanol (95%), gliserin, dan air; larut pada 1 :
6 bagian eter; tidak larut dengan minyak atau tetap minyak mineral ringan, tetapi akan
larut beberapa minyak esensial.
Khasiat : Sebagai humektan dengan kadar 1-15%
BAB IV
FORMULASI
I. Perhitungan Bahan
Hidrokortison 1/100 x 100 g = 1 g
II. Penimbangan
Hidrokortison 1g
Propilenglikol 15 g
Adeps lanae 5g
BHT 0.1 g
III. Cara Kerja
1. Siapkan alat, setarakan timbangan, setarakan cawan uap, alasi mortir dengan
serbet, timbang semua bahan
2. Masukkan adeps lanae ,propilenglikol dan vaselin ke cawan uap, lebur diatas
waterbath ad lebur
3. Setelah lebur masukkan kedalam lumping gerus ad basis krim,kemudian gerus ad
basis krim, sisihkan
4. Masukkan hidrokortison gerrus ad halus tambahkan Sebagian basis krim gerus ad
homogen sisihkan m1
5. Masukkan BHT geus ad halus tambahka Sebagian basis krim gerus ad homogen,
tambahkan sisa basis krm gerus ad homogen
6. Masukkan kedalam wadah dan beri lebel dan etiket
BAB V
EVALUASI SEDIAAN
A. Evaluasi
Tipe krim yang dibuat menghasilkan tipe krim O/W atau oil in water atau minyak
dalam air, dengan presentase dari fase air sebanyak 75% dan fase minyak sebanyak 25%.
a) Uji Organoleptis :
- Bau : Hampir tidak berbau
- Bentuk : Krim
- Warna : Putih krim
b) Uji pH :
PH yang didapatkan yaitu 6,5 dan masih masuk kedalam rentang pH untuk
krim, karena Krim sebaiknya memiliki pH yang sesuai dengan pH kulit yaitu 6,0 –
7,0.
c) Uji Viskositas :
deal reading : 36
speed : 2,5
= 36 x 4000
= 144000 mPas
Pengujian menggunakan kaca transparan diletakkan di atas kertas grafik pada kaca
tersebut, dan diletakkan 0,5 g krim, kemudian ditutup dengan kaca Kembali dan
dikasih pemberat 20 g ditunggu selama 1 menit dan diameter daya sebar yang
didapat yaitu 8,5 cm
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta.
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta.
Lund, Walter. (1994). The Pharmaceutical Codex, 12th edition, The Pharmaceutocal Press,
London.
https://www.academia.edu/6578624/Hidrokortison