Anda di halaman 1dari 16

PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI

FORMULASI SEDIAAN KRIM


( HIDROKORTISON 1% )

Disusun oleh:

Nurul Hikmah (020719084)

LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI


PROGRAM STUDI FARMASI
UNIVERSITAS MEDIKA SUHERMAN
2021
A. DASAR TEORI
Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi mengandung air tidak kurang
dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar (FI III). Krim adalah bentuk sediaan
setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam
bahan dasar yang sesuai (FI IV hal. 6). Berdasarkan formularium nasional, krim adalah
sediaan setengah padat berupa emulsi kental mengandung air tidak kurang dari 60% dan
dimaksudkan untuk pemakaian luar. Krim jugs bisa dikatakan sebagai bentuk sediaan
setengah padat berupa emulsi yang mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau
terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai (mengandung air tidak kurang dari 60%).
Penggolongan Krim
Krim terdiri dari emulsi minyak di dalam air atau disperse mikrokristal asam-
asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air yang dapat dicuci dengan air dan
lebih ditujukan untuk pemakaian kosmetika dan estetika.
Ada dua tipe krim, yaitu :
1. Tipe M/A atau O/W
Krim m/a (vanishing cream) yang digunakan melalui kulit akan hilang tanpa
bekas. Pembuatan krim m/a sering menggunakan zat pengemulsi campuran dari
surfaktan (jenis lemak yang ampifil) yang umumnya merupakan rantai panjang
alkohol walaupun untuk beberapa sediaan kosmetik pemakaian asam lemak lebih
popular.Contoh : vanishing cream.
Vanishing cream adalah kosmetika yang digunakan untuk maksud
membersihkan, melembabkan, dan sebagai alas bedak. Vanishing creamsebagai
pelembab (moisturizing) meninggalkan lapisan berminyak/ film pada kulit.
2. Tipe A/M atau W/O, 
Yaitu minyak terdispersi dalam air. Krim berminyak mengandung zat
pengemulsi A/M yang spesifik seperti adeps lane, wool alcohol atau ester asam
lemak dengan atau garam dari asam lemak dengan logam bervalensi 2, misal Ca.
Krim A/M dan M/A membutuhkan emulgator yang berbeda-beda. Jika
emulgator tidak tepat, dapat terjadi pembalikan fasa.
Contoh : cold cream.
Cold cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud
memberikan rasa dingin dan nyaman pada kulit, sebagai krim pembersih berwarna
putih dan bebas dari butiran. Cold cream mengandung mineral oil dalam jumlah
besar.

Krim terdiri dari emulsi minyak dalam air atau disperse mikrokristal asam–
asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air
dan lebih ditujukan untuk pemakain kosmetika dan estetika. Krim dapat juga
digunakan untuk pemberian obat melalui vaginal. Ada 2 tipe krim yaitu krim tipe
minyak dalam air (M/A) dan krim tipe air dalam minyak (A/M). Pemilihan zat
pengemulsi harus disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang dikehendaki. Untuk
krim tipe A/M digunakan sabun polivalen, span, adeps lanae, kolsterol dan cera.
Sedangkan untuk krim tipe M/A digunakan sabun monovalen, seperti trietanolamin,
natrium stearat, kalium stearat dan ammonium stearat. Selain itu juga dipakai tween,
natrium lauryl sulfat, kuning telur, gelatinum, caseinum, CMC dan emulygidum.
Kestabilan krim akan terganggu/ rusak jika sistem campurannya terganggu,
terutama disebabkan oleh perubahan suhu dan perubahan komposisi yang
disebabkan perubahan salah satu fase secara berlebihan atau zat pengemulsinya tidak
tercampurkan satu sama lain.
Pengenceran krim hanya dapat dilakukan jika diketahui pengencernya yang
cocok dan dilakukan dengan teknik aseptik. Krim yang sudah diencerkan harus
digunakan dalam jangka waktu 1 bulan. Sebagai pengawet pada krim umumnya
digunakan metil paraben (nipagin) dengan kadar 0,12% hingga 0,18% atau propil
paraben (nipasol) dengan kadar 0,02% hingga 0,05%. Penyimpanan krim dilakukan
dalam wadah tertutup baik atau tube ditempat sejuk, penandaan pada etiket harus
juga tertera “obat luar”.

B. Cara Pembuatan Krim


Bagian lemak dilebur diatas penangas air, kemudian ditambahkan bagian
airnya dengan zat pengemulsi, aduk sampai terjadi suatu campuran yang berbentuk
krim.
C. Kelebihan dan Kekurangan Krim
Adapun kelebihan dari sediaan krim yaitu:
1. Mudah menyebar rata.
2. Praktis.
3. Lebih mudah dibersihkan atau dicuci dengan air terutama tipe M/A (minyak
dalam air).
4. Cara kerja langsung pada jaringan setempat.
5. Tidak lengket, terutama pada tipe M/A (minyak dalam air).
6. Bahan untuk pemakaian topikal jumlah yang diabsorpsi tidak cukup beracun,
sehingga pengaruh absorpsi biasanya tidak diketahui pasien.
7. Aman digunakan dewasa maupun anak–anak.
8. Memberikan rasa dingin, terutama pada tipe A/M (air dalam minyak).
9. Bisa digunakan untuk mencegah lecet pada lipatan kulit terutama pada bayi,
pada fase A/M (air dalam minyak) karena kadar lemaknya cukup tinggi.
10. Bisa digunakan untuk kosmetik, misalnya mascara, krim mata, krim kuku, dan
deodorant.
11. Bisa meningkatkan rasa lembut dan lentur pada kulit, tetapi tidak menyebabkan
kulit berminyak.
Adapun kekurangan dari sediaan krim yaitu:
1. Mudah kering dan mudah rusak khususnya tipe A/M (air dalam minyak)
karena terganggu system campuran terutama disebabkan karena perubahan suhu
dan perubahan komposisi disebabkan penambahan salah satu fase secara
berlebihan atau pencampuran 2 tipe krim jika zat pengemulsinya tidak
tersatukan.
2. Susah dalam pembuatannya, karena pembuatan krim harus dalam keadaan
panas.
3. Mudah lengket, terutama tipe A/M (air dalam minyak).
4. Mudah pecah, disebabkan dalam pembuatan formulanya tidak pas.
5. Pembuatannya harus secara aseptik.
D. Bahan-bahan penyusun krim
Formula dasar krim, antara lain :
1.      Fase minyak, yaitu bahan obat dalam minyak, bersifat asam
Contoh : asam asetat, paraffin liq, octaceum,cera, vaselin, dan lain-lain.
2.      Fase air, yaitu bahan obat yang larut dalam air, bersifat basa.
Contoh : Natrium Tetraborat (borax, Na. Biborat), TEA, NAOH, KOH, gliserin,
dll.
Bahan – bahan penyusun krim, antara lain :
           Zat berkhasiat
           Minyak
           Air
           Pengemulsi

Bahan pengemulsi yang digunakan dalam sediaan krim disesuaikan dengan


jenis dan sifat krim yang akan dibuat/dikehendaki. Sebagai bahan pengemulsi
dapat digunakan emulgide, lemak bulu domba, setaseum, setil alcohol, stearil
alcohol, trietanolalamin stearat, polisorbat, PEG.
Bahan – bahan tambahan dalam sediaan krim, antara lain :
 Zat pengawet  Untuk meningkatkan stabilitas sediaan
Bahan pengawet sering digunakan umumnya metal paraben 0,12 – 0,18 %
propel paraben 0,02 – 0,05 %.
 Pendapur  untuk mempertahankan PH sediaan
 Pelembab
 Antioksidan  untuk mencegah ketengikan akibat oksidasi oleh cahaya pada
minyak tak jenuh.

E. Tujuan Praktikum
Setelah mengikuti praktikum ini, diharapkan :
1. Mahasiswa mampu membuat sediaan krim hidrocortison dengan baik dan benar.
2. Mahasiswa mampu mengevaluasi sediaan krim hidrocortison (Uji Daya Sebar, Uji
Daya Lekat, Uji Kemampuan Proteksi, Homogenitas).

F. Prinsip Percobaan
Pembuatan krim menggunakan zat aktif Hidrokortison 1% dan bahan tambahanya
sesuai formula yang ditentukan. Evaluasi dilakukan dengan pemeriksaan organoleptik,
homogenitas, pemeriksaan daya lelat, pemeriksaan daya sebar, pemeriksaan daya
tercuci krim, pemeriksaan pH, uji viskositas, uji sentrifugasi, pemeriksaan stabilitas
terhadap suhu, pengukuran distribusi ukuran partikel, uji iritasi kulit. Evaluasi kembali
dilakukan setelah penyimpanan selama seminggu

G. Alat dan Bahan


a. Alat
 Timbangan analitik
 Kertas perkamen
 Botol krim
 Sudip
 Object glass
 Alat Gelas
 Cawan Porselen
 Mortir dan Stamper
 Roller Mill
 Kaca Bundar
 Kertas Saring
 Anak Timbang
 Stopwatch

b. Bahan
 Hidrokortison
 Asam Stearat
 Gliserin
 Na Tetraborat
 TEA
 Nipagin
 Cera alba
 Vaselinum album
 Aquadest
 KOH 0,1 N
 Larutan PP

H. Monografi Bahan
1. Hidrokortison
 Nama senyawa : Hydrocortisoni Acetatis
 Struktur molekul : C23H32O6
 Berat molekul : 404,50
 Pemerian : Serbuk hablur, warna putih atau hampir putih, tidak
berbau, rasa tawar kemudian pahit
 Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, sukar larut dalam etanol
95% P dan dalam kloroform.
 Suhu lebur : ± 220°C disertai peruraian
 Penyimpanan : Simpan dalam wadah tertutup
 Khasiat : Adrenoglukokortikoidum
2. Asam Stearat
 Pemerian : Zat padat, keras, mengkilat, menunjukan susunan
hablur putih atau kuning pucat mirip lemak lilin.
 Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam 30 bagian
etanol 95% P, dalam 2 bagian kloroform P, dan dalam 3 bagian eter P.
 Khasiat : Zat tambahan emulsifying agent
 Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
 Kadar : 1-20%
3. Gliserin
 Nama resmi : Glycerolum
 Nama lain : Gliserol, gliserin
 Rumus molekul : C3H8O3
 Berat molekul : 92,10
 Pemerian : Cairan seperti sirup; jernih, tidak berwarna; tidak
berbau; manis diikuti rasa hangat, higroskopik, jika disimpan beberapa lama
pada suhu rendah dapat memadat membentuk massa hablur tidak berwarna

yang tidak melebur hingga suhu mencapai lebih kurang 20°


 Kelarutan : Dapat campur dengan air, dan dengan etanol 95% P;
praktis tidak larut dalam kloroform P dalam eter P dan dalam minyak lemak.
 Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
 Khasiat : Penggunaan zat tambahan
4. Na Tetraborat
 Nama resmi : Natrii tetraboras
 Nama lain : Natrium tetraborat
 Rumus molekul : Na2B4O7
 Berat molekul : 381,37
 Pemerian : Hablur transparan, tidak berwarna atau serbuk hablur
putih, tidak berbau, rasa asin dan basa. Larutan bersifat basa terhadap
fenolftalein.
 Kelarutan : Larut dalam 20 bagian air, dalam 0,6 bagian air
mendidih, dan dalam lebih kurang 1 bagian gliserol, praktis tidak larut dalam
etanol 95%.
 Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
 Khasiat : Antiseptikum ekstern
5. TEA
 Sinonim : Daltogen, TEA, Tealan, trietilolamin,
trihidroksitrietilamin, tris(hidroksi)etilamin.
 Berat molekul : 149,19
 Titik didih : 335°C

 Titik lebur : 20-21°C


 pH : 10,5
 Pemerian : Cairan kental, jernih, dengan bau ammonia, tidak
berwarna hingga kuning pucat.
 Kelarutan : Campur dengan air, methanol, etanol 95%, dan aseton.
Larut dalam kloroform, larut dalam 24 bagian benzen dan 63 bagian eter pH =
10,5 untuk larutan aqueous 0,1 N.
 Penggunaan : Sebagai emulsifying agent.
6. Nipagin
 Struktur molekul : C8H8O3
 Berat molekul : 152,15
 Pemerian : Serbuk hablur berwarna putih, hampir tidak berbau dan
tidak mempunyai rasa
 Kelarutan : Larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air
mendidih, dalam 3,5 bagian etanol 95% dan dalam 3 bagian aseton. Mudah
larut dalam eter dan dalam larutan alkali hidroksida, larut dalam 60 bagian
gliserol dan dalam 40 bagian minyak lemak nabati panas, jika didinginkan
larutan tetap jenuh.
 Penggunaan : Sebagai pengawet
7. Cera Alba
 Pemerian : Tidak berasa (tawar), berwarna putih atau sedikit
kuning atau granul dengan beberapa transluen, baunya mirip malam kuning.
 Kelarutan : larut dalam kloroform, eter, minyak lemak, minyak
atsiri, dan karbon disulfide hangat, sukar larut dalam etanol 95%, praktis tidak
larut dalam air.
 Penggunaan : Zat tambahan, basis krim, untuk meningkatkan
konsistensi krim.
8. Vaselinum Album
 Pemerian : Putih atau kekuningan, massa berminyak, transparan

dalam lapisan tipis setelah didinginkan pada suhu 0°C


 Kelarutan : Tidak larut dalam air, sukar larut dalam etanol dingin,
atau panas dan dalam etanol mutlak dingin, mudah larut dalam benzene,
karbon disulfit, dalam kloroform, larut dalam heksan dalam sebagian besar
minyak lemak dan minyak atsiri.
 Penggunaan : Emolien dan basis salep
 Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, di
tempat sejuk dan kering.

I. TUGAS
Membuat sediaan krim hidrokortison 1% dengan berat 10 g dengan formula berikut:
1
1. Hidrokortison 1% = x 10 g = 0,1 g
100
15
2. Asam Stearat 15% = x 10 g = 1,5 g
100
10
3. Gliserin 10% = x 10 g = 1 g
100
0,25
4. Na Tetraborat 0,25% = x 10 g = 0,025 g
100
2
5. TEA 2% = x 10 g = 0,2 g
100
0,3
6. Nipagin 0,3% = x 10 g = 0,03 g
100
2
7. Cera Alba 2% = x 10 g = 0,2 g
100
8
8. Vaselinum album 8% = x 10 g = 0,8 g
100
9. Aquadest ad 10 = 10 – (0,1 + 1,5 + 1 + 0,025 + 0,2 + 0,03 + 0,2 + 0,8) =
6,145 g

J. Perhitungan dan Penimbangan


No Bahan Jumlah yang dibutuhkan

1 Hidrokortison 0,1 g

2 Asam Stearat 1,5 g


3 Gliserin 1g

4 Na Tetraborat 0,025 g
5 TEA 0,2 g

0,03 g
6 Nipagin
7 Cera Alba 0,2 g

8 Vaselin Album 0,8 g


9 Aqua ad
6,145 g

K. Prosedur Percobaan
1. Ditimbang bobot cawan porselen kosong dan catat bobotnya
2. Ditimbang Asam Stearat, Vaselin Album, Cera Alba, Nipagin ke dalam cawan
porselen yang sudah ditimbang dan tambahkan 2,2 mL aquadest. Panaskan diatas
penangas air sampai semua larut sempurna (Campuran I)

3. Ditimbang Na Tetraborat, Na Tetraborat dan masukkan kedalam cawan porselen


yang lain dan diaduk sampai terlarut sempurna (Campuran II)

4. Ditimbang kembali bobot cawan porselen beserta basis krim yang sudah jadi.
Jika bobot cawan porselen belum mencapai bobot awal tambahkan gliserin
hingga bobotnya mencapai bobot awal

5. Ditimbang Hidrokortison dan masukkan ke dalam basis krim yang sudah jadi.

6. Diaduk hingga homogen

7. Dilakukan pengujian terhadap krim tersebut

L. UJI EVALUASI

Evaluasi Homogenitas
1. Ambil dua objek glass
2. Letakkan sampel krim yang telah digerus ke atas objek glass
3. Tutup dengan objek glass kedua kemudian amati penyebaran partikel pada objek
glass

Evaluasi Kebocoran Tube


1. Bungkus tube yang telah berisi salep dengan tissue, masukkan salep kedalam oven
yang telah diatur suhunya sekitar 80° C
2. Tunggu hingga beberapa menit
3. Amati kebocoran tube

Tes Daya Sebar Salep


1. Timbang 0,5 gram salep, letakkan ditengah alat (kaca bulat)
2. Timbang dahulu kaca penutup, letakkan kaca tersebut diatas massa salep dan biarkan
selama 1 menit
3. Ukur diameter salep yang menyebar (dengan mengambil panjang rata-rata dari
beberapa sisi)
4. Tambahkan 50 gram beban tambahan, diamkan selama 1 menit dan catatlah diameter
salep yang menyebar seperti sebelumnya
5. Teruskan penambahan 50 gram beban seperti no 4 hingga diameter salep tidak
bertambah lagi
6. Gambar dalam grafik antara beban dan luas salep yang menyebar
7. Ulangi masing-masing 3× untuk tiap salep yang diperiksa

Tes Daya Lekat Salep


1. Diletakkan krim secukupnya diatas object glass yang telah ditentukan luasnya
2. Diletakkan object glass yang lain diatas krim tersebut
3. Ditekan dengan bahan tambahan 50 gram selama 5 menit
4. Dipasang object glass pada alat uji
5. Dicatat waktu yang diperlukan object glass pada saat terlepas
6. Diulangi sebanyak 3 kali
Kemampuan Proteksi
1. Ambil sepotong kertas saring (10 × 10 cm). Basahilah dengan larutan fenolptalein
untuk indikator. Setelah itu kertas dikeringkan
2. Olesi kertas tersebut dengan krim yang akan dicoba (pada salah satu muka) seperti
lazimnya orang menggunakan salep
3. Sementara itu pada kertas yang lain, buatlah satu area (3 × 3 cm) dengan parafin
padat yang dilelehkan. Setelah kering/dinginkan didapatkan area yang dibatasi
dengan parafin padat
4. Tempelkanlah kertas tersebut (no 3) diatas kertas sebelumnya (no 2)
5. Teteskan area ini dengan larutan KOH 0,1 N
6. Lihatlah sebelah kertas yang dibasahi dengan larutan fenolptalein pada waktu 15; 30;
60 detik; 3 dan 5 menit. Apakah ada noda merah pada kertas tersebut
7. Bila tidak ada noda berarti krim dapat memproteksi kulit terhadap larutan KOH

M. HASIL PENGUJIAN

1. Uji Homogenitas = homogen


2. Uji Kemampuan Proteksi = 2 detik
3. Uji pH = 6
4. Uji Daya Lekat = (1 + 1 + 2) / 3 = 1,3 detik
5. Uji Daya Sebar =
a. Berat penutup kaca = 136,92 gram
Tanpa beban : (3,5 cm + 3 cm) / 2= 3,25 cm
Beban 50 gram : (3,5 cm + 3,5 cm) / 2 = 3,5 cm
Beban 100 gram : (4 cm + 4 cm) / 2 = 4 cm
Beban 150 gram : (4,2 cm + 4,2 cm) / 2 = 4,2 cm
Luas lingkaran: π x r2

Tanpa beban : 22/7 x (1,625)2 = 8,3 cm2

Beban 50 gram : 22/7 x (1,7)2 = 9,08 cm2


Beban 100 gram : 3,14 x (2)2 = 12,6 cm2

Beban 150 gram : 22/7 x (2,1)2 = 13,9 cm2

15

10

0
Koson 50 100 150
g gram gram gram

N. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan pembuatan krim dengan bahan aktif hidrocortison
yang mempunyai khasiat sebagai antiinflamasi. Tentu saja didalam pembuatan krim tidak
hanya mengandung bahan aktif saja tetapi juga mengandung bahan – bahan penyusun
krim yang lain seperti basis krim yang terdiri dari campuran asam stearat, na tetaborat,
cera alba dan vaselin yang dimana mereka semua terdiri dari basis hidrokarbon, kemudian
emulgator dari TEA (Trietanolamina) yang masuk kedalam golongan emulgator anionik.
Gliserin sebagai humektan dan yang terakhir aquadest sebagai pelarut.

Pengujian yang dilakukan terhadap krim yaitu pH, daya lekat, daya sebar,
kemampuan proteksi dan homogenitas. Uji pH dari krim yang kami uji yaitu 6 dan hal ini
sudah sesuai dengan pH kulit karena pH kulit yaitu 4,2 – 6,5. Sediaan topikal yang ideal
adalah tidak mengiritasi kulit. Kemungkinan iritasi kulit akan sangat besar apabila sediaan
terlalu asam atau terlalu basa.

Uji kedua yaitu uji homogenitas yang dihasilkan adalah homogen. Yang ketiga yaitu
uji kemampuan proteksi yang dihasilkan hanya 2 detik, ini berarti tidak memiliki daya
proteksi yang cukup baik. Hasil pengujian kemampuan proteksi menunjukkan noda merah
pada krim hidrocortison. Noda merah yang seharusnya terbentuk kurang dari 1 menit setelah
penambahan larutan KOH. Basis salep yang baik dapat melindungi kulit dari pengaruh luar
seperti asam – basa, debu dan sinar matahari pada waktu pengobatan, ditandai dengan tidak
terbentuknya noda merah setelah penambahan KOH, sedangkan terbentuknya noda merah
pada salep asam salisilat dikarenakan zat aktif dari salep yang bereaksi dengan KOH,
pengolesan unguentum yang kurang merata, pengeringan kertas saring yang ditetesi
larutan PP yang belum kering sempurna. Maka solusinya harus diperhatikan lagi
pengolesan krim secara benar merata, pengeringan kertas saring yang harus lebih
diperhatikan lagi. Uji keempat yaitu uji daya lekat yang menghsilkan waktu 1,3 detik
padahal syarat agar memenuhi daya lekat kuat, tidak timbul warna sampai 5 menit. Salep
dikatakan baik jika daya lekatnya itu besar pada tempat yang diobati karena obat tidak
mudah lepas sehingga dapat menghasilkan efek yang diinginkan.

Pengajian terakhir yaitu uji daya sebar tanpa beban 3,25 cm ; ditambah 50 gram
beban 3,5 gram ; ditambah 100 gram 4 cm ; ditambah 150 gram 4,2 gram. Persyaratan daya
sebar untuk sediaan topikal yaitu sekitar 5 – 7 cm, maka berdasarkan hasil uji daya sebar
pada sediaan dapat dikatakan bahwa daya sebar kurang baik karena tidak sesuai dengan
standar daya sebar untuk sediaan topikal. Daya sebar yang baik menyebabkan kontak
antara obat dengan kulit menjadi luas, sehingga absorpsi obat ke kulit berlangsung cepat.
Viskositas suatu sediaan berpengaruh pada luas penyebarannya. Semakin rendah viskositas
suatu sediaan maka penyebarannya akan semakin besar sehingga kontak antara obat
dengan kulit semakin luas dan absorbsi obat ke kulit akan semakin cepat.

Permasalahan yang kelompok kami hadapi saat pembuatan sediaan hidrocortison ini
adalah penambahan gliserin kedalam basis krim yang sudah dingin dan diperlukan
pengadukan terus menerus agar gliserin dengan basis dapat bercampur dengan
homogen dan baik. Selanjutnya yaitu proses kelarutan dari asam stearat, cera alba dan
nipagin yang harus diperhatikan secara sempurna agar menghasilkan krim yang homogen.
Selain itu proses pencampuran antara campuran asam stearat, vaselin album, cera alba,
nipagin dan air dengan natrium tetraboras, TEA dan air yang harus di campur dengan
bantuan pengadukan agar dapat bersatu dan menghasilkan basis yang baik untuk
pemakaiannya

O. KESIMPULAN
1. Mahasiswa mampu membuat sediaan krim hidrokortison dengan baik dan benar.
2. Mahasiswa mampu mengevaluasi sediaan krim hidrokortison (Uji Daya Sebar, Uji
Daya Lekat, Uji Kemampuan Proteksi, Homogenitas).
3. Mahasiswa mampu membuat kemasan sekunder untuk sediaan krim hidrokortison.

Tugas :
1. Pelajari cara membuat krim
2. Mengisi monografi bahan yang digunakan.
3. Isi kesimpulan praktikum ini
4. Menyaksikan link berikut di youtube
https://www.youtube.com/watch?v=xtMHdKXPc7w

Anda mungkin juga menyukai