Anda di halaman 1dari 62

EMULSI

A. EMULSI CASTOR OIL


Kelas/ Kelompok : B1/ 4

I. FORMULA

Bahan Formula
Castor Oil(FI V h:879, Martindale 36 h:2278) (Emolien, antiiritan, antimikroba, 15%
antiinflamasi.)
Span 80 (Martindale 36 h:1920) ( Emulgator ) 0,19%
Tween 80 ((FI V h:1038, Martindale 36 h:1919, HOPE h:549) (emulgator) 1,81%
Gliserin (FI V h:507, Martindale 36 h:2314, HOPE h:283) (emollient) 10%
Propil Paraben (FI V h:1072, Martindale 36 h:1649, HOPE h:596) (pengawet) 0,03%
Oleum Citri (FI III h:455, Martindale h:2332) (pewangi) q.s
Na CMC/ Natrium Carboxymethyl Cellulose (HOPE h:118, FI V h:175) 1,5%
(pengental)
BHT(FI V h:267, Martindale 36 h:1633, HOPE h:7475) (antioksidan) 0,02%
Aquadest (FI III h:96) (pelarut) ad 300 ml

II. Perhitungan
1. Castor Oil = (15g x 300mL) / 100mL = 45g
2. Emulgator = 2% = (2g x 300mL) / 100 mL = 6g
HLB : Span 80 = 4,3; Tween 80 = 15; Castor Oil = 14
Span 80=4,3 1 = (1 x 6g) / 10,7 = 0,5607g
14
Twen 80=15 9,7 = (9,7 x 6g) / 10,7 = 5,4393g
Persentase : Span 80 = (0,5607g x 2%) / 6g = 0,19% Tween 80 = (5,4393g x
2%) / 6g = 1,81% Air untuk tween 80 = 2mL x 5,4393g = 10,8786 mL
3. Gliserin = (10g x 300mL) / 100mL = 30g
4. Propil Paraben = (0,03g x 300mL) / 100mL = 0,09g
5. BHT = (0,02g x 300mL) / 100mL = 0,06g
6. Oleum Citri = q.s
7. Na CMC = (15g x 300mL) / 100mL = 4,5g Air untuk Na CMC = 20 x
4,5g = 90g
8. Aquadest = 300mL – (45 + 6 + 10,8786 + 30 + 0,09 + 0,06 + 4,5 + 90) =
113,4714g

III. CARA PEMBUATAN

1. Disiapkan alat dan ditimbang bahan-bahan yang diperlukan.

2. Dikalibrasi botol 60 mL.

3. Na CMC dikembangkan sesuai air yang dibutuhkan untuk mengembangkan


Na.CMC.

4. Diambil span 80, ditambahkan Castor oil, dilebur di atas penangas air dengan
suhu 70°C.

5. Diambil tween 80, ditambahkan air untuk tween 80, dilebur di atas penangas air
dengan suhu 70°C.

6. Diambil BHT, dilarutkan dalam fasa minyak.

7. Diambil propil paraben, dilarutkan dalam fasa minyak.

8. Na CMC yang sudah mengembang digerus sampai halus dan mengental,


disisihkan.

9. Diambil fasa air, dan ditambahkan fasa minyak, digerus sampai membentuk
korpus emulsi, lalu ditambahkan Na CMC yang sudah disisihkan.

10. Ditambahkan aquadest ad 300 mL. 11. Ditambahkan Oleum citri secukupnya.

12. Dituangkan sediaan emulsi ke dalam botol 60 mL, kemudian diberi etiket dan
leaflet lalu dikemas.
IV. Pembahasan

 Castor Oil memiliki kelarutan dalam air sangat rendah, oleh karena itu agar oleum
ricini dan air bisa bersatu maka dibuat sediaan emulsi. Castor Oil dianggap
sebagai material yang relatif tidak toksik dan tidak mengiritasi. Castor oil
memiliki khasiat untuk mengurangi dan mencegah jerawat serta membersihkan
wajah dari noda-noda bekas jerawat karena kaya akan kandungan asam lemak,
seperti omega-3 yang dikenal memiliki banyak manfaat untuk kulit. Omega-3
dapat menghidrasi kulit dan memicu pertumbuhan jaringan kulit baru sehingga
memberikan tampilan wajah yang sehat.
 Untuk menstabilkan emulsi dibutuhkan penambahan emulgator dikarenakan dapat
mencegah terjadinya koalesensi yaitu penyatuan tetesan kecil menjadi tetesan
besar dan akhirnya menjadi satu fase tunggal yang memisah serta dapat
mengurangi tegangan permukaan antar fase, sehingga meningkatkan proses
emulsifikasi selama pencampuran.
 Na. CMC (kelompok 1) dan HPMC (kelompok 4) serta Tween 80 dan Span 80
digunakan sebagai emulgator.
 HPMC dan Na. CMC termasuk ke dalam golongan koloid hidrofil.
Mekanismenya sebagai emulgator yaitu baik HPMC maupun Na. CMC akan
terdispersi dalam air, kemudian butirbutir HPMC atau Na. CMC yang bersifat
hidrofilik akan menyerap air dan terjadi pembengkakan. Air yang sebelumnya ada
di luar granula dan bebas bergerak, tidak dapat bergerak lagi dengan bebas
sehingga keadaan sediaan lebih baik dan terjadi peningkatan viskositas . Hal ini
akan menyebabkan partikel-partikel terperangkap dalam sistem tersebut dan
memperlambat proses pengendapan karena adanya pengaruh gaya gravitasi.
 Gliserin digunakan sebagai emolien yang digunakan untuk melembabkan kulit.
 Propil paraben digunakan sebagai pengawet karena sediaan akan disimpan dalam
jangka waktu yang cukup lama. Na. benzoat efektif terhadap kontaminasi dari
mikroorganisme patogen dan dapat melindungi emulsi selama digunakan pasien.
 BHT digunakan sebagai antioksidan dikarenakan sediaan emulsi mengandung
banyak fase minyak sehingga rentan mengalami ketengikan. BHT berfungsi
mencegah ketengikan dan perubahan warna yang disebabkan okidasi oleh cahaya
terhadap minyak. BHT juga bersifat stabil pada suhu tinggi sehingga memberi
keuntungan untuk proses produksi yang memerlukan suhu tinggi.
 Oleum citri digunakan sebagai pewangi untuk memperbaiki bau dari obat.

B. EMULSI OL. COCOS


Kelas: D

I. FORMULA

Bahan Formula
Oleum cocos 15%
Span 80 (Martindale 36 h:1920) ( Emulgator ) 4%
+
Tween 80((FI V h:1038, Martindale 36 h:1919, HOPE h:549) (emulgator)
Na.CMC (HOPE h:118, FI V h:175) (pengental) 0,1%
Natrium benzoate (Pengawet antimikroba)( Farmakope Indonesia V hal 905, 0,2%
Handbook of Pharmaceutical Excipient VI hal 627)
BHT/ Butil Hidroki Toluena Farmakope Indonesia V hal. 267; Martindale 36 hal. 0,01%
1368; Handbook Of Pharmaceutical Excipients VI hal. 74-75) (ANTIOKSIDAN )
Oleum rosae (pewangi) ( FI III hal 459) 0,01%
Propilen glikol (FI V; 1070, Handbook of Pharmaceutical Excipient; 592) 10%
(humectant)
Aquadest (pelarut ) (FI III hal 96; HOPE VI hal 766) Ad 300 ml

II. PERHITUNGAN
 Oleum cocos = 15% x 300ml = 45mL
 Emulgator = 4% x 300 = 12 g
 Span 80 = 4,3 1 = 1/10,7 x 12 = 1,1215 g
8
 Tween 80 = 15 9,7 = 9,7/10,7 x 12 = 10,8785 g
 Air untuk tween = 2 x 10,8785 = 21, 757 ml
 PPG = 10% x 300 ml = 30 ml
 Na. Benzoat = 0,2% x 300 = 0,6 gram
 BHT = 0,01 % x 300ml = 0,03 gram
 Na CMC = 0,1 % x 300 ml = 3 gram
 Air untuk Na CMC = 20 x 3= 60 ml
 Oleum rosae = 0,01% x 300ml = 0,03ml
 Aquadest=300 ml –
(45+1,1215+10,8785+21,757+30+0,6+0,03+0,03+3+60)
= 300 ml – 172,417
= 127,583 ml
III. PEMBUATAN
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Ditimbang masing-masing bahan.
3. Dikalibrasi botol 60 ml.
4. Dipanaskan tween 80 diatas waterbath (fase air).
5. Dipanaskan span 80 dan oleum cocos diatas waterbath (fase minyak).
6. Dimasukan BHT pada fase minyak.
7. Digerus fase air (tween 80 dan air untuk tween 80) dalam lumpang,
ditambahkan fase minyak sedikit demi sedikit sampai terbentuk corpus
emulsi.
8. Dimasukan propilen glikol sedikit demi sedikit, gerus ad corpus emulsi
(M1)
9. Dilarutkan Natrium Benzoat dengamn aquadest di beaker glass ad larut,
dimasukan ke lumpang, campur dengan M1, gerus ad homogen.
10. Ditambahkan oleum rosae ad homogen.
11. Dilakukan evaluasi terhadap emulsi.
12. Dimasukan ke dalam wadah,diberi etiket, kemasan dan diserahkan.

IV. PEMBAHASAN
1. Oleum cocos sebagai zat aktif dibuat menjadi bentuk emulsi karena
oleum cocos tidak bercampur dengan air sehingga jika digunakan
langsung dalam bentuk minyaknya menimbulkan rasa lengket/tidak
nyaman.
2. Bentuk sediaan emulsi dibuat tipe m/a karena memiliki keuntungan
yaitu tidak lengket dan lebih mudah dibersihkan,penyebaran lebih
cepat karena pembawa lebih banyak dibandingkan emulsi tipe a/m

3. Emulgator atau zat pengemulsi digunakan untuk mendispersikan suatu


fase ke dalam fase lainnya dalam suatu emulsi. Emulgator yang dipilih
ada dalam golongan surfaktan yaitu tween 80 dan span 80. Dibutuhkan
dua kombinasi emulgator untuk mencapai nilai HLB yang sesuai
dengan oleum cocos yaitu 5. Sementara itu HLB dari tween 80 adalah
15 dengan kelarutan sangat larut dalam air,memiliki pH 6-8 dan HLB
dari span 80 adalah 4,3 dengan kelarutannya yang secara umum larut
dalam minyak, memiliki pH <8 . HLB yang sesuai dapat mencegah
terbentuknya kriming dan menjaga stabilitas emulsi. Menurut literatur
emulsi oleum cocos ini membentuk emulsi tipe m/a karena memiliki
HLB antara 3-6.

4. Pemilihan HPMC sebagai zat pengental(thickening agent).Sifat


merekat HPMC cenderung lebih kental atau meningkatkan viskositas
dengan tujuan menambah kestabilan dari sediaan. Konsentrasi yang
digunakan adalah 1,5%. Konsentrasi tersebut masuk dalam rentang
penggunaan HPMC sebagai thickening agent yaitu 0,25-5.0%.
Konsentrasi tersebut digunakan karena diharapkan akan didapat emulsi
yang tidak terlalu padat sehingga mudah untuk dikeluarkan dari
wadah.

5. Pemilihan lain jika tidak menggunakan HPMC, maka menggunakkan


Na.CMC. Natrium karboksimetil selulosa adalah garam natrium
polihiidroksimetileter yang larut pada air dan stabil padah pH 5-
10.Natrium karboksimetil selulosa bersifat stabil walaupun bahannya
higroskopis. Dibawah kondisi basa yang tinggi, Na-CMC mampu
menyerap air secara besar kuantitasnya.
6. Emulsi terdiri dari air dan minyak sehingga rentan menjadi tempat
untuk pertumbuhan mikroba sehingga dibutuhkan pengawet untuk
menghambat pertumbuhan mikroba tersebut. Oleh karena
itu,dibutuhkan pengawet yang larut dalam kedua fase. Pengawet yang
digunakan adalah natrium benzoat. Natriumbenzoate dipilih sebagai
pengawet karena mudah larut dalam air dan cenderung lebih stabil
disbanding pengawet lain.Pengawet lain contohnya fenol tidak
digunakan karena karakteristik bau dan tidak stabil jika terpapar
oksigen.
7. Emulsi adalah sediaan cair dimana sbg pembawanya air. Dan air mrp
media pertumbuhan mikroba, sehingga diperlukan zat antimikroba.
Dipilih nipagin dan nipasol krn nipagin mempunyai aktivitas sbg
antibakteri dan nipasol sebagai antijamur. Dilihat dari kelarutannya,
golongan paraben sukar larut dalam air, dan mudah larut dalam
minyak, oleh karena itu pd pw.buaatnnya, pengawet dicampurkn pd
fase minyak.
8. Banyak senyawa organik mudah mengalami autooksidasi bila
dipaparkan ke udara.
9. Autooksidasi menyebabkan timbulnya bau tengik dan penampilan
yang tidak menyenangkan.
10. Autooksidasi tersebut dapat dihambat dengan tidak adanya
oksigen,oleh pemecah rantai radikal bebas atau oleh suat zat
pereduksi.Maka dari itu dibutuhkan antioksidan untuk menghambat
autooksidasi. Antioksidan yang digunakan adalah BHT. Konsentrasi
yang digunakan adalah 0,1%. Konsentrasi tersebut masuk kedalam
rentang penggunaan BHT untuk sediaan topical yaitu 0,0075-0,1%.
11. BHT praktis tidak larut dalam air,tetapi larut dalam minyak sehingga
dalam pengerjaannya BHT dilebur didalam fase minyak. Namun,suhu
peleburan harus diperhatikan karena melting point dari BHT adalah
70◦C sehingga peleburan harus dilakukan dibawah suhu tersebut. Atau
cara lainnya yaitu melarutkan BHT pada waktu-waktu terakhir
sebelum fase minyak selesai dilebur.
12. Menggunakan orange essence dan FD&C yellow dengan kelarutan
yang mudah larut dalam gliserin dan air digunakan sebagai aromatic
agent dan coloring agent.

C. EMULSI Parafin liquidum


KELAS : C

I. Formula

Bahan Formula
Paraffin Liquidum (emollient) (HOPE hal 447-448, FI III hal.474, Martindale 20 ml
28 hal 1063)
Span 80(Martindale 36 h:1920) ( Emulgator ) 4%
Tween 80 ((FI V h:1038, Martindale 36 h:1919, HOPE h:549) (emulgator) 4%
10 %
Propilen Glikol ( FI V hal 1070, HOPE ed VI hal 893) (Pelarut
emulgator,humektan)
Natrium Benzoat (Pengawet antimikroba)( Farmakope Indonesia V hal 905, 0,2 %
Handbook of Pharmaceutical Excipient VI hal 627)
BHA ( Butylated Hydroxyanisole) (HOPE hal 73) (antioksdn) 0,02 %
FD & C Red ( pewarna ) ( HOPE VI hal 191, Martindale hal 1471) 0.1 %
Oleum Rosae (pewangi) ( FI III hal 459) 0,1 %
Aqua destilata (pelarut ) (FI III hal 96; HOPE VI hal 766) Add 300 ml

II. Perhitungan
a. Perhitungan
HLB Span 80 = 4.3

HLB Tween 80 = 15

HLB Paraffin liquid = 12

- Paraffin liquidum : 20 ml

- Tween 80 = 15 7,7 = 7,7 / 10,3 x 12 g = 8,9709 g


12
- Span 80 = 4,3 3 = 3 / 10.3 x 12 g = 3.4951 g
- Air untuk tween 80 = 2 x 8,9709 g = 17,9418 g = 18 ml
- Propilen Glikol = 10 / 100 x 300 ml = 30 ml
- Natrium Benzoat = 0,2 / 100 x 300 ml = 0,6 g
- BHA = 0,02 / 100 x 300 ml = 0,06 g
- FD & C Red = 0,1 / 100 x 300 ml = 0,3 ml
- Oleum Rosae = 0,1 / 100 x 300 ml = 0,3 ml
- Aquadest = 300 ml – ( 0,3 + 0,3 + 0,06 + 0,6 + 30 + 18 + 3,495 1 + 8,9709 +
20)ml = 218,274 ml

III. ALAT DAN BAHAN

Alat :

- Beaker glass
- Timbangan analitik
- Mikroskop
- Gelas ukur
- Cawan penguap
- Batang pengaduk
- Mikroskop
- Objek glass dan cover glass
- Sudip dan spatula
- Viskometer brookfield dan stormer
- Tabung sedimentasi

Bahan:

- Paraffin liquidum
- Tween 80
- Span 80
- Aquadest
- Na benzoate
- BHA
- FD&C Red
- Oleum rosae

IV. PEMBUATAN
1. Disiapkan alat dan bahan;
2. Ditimbang semua bahan;
3. Span 80 + paraffin liquidum dilebur diatas water bath hingga melebur (m1) tween 80 + air
panas diaduk hingga larut ditambah 1-2 tetes oleum rosae diaduk hingga terbentuk copus
emulsi(m2)
4. Larutkan Na. benzoat dalam air lalu dimasukkan ke dalam kopus emulsi;
5. Dimasukkan propilen glikol, aduk ad homogen;
6. Tambahkan air aduk hingga homogeny;
7. Ditambahkan FD & C Red aduk ad homogen;
8. Ditambahkan aquadest sisa, masukkan ke dalam botol yang sudah di kalibrasi diberi
etiket label dan dikemas lalu diserahkan;
9. Sisa emulsi dilakukan uji.

V. PEMBAHASAN
1. Pada praktikum pembuaat sediaan emulsi topikal ini, digunakan zat aktif parrafin
liquid di mana berfungsi sebagai emolien. (Martindale) Paraffin liquid bersifat
hidrofobik sehingga dibuat emulsi tipe minyak dalam air (M/A)
2. Emulgator yang digunakan ialah kombinasi Span 80 dan Tween 80 sebanyak 4%.
Nilai HLB yang didapat harus menyesuaikan HLB parafiin liquid yaitu 12.
Sehingga didapatkan perbandingan Tween 80 dan Span 80 ialah 8,9709:3,4591.
3. Propilen glikol dalam sediaan digunakan sebagai humektan dan thickening agent.
Namun, telah didapat hasil bahwa emulsi yang dibuat masih tergolong encer
sehingga disarankan untuk ke depannya menggunakan thickening agent selain
propilen glikol maupun kombinasinya.
4. Pengawet yang digunakan ialah natrium benzoat karena emulsi yang dibuat
merupakan tipe minyak dalam air sehingga pengawet yang digunakan perlu larut
dalam air.
5. Sedangkan BHA digunakan sebagai antioksidan sehingga mencegah fase minyak
mengalami oksidasi dan terjadi ketengikan.
6. Emulsi diberi pewarna eritrosin/ FD & C Red No.3 dan pewangi Oleum Rosae.
Namun hasil emulsi yang didapat berwarna putih dengan semburat merah muda
yang tipis dan wangi mawar yang tipis atau kurang tajam.
SUSPENSI

1. SUSPENSI ZINK OKSIDA ( TOPIKAL)

Kelas : D

Aturan Pakai:

diolesakan merata pada kulit yang terasa sakit

I. FORMULA

Bahan Formula I Formula II

Zinc Oksida (za) (Antiseptikum local) (FI III; 636, Martindale 28; 509, 15 % 15 %
Martindale 36; 1999)
HPMC (Handbook of Pharmaceutical Excipient; 327) (Suspending agent) 2% 1%

Propilen Glycol (FI V; 1070, Handbook of Pharmaceutical Excipient; 592) 5 % 15 %


(humectant)

Natrium Benzoat ( PENGAWET ) (Farmakope Indonesia edisi V hal 892, 0.1 % 0,1 %
Martindale edisi 36 hal.1630, Handbook of pharmaceutical excipients hal.17
& 627)
Aquadest(Bahan pelarut, pembawa) (FI III; 96, Handbook of Pharmaceutical Ad 300 ml Ad 300 ml
Excipient;767)

II. PERHITUNGAN DAN PENIMBANGAN


1. Perhitungan
a. Formula I
1. ZnO : 15% x 300 ml = 45 gram
2. HPMC : 2% x 300 ml = 6 gram
Air untuk HPMC : 20 x 6 gram = 120 ml
3. Propilen Glycol : 5 % x 300 ml = 15 gram
4. Natrium benzoat : 0,1 % x 300 ml = 0,3 gram
5. Aquadest : 300 – ( 45+120+15+0,3+6 ) = 113,7 ml

b. Formula II
1. ZnO : 15% x 300 ml = 45 gram
2. HPMC : 1% x 300 ml = 3 gram
Air untuk HPMC : 20 x 3 gram = 60 ml
3. Propilen Glycol : 15 % x 300 ml = 45 gram
4. Natrium benzoat : 0,1 % x 300 ml = 0,3 gram
5. Aquadest : 300 – ( 45+60+45+0,3+3 ) = 146,7 ml

IX. PEMBAHASAN

 HPMC selain sebagai suspending agent juga dapat bertindak sebagai flocculating agent golongan
polimer hidrofilik dimana dapat membuat partikel terikat menjadi agregat yang longgar atau flok
yang menyebabkan bagian jernih diatas suspensi 2 . Oleh karena itu, walaupun suspensi yang
dihasilkan cepat mengendap namun masih dapat terdispersi kembali apabila dikocok. Semakin
besar konsentrasi HPMC yang digunakan maka semakin besar volume sedimentasi yang
dihasilkan. Apabila nilai F mendekati 1 maka suspensi yang dihasilkan merupakan suspensi yang
stabilDalam formulasi suspensi digunkan bahan tambahan, yang pertama suspending angent
yaitu HPMC. Penggunaan HPMC membuat zat aktifmudah terdispersi dan bahanya stabil walau
higroskopik. Untuk humektan digunakan propilenglikol fungsinya untuk menambah volume,
mempertahankan kelembaban dan meningkatkan kelembutan. Untuk pengawet digunkan Na
benzoat, yang cukup efektif dalam pH asam dimana molekul tidak mengalami ionisasi.
Diperlukan untuk mencegah pertumbuhan mikroba
 Suspensi mempunyai dua fase yaitu fase internal (fase terdispersi) serta fase eksternal
(medium disperse).
 Menggunakan ZNO sebagai zat aktif mempunyai khasiat antiseptikum lokal dengan
memiliki kelarutan sangat sukar larut dan etanol 95% dan larut dalam asam mineral
encer. ZNO memiliki pH 5, 6, 7.
 Menggunakan HPMC sebagai suspending agent dengan konsentrasi 0,45-1,0%, dan Ph 3-
11. Sifat merekat HPMC cenderung lebih kental dan merekat. HPMC dapat larut dalam
air dingin. Sediaan HPMC menyediakan stabilitas kekentalan yang baik disuhu ruang
walau disimpan dalam waktu yang panjang.
 Pemilihan propilen glikol sebagai humektan yang memiliki kelarutan bercampur dengan
aseton, etanol 95%, gliserin dan air. Propilen glikol sangat cocok untuk melarutkan ZNO.
 Pemilihan natrium benzoat ditujukan untuk pengawet dengan konsentrasi 0,1 – 0,5%.
Mudah larut dalam air, dan relatif stabil dalam udara, tidak stabil pada pH > 6, karena
mudah teroksidasi di udara dan untuk mencegah pertumbuhan mikroba.

B. SUSPENSI SULFUR

1. FORMULA

Komposisi Fomula I Formula II

Sulfur PP(FI V hal. 207; DI 88 hal. 2046) (Antijerawat, kudis) 4% 4%

PGA(Pulvis Gummi Arabicum) (FI V. hal. 512; Martindale 36 15% 25%


hal. 2140; HOPE hal. 1) (Suspending agent)
PPG (FI V; 1070, Handbook of Pharmaceutical Excipient; 592) 15% 15%
(humectant)
Metil Paraben (pengawet ) ( FI V hal. 856, HOPE hal. 442) 0,02% 0,02%

FD & C Red( pewarna ) ( HOPE VI hal 191, Martindale hal


1471)
Aquadest (Bahan pelarut, pembawa) (FI III; 96, Handbook of Ad 300 ml Ad 300 ml
Pharmaceutical Excipient;767)

2. Perhitungan
Formula I
Sulfur pp (4%) = 4/100 gr/ml x 300 ml = 12 gr
PGA (15%) = 15/100 gr/ml x 300 ml = 45 gr
PPG (15%) = 15/100 gr/ml x 300 ml = 45 gr
Nipagin (0,02%) = 0,02/100 gr/ml x 300 ml = 0,06 gr
Aquadest utk PGA = 45gr x 1,5 =67,5 gr
Aquadest sisa = 300 – (12+45+45+0,06+67,5) = 130,44 gr

Formula II
Sulfur pp (4%) = 4/100 gr/ml x 300 ml = 12 gr
PGA (25%) = 25/100 gr/ml x 300 ml = 75 gr
PPG (15%) = 15/100 gr/ml x 300 ml = 45 gr
Nipagin (0,02%) = 0,02/100 gr/ml x 300 ml = 0,06 gr
Aquadest utk PGA = 75gr x 1,5 = 112,5 gr
Aquadest sisa = 300 – (12+75+45+0,06+112,5) = 55,44 gr

3. PEMBUATAN
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Ditimbang secara saksama bahan-bahan.
3. Dikalibrasi botol sediaan.
4. Dimasukkan sulfur precipita ke dalam mortir lalu digerus sampai halus.
5. Ditambahkan PPG lalu gerus sampai homogen
6. Ditambahkan PGA berserta airnya lalu dikembangkan di mortir.
7. Ditambahkan metil paraben dan sisa aquadest digerus sampai homogen.
8. Dimasukkan kedalam botol lalu dikocok dengan perlahan.
9. Diberi etiket dan dimasukkan ke dalam kemasan

4. PEMBAHASAN
1. Sulfur precipita dapat dibuat suspensi karena tidak larut dalam pelarutnya. Namun,
diformulasi sedemikian rupa sehingga zat aktif tersebut berada dalam suatu sediaan yang
stabil.
2. Sulfur precipita digerus terlebih dahulu sampai halus sebelum digerus bersamaan
dengan eksipien.
3. digunakan PGA sebagai suspending agent karena dapat menghasilkan warna yang
jernih pada sediaan stabil dalam penyimpanan, sehingga tidak mempengaruhi pH dan
sifat fisik secara organoleptic.
4. digunakan propilen glikol sebagai stabilizing agent dan digunakan metil paraben
sebagai pengawet karena dapat menahan bakteri atau jamur pada suasana asam.
6. FD & C Red digunakan sebagai coloring agent karena sifatnya yang stabil terhadap
cahaya sehingga warna pada sediaan tidak mudah rusak pada paparan cahaya matahari.

D. SUSP. SULFAMETOKSAZOL
KELAS : C

A. FORMULASI
Bahan Formula I
Sulfametoksazol (za) 400 mg/5ml
Trimethoprim(za) 80mg/5ml
PGA (susp. agent) (FI III hal. 279, HOPE VI hal. 1) 15%
Gliserin(pembasah ) ( HOPE VI h. 283) 15%
Natrium benzoate (pengawet) ( FI IV h. 584) dan ( FI V h. 892) 0,3%
Orange essence ( corrigen saporis / pengharum) 0,1%
Sorbitol (pemanis ) 5%
Sunset yellow (corr.coloris ) 0,05%
Aqaudest( FI IV hal. 112) dan HOPE h. 766 Ad 400ml

B. Perhitungan formula
 Sulfametoksazol = 400mg/5ml x 400ml= 32 g
 Trimethoprim = 80mg/5ml x 400 ml = 6,4 g
 PGA = 15/100 x 400 = 50 g
 Air untuk PGA = 1,5 x 60 ml = 90 ml
 Gliserin = 15/100 x 400 ml = 60ml
 Natrium benzoate = 0,3/100 x 400 = 1,2 g
 Orange essence = 0,1/100 x 400 ml = 0,4 ml
 Sorbitol = 5/100 x 400ml = 20 g
 Sunset yellow = 005/100 x 400ml = 0,2 ml
 Aquadest = 400-(32+6,4+60+90+60+1,2+0,4+20+0,2)= 129,8 ml

C. Alat dan bahan


Alat
 Mortar dan stamper
 Beaker glass
 Gelas ukur
 Spatula
 Sudip
 Sendok tanduk
 Batang pengaduk
 Tabung sedimentasi
 Viscometer
 Timbangan
 Pipet tetes
 Ph meter
 Kertas perkamen
 Botol coklat
 Serbet
 Tissue
Bahan
 Sulfametaksazol
 Trimethoprim
 HPMC
 Propilenglikol
 Natrium benzoate

D. Cara pembuatan
 Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
 Ditimbang masing masing bahan, dikalibrasi botol coklat 60ml
 Dikembangkan HPMC (dilakukan satu hari sebelum waktu praktikum)
 Dilarutkan natrium benziat dengan air secukupnya ad larut dalam
beaker glass
 Dimasukkan sulfametaksazol dan trimethoprim ke dalam lumping,
digerus ad halus dan homogen, kemudian ditambahkan PPG sedikit
demi sedikit digerus ad homogeny(M1)
 HPMC yang telah dikembangkan digerus dalam lumpang yang
berbeda ad halus dan homogeny(M2)
 Dimasukkan campuran M1 dan M2 kemudian digerus ad homogeny
 Dimasukkan natrium benzoate yang telah dilarutkan dan sorbitol ke
dalam lumpang yang berisikan campuran M1, M2, digerus ad
homogeny
 Ditambahkan aquadest ad 300ml, kemudian ditambahkan orange
essence dan sunset yellow secukupnya, diaduk ad homogeny
 Dimasukkan ke botol ad batas kalibrasi, sementara sisa sediaan
(suspense) digunakan untuk uji evaluasi
E. Pembahasan C2
 Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus
dan tidak larut terdispersi dalam cairan pembawa ( FI edisi III 1979 halaman 32)
 Pada praktikum ini digunakan pengawet natrium benzoate untuk mencegah
ketengikan. Karena natrium benzoate memiliki sifat yang stabil dalam air
 Formula sediaan suspense ini ditambahkan gliserin sebagai wetting agent agar
tengangan permukaan partikel lebih rendah.
 Digunakan juga pemanis dan perasa untuk menutupi rasa tidak enak dari zat aktif
yaitu sorbitol dan orange essence. Sorbitol dapat digunakanjuga sebagai
pembasah dan di tambahkan juga yellow sunset agar sediaan semakin menarik.
 pelarut yang digunakan dalam sediaan ini adalah aquadest. karena aquadest
merupakan pelarut yang mudah di dapat dan umumnya di gunakan untuk
pembuatan sediaan.
KRIM
A. Krim as. salisilat(m/a)
Kelas/Kelompok : B

I. FORMULA KELOMPOK 1

Asam Salisilat (Farmakope Indonesia V hal. 163; Drug Informations 2010 hal. 3577; Handbook Of 2%
Pharmaceutical Excipients VI hal. 411; Farmakope Indonesia III hal. 56) (keratolitikum; anti fungi)
Basis krim Ad 100%
Komponen basis:
Asam Stearat (Handbook Of Pharmaceutical Excipients VI hal. 697) (EMULSIFIYING AGENT) 15%
Cera Alba (Farmakope Indonesia hal. 146; Handbook Of Pharmaceutical Excipients VI hal. 779) 2%
(stiffening agent; stabilizing agent)
Vaselin Alba (Farmakope Indonesia V hal. 1312; Handbook Of Pharmaceutical Excipients VI hal. 482) 10%
(basis, emoliens)
Trietanolamin (TEA) (Handbook Of Pharmaceutical Excipients VI hal. 754; Farmakope Indonesia III hal. 3%
612) (alkalizing agent (pendapat) dan emulsifying agent)
Propilen Glikol (Handbook Of Pharmaceutical Excipients VI hal. 592; Farmakope Indonesia III hal.534) 8%
(kosolven atau pengompleks)
Butil Hidroki Toluena (BHT) (Farmakope Indonesia V hal. 267; Martindale 36 hal. 1368; Handbook Of 0,1%
Pharmaceutical Excipients VI hal. 74-75) (ANTIOKSIDAN )
Aquadest (Zat pelarut.) (FI III hal 96, Martindale eds 36 hal 2470) Ad 300 gram
Ad 100 %

II. PERHITUNGAN
Rancangan kemasan = 20 g
Rancangan sediaan = 300 g
-Asam Salisilat = 2 % x 300 g = 6 g
- Basis krim = 300 g – 6 g = 294 g
-Asam Stearat = 15 % x 284 g = 44,10 g
- CeraAlba = 2 % x 294 g = 5,88 g
- VaselinAlba = 10 % x 294 g = 29, 40 g
- TEA = 3 % x 294 g = 8,82 g
- Propilen Glikol= 8 % x 294 g = 23,52 g
- BHT = 0,1 % x 294 g = 0,294g atau 294 mg
-Aquadest = 294 g – 112,014 g =181,9860 g

III. Cara pembuatan

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Ditimbang semua bahan

3. Dipanaskan mortar dan stamper

4. Dijadikan satu asam stearate, cera alba, dan vaselin alba di cawan penguap
besar dan dilebur hingga menjadi homogen (fase minyak)

5. Setelah fase minyak terlebur menjadi satu, ditambahkan Butil Hidroksi


Toluena (BHT) dan digerus hingga homogen dan disisihkan

6. Dijadikan satu trietanolamin, propilen glikol dan aquadest di cawan penguap


dan dilebur di atas water bath hingga homogen (fase air)

7. Fase minyak dimasukkan ke dalam fase air di mortar yang sudah dipanaskan
dan digerus dengan kecepatan dan tekanan konstan hingga terbentuk basis krim
yang baik.

8. Asam salisilat dilarutkan dalam beberapa tetes etanol dan digerus hingga
homogen dan dimasukkan ke basis krim dan digerus hingga homogen

9. Krim dikemas ke dalam kemasan 20 g dan diberi etiket dan brosur

10. Dilakukan uji evaluasi sisa sediaan krim 280 g .

IV. PEMBAHASAN
1.Tujuan dari pembuatan sediaan ini adalah untuk mengetahui cara pembuatan
krim dengan dengan bahan aktif asam salisilat. Krim merupakan bentuk emulsi
dengan konsistensi semisolida yang mempunyai viskositas yang lebih tinggi
dibandingkan sediaan likuida. Bahan aktif yang kami gunakan mempunyai fungsi
sebagai keratolitikum dan anti fungi.
2. Alasan pemilihan bahan tujuan terapi Lokal,bahan aktif befungsi sebagai anti
fungi untuk anti fungi dan anti bakteri tidak memerlukan penetrasi, jadi hanya
pada stratum corneum dengan mekanisme keratolitikum yaitu menghilangkan
lapisan keratin pada kulit terluar yang telah mati.
3.Alasan bentuk sediaan menggunkan tipe krim M/A Dipilih sediaan cream
karena tujuan terapi dari bahan aktif adalah lokal, dan organ yang dituju adalah
permukaan kulit dengan mekanisme keratolitik sehingga dipilih sediaan topikal.
Mekanisme kerja asam salisilat adalah keratolitik (mengeringkan) dengan cara
menghilangkan lapisan keratin pada kulit terluar yang telah mati, sehingga
dihindari cream yang memberikan efek emolient yang melembabkan, oleh
karena itu dipilih sediaan cream dengan basis oil in water.
4.Asam salisilat dapat dibuat sediaan krim di karenakan Asam salisilat dapat
memberikan afek keratolitikum, antifungi, dan dapat digunakan untuk
pemakaian topical, hiperkeratolitikum, dan kulit bersisik. Asam salisilat
diabsorbsi cepat dari kulit sehat, terutama bila, dipakai sebagai obat gosok atau
krim,
5.Digunakan TEA sebagai pendapar untuk mempertahankan pH sediaan dan BHT
sebagai antikosidan untuk mencegah ketengikan akibat oksidasi oleh cahaya
pada minyak tak jenuh
6.Pada proses pembuatan krim ini,Asam salisilat sebanyak 2 % ditambahkan
terakhir pada basis krim,karena asam salisilat bersifat mudah menguap.Krim ini
dibuat dengan formluasi vanishing krim. Vanishing krim umumnya emulsi
minyak dalam air,mengandung air dalam presentase yang besar dan asam
stearat
7. Asam salisilat ditetesi beberapa tetes etanol,karena asam salisilat mempunyai
kelarutan yang tinggi di dalam etanol.
8. Pada pembuatan krim asam salisilat sebaiknya menggunakan antioksidan
selain BHT. BHT sukar larut dalam air maupun kosolven dan hanya dapat larut
didalam etanol, sehingga dikhawatirkan adanya efek samping dari sediaan.
Sebaiknya BHT digantikan dengan asam lipoat alfa (ALA), ALA adalah antioksidan
universal yang umum digunakan pada kosmetik yang memiliki sifat kelarutan
mudah larut dalam minyak maupun air.

B. Krim Calamin (m/a)


kelas : B

I. FORMULA KELOMPOK 4
BAHAN M/A (%)
Calamine (Farmakope Indonesia edisi IV hal. 158, Farmakope Indonesia 4
edisi III hal. 119, Martindale 28 hal. 491)
Basis krim Ad 100%
Komponen basis :
Stearic acid (Handbook Of Pharmaceutical Excipients VI hal. 697) 18
(EMULSIFIYING AGENT)
Glycerine (Farmakope Indonesia edisi III hal. 271, HOPE ed 6 hal. 283) 5
(emolient )
Nipagin (Farmakope Indonesia edisi V hal. 1072, HOPE ed 6 hal. 596) 0,02
(antimikroba )
Nipasol (Farmakope Indonesi edisi V hal. 856, HOPE ed 6 hal. 441) 0,01
(antimikroba)
Potassium hydroxide (Farmakope Indoensia edisi III hal. 689, HOPE ed 6 0,8
hal. 576) ( Alkalizing agent.)
Tween 80 (HOPE ed 6 hal. 549) (emulgator) 2
span 80 (HOPE ed 6 hal. 675) ( Emulgator) 2
BHT (Farmakope Indonesia V hal. 267; Martindale 36 hal. 1368; 0,1
Handbook Of Pharmaceutical Excipients VI hal. 74-75) (ANTIOKSIDAN )
Aquadest (Zat pelarut.) (FI III hal 96, Martindale eds 36 hal 2470) Ad 100%

II. PERHITUNGAN
-Calamine = 4% x 100 = 4 gram
-Basis Krim = 100 – 4 = 96 gram
-Stearic acid = 18% x 96 = 17,28 gram
-Glycerine = 5% x 96 = 4,8 gram
-Nipagin = 0,02% x 96 = 0,0192 gram
-Nipasol = 0,01% x 96 = 0,0096 gram
-KOH = 0,8% x 96 = 0,768 gram
-Tween 80 = 2% x 96 = 1,92 gram
-Span 80 = 2% x 96 = 1,92 gram
-BHT = 0,1% x 96 = 0,096 gram
-Aquadest = 96 – ( 17,28 + 4,8 + 0,0192 + 0,0096+ 0,768 + 1,92 +1,92 + 0,096) =
69,1872 gram

III. Cara pembuatan


1. Disiapkan alat dan bahan
2. Ditimbang semua bahan
3. Dilebur stearic acid, glycerine, nipasol, tween 80, dan BHT dalam cawan uap
pada water bath (fase minyak)
4. Nipagin dilarutkan terlebih dahulu ke dalam sedikit air
5. Dilebur nipagin yang telah dilarutkan Bersama dengan potassium hydroxide,
tween 80, dan aquadest (fase air)
6. Fase minyak dimasukkan ke dalam fase air di mortar yang sudah dipanaskan
dan digerus dengan kecepatan dan tekanan konstan hingga terbentuk basis krim
yang baik
7. Calamine digerus dan dimasukkan ke dalam basis krim, lalu digerus sampai
homogen
8. Krim dikemas dalam kemasan dan diberi etiket dan brosur

IV. PEMBAHASAN
1. Pada pembuatan krim,bahan aktif yang digunakan adalah calamin yang
berfungsi sebagai antiseptikum ekstra
2. Kalamin adalah Zink Oksida, Zinc bersifat antioksidan, zinc adalah zat yang
menguntungkan bagi tubuh kita di mana kulit pun akan merasakan manfaatnya
karena ada perlindungan yang disediakan untuk jauh dari UV. Zink juga sangat
baik dalam membantu produksi kolagen sehingga kulit ketika terluka akan lebih
cepat sembuh, bahkan dengan kolagen kondisi alergi dan kulit kering pun akan
dapat dicegah dengan baik. Senyawa ini juga dapat diandalkan dalam
pengobatan jerawat sebab zink mempunyai fungsi penting sebagai pengatur
kelenjar minyak dan bersifat anti inflamasi pada kulit.
3. Pemilihan basis krim pada percobaan ini berkaitan dengan kompabilitas
dengan komprehensi yaitu asam stearat adalah bahan yang stabil dengan
penambahan antioksidan
4. Zat tambahan yang digunakan pada sediaan krim ini adalah gliserin yang
berfungsi sebagai emallent dalam pembuatan krim bahan pengawet yang
digunakan adalah nipagin dan nipasol yang berfungsi drbagai anti mikroba.
5.Digunakan KOH yang berfungsi sebagai alkalizing agent untuk menetralkan pH
agar pH krim tidak terlalu asam dan menyesuaikan pH kulit yaitu kurang lebih
6,5.Emulgator yang digunakan adalah tween 80 dan span 80 yang berfungsi
untuk menurunkan tegangan permukaan antara fase air dan fase minyak
antioksidan yang digunakan adalah BHT yang berfungsi untuk mencengah
ketengikan dari oksidasi oleh cahaya terhadap minyak.

SIRUP
1. Kelas C 1

A. Sirup 1

 Formula

Bahan Konsentrasi
Ammonium klorida (FI III hal.87) 150mg/5ml
Sukrosa (HOPE VI hal 397) 25%
Na benzoat (FI III hal 397) 0,1%
Eritrosin (HOPE VI hal 190) 0,1%
Essen Strawberry (HOPE VI hal 421) 0,1%
Propilen glikol (HOPE VI hal 592) 10%
CMC Na (HOPE VI HAL 119) 1%
Aquadest (FI III hal 96; HOPE hal 766) Ad 300ml

 Perhitungan

a. Ammonium klorida : 150mg/5ml × 300ml = 9g

b. Sukrosa : 25 % × 300ml = 75g


c. Na benzoat : 0,1 % × 300ml = 0,3g

d. Eritrosin : 0,1% × 300ml = 0,3g

e. Essen Strawberry : 0,1% × 300ml = 0,3g

f. Propilen glikol : 10% × 300ml = 30g

g. CMC Na : 1% × 300ml = 3g

h. Aquadest : 300 - (9+75+0,3+0,3+0,3+30+3)= 182,1ml

 Alat dan Bahan

Alat

a. Lumpang dan alu

b. Batang pengaduk

c. Botol coklat

d.

 Cara Kerja

a. Disiapkan alat dan bahan

b. Dikalibrasi botol 60ml

c. Dikembangkan CMC Na H-1 sebelum praktikum

d. Stirer CMC Na sampai tidak ada yang menggumpal

e. Dilarutkan sukrosa dengan air panas, aduk ad larut

f. Dilarutkan Na Benzoat dengan air, aduk ad larut

g. Dicampurkan semua bahan, aduk ad homogen

h. Ditambahkan eritrosin dan esens strawberry, aduk ad homogen

i. Ditambahkan sisa aquadest, aduk ad homogen

j. Dimasukkan kedalam botol 60ml, lalu dikemas

k. Sisanya digunakan untuk uji eval

 Pembahasan
1. Sukrosa digunakan sebagai pemanis. Pemanis digunakan untuk menutupi rasa
yang tidak enak karena pada sediaan sirup sering digunakan pada anak - anak dan lanjut
usia.

2. Na CMC digunakan sebagai pengental yang berfungsi untuk mengatur kekentalan


sehingga dapat mempertahankan kestabilan dari sediaan tersebut.

3. Na benzoat digunakan sebagai pengawet untuk mencegah pertumbuhan


mikroba. Na Benzoat stabil dalam air.

4. Eritrosin pada sediaan ini digunakan sebagai pewarna agar memberikan


tampilan yang baik pada sediaan. Eritrosin berwarna merah sehingga sangat cocok
dipadukan dengan Strawberry Essenc.

5. Propilenglikol digunakan sebagai anticaplocking. Propilenglikol ini dapat


bercampur dengan air sehingga sangat cocok digunakan pada sediaan sirup yang
mengandung air.

B. Sirup 2

 Formula

Bahan Konsentrasi
Ammonium klorida (FI III hal.87) 150mg/5ml
Syrup Simplex (FI III hal 367) 25%
Na benzoat (FI III hal 397) 0,1%
Eritrosin (HOPE VI hal 190) 0,1%
Essen Strawberry (HOPE VI hal 421) 0,1%
Propilen glikol (HOPE VI hal 592) 10%
CMC Na (HOPE VI HAL 119) 1%
Aquadest (FI III hal 96; HOPE hal 766) Ad 300ml

 Perhitungan

a. Ammonium klorida : 150mg/5ml × 300ml = 9g

b. Syrup simplex : 25 % × 300ml = 75g

c. Na benzoat : 0,1 % × 300ml = 0,3g

d. Eritrosin : 0,1% × 300ml = 0,3g

e. Essen Strawberry : 0,1% × 300ml = 0,3g

f. Propilen glikol : 10% × 300ml = 30g


g. CMC Na : 1% × 300ml = 3g

h. Aquadest : 300 - (9+75+0,3+0,3+0,3+30+3)= 182,1ml

 Pembahasan

1. Sukrosa digunakan sebagai pemanis. Pemanis digunakan untuk menutupi rasa yang
tidak enak karena pada sediaan sirup sering digunakan pada anak - anak dan lanjut
usia.

2. Na CMC digunakan sebagai pengental yang berfungsi untuk mengatur kekentalan


sehingga dapat mempertahankan kestabilan dari sediaan tersebut.

3. Na benzoat digunakan sebagai pengawet untuk mencegah pertumbuhan mikroba. Na


Benzoat stabil dalam air.

4. Eritrosin pada sediaan ini digunakan sebagai pewarna agar memberikan tampilan
yang baik pada sediaan. Eritrosin berwarna merah sehingga sangat cocok dipadukan
dengan Strawberry Essenc.

5. Propilenglikol digunakan sebagai anticaplocking. Propilenglikol ini dapat bercampur


dengan air sehingga sangat cocok digunakan pada sediaan sirup yang mengandung
air.

C. Syrup 3

 Formula

Bahan Konsentrasi
Ammonium klorida (FI III hal.87) 150mg/5ml
Sorbitol (HOPE VI hal 679) 20%
Na benzoat (FI III hal 397) 0,02%
FD & C green (HOPE VI hal 190) 1%
Essen apple (HOPE VI hal 421) 1%
CMC Na (HOPE VI HAL 119) 1%
Aquadest (FI III hal 96; HOPE hal 766) Ad 300ml

 Perhitungan

a. Amonium Klorida : 1g/15ml × 300ml = 20g

b. Sorbitol : 20% × 300ml = 60g

c. Na CMC : 1 % × 300ml = 3g

d. Na Benzoat : 0,02% × 300ml = 0,06g


e. FD & C green : 1% × 300ml = 3g

f. Apple Essence : 1% × 300ml = 3g

g. Aquadest : 300m - ( 20 + 60 + 3 + 0,06 + 3 + 3) = 210,94ml

 Formula

Bahan Konsentrasi
Ammonium klorida (FI III hal.87) 150mg/5ml
Syrup Simplex (FI III hal 367) 25%
Na benzoat (FI III hal 397) 0,02%
FD & C green (HOPE VI hal 190) 1%
Essen apple (HOPE VI hal 421) 1%
CMC Na (HOPE VI HAL 119) 1%
Aquadest (FI III hal 96; HOPE hal 766) Ad 300ml

 Perhitungan

a. Amonium Klorida : 1g/15ml × 300ml = 20g

b. Syrup Simplex : 25% × 300ml = 75g

c. Na CMC : 1 % × 300ml = 3g

d. Na Benzoat : 0,02% × 300ml = 0,06g

e. FD & C green : 1% × 300ml = 3g

f. Apple Essence : 1% × 300ml = 3g

g. Aquadest : 300m - ( 20 + 75 + 3 + 0,06 + 3 + 3) = 195,94ml

2. Kelas D

A. Sirup 1

 Formula 1

Bahan Konsentrasi
Promethazin HCl (FI III hal 526; Martindale 36 hal 588) 12,5mg/ml
Na Benzoat (FI III hal 397) 0,5%
Gliserin ( FI V hal 507; HOPE hal 283) 10%
Na CMC (FI V hal 606; HOPE hal 119) 1%
Sunset Yellow (HOPE VI hal 194) 0,2%
Orange Essence (Martindale 28 hal 680) 1,5%
Sukrosa (FI IV hal 762) 25%
Aquadest (FI III hal 96; HOPE VI hal 766) Ad 300ml

 Perhitungan

a. Promethazin HCl : 12,5mg/ml × 300ml = 750mg = 0,75g

b. Na Benzoat : 0,5% × 300ml = 1,5g

c. Gliserin : 10% × 300ml = 30g

d. Na CMC : 1% × 300ml = 3g

e. Air utk Na CMC : 20 × 3g = 60ml

f. Sunset Yellow : 0,2% × 300ml = 0,6g

g. Orange Essence : 1,5% × 300ml = 4,5g

h. Sukrosa : 25% × 300ml = 75g

i. Aquadest : 300ml-(0,75+1,5+30 +3+60+0,6+4,5+75) = 124,65

 Cara Kerja

a. Disiapkan alat dan bahan

b. Ditimbang masing masing bahan

c. Dikembangkan Na CMC dalam beaker glass dengan air untuk Na CMC selama 24 jam

d. Dikalibrasi botol

e. Dilarutkan sukrosa ad larut

f. Dilarutkan promethazin HCl dengan aquadest secukupnya di dalam erlenmeyer ad


larut, dimasukkan ke dalam beaker glass

g. Dimasukkan Na CMC yang telah dikembangkan kedalam mortir, digerus ad homogen,


ditambahkan gliserin ad homogen. Dimasukkan ke dalam beaker glass yang sudah
berisi zat aktif.

h. Dilarutkan Na Benzoat aquadest secukupnya di dalam beaker glass ad larut.


Dimasukkan kedalam beaker glass yang berisi campuran obat, aduk ad homogen.

i. Dimasukkan sukrosa ke dalam campuran obat, diaduk ad larut .


j. Dimasukkan sunset yellow, dan orange essence 2-3 tetes ke dalam beaker glass ad
larut.

k. Ditambahkan sisa aquadest, diaduk ad homogen.

l. Dimasukkan sirup yang sudah siap kedalam botol ad kalibrasi, diberi etiket.

m. Dilakukan uji eval pada sisa sediaan

 Pembahasan

a. Promethazin HCl berkhasiat sebagai antihistamin yang memiliki pH 4-5.

b. Sukrosa digunakan sebagai pemanis. Pemanis digunakan untuk menutupi rasa yang
tidak enak karena pada sediaan sirup sering digunakan pada anak - anak dan lanjut
usia.

c. Sediaan sirup mengandung fase air yang dapat dengan mudah menjadi media
pertumbuhan bakteri/mikroba, untuk menghambatnya digunakan Na Benzoat
sebagai antimikroba.

d. Penambahan gliserin digunakan untuk mencegah kristalisasi gula di dalam botol


karena gliserin berfungsi sebagai anticaplocking sehingga sediaan tetap stabil.

e. Penggunaan Na CMC bertujuan untuk meningkatkan viskositas sediaan karena


berfungsi sebagai thicketing agent yang mudah terdispersi dalam air.

 Formula 2

Bahan Konsentrasi
Promethazin HCl (FI III hal 526; Martindale 36 hal 588) 12,5mg/5ml
Na Benzoat (FI III hal 397) 0,5%
Gliserin ( FI V hal 507; HOPE hal 283) 10%
Na CMC (FI V hal 606; HOPE hal 119) 1%
Sunset Yellow (HOPE VI hal 194) 0,2%
Orange Essence (Martindale 28 hal 680) 1,5%
Syrup Simplex (FI III hal 367) 25%
Aquadest (FI III hal 96; HOPE VI hal 766) Ad 300ml

 Perhitungan

a. Promethazin HCl :12,5mg/ml × 300ml = 750mg = 0,75g

b. Na Benzoat : 0,5% × 300ml = 1,5g


c. Gliserin : 10% × 300ml = 30g

d. Na CMC : 1% × 300ml = 3g

e. Air utk Na CMC : 20 × 3g = 60ml

f. Sunset Yellow : 0,2% × 300ml = 0,6g

g. Orange Essence : 1,5% × 300ml = 4,5g

h. Syrup Simplex : 25% × 300ml = 75g

i. Aquadest : 300ml-(0,75+1,5+30 +3+60+0,6+4,5+75) = 124,65

 Pembuatan

a. Disiapkan alat dan bahan

b. Ditimbang masing-masing bahan

c. Dikembangkan Na CMC dalam beaker glass dengan air untuk Na CMC (20 kalinya)
selama 24 jam

d. Botol dikalibrasi

e. Dibuat syrup simplex dengan melarutkan 65 gram sukrosa dalam 150 ml air panas
hingga larut sempurna dan diambil 75 ml (A)

f. Dilarutkan Promethazin HCl dengan aquadest secukupnya didalam erlenmeyer ad


larut, dimasukkan kedalam beaker glass

g. Dimasukkan Na CMC yang sudah dikembang kedalam mortir, digerus ad homogen,


ditambahkan gliserin ad homogen. Dimasukkan ke dalam beaker glass yang sudah
berisi zat aktif, diaduk ad homogen

h. Dilarutkan Na. Benzoat dengan aquadest secukupnya didalam beaker glass ad larut.
Dimasukkan kedalam beaker glass yang berisi campuran obat, diaduk ad homogen

i. Dimasukkan Syrup simplex ke dalam beaker glass yang berisi campuran obat, diaduk
ad larut.

j. Dimasukkan sunset yellow, dan orange essence 2-3 tetes ke dalam beaker glass
tersebut, diaduk ad larut

k. Ditambahkan sisa Aquadest, diaduk ad homogen

l. Dimasukkan sirup yang sudah siap ke dalam botol ad kalibrasi, diberi etiket, dikemas,
dan diserahkan
 Pembahasan

a. Promethazin HCl berkhasiat sebagai antihistamin yang memiliki pH 4-5.

b. Syrup simplex digunakan sebagai pemanis. Pemanis digunakan untuk menutupi rasa
yang tidak enak karena pada sediaan sirup sering digunakan pada anak - anak dan
lanjut usia.

c. Sediaan sirup mengandung fase air yang dapat dengan mudah menjadi media
pertumbuhan bakteri/mikroba, untuk menghambatnya digunakan Na Benzoat
sebagai antimikroba.

d. Penambahan gliserin digunakan untuk mencegah kristalisasi gula di dalam botol


karena gliserin berfungsi sebagai anticaplocking sehingga sediaan tetap stabil.

e. Penggunaan Na CMC bertujuan untuk meningkatkan viskositas sediaan karena


berfungsi sebagai thicketing agent yang mudah terdispersi dalam air.\

B. Sirup 2

 Formula 1

Bahan Konsentrasi
Promethazin HCl (FI III hal 526; Martindale 36 hal 588) 25mg/5ml
Na Benzoat (FI III hal 397) 0,1%
Gliserin ( FI V hal 507; HOPE hal 283) 5%
HPMC (HOPE VI hal 326) 0,5%
FD & C Red (HOPE VI hal 193) 0,01%
Orange Essence (Martindale 28 hal 680) 1,5%
Sorbitol (HOPE VI hal 679) 20%
Aquadest (FI III hal 96; HOPE VI hal 766) Ad 300ml

 Perhitungan

a. Promethazin HCl : 25 mg/5ml x 300 ml = 1500 mg = 1,5 g

b. Sorbitol : 20 /100 x 300 ml = 60 ml

c. Gliserin : 5\100 x 300 ml = 15 ml

d. Na. Benzoat : 0,1 \100 x 300 ml = 0,3 g

e. HPMC :0.5 \100 x 300 ml = 1.5 g

f. Air untuk HPMC :20x 1,5 g =30 ml


g. FD&C Red : 0,01 \100 x 300 ml = 0,03 ml (2-3 tetes)

h. Aquadest :300 ml –(1,5+60+15+0,3+1,5+30)

 Pembuatan

a. Disiapkan alat dan bahan

b. Ditimbang semua bahan, dan dikalibrasi botol 60ml

c. Dikembangkan HPMC dengan air di dalam beaker glass, ad mengembang.

d. Dilarutkan promethazin HCl dengan aquadest secukupnya di dalam erlenmeyer ad


larut, dimasukkan kedalam beaker glass.

e. Dimasukkan HPMC yang telah dikembangkan tadi kedalam mortir, digerus ad


homogen, ditambahkan gliserin gerus ad homogen. Dimasukkan ke dalam beaker
glass yang sudah berisi zat aktif, diaduk ad homogen.

f. Dilarutkan Na Benzoat dengan aquadest secukupnyadi dalam beaker glass ad larut.


Dimasukkan ke dalam beaker glass yang berisi campuran obat, diaduk ad homogen.

g. Dimasukkan sorbitol kedalambeaker glass yang berisi campuran obat, diaduk ad larut.

h. Dimasukkan FD & C red 2-3 tetes ke dalam beaker glass tersebut, diaduk ad larut

i. Ditambahkan aquadest sisa, diaduk ad homogen.

j. Dimasukkan sirup yang sudah siap ke dalam botol ad kalibrasi, diberi etiket, dikemas,
dan diserahkan

 Pembahasan

a. Promethazin HCl berkhasiat sebagai antihistamin yang memiliki pH 4-5.

b. Sorbitol digunakan sebagai pemanis. Pemanis digunakan untuk menutupi rasa yang
tidak enak karena pada sediaan sirup sering digunakan pada anak - anak dan lanjut
usia.

c. Sediaan sirup mengandung fase air yang dapat dengan mudah menjadi media
pertumbuhan bakteri/mikroba, untuk menghambatnya digunakan Na Benzoat
sebagai antimikroba.

d. Penambahan gliserin digunakan untuk mencegah kristalisasi gula di dalam botol


karena gliserin berfungsi sebagai anticaplocking sehingga sediaan tetap stabil.

e. Penggunaan HPMC bertujuan untuk meningkatkan viskositas sediaan karena


berfungsi sebagai thicketing agent yang mudah terdispersi dalam air.
 Formula 2

Bahan Konsentrasi
Promethazin HCl (FI III hal 526; Martindale 36 hal 588) 25mg/5ml
Na Benzoat (FI III hal 397) 0,1%
Gliserin ( FI V hal 507; HOPE hal 283) 5%
HPMC (HOPE VI hal 326) 0,5%
FD & C yellow (HOPE VI hal 195) 0,01%
Orange Essence (Martindale 28 hal 680) 0,01%
Sirup simplex (FI III hal 367) 25%
Aquadest (FI III hal 96; HOPE VI hal 766) Ad 300ml

 Perhitungan

a. Promethazin HCl : 25 mg/5ml x 300 ml = 1500 mg = 1,5 g

b. Sirup simplex : 25 \100 x 300 ml = 75 ml

c. Gliserin : 5 \100 x 300 ml = 15 ml

d. Na. Benzoat : 0,1 /100 x 300 ml = 0,3 g

e. HPMC : 0.5 /100 x 300 ml = 1.5 g

f. Air untuk HPMC : 20x 1,5 g =30 ml

g. FD&C Yellow : 0,01 /100 x 300 ml = 0,03 ml (2-3 tetes)

h. Orange Essence : 0,01 /100 x 300 ml = 0,03 ml (2-3 tetes)

i. Aquadest : 300 ml – (1,5+75+15+0,3+1,5+30)

 Pembuatan

a. Disiapkan alat dan bahan

b. Ditimbang semua bahan, dan dikalibrasi botol 60 ml

c. Dikembangkan HPMC dengan air untuk HPMC didalam beaker ad mengembang

d. Dilarutkan Promethazin HCl dengan aquadest secukupnya didalam erlenmeyer ad


larut, dimasukkan kedalam beaker glass

e. Dimasukkan HPMC yang sudah dikembang kedalam mortir, digerus ad homogen,


ditambahkan gliserin ad homogen. Dimasukkan ke dalam beaker glass yang sudah
berisi zat aktif, diaduk ad homogen
f. Dilarutkan Na. Benzoat dengan aquadest secukupnya didalam beaker glass ad larut.
Dimasukkan kedalam beaker glass yang berisi campuran obat, diaduk ad homogen

g. Dimasukkan Sorbitol ke dalam beaker glass yang berisi campuran obat, diaduk ad
larut.

h. Dimasukkan sol FD&C yellow, dan orange essence 2-3 tetes ke dalam beaker glass
tersebut, diaduk ad larut

i. Ditambahkan sisa Aquadest, diaduk ad homogen

j. Dimasukkan sirup yang sudah siap ke dalam botol ad kalibrasi, diberi etiket, dikemas,
dan diserahkan

 Pembahasan

a. Promethazin HCl berkhasiat sebagai antihistamin yang memiliki pH 4-5.

b. Syrup simplex digunakan sebagai pemanis. Pemanis digunakan untuk menutupi rasa
yang tidak enak karena pada sediaan sirup sering digunakan pada anak - anak dan
lanjut usia.

c. Sediaan sirup mengandung fase air yang dapat dengan mudah menjadi media
pertumbuhan bakteri/mikroba, untuk menghambatnya digunakan Na Benzoat
sebagai antimikroba.

d. Penambahan gliserin digunakan untuk mencegah kristalisasi gula di dalam botol


karena gliserin berfungsi sebagai anticaplocking sehingga sediaan tetap stabil.

e. Penggunaan HPMC bertujuan untuk meningkatkan viskositas sediaan karena


berfungsi sebagai thicketing agent yang mudah terdispersi dalam air.
ELIKSIR
1. Kelas C

A. Eliksir 1

 Formula

Bahan Konsentrasi
Paracetamol (Martindale ed 36 hal 270) 120mg/5ml
Etanol (HOPE VI hal 17) 5%
Propilenglikol (HOPE VI hal 592) 7,5%
Syrup Simplex (HOPE VI hal 82) 20%
Na Benzoat (HOPE VI hal 627) 0,1%
Eritrosin (HOPE VI hal 17) 0,03%
Strawberry Essence (HOPE VI hal 421) 0,1%
Aquadest (HOPE VI hal 766) Ad 300ml

 Perhitungan

a. Paracetamol : 120/5 x 300 =7.200 mg = 0,0072g

b. Etanol : 5% x 300 = 15 g

c. Propilen glikol : 7,5 x 300 = 22,5 g

d. Syrup simplex : 20% x 300 = 6 g

e. Na benzoat : 0,1% x 300 = 0,3 g

f. Eritrosin : 0,03% x 300 = 0,09 g

g. Strawberry essence : 0,1% x 300 = 0,3 g

h. Aquadest :300-(0,0072+15+22,5+6+0,3+0,09+0,3)=225,80ml

 Pembuatan

a. Disiapkan alat dan bahan, lalu ditimbang sesuai perhitungan

b. Dikalibrasi botol 60 ml

c. Dimasukan parasetamol kedalam beaker glass, lalu campur dengan air mendidih
sampai zat tidak terlihat

d. Dibuat pelarut campur yaitu etanol, PPG, dan air yg sudah dihitung

e. Dimasukan pelarut campur sedikit demi sedikit ke larutan parasetamol diatas


magnetic stirer sampai ad homogen

f. Ditambahkan larutan sirup simpleks

g. Dibuat larutan Na. Benzoat dengan mencampurkan air ad homogen, lalu larutan Na.
Benzoat ditambahkan ke larutan pertama

h. Diangkat larutan yg sudah homogen lalu ditambahkan perasa & pewarna kurang lebih
3 tetes,campur ad homogen

i. Dilakukan uji evaluasi ( uji organoleptik, uji BJ dengan piknometer, uji PH, & uji
kejernihan)

j. Sediaan yang telah diuji dimasukan kedalam botol 60 ml, diberi etiket, masukan
dalam kemasan, lalu diserahkan.
 Pembahasan

a. Pada praktikum ini dibuat elixir dengan bahan zat aktif paracetamol yang berkhasiat
sebagai analgetikum dan antipiretikum dengan menggunakan etanol, propilenglikol
dan aquadest sebagai pelarut campur.

b. Paracetamol dibuat dalam bentuk sediaan eliksir. Karena sifat kelarutannya yang
sukar larut dalam air tetapi mudah larut dalam etanol. Sehingga butuh adanya
bantuan pelarut campur berupa etanol

c. Propilenglikol digunakan untuk meningkatkan kelarutannya, meningkatkan


kestabilannya, dan untuk mengurangi jumlah pemakaian etanol maka range etanol
yang biasa digunakan hanyalah 5%-10% saja.

d. Digunakannya NaBenzoat dalam eliksir yang berfungsi sebagai pengawet. Karena


dalam eliksir mengandung jumlah komponen air yang besar. Air merupakan media
yang baik untuk pertumbuhan mikroba. Sehingga diperlukan NaBenzoat dalam
formula.

e. Digunakannya eritrosin dalam eliksir berfungsi untuk membuat eliksir agar terlihat
lebih menarik.

f. Dan diberikannya strawberry essence agar terdapat aroma.

2. Kelas D

A. Eliksir 1

 Formula

Bahan Konsentrasi
Teofilin (FI ed IV, 2014, hal: 1250-125; Martindale edisi 28, hal 349) 75mg/5ml
Etanol (HOPE VI hal 17) 10%
Propilenglikol (HOPE VI hal 592) 7,5%
Syrup Simplex (HOPE VI hal 82) 20%
Na Benzoat (HOPE VI hal 627) 0,5%
Eritrosin (HOPE VI hal 17) 0,05%
Strawberry Essence (HOPE VI hal 421) 0,1%
Aquadest (HOPE VI hal 766) Ad 300ml

 Perhitungan

a. Teofilin : 75 mg/5ml x 300 mL = 4500 mg = 4,5 g

b. Etanol : 10% x 300 mL = 30 mL


c. Propilen glikol : 7,5% x 300 mL = 22,5 mL

d. Na Benzoat : 0,5% x 300 mL = 1,5 mL

e. Sirup simpleks : 20% x 300 mL = 60 mL

f. Essence strawberry : 0,1% x 300 mL = 0,3 mL

g. Eritrosin : 0,05% x 300 mL = 0,15 mL

h. Aquadest : 300 – (4,5 +30+22,5+1,5 + 60 + 0,3 + 0,15)= 181,05 mL

i. Gula : 65/100 x 60 mL = 39 g

j. Air : 35/100 x 60 mL = 21 mL (ad 60ml)

 Pembuatan

a. Disiapkan alat dan bahan

b. Ditimbang bahan obat

c. Dikalibrasi botol ad 60 mL

d. Dibuat sirup simpleks dengan cara melarutkan gula dengan air ad 60 ml

e. Dibuat pelarut campur, etanol ditambah PPG ditambah air diaduk dengan stirrer ad
homogen

f. Ditambahkan teofili dengan pelarut campur dengan cara dilarutkan sedikit demi
sedikit ad homogen (mL)

g. Dilarutkan Na Benzoat dengan air kemudian ditambah M1

h. Ditambah sirupus simpleks dan diaduk ad homogen

i. Ditambahkan essence strawberry dan eritrosi

j. Ditambahkan sisa aquadest ad 300 mL

k. Dimasukkan kedalam botol 60 mL

l. Sediaan dimasukkan kedalam kemasan, beri etiket, dan brosur

m. Sisa sediaan dilakukan uji evaluasi


 Pembahasan

a. Tujuan dari pembuatan sediaan ini adalah untuk mengetahui cara pembuatan elixir
dengan melihat pengaruh penambahan pelarut campur terhadap kelarutan suatu zat.

b. Teofilin dapat dibuat sediaan eliksir sebab teofilin sukar larut dalam air. Dan karena
teofilin bersifat hidrokarbol maka dapat menjaga stabilitas obat baik yang larut dalam
air maupun alkohol dalam arutan eliksir. Maka dibutuhkan pelarut campur untuk
meningkatkan kelarutan tanpa mengeliminasi kadar zat aktif (teofilin) dan
meningkatkan kestabilan sediaan.

c. Teofilin berbentuk fisik serbuk, yang sebaiknya dilarutkan terlebih dahulu. Pada saat
penambahan teofilin dengan pelarut campur dilakukan sedikit demi sedikit supaya
larutan tetap jernih. Sebelum ditambahkan dengan zat excipient biarkan teofilin
sampai terlarut sempurna agar tidak terjadi penggumpalan atau endapan dihasil
akhir.

d. Menurut literatur pelarut utama dari eliksir yaitu etanol. Maka pada sediaan memiliki
aroma sangat khas dengan etanol. Pemilihan range etanol diambil yang tidak terlalu
tinggi. Range etanol yang pada pustaka 5-15% tapi pada formula digunakan hanya
10% sebab sediaan eliksir digunakan untuk anakanak bukan dewasa. Selain itu,
teofilin terhadap etanol agak sukar larut maka praktikan menggunakan range median
pustaka etanol, untuk menstabilkan perlu ditambahkan dengan pelarut campur.
Kemudian etanol tersebut digunakan untuk dalam sediaan oral, maka kadar tidak
boleh terlalu tinggi.

e. Air adalah kandungan terbesar dalam sediaan eliksir, yang dimana air merupakan
media pertumbuhan yang baik bagi mikroba. Kadar etanol yang bagus untuk
membunuh bakteri yaitu 70%, karena jika <70% kurang efektif, kalau > 70% cepat
menguap. Sedangkan kadar maksimal etanol dalam sediaan eliksir adalah 15%,
sehingga perlu ditambahkan Na benzoate sebagai zat pengawet agar tidak mudah
tumbuh bakteri. Sirup simpleks digunakan sebagai pemanis untuk menutupi rasa
pahit dari zat aktif.

f. Sirup simpleks dibuat dengan melarutkan 65 bagian sukrosa dalam aquadest ad 100
bagian.

g. Eritrosin digunakan sebagai zat pewarna karena menyesuaikan dengan flavouring


agent, yaitu memberikan warna merah pada sediaan.

h. Saat menambahkan coloring agent jika masih dalam bentuk serbuk maka harus
dilarutkan terlebih dahulu untuk menghindari hasil akhir yang terdapat endapan.
Karena sifat fisik dari elixir yang jernih dan agar hasil akhir sesuai dengan yang
dinginkan, maka praktikan membutuhkan waktu yang lama pada saat di mesin strirer,
untuk melarutkan sebuk kecil eritromisin.

FACE LOTION
1. Kelas B

 Formula

Bahan Formula I
Zink Sulfat (Martindale 36 Hal. 1999, FI III hal 637) 0,25%
Etanol (HOPE Hal. 17; FI III hal 637) 25%
Propilenglikol (HOPE Hal. 592; FI III hal 534) 7,5%
Aquadest (HOPE Hal. 786; FI V hal 63) ad 300 ml
Tween 80 (HOPE Hal. 549; FI III hal 509) 1%
Na. Benzoat (HOPE Hal. 395; FI V hal 627) 0,1%
Menthol (HOPE Hal. 433; FI III hal 362) 0,4%
Oleum Rosae (Martindale 28 Hal. 682; FI III hal 459) 0,02%

 Perhitungan

a. Zink Sulfat : 75 mg/5 ml × 300 ml = 0,75 gram


b. Etanol : 25% × 300 ml = 75 gram
c. Propilenglikol : 7,5% × 300 ml = 22,5 gram
d. Na Benzoat : 0,1% ×300 ml = 0,3 gram
e. Tween 80 : 1% × 300 ml = 3 gram
f. Menthol : 0,4% × 300 ml = 1,2 gram
g. Oleum Rosae : 0,02% × 300 ml = 0,06 gram
h. Aquadest : 300 – (0,75+75+22,5+0,3+3+1,2+0,06)
= 197,19 ml
0,75 gram
Kadar Teofilin : ×100 % = 0,25%
300 ml

Perhitungan konstanta dielektrik berdasarkan percobaan :

 % Pelarut campur : 100% - (0,25% + 1% + 0,1% + 0,4% + 0,02%) = 98,23%


 Berat pelarut campur : 98,23% x 300 ml = 294,69 gram
 Bobot air :Berat pel. campur – [(vol. etanol x BJ etanol) + (vol PPG x BJ PPG)]
= 294,69 – [(75 gram ×0,7964) + (22,5 ×1,035) ]
= 294,69 – [ (59,73 )+ (23,2875) ]
= 211,6725 gram
 Vol total pel campur : 75 ml + 22,5 ml + 211,6725 ml
= 309,17 ml
25 7,5
 KD pelarut campur = KD Etanol + KD PPG + KD air = [ x 24,30]+[ x 33] +
100 100
211,67
[ x 78,54 ]
309,17
= 5,8948 + 2,4016 + 53,7716 = 62,07
∑ Perhitungan konstanta dielektrik berdasarkan pustaka :
 ∑ Pelarut campur = % pelarut x ∑ masing-masing pelarut

= [ 25
100
x 24,30 +
][
7,5
100
x 33 +
][
67,5
100
x 78,54
]
= 6,075+ 2,475+ 53,0145
= 61,5645
 Pembuatan

1 Alat dan bahan disiapkan


2 Botol dikalibrasi
3 Masing- masing bahan ditimbang
4 Zink Sulfat dan Na. Benzoat, masing-masing di larutkan dalam aquadest
5 Kosolvent dibuat dengan cara mencampurkan etanol 96%, propilenglikol, dan
aquadest sebagian ad terbentuk pelarut campur, kemudian ditambahkan
surfaktan tween 80 ad hingga homogen dan di strirer
6 Larutan Zink Sulfat ditambahkan, dihomogenkan dengan stirrer
7 Oleum Rosae dan Aquadest+ sisa air ditambahkan
8 Sediaan dimasukkan kedalam botol yang sudah di kalibrasi. Ad tanpa kolibrasi,
dikemas
9 Sisa sediaan digunakan untu uji evaluasi ( organoleptick, pelarutan, Bobot jenis,
dan stabilitas)
 Pembahasan
a. Sediaan face lotion dibuat dengan tujuan digunakan sebagai obat luar yang berisi
bahan berkhasiat sebagai antiseptik/astringen, dapat berbentuk larutan,
suspensi zat padat dalam bentuk serbuk halus dengan bahan pensuspensi yang
cocok atau emulsi tipe m/a dengan surfaktan yang cocok. Dapat ditambahkan zat
warna, zat pengawet dan pewangi yang cocok. Pada pembuatan sediaan face
lotion kali ini dibuat dalam bentuk larutan dengan menggunakan zat aktif sodium
aluminium sulfat yang sifatnya mudah larut dalam air.

b. Penambahan pelarut campur yaitu etanol, propilen glikol, dan air ke dalam
sediaan face lotion bertujuan untuk meningkatkan kelarutan zat aktif dan
sebagai humektan atau pelembut.

c. Zat tambahan selain kosolven adalah surfaktan yang fungsinya sama dengan
kosolven yaitu untuk meningkatkan kelarutan bahan obat. Surfaktan yang
digunakan adalah Tween 80 yang sifatnya sangat mudah larut air dan etanol.

d. Zat tambahan selanjutnya adalah pengawet yang fungsinya meminimalisir


pertumbuhan mikroba pada sediaan cair karena pada sediaan ini menggunakan
air sebagai zat pembawa yang merupakan tempat yang baik untuk tumbuh
mikroba. Zat pengawet yang digunakan adalah Natrium benzoat.
e. Pada sediaan face lotion penggunaan penyegar sangat penting, karena penyegar
yang digunakan pada percobaan yaitu menthol yang memberikan efek dingin
pada wajah.

GEL
1. GEL PIROKSIKAM

I. FORMULA

BAHAN PRESENTASE
Piroksikam(Analgesik obat anti peradangan, antipiretik, dan Antireumatik)( 1%
Farmakope Indonesia V hal 1029, Martindale Ed 36 hal 117)

Na CMC(Basis gel, pengental, dan peningkat viskositas)( Handbook of 4%


Pharmaceutical Excipients Ed VI hal 134)
Propilen Glikol(Zat penstabil, humektan, dan pelarut)( Farmakope Indonesia V 5%
hal.1070, Handbook of Pharmaceutical Excipients Ed VI hal.592)

Natrium Benzoat(Pengawet antimikroba)( Farmakope Indonesia V hal 905, 0,1%


Handbook of Pharmaceutical Excipient VI hal 627)

Aquadest(Pelarut)( Farmakope Indonesia V hal.63) Ad 300 g

II. PERHITUNGAN
• Piroksikam : 1% x 300 g = 3 g
• Na CMC : 4% x 300 = 12 g
• Air untuk Na CMC : 20 x 12 g = 240 ml
• Propilenglikol : 5% x 300 g = 15 ml
• Na. benzoate : 0,1% x 300 g =0,3 g
• Aquadest : 300 mL – (3 + 12 + 15 + 0,3 +240) g = 25,7 ml

III. Cara Pembuatan


1.Disiapkan alat dan bahan-bahan
2.Ditimbang masing-masing bahan
3.Dikembangkan Na CMC menggunakan air panas sebanyak 20x bobotnya dengan
cara ditabur dalam beaker glass dalam keadaan tertutup selama 24 jam agar
mengembang dengan sempurna.
4.Digerus Piroksikam dalam lumpang ad halus
5.Ditambahkan setengah bagian propilenglikol lalu diaduk ad larut dan homogen
6.Na CMC yang telah mengembang lalu digerus ad homogen
7.Ditambahkan sisa propilenglikol ke dalam lumping
8.Dilarutkan Na benzoat dengan aquadest, diaduk
ad larut lalu dimasukkan kedalam lumping
9.Dimasukkan Piroksikam dan Na benzoate yang sudah dilarutkan kedalam basis gel
sambil distirer.
10.Ditambahkan sisa aquadest sedikit demi sedikit sambil distirer sampai homogen.
11.Ditimbang logam gel.
12.Ditimbang 10 gram gel lalu dimasukkan ke dalam
tube, dikemas dan diberi etiket.
13.Sisa gel dievaluasi

IV. PEMBAHASAN
 pembuatan sediaan gel ini digunakan zat aktif berupa Piroksikam yang
termasuk jenis obat antiinflamasi non steroid (AINS) yang bekerja dengan
cara menghambat kerja enzim siklooksigenase-1 (COX-1) yang berfungsi
membantu pembentukan prostaglandin saat luka yang menyebabkan rasa
sakit dan peradangan. Piroksikam biasanya digunakan untuk mengurangi
gejala seperti peradangan dan bengkak pada artritis. Piroksikam dibuat dalam
bentuk sediaan gel untuk mengurangi rasa panas akibat artritis karena
kandungan airnya cukup besar sehingga nyaman dan terasa dingin pada kulit
 digunakan eksipien yang bertujuan untuk membantu dalam pembuatan
sediaan gel dengan zat aktif berupa piroksikam. Eksipien yang digunakan
berupa Na CMC, Na benzoate, Propilenglikol, dan Aquadest. Digunakan Na
CMC yang berfungsi sebagai bahan pengental dengan tujuan untuk
membentuk system disperse koloid dan meningkatkan viskositas, sehingga
dengan adanya Na CMC ini maka partikel-partikel yang tersuspensi akan
terperangkap dalam system tersebut atau tetap tinggal ditempatnya dan tidak
mengendap. Pemakaian Na CMC bersama propilenglikol dapat
meningkatkan kelarutan zat aktif pada sediaan semipadat dan dapat berfungsi
sebagai humektan pada sediaan topical. Pemakaian natrium benzoate pada
sediaan gel sangat diperlukan karena kandungan airnya yang tinggi sehingga
memudahkan pertumbuhan mikroba, oleh karena itu digunakan Na Benzoat
sebagai pengawet antimikroba. Pemakaian aquadest pada sediaan gel sangat
penting karena gel memiliki kandungan air yang tinggi serta untuk
melarutkan zat aktif
SUSPENSI RECKONS
1. SUSP. REKONS AMOKSILIN

KELAS : B

1. FORMULA

Komposisi Formula I Formula II


Amoksisilin(Antimikroba) (Martindale 36 hal. 202) 250 mg/5ml 250 mg/5ml
(Farmakope Indonesia edisi V tahun 2014 hal. 120)
CMC Na / Natrium Carboxymethyl Cellulose (HOPE h:118, FI - 0,5%
V h:175) (pengental)
Sorbitol ( PEMBASAH DAN PEMANIS ) (Farmakope 5% 15%
Indonesia edisi V hal. 1210, (HOPE hal.679)
PGA (PENSUSPENSI) (Pulvis Gummi Arabicum) (HOPE hal. 20% -
1)
Sukrosa (pemanis ) (Farmakope Indonesia edisi V hal. 1120) 20% 20%
(HOPE hal. 703)
Na benzoate (Pengawet antimikroba)( Farmakope Indonesia V 0,1% 0,02%
hal 905, Handbook of Pharmaceutical Excipient VI hal 627)
Orange Essence(HOPE hal. 194) 0,2% 0,2%

Sunset Yellow 0,1% 0,1%

Aquadest (Bahan pelarut, pembawa) (FI III; 96, Handbook of Ad 300ml Ad 300ml
Pharmaceutical Excipient;767)
PVP (Polivinilpirolidon) (Farmakope Indonesia edisi III 1979 1% -
hal. 510, HOPE hal. 581)

2. PERHITUNGAN

Amoksisilin = 250mg/5ml x300ml = 15g


Amoksisilin Trihidrat =419,45/365,41 x15g = 17,22g
Sorbitol =5g/ 100ml x300ml = 15g
Sukrosa = 20g/ 100ml x300ml = 60g
Na. Benzoat = 0,1g/100ml x300ml = 0,3g
PGA =20g/ 100ml x300ml = 60g
Sunset Yellow =0,1g/100ml x300ml = 0,3g
Orange Essence = 0,2g/100ml x300ml = 0,6g
PVP =1/100 x153,42g = 1,5342g

Volume total yang dibuat (teoritis) = 300ml

Volume sediaan perbotol = 60ml

Total massa granul (teoritis) = 153,42g + 1,5342 = 154,95g

Total massa granul yang diperoleh (praktek) = 153,42g

Volume total yang akan dibuat (praktek) = 153,42g/154,95g x300ml =


297,0378ml

Jumlah botol suspensi yang diperoleh = 297,0378ml/ 60ml = 4,9506 botol

Aerosil = 0,8/ 100 x 153,42g = 1,2274g

Total bobot granul + Aerosil = 154,95g + 1,2274g =156,1774g


Bobot yang ditimbang untuk dimasukkan per botol =156,1774g/4,9506 botol =
31,5472g/botol

Untuk direkonstitusi :

Air = 297,0378ml - 60ml = 237,0378ml

Granulnya = 99,3642g

Formula II

Amoksisilin =250mg/5ml x300ml = 15g

Amoksisilin Trihidrat = 419,45/365,41 x15g = 17,22g

Sorbitol = 15g/100ml x300ml = 45g

Sukrosa = 20g/100ml x300ml = 60g

Na. Benzoat = 0,02g/100ml x300ml = 0,06g

Na CMC = 0,5g/ 100ml x300ml = 1,5g

Sunset Yellow = 0,1g/ 100ml x300ml = 0,3g

Orange Essence =0,2g/100ml x300ml = 0,6g

Volume total yang dibuat (teoritis) = 300ml

Volume sediaan perbotol = 60ml

Total massa serbuk (teoritis) = 124,68g

Total massa serbuk yang diperoleh (praktek) = 123,51g

Volume total yang akan dibuat (praktek) =123,51g/124,68g x300ml =


297,1848ml

Jumlah botol suspensi yang diperoleh =297,1848ml/60ml = 4,9531 botol

Aerosil = 0,8/100 x 123,51g = 0,9881g

Total bobot serbuk + Aerosil = 124,68g + 0,9881g = 125,6681g

Bobot yang ditimbang untuk dimasukkan per botol = 125,6881g/ 4,9531 botol =
25,3756g/botol
Untuk direkonstitusi : Air = 297,1848ml - 60ml = 237,1848ml

Serbuknya = 90,8969g

3. CARA PEMBUATAN
Formula I (Dengan Granulasi)
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Ditimbang semua bahan yang akan digunakan
(Amoksisilin, PGA, Sorbitol, Sukrosa, Na. Benzoat,
Orange Essence, Sunset Yellow, PVP)
3. Dikalibrasi botol 60ml
4. Dicampurkan Amoksisilin dengan Sorbitol ad homogen
5. Ditambahkan PGA ad homogen
6. Ditambahkan Na. Benzoat ad homogen
7. Ditambahkan PVP ad homogen
8. Ditambahkan Sukrosa ad homohen
9. Ditambahkan Etanol sedikit demi sedikit lalu dikepal-
kepal sampai memperoleh granulasi yang kompak
10. Diayak dengan pengayak no 12, kemudian dikeringkan
dengan cara diangin-anginkan
11. Diayak dengan pengayak no 14, ditambahkan Sunset
Yellow dan Orange Essence ad homogen
12. Granul yang diperoleh, ditimbang, aerosil?
13. Dihitung dan dipisahkan granul yang akan dimasukkan ke
dalam botol 60ml
14. Sisa granull dilakukan uji evaluasi
15. Granul dimasukkan ke dalam botol 60ml, diberi etiket dan
dikemas

Formula II (Tanpa Granulasi)


1. Disiapkan alat dan bahan
2. Semua bahan yang akan digunakan ditimbang
(Amoksisilin, Na CMC, Sorbitol, Sukrosa, Na. Benzoat,
Sunset Yellow, Orange Essence)
3. Botol 60ml dikalibrasi
4. Amoksisilin digerus ad halus, ditambahkan Sorbitol
digerus ad homogen
5. Ditambahkan Na CMC digerus ad halus dan homogen
6. Ditambahkan Sukrosa digerus ad halus dan homogen
7. Ditambahkan Na. Benzoat digerus ad halus dan homogen
8. Ditambahkan Sunset Yellow dan Orange Essence, digerus
ad halus dan homogen
9. Dihitung dan dipisahkan serbuk yang akan dimasukkan ke
dalam botol 60ml
10. Dilakukan evaluasi terhadap serbuk mengenai kecepatan
alir serbuk, ukuran partikel, waktu rekonstitusi, viskositas,
volume sedimentasi dan sifat aliran
11. Serbuk dimasukkan ke dalam botol 60ml, diberi etiket dan
dikemas.

4. PEMBAHASAN
 Amoksilin termasuk golongan antibiotic makrolid yang dapat digunakan untuk
mengobati berbagai jenis infeksi bakteri, terutama terhadapa bakteri gram positif.
Metode pembuatan yang digunakan yaitu metode granulasi. Pada proses granulasi
diperlukan penambahan etanol agar terbentuk massa granul kompak, kemudian granul
yang dihasilkan dikeringkan untuk menguapkan pelarut yang digunakan.
 Alasan dibuat dalam bentuk suspense rekonstitusi karena amoksilin termasuk ke dalam
golongan antibiotic yang stabilitasnya di dalam air terbatas, baik stabilitas kimia atau
stabilitas fisik. Sehingga dibuat dalam bentuk suspense, agar dengan bantuan bahan
pembantu dapat meningkatkan air dalam waktu tertentu akan mengalami hidrolisis
sehingga akan menimbulkan efek toksis.
 Eksipien yang berperan sebagai bahan pembantu, sebagai suspending agent adalah PGA
dan Na CMC. Suspending agent sendiri adalah bahan penyebab kekentalan atau
pengental, sehingga zat aktif tidak mengendap, dan bila dikocok akan terdispersi
Kembali.
 Sorbitol digunakan sebagai sweetening agent. Berperan sebagai bahan pembantu yang
memperbaiki rasa yang kurang enak dari zat aktif karena akan digunakan secara oral.
memiliki kelarutan sangat mudah larut dalam air.
 Na benzoat ditambahkan sebagai pengawet dan antimikroba dan diperlukan dalam
sediaan ini karena adanya air yang merupakan media pertumbahan mikroba yang akan
mempengaruhi stabilitas sediaan.
 Orange essence digunakan sebagai perasa yang dapat menutupi rasa antibiotic yang
pada umumnya pahit.
 Yellow sunset dan eritrosin digunakan sebagai coloring agent yang dapat menutupi
penampilan yang tidak enak dan untuk emnambah daya tarik khussunya pada anak-
anak. Zat warna harus aman, tidak berbahaya, dan tidak meiliki efek farmakologi. Selain
itu, tidak bereaksi dengan zat aktif dan dapat larut baik dalam sediaan.
 Zat pembawa yang digunakan yaitu air murni. Digunakan PVP yang berguna untuk
pengikat/penghancur (Ansel, 1989).

2. SUSP. RECKONS ERITROMISIN


A . FORMULA

Formula I (GRANULASI)

Eritromisin Stearat 250mg/5mL

Propilen Glikol 20%

Sorbitol 5%

Na Benzoat 0,1%

Eritrosin 0,5%

Strawberry Essence 0,5%

PVP 1%

Aquadest ad 400 Ml

Formula II (GRANULASI)

Eritromisin Stearat 200mg/5mL

Na CMC 0,1 %

Sorbitol 15%

Na Benzoat 0,1%

Eritrosin 0,1%

Sunset Yellow 0,1%

PVP 1%

Aquadest ad 400 mL

B. Perhitungan :

FORMULA 1

Eritromisin Stearat = 250mg/5mL x1018,42/733,94 x 400 mL =


27,8 g

Propilen Glikol = 20% x 400 mL = 80 g


Sorbitol = 5% x 400 mL = 20 g

Na Benzoat = 0,1% x 400 mL = 0,4 g

Eritrosin = 0,5% x 400 mL = 2 g

Strawberry Essence = 0,5% x 400 mL = 2 g

PVP = 1% x 400 mL = 4 g

Aquadest = 400mL-(27,8+80+20+0,4+2+2+4) = 263,8 Ml

FORMULA 2

Eritromisin Stearat = 200mg/5mL x1018,42/733,94 x 400 mL = 22,2 g

Na CMc = 0,1% x 400 mL = 0,4 g

Sorbitol = 15% x 400 mL = 60 g

Na Benzoat = 0,1% x 400 mL = 0,4 g

Eritrosin = 0,1% x 400 mL = 0,4 g

Strawberry Essence = 0,5% x 400 mL = 2 g

PVP = 1% x 400 mL = 4 g

Aquadest = 400 mL-(22,2+0,4+60+0,4+0,4+2+4) = 310,6 mL

C. Alat dan Bahan


Alat :
1.Mortir dan stamper
2.Pengayak no.14 dan no. 16
3.Beaker glass
4.Spatula
5.Sudip
6.Sendok tanduk
7Batang pengaduk
8.Timbangan
9.Tabung sedimentasi
10.Viscometer
11.Pipet tetes
12.pH meter
13.Botol coklat
14.Serbet
15.Tissue
Bahan :
1.Eritromisin stearate
2.PGA
3.Sorbitol
4.Na benzoate
5.Eritrosin
6.Strawberry essence
7.PVP
8.Aquadest

D. CARA PEMBUATAN
FORMULA 1
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Ditimbang bahan dan dikalibrasi botol 60 mL
3. Dimasukkan eritromisin stearate ke dalam lumpang digerus ad halus,
ditambahkan PGA + Sorbitol + Na Benzoat + Strawberry Essence + PVP
digerus ad homogen
4. Pada campuran ditambahkan etanol 96% setetes demi setetes hingga
campuran terbentuk masa kompak
5. Kemudian diayak dengan pengayak no.14, lalu dikeringkan di udara
terbuka lalu diayak lagi dengan pengayak no. 16
6. Ditimbang granul yang didapat
7. Dihitung dan dipisahkan grnaul yang akan dimasukkan ke dalam botol 60
mL
8. Diberi etiket,brosur,dikemas dan diserahkan
9. Pada sisa granul dilakukan uji evaluasi kecepatan alir granul, ukuran
partikel, waktu rekonstitusi, viskositas dan sedimentasi.

FORMULA 2

1. Disiapkan alat dan bahan


2. Ditimbang bahan dan dikalibrasi botol 60 mL
3. Dimasukkan eritromisin stearate ke dalam lumpang digerus ad halus,
ditambahkan Na CMC + sorbitol + Na Benzoat + Sunset Yellow + PVP
digerus ad homogen
4. Pada campuran ditambahkan etanol 96% setetes demi setetes hingga
campuran terbentuk masa kompak
5. Kemudian diayak dengan pengayak no.12, lalu dikeringkan di udara terbuka
lalu diayak lagi dengan pengayak no. 16
6. Ditimbang granul yang didapat
7. Dihitung dan dipisahkan grnaul yang akan dimasukkan ke dalam botol 60 mL
8. Diberi etiket,brosur,dikemas dan diserahkan
9. Pada sisa granul dilakukan uji evaluasi kecepatan alir granul, ukuran partikel,
waktu rekonstitusi, viskositas dan sedimentasi.
E. PEMBAHASAN
 Eritromisin stearate termasuk golongan antibiotic makrolid yang dapat digunakan untuk
mengobati berbagai jenis infeksi bakteri, terutama terhadapa bakteri gram positif.
Metode pembuatan yang digunakan yaitu metode granulasi. Pada proses granulasi
diperlukan penambahan etanol agar terbentuk massa granul kompak, kemudian granul
yang dihasilkan dikeringkan untuk menguapkan pelarut yang digunakan.
 Alasan dibuat dalam bentuk suspense rekonstitusi karena Eritromisin Stearat termasuk
ke dalam golongan antibiotic yang stabilitasnya di dalam air terbatas, baik stabilitas
kimia atau stabilitas fisik. Sehingga dibuat dalam bentuk suspense, agar dengan bantuan
bahan pembantu dapat meningkatkan air dalam waktu tertentu akan mengalami
hidrolisis sehingga akan menimbulkan efek toksis.
 Eksipien yang berperan sebagai bahan pembantu, sebagai suspending agent adalah PPG
dan Na CMC. Suspending agent sendiri adalah bahan penyebab kekentalan atau
pengental, sehingga zat aktif tidak mengendap, dan bila dikocok akan terdispersi
Kembali.
 Sorbitol digunakan sebagai sweetening agent. Berperan sebagai bahan pembantu yang
memperbaiki rasa yang kurang enak dari zat aktif karena akan digunakan secara oral.
memiliki kelarutan sangat mudah larut dalam air.
 Na benzoat ditambahkan sebagai pengawet dan antimikroba dan diperlukan dalam
sediaan ini karena adanya air yang merupakan media pertumbahan mikroba yang akan
mempengaruhi stabilitas sediaan.
 Strawberry essence digunakan sebagai perasa yang dapat menutupi rasa antibiotic yang
pada umumnya pahit.
 Yellow sunset dan eritrosin digunakan sebagai coloring agent yang dapat menutupi
penampilan yang tidak enak dan untuk emnambah daya tarik khussunya pada anak-
anak. Zat warna harus aman, tidak berbahaya, dan tidak meiliki efek farmakologi. Selain
itu, tidak bereaksi dengan zat aktif dan dapat larut baik dalam sediaan.
 Zat pembawa yang digunakan yaitu air murni. Digunakan PVP yang berguna untuk
pengikat/penghancur (Ansel, 1989).
GARGARISMA
1. Gargarisma resorsinol

A. Formula

Resorsinol 1%

Etanol 15%

Propilen Glikol 10%

Tween 80 2%

Na Benzoat 0,1%

Menthol 0,1%

FD&C Green 0,05%


Aquadest ad 300 Ml

B. Perhitungan :

Resorsinol = 1% x 300 mL = 3 g

Etanol = 15% x 300 mL = 45 mL

Propilen Glikol = 10% x 300 mL = 30 mL

Tween 80 = 2% x 300 mL = 6 mL

Na Benzoat = 0,1% x 300 mL = 0,3 g

Menthol = 0,1% x 300 mL = 0,3 g

FD&C Green = 0,05% x 300 mL = 0,15 mL x 20 tetes = 3 tetes

Aquadest = [100%-(1%+15%+10%+2%+0,1%+0,05%)] x 300 mL = 215,25 mL

C. Alat dan Bahan

Alat :

1. Mortir dan stamper


2. Beaker glass
3. Batang pengaduk
4. Botol
5. Pipet tetes
6. Tissue
7. Serbet
8. Stirrer
9. Timbangan
10. Sudip
11. Spatula

Bahan :

1. Resorsinol
2. Etanol
3. Tween 80
4. Propilen glikol
5. Na benzoate
6. Menthol
7. FD&C Green
8. Aquadest

D. Cara Pembuatan
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Ditimbang masing-masing bahan
3. Dikalibrasi botol 60 mL
4. Dimasukkan resorsinol ke dalam lumping, digerus ad halus, dimasukkan ke dalam
beaker glass dan dilarutkan dengan air (C1)
5. Na benzoate dilarukan dengan air di dalam beaker glass (C2)
6. Dimasukkan menthol ke lumping, ditambahkan beberapa tetes etanol, digerus ad
larut (C3)
7. Dicampur C1+C2+C3, etanol, propilen gliko, tween 80, dan FD&C Green, lalu diaduk
dengan stirrer ad homogen, dan dimasukkan kendalam botol yang telah dikalibrasi
8. Dilakukan uji evaluasi

E. Pembahasan :
 Resorsinol sebagai zat aktif memiliki kegunaan untuk mencegah pertumbuhan
jamur, melawan kuman penyebab bau mulut, serta mengurangi plak untuk menjaga
Kesehatan gigi dan gusi., sehingga gargarisma yang dibuat tergolong sediaan yang
bersifat antiseptic. Dosis resorsinol yang memenuhi syarat utnuk pembuatan
gargarisma berdasarkan literatur adalah 1% dari total volume gargarisma yang
dibuat.
 Digunakan juga pelarut campur untuk melarutkan zat aktif, yang terdiri dari etanol,
propilen glikol, dan tween 80 dengan konsentrasi masing-masing sebesar 15%, 10%,
dan 2%.
 Natrium benzoate yang berperans ebagai bahan pengawet, karena gargarisma
merupakan sediaan cair sehingga cenderung lebih mudah terkontaminasi oleh
mikroba, karena cairan merupakan media yang baik untuk pertumbuhan mikroba.
Konsentrasi natrium benzoate yang digunakan dalam sediaan ini adakah 0,1%.
 Menthol digunakan sebagai pewangi sekaligus sebagai penyegar Ketika sediaan
digunakan (dikumur-kumur). Kadar menthol yang digunakan dalam gargarisma yang
dibuat adalah 0,1% dari rentang kadar 0,1%-0,2% yang diperbolehkan dalam sediaan
menurut literatur.

3. GARGARISMA KLORHEKSIDIN

Kelas : D

1. FORMULA

Bahan Formula
Klorheksidin (za)( FI V hal 704, HOPE eds 6 hal 162-165, Martindale eds 36 hal 1635- 0,1%
1638.) (Antiseptik)
Etanol(FI V hal 399, HOPE eds 6 hal 1625)( Pelarut campur) 15%
Propilen Glikol (FI V; 1070, Handbook of Pharmaceutical Excipient; 592) (humectant) 10%
Tween 80(FI V hal 1038, HOPE hal 1919.)( Zat pembasah, emulgator, peningkat kelarutan) 2%
Natrium Benzoat (FI 5 hal 829) ( pengawet) 0,1
Oleum Menthae Piperitae (FI III hal 458, Martindale eds 36 hal 1761.) (Karminativa, 0,1%
stimulansia)
FD&C Blue(HOPE eds 6 hal 195.) (pewarna) 5 gtt
Aqua Destilata(Zat pelarut.) (FI III hal 96, Martindale eds 36 hal 2470) ad 300 ml

2. PERHITUNGAN DAN PENIMBANGAN


A. Perhitungan

Formula :

1) Klorheksidin : 0,1/100 x 300 = 0,3


2) Etanol : 15/100 x 300 = 45
3) Propilen Glikol : 10/100 x 300 = 30
4) Tween 80 : 2/100 x 300 = 6
5) Natrium benzoat : 0,1/100 x 300 = 0,3
6) Oleum Menthae pip : 0,1/100 x 300 = 0,3
7) FD&C Blue : 0,01/100 x 300 = 0,03
8) Aquadest : 300 – (0,3 + 45 + 30 + 6 + 0,3 + 0,3 + 0,3) = 217,8
ml ~ 218 ml

Perhitungan pelarut campur

 Klorhexidin = 0,1%
 Natrium benzoat = 0,1%
 Tween 80 : 2%
% pelarut campur :
100% - (0,1% + 0,1% + 2%) = 97,8%

Berat pelarut campur = 97,8% x 300 ml = 293,4


Berat air : Berat pelarut campur – [(vol etanol x BJ etanol) + (vol PPG x BJ PPG)]

= 293,4 – [(45 x 0,812) + (30 x 1,035)

= 293,4 – (36,54 + 31,05)

= 225,81 g ~ 226 ml

3. ALAT DAN BAHAN


Alat :

1) Timbangan 9) Magnetic stirrer


2) Perkamen 10) Piknometer
3) Cawan penguap 11) Spatula
4) Beaker glass
5) Botol bening
6) Pipet tetes
7) Gelas ukur
8) Cawan penguap

Bahan :
1) Klorhexidin
2) Etanol
3) Propilen glikol
4) Tween 80
5) Natrium benzoat
6) Oleum menthae piperitae
7) FD&C Blue
8) Aquadest

4. PEMBUATAN
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Ditimbang semua bahan.
3. Kalibrasi botol 60 ml.
4. Dibuat pelarut campur dengan memasukkan aquadest, etanol, propilen glikol,
tween 80. Letakkan diatas magnetic stirrer ad larut.
5. Ditambahkan klorhexidin, tunggu ad larut.
6. Ditambahkan natrium benzoat, tunggu ad larut.
7. Ditetesi oleum menthae piperitae ke dalam beaker glass.
8. Ditetesi fd&c blue ke dalam beaker glass.
9. Dimasukkan ke dalam botol 60 ml, lalu beri etiket dan dikemas.
10. Sisa suspensi dilakukan uji evaluasi meliputi uji organoleptik, pH larutan, bobot
jenis, kejernihan, stabilitas.

5. PEMBAHASAN
1. Menggunakan klorhexidin sebagai zat aktif ditujukan sangat efektif mengurangi
radang ginggiva dan akumulasi plak, pH fisiologis nya juga dapat mengikat
bakteri di permukaan rongga mulut dan dapat bersifat bakteriostatik atau
bakterisid tergantung konsentrasinya.
2. Menggunakan propilen glikol, etanol, tween 80 sebagai pelarut campur yaitu
karena ketiga pelarut tersebut mempunyai kelarutan yang larut dalam air. Ketika
dicampurkan membentuk pelarut campur yang stabil.
3. Pemilihan natrium benzoat ditujukan untuk pengawet dengan konsentrasi 0,1 –
0,5%. Mudah larut dalam air, dan relatif stabil dalam udara, tidak stabil pada pH >
6, karena mudah teroksidasi di udara dan cukup efektif dalam pH asam dimana
molekul tidak mengalami ionisasi. Diperlukan untuk mencegah pertumbuhan
mikroba.
4. Pemilihan oleum menthae pip sebagai pemanis dan pewangi dengan pemberian
guttae (tetes) 1 – 4 tetes, dengan memiliki kelarutan larut dalam etanol. Untuk
bahan pewarna digunakan FD&C Blue, pewarna bertujuan untuk membuat
penampilan lebih menarik.

Anda mungkin juga menyukai